Home / Pernikahan / Biarkan Aku Pergi / Datang Bersama Perempuan Itu

Share

Datang Bersama Perempuan Itu

Author: Asni Sha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Damar!" Teriak Pak Gandi, membuat Damar yang tertidur di bangku kemudi mobil itu kaget dan menarik tangannya yang sedang dipegang erat oleh Danira.

Damar langsung turun dari mobil dan menghampiri Bapak mertuanya yang mukanya sudah seperti tomat karena menahan emosi.

"Masuk kamu kedalam rumah!" Titah Pak Gandi, Almira memilih masuk kedalam kekamarnya, Ia masih enggan bertemu dengan lelaki yang dulu sangat ia sayangi itu.

"Mas aku ikut." Ujar Danira sambil menggendong Amora yang masih tertidur.

"Kamu tetap disitu, aku mau menyelesaikan masalah anakku dengan Damar." Bapak nya Almira tidak ingin Almira semakin sakit hati melihat Damar dan Danira datang secara bersamaan.

"Duduk disitu kamu." Ujar Bapak dengan wajah penuh emosi.

Ibu memanggil Almira untuk ikut bertemu dengan Damar karena bagaimana pun juga Almira harus tahu keputusan apa yang akan ia ambil.

Almira pun keluar dari kamar saat Bapaknya sedang mengintrogasi Damar, bayangan Almira kembali kebeberapa bulan yang lalu dimana Damar meminta izin kepada Bapaknya untuk mempersuntingnya sebagai Istri.

Almira memilih duduk disamping Bapaknya dengan wajah enggan melihat kearah Damar.

"Jadi mau kamu saat ini bagaimana Damar, kalau memang kamu tidak menyayangi anakku lagi lebih baik kamu lepaskan, kembalikan kepada kami, karena buat kami Almira adalah harta yang paling berharga." Dengan suara sangat lantang Bapak menatap Damar yang menunduk lesu seperti ayam yang siap dipotong.

"Maafkan Damar kalau sudah menyakiti Almira Pak, tapi tidak ada niat dihati Damar untuk menyakitinya, Damar sangat menyayangi Almira, Damar ingin Almira pulang lagi kerumah kami." Sesekali Damar menatap Almira yang kelihatan sangat lesu, karena memang beberapa hari ini dia tidak bisa makan nasi.

"Dengan kamu membawa Danira yang kamu bilang hanya teman kerumah ini, sudah membuat aku sakit hati Mas, mohon maaf aku belum bisa pulang kerumah kalau sikap kamu belum berubah dan lebih mementingkan Danira dan anaknya itu."Almira melangkah kekamarnya lagi, Damar mencoba menghalangi.

"Biarkan Almira istirahat, kasihan dia dalam keadaan hamil malah Suaminya tidak perhatian dan lebih memilih memperhatikan anak orang lain." Kali ini Ibunya Almira yang ikut berkomentar, Ibu langsung menemani Almira didalam kamar yang sudah menangis sesugukan.

Damar bengong mendengar Ibu mertuanya.

"Apa benar yang dikatakan Ibu Pak? kalau Almira saat ini sedang hamil anak Damar?"

"Jadi menurut kamu hamil anak siapa? bukannya kamu Suaminya?" Dengan nada ketus Pak Gandi terbawa emosi.

Damar menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu, dia tidak menyangka Almira sedang mengandung anaknya.

"Makanya kemarin itu Bapak belum mengizinkan kamu menikah dengan Almira takutnya ya seperti ini, ingat Damar hormon perempuan yang sedang hamil itu memang sangat sensitif seharusnya kamu lebih pengertian kepada Almira."

Damar mengusap-usap wajahnya.

"Maafkan Damar Pak, Damar janji akan lebih memperhatikan Almira, tapi izinkan Damar membawa Almira pulang Pak." Ucap Damar.

"Suruh perempuan yang didalam mobil itu masuk, bapak mau ngomong sama perempuan itu, sebelum kamu membawa Almira pulang."

"Tapi pak, Danira tidak tahu apa-apa dia hanya teman Damar, dia hanya menolong Damar, seharusnya Almira senang Damar punya teman yang baik seperti Daniar yang rela meminjamkan uang saat Damar belum gajian atau dalam keadaan kepepet."

"Mana ada sih lelaki sama perempuan itu tulus berteman kalau tidak ada apa-apanya, Bapak ini lelaki dan pernah muda juga Damar, jadi tidak bisa kamu bohongi dengan mudah, kok kamu seperti ketakutan begitu? kalau kamu tidak ada apa-apa dengan perempuan itu tidak panik dong, teman kamu berarti teman Almira juga, tapi menurut Almira dia tidak pernah kamu kenalkan." Damar hanya bisa pasrah, ia memanggil Daniar yang ada didalam mobil untuk mengajak masuk kedalam, Damar juga menggendong Amora yang kelihatan sangat senang digendong oleh lelaki yang ia panggil Papi itu.

Danira masuk kerumah Almira, ia mengedarkan pandangannya, sebelum duduk Daniar juga mengambil tisu yang ada didalam tasnya untuk mengelap bangku. Melihat itu Bapak Gandi sangat emosi.

"Hei orang kaya, walaupun rumah saya ini jelek tapi Istri saya setiap pagi membersihkannya, jadi jangan menghina seperti itu kamu." Bapak Gandi sangat tersinggung.

"Kakek jangan marah-marah sama mami, nanti mami sedih." Amora menatap Bapak, Bapak menjadi tidak enak dan meminta Istrinya untuk membawa Amora bermain, karena bagaimanapun juga Amora masih sangat kecil untuk mendengar obrolan orang dewasa itu.

Setelah Amora pergi, Bapak langsung mengintrogasi Danira dan Damar.

"Jawab jujur ya orang kaya, ada hubungan apa kamu dengan anak menantu saya ini, kamu kan orang kaya bisa mencari teman yang sepadan dengan kamu, apa sih yang kamu lihat dari menantu saya ini, dia cuma orang miskin untuk makan saja terkadang masih memnita dari saya." Bapak dan Ibu memang sering mengirimkan sejumlah uang untuk Damar walaupun pernikahannya masih seumur jagung tetapi Damar tidak segan sering mengeluh dengan keadaan ekonomi nya yang pas-pasan.

"Amora sangat dekat dengan Mas Damar, apa pun yang membuat Amora bahagia aku rela melakukannya, termasuk mendapat hinaan dari orang-orang karena dianggap janda yang suka mengganggu rumah tangga orang lain, lagian aku yakin Mas Damar bahagia saat bersama kami, aku harap Almira bisa ikhlas membiarkan Mas Damar bahagia bersama kami."

Damar melotot, dan kelihatan sangat panik.

"Danira, apa-apaan kamu, jangan memperkeruh suasana, aku sangat menyayangi Almira." Damar mendengus kesal kearah Danira.

"Biarkan ini menjadi jelas Damar, kalau perempuan ini sudah terang-terangan mengatakan bahwa dia mempunyai tujuan lain dengan kamu, semua sekarang tergantung sama kamu Damar, sebagai seorang lelaki kamu harus mengambil keputusan, ingin bertahan dengan perempuan miskin yang sedang mengandung anak kamu, atau kamu malah lebih memilih wanita kaya ini." Bapak memberikan dua pilihan yang membuat Damar sangat pusing, Damar bukan pusing karena harus memilih siapa tetapi Damar bingung mau membayar hutang pakai apa dengan Danira.

Damar menghela nafas sangat panjang.

"Damar hanya menganggap Danira teman Pak, Amora sudah Damar anggap sebagai anak sendiri karena memang dari kecil sering bertemu Damar, Bapak harus yakin kalau Damar tidak akan berbuat macam-macam, kalau Danira mempunyai perasaan lain itu tentu haknya Danira, jadi biarkan Damar membawa Almira pulang Pak."

Almira keluar dari kamar.

"Aku tidak mau ikut pulang dengan kamu Mas, kamu bilang tadi punya hutang banyak sama perempuan ini Mas? berapa hutang kamu Mas."

Danira tersenyum mengejek.

"Kalian pasti tidak bisa membayar hutang-hutang Mas Damar, sudah lebih baik tinggalkan Mas Damar biarkan dia bahagia bersamaku."

"Aku bukan barang yang bisa kamu beli dengan uang Danira, beri aku waktu untuk melunasi hutang-hutangku." Danira mendekati Damar, dan mengelus punggung tangan Damar, Almira melihat itu sangat jijik.

"Kamu sebutkan saja berapa hutang Mas Damar."

Daniar mengeluarkan buku yang ternyata buku catatan hutang Damar kepadanya.

"Tiga puluh tujuh juta punya uang kamu? aku yakin rumah ini dijual saja belum tentu bisa untuk membayar hutang Mas Damar."

Almira mengambil barang dari sakunya.

"Ini ada emas, kalau kamu jual nilainya bisa jadi lebih dari hutangnya Mas Damar, mulai sekarang jangan ganggu keluarga kecil kami, sekarang juga kamu pergi."

Semua orang terpaku, tidak menyangka Almira memiliki simpanan sebanyak itu.

"Mas kalau besok-besok masih butuh datang kerumah ya, rumahku belum pindah kok." Danira mengedipakan matanya kearah Damar, lalu pergi meninggalkan rumah Almira dengan menggendong Amora yang ia rebut dari tangan Ibu endang.

BERSAMBUNG....

Related chapters

  • Biarkan Aku Pergi   Kembali Pulang

    "Bapak titip Mira ya Damar, tolong dijaga perasaannya, ingat Istri Mu ini sedang mengandung buah cinta kalian. " Ujar Pak Gandi saat Damar dan Almira hendak pulang ke rumah Mereka. Damar mengangguk dan mencium punggung tangan Pak Gandi. Almira akhirnya luluh juga mau bersedia pulang ke rumah kontrakan Mereka. Almira tidak kuasa menahan air matanya, saat melihat wajah tua kedua orangtuanya. "Ndak usah nangis nduk, nanti Bapak dan Ibu akan datang saat Kamu lahiran, Kamu yang kuat dan sabar ya, namanya rumah tangga itu ada pasang surutnya, apalagi rumah tangga yang baru seumur jagung, masih butuh banyak penyesuaian. " Pesan Pak Gandi saat mengantarkan Almira masuk kedalam mobil yang akan mengantarkan Almira ke rumah kontrakannya. Tangis Almira masih saja pecah saat mobil mulai meninggalkan halaman rumah masa kecilnya itu, membuat Damar kewalahan dan sedikit kesal. "Sudah lah jangan menangis terus, nanti apa kata orang. "Bukannya diam Almira malah menambah volume suaranya, membuat o

  • Biarkan Aku Pergi   Siapa Perempuan Itu?

    "Suami terbaikku." Almira memposting foto Damar di sosial media dengan keterangan yang sangat manis, foto Damar yang hanya tampak punggung itu menarik banyak perhatian teman-teman Almira untuk berkomentar. Rata-rata teman-teman Almira mengungkapkan rasa kagumnya kepada Damar, sebagai seorang Suami Damar memang memperlakukan Almira layaknya seorang ratu, sebagai pasangan Pasutri baru, rumah tangga Damar dan Almira sedang hangat-hangatnya. "Keren banget Suaminya Almira, selain ganteng ternyata sayang banget sama Kamu Almira, sisakan satu lelaki seperti ini ya Allah" "Dimana mencari lelaki seperti ini zaman sekarang ya" Masih banyak lagi komentar-komentar lain yang mengungkapkan betapa beruntungnya Almira memiliki Damar, tetapi mata Almira tiba-tiba tertuju pada satu komentar yang membuat Almira mengernyitkan dahinya, berbeda dengan kebanyakan komentar yang didapat, komentar kali ini mengingatkan Almira tentang pelakor. "Pelakor sedang mengintai Mbak, sebaiknya tidak sering-sering

  • Biarkan Aku Pergi   Pertemuan Tanpa Diduga

    Tit Tit Damar pulang tepat jam lima sore, Almira yang masih kesal tetap membuka kan pintu untuk Damar tetapi tanpa senyum ia berdiri didepan pintu. "Sayang Mas kenapa cemberut seperti itu sih, nanti cantiknya hilang loh." Ujar Damar sambil menyerahkan bungkusan yang berisi martabak, sejak menikah setiap pulang kerumah Damar tidak pernah absen membelikan bingkisan untuk Istrinya. "Cantikan mana Aku sama Danira itu Mas?" Almira memonyongkan mulutnya, sangking gemasnya Damar mencubit pipi Almira sambil terkekeh. "Tuh kan kamu malah tertawa seneng ya lihat Istrinya sakit hati?" Almira menghentakkan kakinya dan meninggalkan Damar, Almira memang masih suka ngambek, Damar tidak tinggal diam dia langsung mengejar Almira. "Ya jelas cantikan Istri Mas ini lah, Danira itu cuma teman sekolah Mas sayang, lagian dia juga sudah punya anak, jangan marah-marah lagi dong Mas sedih kalau kamu marah-marah gini." Senyum merekah keluar dari bibir Almira setelah tahu bahwa perempuan yang bernama Dani

  • Biarkan Aku Pergi   Pulang Kampung

    Saat sibuk mengemas baju-bajunya tiba-tiba handphone Almira berbunyi, Almira pun mengambil ponsel yang ada didalam saku baju gamis yang ia pakai saat ini. "[Jangan marah-marah terus sama Damar, kasihan banget loh Damar dia sedih punya Istri bocil kayak kamu gini, lihat ni dari tadi aku suruh pulang dia nggak mau, sekarang kamu tahu kan prioritas Damar itu bukan kamu tapi Amora]" Pesan yang dikirimkan oleh nomor baru disertai foto Damar sedang bermain dengan Amora disebuah rumah cukup besar, membuat Almira sangat sakit hati. Tetapi Almira memilih tidak membalas pesan itu, dia yakin Danira memang sengaja membuat hatinya panas. Almira mendongakkan kepalanya keatas menahan agar air matanya tidak keluar lagi. "Aku Istri sahnya Mas Damar, aku tidak boleh kalah dengan perempuan yang sepertinya punya maksud tidak bagus untuk keluarga kecilku." Ujar Almira menenangkan hatinya, Almira baru beberapa bulan ini merasakan kebahagiaan yang luar biasa setelah dinikahi oleh lelaki seperti Damar, t

  • Biarkan Aku Pergi   Hamil

    Sudah seharian Almira berbaring saja dikamar, Ibunya dengan setia menyiapkan semua keperluan Almira, Ibunya juga tidak segan-segan untuk memijat anak semata wayangnya itu. Almira memang anak satu-satunya, Bapak dan Ibunya mendapatkan dia saat usianya tidak lagi muda, Almira merupakan mukjizat yang diberikan Allah untuk kedua orang tuanya setelah puluhan tahun menantikan buah hati, jadi wajar Almira begitu sangat disayangi. "Gimana nduk? masih mual terus?'' Tanya Ibunya sambil memberikan teh hangat untuk mengisi perut Almira yang dari tadi masih tidak mau makan, karena setelah mencoba makan, perutnya seperti keram dan kembali memuntahkan semua makanan yang ia makan. Almira menganggukkan kepalanya, wajahnya sangat pucat. "Jangan-jangan kamu lagi hamil ya nduk? tanda-tanda nya seperti orang sedang hamil muda'' Mata Almira melotot kearah Ibunya, Almira menggelengkan kepalanya. "Mira cuma kecapekan aja dijalan kemarin Bu." Perasaan Almira menjadi campur aduk. "Ya sudah untuk memasti

Latest chapter

  • Biarkan Aku Pergi   Kembali Pulang

    "Bapak titip Mira ya Damar, tolong dijaga perasaannya, ingat Istri Mu ini sedang mengandung buah cinta kalian. " Ujar Pak Gandi saat Damar dan Almira hendak pulang ke rumah Mereka. Damar mengangguk dan mencium punggung tangan Pak Gandi. Almira akhirnya luluh juga mau bersedia pulang ke rumah kontrakan Mereka. Almira tidak kuasa menahan air matanya, saat melihat wajah tua kedua orangtuanya. "Ndak usah nangis nduk, nanti Bapak dan Ibu akan datang saat Kamu lahiran, Kamu yang kuat dan sabar ya, namanya rumah tangga itu ada pasang surutnya, apalagi rumah tangga yang baru seumur jagung, masih butuh banyak penyesuaian. " Pesan Pak Gandi saat mengantarkan Almira masuk kedalam mobil yang akan mengantarkan Almira ke rumah kontrakannya. Tangis Almira masih saja pecah saat mobil mulai meninggalkan halaman rumah masa kecilnya itu, membuat Damar kewalahan dan sedikit kesal. "Sudah lah jangan menangis terus, nanti apa kata orang. "Bukannya diam Almira malah menambah volume suaranya, membuat o

  • Biarkan Aku Pergi   Datang Bersama Perempuan Itu

    "Damar!" Teriak Pak Gandi, membuat Damar yang tertidur di bangku kemudi mobil itu kaget dan menarik tangannya yang sedang dipegang erat oleh Danira. Damar langsung turun dari mobil dan menghampiri Bapak mertuanya yang mukanya sudah seperti tomat karena menahan emosi. "Masuk kamu kedalam rumah!" Titah Pak Gandi, Almira memilih masuk kedalam kekamarnya, Ia masih enggan bertemu dengan lelaki yang dulu sangat ia sayangi itu. "Mas aku ikut." Ujar Danira sambil menggendong Amora yang masih tertidur. "Kamu tetap disitu, aku mau menyelesaikan masalah anakku dengan Damar." Bapak nya Almira tidak ingin Almira semakin sakit hati melihat Damar dan Danira datang secara bersamaan. "Duduk disitu kamu." Ujar Bapak dengan wajah penuh emosi. Ibu memanggil Almira untuk ikut bertemu dengan Damar karena bagaimana pun juga Almira harus tahu keputusan apa yang akan ia ambil. Almira pun keluar dari kamar saat Bapaknya sedang mengintrogasi Damar, bayangan Almira kembali kebeberapa bulan yang lalu diman

  • Biarkan Aku Pergi   Hamil

    Sudah seharian Almira berbaring saja dikamar, Ibunya dengan setia menyiapkan semua keperluan Almira, Ibunya juga tidak segan-segan untuk memijat anak semata wayangnya itu. Almira memang anak satu-satunya, Bapak dan Ibunya mendapatkan dia saat usianya tidak lagi muda, Almira merupakan mukjizat yang diberikan Allah untuk kedua orang tuanya setelah puluhan tahun menantikan buah hati, jadi wajar Almira begitu sangat disayangi. "Gimana nduk? masih mual terus?'' Tanya Ibunya sambil memberikan teh hangat untuk mengisi perut Almira yang dari tadi masih tidak mau makan, karena setelah mencoba makan, perutnya seperti keram dan kembali memuntahkan semua makanan yang ia makan. Almira menganggukkan kepalanya, wajahnya sangat pucat. "Jangan-jangan kamu lagi hamil ya nduk? tanda-tanda nya seperti orang sedang hamil muda'' Mata Almira melotot kearah Ibunya, Almira menggelengkan kepalanya. "Mira cuma kecapekan aja dijalan kemarin Bu." Perasaan Almira menjadi campur aduk. "Ya sudah untuk memasti

  • Biarkan Aku Pergi   Pulang Kampung

    Saat sibuk mengemas baju-bajunya tiba-tiba handphone Almira berbunyi, Almira pun mengambil ponsel yang ada didalam saku baju gamis yang ia pakai saat ini. "[Jangan marah-marah terus sama Damar, kasihan banget loh Damar dia sedih punya Istri bocil kayak kamu gini, lihat ni dari tadi aku suruh pulang dia nggak mau, sekarang kamu tahu kan prioritas Damar itu bukan kamu tapi Amora]" Pesan yang dikirimkan oleh nomor baru disertai foto Damar sedang bermain dengan Amora disebuah rumah cukup besar, membuat Almira sangat sakit hati. Tetapi Almira memilih tidak membalas pesan itu, dia yakin Danira memang sengaja membuat hatinya panas. Almira mendongakkan kepalanya keatas menahan agar air matanya tidak keluar lagi. "Aku Istri sahnya Mas Damar, aku tidak boleh kalah dengan perempuan yang sepertinya punya maksud tidak bagus untuk keluarga kecilku." Ujar Almira menenangkan hatinya, Almira baru beberapa bulan ini merasakan kebahagiaan yang luar biasa setelah dinikahi oleh lelaki seperti Damar, t

  • Biarkan Aku Pergi   Pertemuan Tanpa Diduga

    Tit Tit Damar pulang tepat jam lima sore, Almira yang masih kesal tetap membuka kan pintu untuk Damar tetapi tanpa senyum ia berdiri didepan pintu. "Sayang Mas kenapa cemberut seperti itu sih, nanti cantiknya hilang loh." Ujar Damar sambil menyerahkan bungkusan yang berisi martabak, sejak menikah setiap pulang kerumah Damar tidak pernah absen membelikan bingkisan untuk Istrinya. "Cantikan mana Aku sama Danira itu Mas?" Almira memonyongkan mulutnya, sangking gemasnya Damar mencubit pipi Almira sambil terkekeh. "Tuh kan kamu malah tertawa seneng ya lihat Istrinya sakit hati?" Almira menghentakkan kakinya dan meninggalkan Damar, Almira memang masih suka ngambek, Damar tidak tinggal diam dia langsung mengejar Almira. "Ya jelas cantikan Istri Mas ini lah, Danira itu cuma teman sekolah Mas sayang, lagian dia juga sudah punya anak, jangan marah-marah lagi dong Mas sedih kalau kamu marah-marah gini." Senyum merekah keluar dari bibir Almira setelah tahu bahwa perempuan yang bernama Dani

  • Biarkan Aku Pergi   Siapa Perempuan Itu?

    "Suami terbaikku." Almira memposting foto Damar di sosial media dengan keterangan yang sangat manis, foto Damar yang hanya tampak punggung itu menarik banyak perhatian teman-teman Almira untuk berkomentar. Rata-rata teman-teman Almira mengungkapkan rasa kagumnya kepada Damar, sebagai seorang Suami Damar memang memperlakukan Almira layaknya seorang ratu, sebagai pasangan Pasutri baru, rumah tangga Damar dan Almira sedang hangat-hangatnya. "Keren banget Suaminya Almira, selain ganteng ternyata sayang banget sama Kamu Almira, sisakan satu lelaki seperti ini ya Allah" "Dimana mencari lelaki seperti ini zaman sekarang ya" Masih banyak lagi komentar-komentar lain yang mengungkapkan betapa beruntungnya Almira memiliki Damar, tetapi mata Almira tiba-tiba tertuju pada satu komentar yang membuat Almira mengernyitkan dahinya, berbeda dengan kebanyakan komentar yang didapat, komentar kali ini mengingatkan Almira tentang pelakor. "Pelakor sedang mengintai Mbak, sebaiknya tidak sering-sering

DMCA.com Protection Status