Tit Tit Damar pulang tepat jam lima sore, Almira yang masih kesal tetap membuka kan pintu untuk Damar tetapi tanpa senyum ia berdiri didepan pintu. "Sayang Mas kenapa cemberut seperti itu sih, nanti cantiknya hilang loh." Ujar Damar sambil menyerahkan bungkusan yang berisi martabak, sejak menikah setiap pulang kerumah Damar tidak pernah absen membelikan bingkisan untuk Istrinya. "Cantikan mana Aku sama Danira itu Mas?" Almira memonyongkan mulutnya, sangking gemasnya Damar mencubit pipi Almira sambil terkekeh. "Tuh kan kamu malah tertawa seneng ya lihat Istrinya sakit hati?" Almira menghentakkan kakinya dan meninggalkan Damar, Almira memang masih suka ngambek, Damar tidak tinggal diam dia langsung mengejar Almira. "Ya jelas cantikan Istri Mas ini lah, Danira itu cuma teman sekolah Mas sayang, lagian dia juga sudah punya anak, jangan marah-marah lagi dong Mas sedih kalau kamu marah-marah gini." Senyum merekah keluar dari bibir Almira setelah tahu bahwa perempuan yang bernama Dani
Saat sibuk mengemas baju-bajunya tiba-tiba handphone Almira berbunyi, Almira pun mengambil ponsel yang ada didalam saku baju gamis yang ia pakai saat ini. "[Jangan marah-marah terus sama Damar, kasihan banget loh Damar dia sedih punya Istri bocil kayak kamu gini, lihat ni dari tadi aku suruh pulang dia nggak mau, sekarang kamu tahu kan prioritas Damar itu bukan kamu tapi Amora]" Pesan yang dikirimkan oleh nomor baru disertai foto Damar sedang bermain dengan Amora disebuah rumah cukup besar, membuat Almira sangat sakit hati. Tetapi Almira memilih tidak membalas pesan itu, dia yakin Danira memang sengaja membuat hatinya panas. Almira mendongakkan kepalanya keatas menahan agar air matanya tidak keluar lagi. "Aku Istri sahnya Mas Damar, aku tidak boleh kalah dengan perempuan yang sepertinya punya maksud tidak bagus untuk keluarga kecilku." Ujar Almira menenangkan hatinya, Almira baru beberapa bulan ini merasakan kebahagiaan yang luar biasa setelah dinikahi oleh lelaki seperti Damar, t
Sudah seharian Almira berbaring saja dikamar, Ibunya dengan setia menyiapkan semua keperluan Almira, Ibunya juga tidak segan-segan untuk memijat anak semata wayangnya itu. Almira memang anak satu-satunya, Bapak dan Ibunya mendapatkan dia saat usianya tidak lagi muda, Almira merupakan mukjizat yang diberikan Allah untuk kedua orang tuanya setelah puluhan tahun menantikan buah hati, jadi wajar Almira begitu sangat disayangi. "Gimana nduk? masih mual terus?'' Tanya Ibunya sambil memberikan teh hangat untuk mengisi perut Almira yang dari tadi masih tidak mau makan, karena setelah mencoba makan, perutnya seperti keram dan kembali memuntahkan semua makanan yang ia makan. Almira menganggukkan kepalanya, wajahnya sangat pucat. "Jangan-jangan kamu lagi hamil ya nduk? tanda-tanda nya seperti orang sedang hamil muda'' Mata Almira melotot kearah Ibunya, Almira menggelengkan kepalanya. "Mira cuma kecapekan aja dijalan kemarin Bu." Perasaan Almira menjadi campur aduk. "Ya sudah untuk memasti
"Damar!" Teriak Pak Gandi, membuat Damar yang tertidur di bangku kemudi mobil itu kaget dan menarik tangannya yang sedang dipegang erat oleh Danira. Damar langsung turun dari mobil dan menghampiri Bapak mertuanya yang mukanya sudah seperti tomat karena menahan emosi. "Masuk kamu kedalam rumah!" Titah Pak Gandi, Almira memilih masuk kedalam kekamarnya, Ia masih enggan bertemu dengan lelaki yang dulu sangat ia sayangi itu. "Mas aku ikut." Ujar Danira sambil menggendong Amora yang masih tertidur. "Kamu tetap disitu, aku mau menyelesaikan masalah anakku dengan Damar." Bapak nya Almira tidak ingin Almira semakin sakit hati melihat Damar dan Danira datang secara bersamaan. "Duduk disitu kamu." Ujar Bapak dengan wajah penuh emosi. Ibu memanggil Almira untuk ikut bertemu dengan Damar karena bagaimana pun juga Almira harus tahu keputusan apa yang akan ia ambil. Almira pun keluar dari kamar saat Bapaknya sedang mengintrogasi Damar, bayangan Almira kembali kebeberapa bulan yang lalu diman
"Bapak titip Mira ya Damar, tolong dijaga perasaannya, ingat Istri Mu ini sedang mengandung buah cinta kalian. " Ujar Pak Gandi saat Damar dan Almira hendak pulang ke rumah Mereka. Damar mengangguk dan mencium punggung tangan Pak Gandi. Almira akhirnya luluh juga mau bersedia pulang ke rumah kontrakan Mereka. Almira tidak kuasa menahan air matanya, saat melihat wajah tua kedua orangtuanya. "Ndak usah nangis nduk, nanti Bapak dan Ibu akan datang saat Kamu lahiran, Kamu yang kuat dan sabar ya, namanya rumah tangga itu ada pasang surutnya, apalagi rumah tangga yang baru seumur jagung, masih butuh banyak penyesuaian. " Pesan Pak Gandi saat mengantarkan Almira masuk kedalam mobil yang akan mengantarkan Almira ke rumah kontrakannya. Tangis Almira masih saja pecah saat mobil mulai meninggalkan halaman rumah masa kecilnya itu, membuat Damar kewalahan dan sedikit kesal. "Sudah lah jangan menangis terus, nanti apa kata orang. "Bukannya diam Almira malah menambah volume suaranya, membuat o
"Bapak titip Mira ya Damar, tolong dijaga perasaannya, ingat Istri Mu ini sedang mengandung buah cinta kalian. " Ujar Pak Gandi saat Damar dan Almira hendak pulang ke rumah Mereka. Damar mengangguk dan mencium punggung tangan Pak Gandi. Almira akhirnya luluh juga mau bersedia pulang ke rumah kontrakan Mereka. Almira tidak kuasa menahan air matanya, saat melihat wajah tua kedua orangtuanya. "Ndak usah nangis nduk, nanti Bapak dan Ibu akan datang saat Kamu lahiran, Kamu yang kuat dan sabar ya, namanya rumah tangga itu ada pasang surutnya, apalagi rumah tangga yang baru seumur jagung, masih butuh banyak penyesuaian. " Pesan Pak Gandi saat mengantarkan Almira masuk kedalam mobil yang akan mengantarkan Almira ke rumah kontrakannya. Tangis Almira masih saja pecah saat mobil mulai meninggalkan halaman rumah masa kecilnya itu, membuat Damar kewalahan dan sedikit kesal. "Sudah lah jangan menangis terus, nanti apa kata orang. "Bukannya diam Almira malah menambah volume suaranya, membuat o
"Damar!" Teriak Pak Gandi, membuat Damar yang tertidur di bangku kemudi mobil itu kaget dan menarik tangannya yang sedang dipegang erat oleh Danira. Damar langsung turun dari mobil dan menghampiri Bapak mertuanya yang mukanya sudah seperti tomat karena menahan emosi. "Masuk kamu kedalam rumah!" Titah Pak Gandi, Almira memilih masuk kedalam kekamarnya, Ia masih enggan bertemu dengan lelaki yang dulu sangat ia sayangi itu. "Mas aku ikut." Ujar Danira sambil menggendong Amora yang masih tertidur. "Kamu tetap disitu, aku mau menyelesaikan masalah anakku dengan Damar." Bapak nya Almira tidak ingin Almira semakin sakit hati melihat Damar dan Danira datang secara bersamaan. "Duduk disitu kamu." Ujar Bapak dengan wajah penuh emosi. Ibu memanggil Almira untuk ikut bertemu dengan Damar karena bagaimana pun juga Almira harus tahu keputusan apa yang akan ia ambil. Almira pun keluar dari kamar saat Bapaknya sedang mengintrogasi Damar, bayangan Almira kembali kebeberapa bulan yang lalu diman
Sudah seharian Almira berbaring saja dikamar, Ibunya dengan setia menyiapkan semua keperluan Almira, Ibunya juga tidak segan-segan untuk memijat anak semata wayangnya itu. Almira memang anak satu-satunya, Bapak dan Ibunya mendapatkan dia saat usianya tidak lagi muda, Almira merupakan mukjizat yang diberikan Allah untuk kedua orang tuanya setelah puluhan tahun menantikan buah hati, jadi wajar Almira begitu sangat disayangi. "Gimana nduk? masih mual terus?'' Tanya Ibunya sambil memberikan teh hangat untuk mengisi perut Almira yang dari tadi masih tidak mau makan, karena setelah mencoba makan, perutnya seperti keram dan kembali memuntahkan semua makanan yang ia makan. Almira menganggukkan kepalanya, wajahnya sangat pucat. "Jangan-jangan kamu lagi hamil ya nduk? tanda-tanda nya seperti orang sedang hamil muda'' Mata Almira melotot kearah Ibunya, Almira menggelengkan kepalanya. "Mira cuma kecapekan aja dijalan kemarin Bu." Perasaan Almira menjadi campur aduk. "Ya sudah untuk memasti
Saat sibuk mengemas baju-bajunya tiba-tiba handphone Almira berbunyi, Almira pun mengambil ponsel yang ada didalam saku baju gamis yang ia pakai saat ini. "[Jangan marah-marah terus sama Damar, kasihan banget loh Damar dia sedih punya Istri bocil kayak kamu gini, lihat ni dari tadi aku suruh pulang dia nggak mau, sekarang kamu tahu kan prioritas Damar itu bukan kamu tapi Amora]" Pesan yang dikirimkan oleh nomor baru disertai foto Damar sedang bermain dengan Amora disebuah rumah cukup besar, membuat Almira sangat sakit hati. Tetapi Almira memilih tidak membalas pesan itu, dia yakin Danira memang sengaja membuat hatinya panas. Almira mendongakkan kepalanya keatas menahan agar air matanya tidak keluar lagi. "Aku Istri sahnya Mas Damar, aku tidak boleh kalah dengan perempuan yang sepertinya punya maksud tidak bagus untuk keluarga kecilku." Ujar Almira menenangkan hatinya, Almira baru beberapa bulan ini merasakan kebahagiaan yang luar biasa setelah dinikahi oleh lelaki seperti Damar, t
Tit Tit Damar pulang tepat jam lima sore, Almira yang masih kesal tetap membuka kan pintu untuk Damar tetapi tanpa senyum ia berdiri didepan pintu. "Sayang Mas kenapa cemberut seperti itu sih, nanti cantiknya hilang loh." Ujar Damar sambil menyerahkan bungkusan yang berisi martabak, sejak menikah setiap pulang kerumah Damar tidak pernah absen membelikan bingkisan untuk Istrinya. "Cantikan mana Aku sama Danira itu Mas?" Almira memonyongkan mulutnya, sangking gemasnya Damar mencubit pipi Almira sambil terkekeh. "Tuh kan kamu malah tertawa seneng ya lihat Istrinya sakit hati?" Almira menghentakkan kakinya dan meninggalkan Damar, Almira memang masih suka ngambek, Damar tidak tinggal diam dia langsung mengejar Almira. "Ya jelas cantikan Istri Mas ini lah, Danira itu cuma teman sekolah Mas sayang, lagian dia juga sudah punya anak, jangan marah-marah lagi dong Mas sedih kalau kamu marah-marah gini." Senyum merekah keluar dari bibir Almira setelah tahu bahwa perempuan yang bernama Dani
"Suami terbaikku." Almira memposting foto Damar di sosial media dengan keterangan yang sangat manis, foto Damar yang hanya tampak punggung itu menarik banyak perhatian teman-teman Almira untuk berkomentar. Rata-rata teman-teman Almira mengungkapkan rasa kagumnya kepada Damar, sebagai seorang Suami Damar memang memperlakukan Almira layaknya seorang ratu, sebagai pasangan Pasutri baru, rumah tangga Damar dan Almira sedang hangat-hangatnya. "Keren banget Suaminya Almira, selain ganteng ternyata sayang banget sama Kamu Almira, sisakan satu lelaki seperti ini ya Allah" "Dimana mencari lelaki seperti ini zaman sekarang ya" Masih banyak lagi komentar-komentar lain yang mengungkapkan betapa beruntungnya Almira memiliki Damar, tetapi mata Almira tiba-tiba tertuju pada satu komentar yang membuat Almira mengernyitkan dahinya, berbeda dengan kebanyakan komentar yang didapat, komentar kali ini mengingatkan Almira tentang pelakor. "Pelakor sedang mengintai Mbak, sebaiknya tidak sering-sering