Saat sibuk mengemas baju-bajunya tiba-tiba handphone Almira berbunyi, Almira pun mengambil ponsel yang ada didalam saku baju gamis yang ia pakai saat ini.
"[Jangan marah-marah terus sama Damar, kasihan banget loh Damar dia sedih punya Istri bocil kayak kamu gini, lihat ni dari tadi aku suruh pulang dia nggak mau, sekarang kamu tahu kan prioritas Damar itu bukan kamu tapi Amora]" Pesan yang dikirimkan oleh nomor baru disertai foto Damar sedang bermain dengan Amora disebuah rumah cukup besar, membuat Almira sangat sakit hati. Tetapi Almira memilih tidak membalas pesan itu, dia yakin Danira memang sengaja membuat hatinya panas.Almira mendongakkan kepalanya keatas menahan agar air matanya tidak keluar lagi."Aku Istri sahnya Mas Damar, aku tidak boleh kalah dengan perempuan yang sepertinya punya maksud tidak bagus untuk keluarga kecilku." Ujar Almira menenangkan hatinya, Almira baru beberapa bulan ini merasakan kebahagiaan yang luar biasa setelah dinikahi oleh lelaki seperti Damar, tetapi ujian ternyata sudah datang menerpa.Tidak ingin masalah semakin berlarut-larut, Almira memilih menghubungi Suaminya."[Kamu sudah sadar? sudah bisa mikir kalau sikap kamu itu sangat tidak baik, Amora itu masih kecil harusnya kamu mengerti lah?]" Belum sempat Almira mengucapkan salam, Damar sudah menjejal banyak pertanyaan untuk Almira.Almira yang tadi nya sudah bisa menahan diri dan berusaha mengalah, mendengar Damar mencerca dengan banyak pertanyaan emosinya kembali memuncak."[Begini ternyata cara kamu menyelesaikan masalah Mas? aku kira kamu orang yang bijak ternyata aku salah, kamu lebih memilih menghindar dari pada menyelesaikan masalah, kalau kamu masih menganggap aku Istri, kamu pulang sekarang aku tunggu dirumah, kalau sampai jam sebelas malam kamu belum pulang, jangan salahkan aku sebagai Istri keluar dari rumah tanpa pamit.]" Tanpa menunggu jawaban dari Damar, Almira langsung memutus sambungan telepon itu.Dengan keadaan hati yang hancur, Almira memilih membuka akun sosial medianya, biasanya dengan membuka sosial media bisa mengubah mood yang tadinya down kembali membaik.Saat membuka bagian feed aplikasi chat yang saat ini banyak digemari para remaja bahkan Ibu-ibu itu, Almira menelan saliva nya karena ternyata Danira mengupload sebuah foto Damar dan Amora dilengkapi dengan keterangan yang membuat sakit hati semua Istri, karena melihat Suami terlihat sangat dekat dengan anak orang lain."Amora seneng banget hari ini papi Damar mau nemenin Amora main, sering-sering main kerumah Amora ya Papi Damar."Deg!Dunia Almira terasa berhenti berputar dadanya sesak, badannya bergetar hebat mendapati kenyataan ternyata Amora sangat dekat dengan Damar bahkan Damar memiliki panggilan khusus, mereka bertiga seperti layaknya keluarga kecil yang sangat harmonis.Tangan Almira gatal untuk berkomentar, dadanya naik turun menahan emosi."Jangan coba-coba mengganggu rumah tanggaku janda tidak tahu malu." Almira mengetik dengan kata-kata yang cukup kasar, padahal Almira dikenal sangat lembut dalam berucap ini semua sudah diluar kendalinya."Mendingan aku janda tapi jadi prioritas dari pada kamu Istri sah tetapi cuma jadi cadangan hahahaha." Danira semakin berani, tidak hanya sampai disitu saja Danira kembali menyematkan komentarnya."Makanya jadi Istri itu harus pintar, pintar cari duit, pintar diranjang, pintar dandan juga jangan seperti orang susah deh walaupun kenyataanya memang orang susah hahaha." Danira memberi emotion tertawa ngakak.Almira memilih menutup sosial medianya dan menjauhkan handphonenya, Almira menatap jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam, Damar belum juga menunjukkan tanda-tanda pulang kerumah."Berarti ini pilihanmu Mas, kamu lebih memilih orang lain dari pada aku Istri kamu." Ujar Almira dalam hati.Almira sudah bertekad pulang kerumah orang tuanya, ia memesan mobil yang biasa membawa penumpang untuk pulang ke kampung halamannya, beruntung ada satu mobil yang berangkat malam ini kekampung halaman Almira.Saat ini yang ada didalam pikiran Almira tidak lagi tentang Damar, tetapi bagaimana caranya ia memberi tahu orang tua jika rumah tangganya sedang bermasalah.Dengan Almira memilih untuk pulang kampung, sudah pasti itu akan menjadi pertanyaan besar untuk kedua orang tuanya dan para tetangga pastinya, karena sudah menjadi rahasia umum kalau dikampung, ada sedikit yang ganjal pasti akan menjadi gosip hangat.Jam Satu malam Damar menghubungi dengan mengirimkan pesan kepada Almira yang sudah berada didalam mobil."[Kemana kamu Dek]" Dek adalah panggilan Damar jika merayu Almira."[Pulang kerumah orang tuaku, puas-puasin mainnya sama Amora ya Mas, seperti nya aku mengganggu kalau masih ada dirumah]"SendPesan itu sudah terkirim ke nomor Damar, Suami yang dua bulan ini sangat Almira kagumi, tetapi saat ini malah orang yang membuat luka hatinya.Saat mengirimkan pesan itu, Almira tidak sadar kalau ia mengeluarkan air matanya, beruntung malam hari jadi penumpang yang lain tidak melihatnya.Tidak berselang lama, Damar menelpon nomor Almira, tetapi Almira sudah sangat kesal ia memilih mematikan telepon genggamnya.Setelah perjalanan yang melelahkan akhirnya Almira sampai dikampung halamannya. Orang tua Almira sudah menunggu Almira didepan teras rumah padahal hari masih jam empat subuh, Almira pun tidak memberi tahu Orang tuanya kalau akan pulang hari ini.Baru turun dari mobil, kedua orang tua Almira langsung menghampiri Almira dengan wajah panik dan penuh tanda tanya, perasaan Almira tidak enak dia yakin Damar sudah memberi tahu orang tuanya kalau Almira pergi dari rumah."Ya Allah nduk, ada masalah apa to kok pulang kerumah tidak bilang-bilang dulu, kamu dicariin Damar loh dari tadi malah handphone kamu mati katanya." Tangis Almira pecah, memeluk kedua orang tuanya, Almira sangat merasa bersalah, seharusnya dengan dia menikah bisa meringankan beban kedua orang tuanya tetapi ini malah sebaliknya.Diusia Orang tua yang sudah tidak lagi muda Almira sebenarnya sudah tidak ingin merepotkan keduanya, tetapi apa mau dikata dia merasa tidak sanggup lagi hidup dengan lelaki yang ternyata dekat dengan perempuan lain."Maafin Almira Bapak, Ibu, kalau Almira sudah membuat Bapak dan Ibu panik." Almira memohon sampai berlutut ditanah."Sudah-sudah ayo masuk kedalam rumah dulu nduk, nggak bagus nanti dilihat tetangga, semua masalah bisa diselesaikan." Ini yang sangat dikagumi oleh Almira dari orang tuanya, walaupun orang tua Almira hanya dari kampung dan tidak berpendidikan tinggi, tetapi selalu bijak dalam mengambil keputusan.Almira diajak masuk oleh Ibunya sedangkan Bapaknya membawa barang-barang Almira. Rumah masa kecil yang tidak banyak berubah itu mampu menghangatkan Almira.***Sudah dua hari Almira berada dirumah orang tuanya, handphonenya pun masih belum ia hidupkan, beberapa kali Damar mencoba menghubungi nomor orang tuanya, tetapi Almira masih enggan berbicara dengan lelaki pilihannya itu.Pagi ini Ibunya sudah menyiapkan singkong goreng dan teh hangat untuk sarapan, mereka pun sarapan bersama dilantai beralaskan tikar, keadaan rumah Almira memang sangat sederhana tetapi Almira sangat nyaman berada disana, kasih sayang dari kedua orang tuanya membuat Almira merasakan kehangatan keluarga.Belum selesai Almira menghabiskan singkong goreng ditangannya, tiba-tiba Almira merasa perutnya mual dan ingin muntah, Almira berlari kedapur, Ibunya pun mengikuti Almira dari belakang untuk memastikan keadaan Almira."Kenapa nduk? kamu sakit? masuk angin ya? ayo kekamar saja, nanti Ibu keroki ya, jangan banyak pikiran nduk jadinya sakit begini kan."Almira menggelengkan kepalanya dia tidak tahu kenapa badannya tiba-tiba menjadi lemah, yang dia rasakan saat ini ingin muntah terus-terusan."Kenapa badanku lemes banget ya."BERSAMBUNG...Sudah seharian Almira berbaring saja dikamar, Ibunya dengan setia menyiapkan semua keperluan Almira, Ibunya juga tidak segan-segan untuk memijat anak semata wayangnya itu. Almira memang anak satu-satunya, Bapak dan Ibunya mendapatkan dia saat usianya tidak lagi muda, Almira merupakan mukjizat yang diberikan Allah untuk kedua orang tuanya setelah puluhan tahun menantikan buah hati, jadi wajar Almira begitu sangat disayangi. "Gimana nduk? masih mual terus?'' Tanya Ibunya sambil memberikan teh hangat untuk mengisi perut Almira yang dari tadi masih tidak mau makan, karena setelah mencoba makan, perutnya seperti keram dan kembali memuntahkan semua makanan yang ia makan. Almira menganggukkan kepalanya, wajahnya sangat pucat. "Jangan-jangan kamu lagi hamil ya nduk? tanda-tanda nya seperti orang sedang hamil muda'' Mata Almira melotot kearah Ibunya, Almira menggelengkan kepalanya. "Mira cuma kecapekan aja dijalan kemarin Bu." Perasaan Almira menjadi campur aduk. "Ya sudah untuk memasti
"Damar!" Teriak Pak Gandi, membuat Damar yang tertidur di bangku kemudi mobil itu kaget dan menarik tangannya yang sedang dipegang erat oleh Danira. Damar langsung turun dari mobil dan menghampiri Bapak mertuanya yang mukanya sudah seperti tomat karena menahan emosi. "Masuk kamu kedalam rumah!" Titah Pak Gandi, Almira memilih masuk kedalam kekamarnya, Ia masih enggan bertemu dengan lelaki yang dulu sangat ia sayangi itu. "Mas aku ikut." Ujar Danira sambil menggendong Amora yang masih tertidur. "Kamu tetap disitu, aku mau menyelesaikan masalah anakku dengan Damar." Bapak nya Almira tidak ingin Almira semakin sakit hati melihat Damar dan Danira datang secara bersamaan. "Duduk disitu kamu." Ujar Bapak dengan wajah penuh emosi. Ibu memanggil Almira untuk ikut bertemu dengan Damar karena bagaimana pun juga Almira harus tahu keputusan apa yang akan ia ambil. Almira pun keluar dari kamar saat Bapaknya sedang mengintrogasi Damar, bayangan Almira kembali kebeberapa bulan yang lalu diman
"Bapak titip Mira ya Damar, tolong dijaga perasaannya, ingat Istri Mu ini sedang mengandung buah cinta kalian. " Ujar Pak Gandi saat Damar dan Almira hendak pulang ke rumah Mereka. Damar mengangguk dan mencium punggung tangan Pak Gandi. Almira akhirnya luluh juga mau bersedia pulang ke rumah kontrakan Mereka. Almira tidak kuasa menahan air matanya, saat melihat wajah tua kedua orangtuanya. "Ndak usah nangis nduk, nanti Bapak dan Ibu akan datang saat Kamu lahiran, Kamu yang kuat dan sabar ya, namanya rumah tangga itu ada pasang surutnya, apalagi rumah tangga yang baru seumur jagung, masih butuh banyak penyesuaian. " Pesan Pak Gandi saat mengantarkan Almira masuk kedalam mobil yang akan mengantarkan Almira ke rumah kontrakannya. Tangis Almira masih saja pecah saat mobil mulai meninggalkan halaman rumah masa kecilnya itu, membuat Damar kewalahan dan sedikit kesal. "Sudah lah jangan menangis terus, nanti apa kata orang. "Bukannya diam Almira malah menambah volume suaranya, membuat o
"Suami terbaikku." Almira memposting foto Damar di sosial media dengan keterangan yang sangat manis, foto Damar yang hanya tampak punggung itu menarik banyak perhatian teman-teman Almira untuk berkomentar. Rata-rata teman-teman Almira mengungkapkan rasa kagumnya kepada Damar, sebagai seorang Suami Damar memang memperlakukan Almira layaknya seorang ratu, sebagai pasangan Pasutri baru, rumah tangga Damar dan Almira sedang hangat-hangatnya. "Keren banget Suaminya Almira, selain ganteng ternyata sayang banget sama Kamu Almira, sisakan satu lelaki seperti ini ya Allah" "Dimana mencari lelaki seperti ini zaman sekarang ya" Masih banyak lagi komentar-komentar lain yang mengungkapkan betapa beruntungnya Almira memiliki Damar, tetapi mata Almira tiba-tiba tertuju pada satu komentar yang membuat Almira mengernyitkan dahinya, berbeda dengan kebanyakan komentar yang didapat, komentar kali ini mengingatkan Almira tentang pelakor. "Pelakor sedang mengintai Mbak, sebaiknya tidak sering-sering
Tit Tit Damar pulang tepat jam lima sore, Almira yang masih kesal tetap membuka kan pintu untuk Damar tetapi tanpa senyum ia berdiri didepan pintu. "Sayang Mas kenapa cemberut seperti itu sih, nanti cantiknya hilang loh." Ujar Damar sambil menyerahkan bungkusan yang berisi martabak, sejak menikah setiap pulang kerumah Damar tidak pernah absen membelikan bingkisan untuk Istrinya. "Cantikan mana Aku sama Danira itu Mas?" Almira memonyongkan mulutnya, sangking gemasnya Damar mencubit pipi Almira sambil terkekeh. "Tuh kan kamu malah tertawa seneng ya lihat Istrinya sakit hati?" Almira menghentakkan kakinya dan meninggalkan Damar, Almira memang masih suka ngambek, Damar tidak tinggal diam dia langsung mengejar Almira. "Ya jelas cantikan Istri Mas ini lah, Danira itu cuma teman sekolah Mas sayang, lagian dia juga sudah punya anak, jangan marah-marah lagi dong Mas sedih kalau kamu marah-marah gini." Senyum merekah keluar dari bibir Almira setelah tahu bahwa perempuan yang bernama Dani
"Bapak titip Mira ya Damar, tolong dijaga perasaannya, ingat Istri Mu ini sedang mengandung buah cinta kalian. " Ujar Pak Gandi saat Damar dan Almira hendak pulang ke rumah Mereka. Damar mengangguk dan mencium punggung tangan Pak Gandi. Almira akhirnya luluh juga mau bersedia pulang ke rumah kontrakan Mereka. Almira tidak kuasa menahan air matanya, saat melihat wajah tua kedua orangtuanya. "Ndak usah nangis nduk, nanti Bapak dan Ibu akan datang saat Kamu lahiran, Kamu yang kuat dan sabar ya, namanya rumah tangga itu ada pasang surutnya, apalagi rumah tangga yang baru seumur jagung, masih butuh banyak penyesuaian. " Pesan Pak Gandi saat mengantarkan Almira masuk kedalam mobil yang akan mengantarkan Almira ke rumah kontrakannya. Tangis Almira masih saja pecah saat mobil mulai meninggalkan halaman rumah masa kecilnya itu, membuat Damar kewalahan dan sedikit kesal. "Sudah lah jangan menangis terus, nanti apa kata orang. "Bukannya diam Almira malah menambah volume suaranya, membuat o
"Damar!" Teriak Pak Gandi, membuat Damar yang tertidur di bangku kemudi mobil itu kaget dan menarik tangannya yang sedang dipegang erat oleh Danira. Damar langsung turun dari mobil dan menghampiri Bapak mertuanya yang mukanya sudah seperti tomat karena menahan emosi. "Masuk kamu kedalam rumah!" Titah Pak Gandi, Almira memilih masuk kedalam kekamarnya, Ia masih enggan bertemu dengan lelaki yang dulu sangat ia sayangi itu. "Mas aku ikut." Ujar Danira sambil menggendong Amora yang masih tertidur. "Kamu tetap disitu, aku mau menyelesaikan masalah anakku dengan Damar." Bapak nya Almira tidak ingin Almira semakin sakit hati melihat Damar dan Danira datang secara bersamaan. "Duduk disitu kamu." Ujar Bapak dengan wajah penuh emosi. Ibu memanggil Almira untuk ikut bertemu dengan Damar karena bagaimana pun juga Almira harus tahu keputusan apa yang akan ia ambil. Almira pun keluar dari kamar saat Bapaknya sedang mengintrogasi Damar, bayangan Almira kembali kebeberapa bulan yang lalu diman
Sudah seharian Almira berbaring saja dikamar, Ibunya dengan setia menyiapkan semua keperluan Almira, Ibunya juga tidak segan-segan untuk memijat anak semata wayangnya itu. Almira memang anak satu-satunya, Bapak dan Ibunya mendapatkan dia saat usianya tidak lagi muda, Almira merupakan mukjizat yang diberikan Allah untuk kedua orang tuanya setelah puluhan tahun menantikan buah hati, jadi wajar Almira begitu sangat disayangi. "Gimana nduk? masih mual terus?'' Tanya Ibunya sambil memberikan teh hangat untuk mengisi perut Almira yang dari tadi masih tidak mau makan, karena setelah mencoba makan, perutnya seperti keram dan kembali memuntahkan semua makanan yang ia makan. Almira menganggukkan kepalanya, wajahnya sangat pucat. "Jangan-jangan kamu lagi hamil ya nduk? tanda-tanda nya seperti orang sedang hamil muda'' Mata Almira melotot kearah Ibunya, Almira menggelengkan kepalanya. "Mira cuma kecapekan aja dijalan kemarin Bu." Perasaan Almira menjadi campur aduk. "Ya sudah untuk memasti
Saat sibuk mengemas baju-bajunya tiba-tiba handphone Almira berbunyi, Almira pun mengambil ponsel yang ada didalam saku baju gamis yang ia pakai saat ini. "[Jangan marah-marah terus sama Damar, kasihan banget loh Damar dia sedih punya Istri bocil kayak kamu gini, lihat ni dari tadi aku suruh pulang dia nggak mau, sekarang kamu tahu kan prioritas Damar itu bukan kamu tapi Amora]" Pesan yang dikirimkan oleh nomor baru disertai foto Damar sedang bermain dengan Amora disebuah rumah cukup besar, membuat Almira sangat sakit hati. Tetapi Almira memilih tidak membalas pesan itu, dia yakin Danira memang sengaja membuat hatinya panas. Almira mendongakkan kepalanya keatas menahan agar air matanya tidak keluar lagi. "Aku Istri sahnya Mas Damar, aku tidak boleh kalah dengan perempuan yang sepertinya punya maksud tidak bagus untuk keluarga kecilku." Ujar Almira menenangkan hatinya, Almira baru beberapa bulan ini merasakan kebahagiaan yang luar biasa setelah dinikahi oleh lelaki seperti Damar, t
Tit Tit Damar pulang tepat jam lima sore, Almira yang masih kesal tetap membuka kan pintu untuk Damar tetapi tanpa senyum ia berdiri didepan pintu. "Sayang Mas kenapa cemberut seperti itu sih, nanti cantiknya hilang loh." Ujar Damar sambil menyerahkan bungkusan yang berisi martabak, sejak menikah setiap pulang kerumah Damar tidak pernah absen membelikan bingkisan untuk Istrinya. "Cantikan mana Aku sama Danira itu Mas?" Almira memonyongkan mulutnya, sangking gemasnya Damar mencubit pipi Almira sambil terkekeh. "Tuh kan kamu malah tertawa seneng ya lihat Istrinya sakit hati?" Almira menghentakkan kakinya dan meninggalkan Damar, Almira memang masih suka ngambek, Damar tidak tinggal diam dia langsung mengejar Almira. "Ya jelas cantikan Istri Mas ini lah, Danira itu cuma teman sekolah Mas sayang, lagian dia juga sudah punya anak, jangan marah-marah lagi dong Mas sedih kalau kamu marah-marah gini." Senyum merekah keluar dari bibir Almira setelah tahu bahwa perempuan yang bernama Dani
"Suami terbaikku." Almira memposting foto Damar di sosial media dengan keterangan yang sangat manis, foto Damar yang hanya tampak punggung itu menarik banyak perhatian teman-teman Almira untuk berkomentar. Rata-rata teman-teman Almira mengungkapkan rasa kagumnya kepada Damar, sebagai seorang Suami Damar memang memperlakukan Almira layaknya seorang ratu, sebagai pasangan Pasutri baru, rumah tangga Damar dan Almira sedang hangat-hangatnya. "Keren banget Suaminya Almira, selain ganteng ternyata sayang banget sama Kamu Almira, sisakan satu lelaki seperti ini ya Allah" "Dimana mencari lelaki seperti ini zaman sekarang ya" Masih banyak lagi komentar-komentar lain yang mengungkapkan betapa beruntungnya Almira memiliki Damar, tetapi mata Almira tiba-tiba tertuju pada satu komentar yang membuat Almira mengernyitkan dahinya, berbeda dengan kebanyakan komentar yang didapat, komentar kali ini mengingatkan Almira tentang pelakor. "Pelakor sedang mengintai Mbak, sebaiknya tidak sering-sering