“Menantu Ayah tidur?” bisik Bima dan terus mencoba mengintip wajah menantunya yang kini pulas dalam tidurnya.
Kini Cakra memang tengah menggendong Ana yang tampak nyaman tidur menempel di punggung lebar Cakra. Keduanya baru saja tiba di kediaman Abinaya. Karena Cakra Ana pulang mendadak serta sampai di rumah ketika hampir tengah malam, jadi tidak banyak yang menyambut kepulangan mereka. Hanya ada Bima, Sintya serta Lili yang menyambut.
Sintya mendesah. “Kenapa pulang
Waktu berlalu, dan kini Ana sudah kembali pada kesehariannya sebagai mahasiswi di perguruan tinggi Majaraya. Dengan statusnya sebagai istri dari Cakradana Abinaya, tugas Ana saat ini bertambah menjadi dua kali lipat. Karena selain harus mengerjakan tugas kuliah, Ana juga harus mengerjakan tugas seorang istri. Memang terasa sangat melelahkan, tapi Ana tidak mau mengeluh. Ini tugasnya, dan Ana menikmatinya.Ana membereskan buku-bukunya saat kelas berakhir. Ditemani Tasha dan Kekeu, Ana melangkah menuju kantin. Tadi pagi Ana tidak sempat sarapan dan memilih untuk membawa sarapannya sebagai bekal makan siang. Jadi ketika tiba di kantin, bukannya memesan makan
Enam Bulan KemudianKediaman Abinaya tampak ramai dengan para tamu yang semuanya mengenakan pakaian adat jawa yang anggun. Tamu-tamu tersebut terdiri dari keluarga besar Abinaya, keluarga besar Ana, teman-teman Ana serta Cakra, dan beberapa keluarga rekan bisnis. Mereka semua hadir memenuhi undanga
Satu, dua, hingga tiga buah sayap ayam bumbu kecap disantap Ana dengan lahapnya. Lulu yang menemani hanya bisa tersenyum melihat nafsu makan ibu hamil satu ini. “Nyonya ingin tambah?”Ana menggeleng lalu meletakkan tulang, sebelum meminum es teh yang sudah tersedia. “Terima kasih, aku sudah kenyang. Tapi bisakah kamu menuangkan es tehnya lagi? Kenapa hari ini terasa sangat panas?” keluh Ana sembari menyeka keringat di keningnya.
Ana masih dalam mode merajuk. Mungkin ini periode meajuk Ana yang paling lama karena berhasil bertahan hampir dua tiga minggu. Cakra bahkan sudah kehabisan cara untuk membujuk Ana. ketika meminta bantuan pada Bima, dan yang lainnya, Cakra harus menahan kesal karena jawaban mereka semua.Dengan kompak mereka semua berkata, “Maaf, kami tidak mau ikut campur dalam masalah rumah tangga kalian. Jadi, bujuk istrimu sendiri.”
Jerit histeris terdengar dari tribun lapangan futsal yang terletak di gedung olahraga kampus Majaraya. Hal ini terjadi karena tahun ini, kampus Majaraya ditunjuk menjadi tuan rumah pertandingan futsal antar kampus. Kebetulan, siang ini tim futsal perwakilan kampus Majaraya tengah bertanding. Jadi, tidak mengherankan jika penonton didominasi oleh kaum hawa yang meneriakkan nama-nama mahasiswa yang menjadi primadona di kampus Majaraya, lebih tepatnya primadona untuk para remaja putri di kota ini.Tim futsal Majaraya terdiri dari lima mahasiswa yang memesona. Mereka terdiri dar
Kelopak mata Ana terasa berat untuk dibuka, ini pasti gara-gara tangisannya tadi malam. Ana duduk di tepi ranjang. Ingatannya kembali pada malam tadi. Rasa sakit hatinya masih jelas terasa hingga saat ini. Meskipun Ana menerima Cakra sebagai pacarnya atas permintaan opa serta omanya. Ana tetap merasa sakit dengan semua yang diucapkan oleh Cakra. Ini juga salah Ana. Kenapa dirinya menerima Cakra lima tahun yang lalu? Memang, saat itu Ana berpikir jika Cakra memang tidak sebaik yang dikatakan oleh opa dan omanya, Ana akan meminta putus. Sayangnya kenyataan tidak semudah yang dibayangkan oleh Ana. Selama lima tahun ini, Ana sudah lebih dari cukup mengenal Cakra. Kendali dalam hubungan ini ada di tangan Cakra, dan Ana hanya perlu menurut. Jika boleh jujur, Ana merasa tertekan dengan semua ini.
Karena Cakra harus membantu Bima di kantor, pagi ini Ana berangkat ke kampus sendirian. Begitu masuk kelas, Ana melihat teman-temannya berkumpul dan membicarakan hal serius. Karena posisi mereka yang memunggungi pintu, mereka tidak tahu jika kini Ana sudah tiba. Ana juga memilih untuk melangkah perlahan agar tak mengganggu pembicaraan mereka.“Tangan
“Benar, tidak apa-apa Kakak tinggal?” tanya Fatih.Ini hari kedua Fatih di Indonesia, dan sayangnya ia harus meninggalkan adiknya yang sakit, untuk segera kembali bertugas di rumah sakit. Di hari pertamanya ini, Fatih sudah memiliki jadwal operasi yang harus ia tangani. Ia merasa sangat bersalah jika harus meninggalkan Ana dalam kondisi seperti ini. “Kakak telepon Cakra ya, dia pasti mau menemanimu selama Kakak bertugas,” bujuk Fatih untuk kesekian kalinya. Jika saja Ana mau dir