Bab 99
Segenap keluarga Jonathan mendukung baik hubungan antara Ranty dan Abraham. Begitu pula dengan Brandy dan Mera.Sebagaimana hari ini, Ranty sengaja diundang ke rumah keluarga Abraham untuk makan malam bersama.Ternyata di luar dugaan, gadis itu malah datang lebih awal dari perkiraan. Wanita itu datang dengan sendirinya tanpa menunggu jemputan Abraham.Mera baru tahu, ternyata sosok Ranty begitu ramah dan boleh disebut sebagai sosok yang terbilang mudah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Sedikit berbeda dengan sikap Mera yang sedikit pendiam dan pemalu."Aduh... saya mau bantu-bantu di dapur boleh, ya?" disela-sela obrolan Ranty berkata."Oh tidak perlu, Nak Ranty. Khusus untuk memasak, ibu sudah siapkan beberapa asisten untuk melakukannya. Jadi kamu sama Mera tidak perlu memikirkan masalah masak-memasak." ujar Nyonya Jonathan lembut."Tapi Nyonya, saya memang hobi memasak." kilah Ranty dengan harBab 100Merah tengah menyiram bunga-bunga yang sedang bermekaran di pot taman tatkala dilihatnya seorang wanita yang tak asing datang ke rumah."Ada apa, Bi?" tanya Mera."Ada tamu menunggu di teras depan, Nyonya." jawab Bi Dian."Baiklah, aku akan menemuinya." Mera melangkah ke depan.Mera melengos ketika di lihatnya seorang wanita muda duduk di kursi teras. "Ada apa lagi wanita ini kemari?" Mera mendengus tak suka. "Selamat pagi, Mera. Bolehkah aku masuk?" Kirana berkata. "Tentu saja jika aku mempersilahkan." jawab Mera."Tapi kukira lebih baik kita mengobrol di sini saja." Mera melangkah menuju ke kursi taman samping. Mera merasa tak sudi jika harus mengajak wanita pembuat ulah itu masuk ke dalam rumah."Hmm... Tidak masalah." Kirana mengikuti langkah kaki Mera. Menyusuri pinggiran taman yang cukup asri. "Enak bener hidupmu ya, Mera. Udah disiapin hunian mewah
Bab 101"Oh maaf. Tadi aku salah bicara. Maksudku barusan adalah ancaman wanita ini." jawab Mera.Terlihat Kirana mendekat. "Jangan bohong kamu, Mera! Atau akan kebongkar rahasiamu!" Kirana berkata dengan sorot mata mengancam. Mera memperkuat pertahanan hati dan kesabaran. Kali ini ia pasrah, sekaligus siap dengan apapun yang terjadi. Baik jika Kirana membeberkan semuanya, atau pun tidak. Kirana seperti ingin berbicara, namun mendadak wanita itu menghentikan aksinya."Ayo tunggu apalagi, Kirana? Katakan saja rahasia apa yang ingin kau bongkar?" dengan berani Mera menantang.Kirana masih membisu. Mulutnya terkatup rapat, seolah ada sesuatu yang menghentikan niat dalam hatinya."Kirana! Sudah berulang kali aku katakan kepadamu, bahwa tidak usah berusaha untuk memperkeruh Rumah tangga kami lagi. Kita semua sudah dewasa, dan tentu saja kita tahu apa yang pantas dilakukan dan mana yang tidak pantas. Aku yakin kamu
Bab 102Tanpa terasa, hari dan bulan pun terus berlalu, keluarga Jonathan tengah bersuka cita menyambut kelahiran anggota baru keluarga mereka. Di mana kelahiran bayi yang di tunggu-tunggy tersebut tak akan lama lagi. Seorang bayi mungil akan segera hadir di tengah-tengah mereka. Di mana itu merupakan sebuah anugerah dan suatu kebanggaan tersendiri bagi keluarga Jonathan."Bi Dian? Bagaimana, Bi? Apakah semua persiapan sudah disiapkan?" Nyonya Jonathan sibuk memantau persiapan yang akan mereka bawa keesokan harinya. Ya, esok hari mereka sekeluarga akan mengantar Mera ke sebuah rumah sakit swasta terpercaya untuk melakukan prosedur kelahiran anggota keluarga baru mereka.Ya, sesuai dengan saran dokter, Mera tidak bisa melahirkan secara normal. Oleh karena itu tindakan operasi caesar adalah satu-satunya alternatif yang harus ia jalani. Nyonya Jonathan masih terlihat sibuk kesana kemari memastikan tidak akan ada barang-barang yang tertinggal. Ini a
Bab 103Gema tangis seorang bayi mungil membuat Abraham tersentak. Suara yang sesungguhnya amat ia rindukan. Namun sekaligus juga memilukan. Dalam kepiluan hati Abraham ada sebuah rasa yang mencuat dan tak bisa dimengerti oleh ia sendiri. Entah mengapa, Abraham yang mendengar suara tangis Bayi tersebut merasa jika si bayi mempunyai ikatan batin yang begitu kuat dalam diri Abraham sendiri. Seiring dengan menggemanya tangis bayi yang dielu-elukan oleh keluarganya, Abraham menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana bahagianya Brandy. Seketika saja rasa pilu semakin membuat luka hati Abraham semakin menganga.Tapi apa mau dikata, kebahagiaan itu memang pantas Brandy rasakan.Abraham memilih tak terlalu menampakan kepiluannya. Dia hanya tersenyum menyaksikan kebahagiaan Brandy dan seluruh keluarga yang lain. Pada sedikit kesempatan, Abraham mencoba melirik sejenak pada wajah bayi mungil yang sekarang berada di tangan su
Abraham menatap anak laki-laki di dalam pelukannya. Tidak terasa satu bulan telah berlalu, anak itu telah tumbuh menjadi anak yang tampan dan amat menggemaskan.Senyum anak tersebut membuat Abraham tak betah jika lama tak bertemu. Rindu selalu menghantuinya. Bahkan terkadang Abraham meminta Brandy untuk membawa serta anak tersebut ke kediaman keluarga besar Jonathan, dengan demikian, Abraham bisa dengan leluasa mencumbu anak yang diam-diam telah menarik perhatiannya. Dan anak laki-laki mungil tersebut pun terlihat begitu lengket kepada sang paman. Kerap kali Abraham merindukan anak itu dalam setiap kesehariannya, dan memimpikannya dalam tidur. Abraham tak bisa berbohong jika anak itulah yang menghambat langkahnya untuk kembali ke Jerman. Seminggu saja tak bertemy terhadap anak itu, membuat rindu Abraham kian terasa menggunung, apalagi jika dalam jangka waktu yang lama. Sungguh Abraham merasa tidak sanggup untuk itu.Lambat laun, A
Bab 105Brandy mengelus dada. Matanya terpejam, dan pikirannya jauh mengingat wajah istri dan wajah kakaknya. Sejenak potret yang tadi terpampang pada layar ponsel kembali terbayang. Ada rasa sakit terselip di sana.Sebenarnya jika pun ada foto kebersamaan di antara Abraham dan Mera, maka Brandy tak akan menjadikan itu sebagai sebuah masalah. Bukankah Abraham mengaku menganggap Mera sebagai Adiknya sendiri? Jadi adalah sebuah hal yang wajar apabila keduanya terlihat dekat. Tentu saja dalam kadar yang wajar. Dan selama ini juga berarti tidak pernah melihat adanya sesuatu yang berlebihan di antara mereka. Jadi sungguh sulit dipercaya jika ada hubungan yang terselubung di antara keduanya.Selama ini Brandy tidak pernah mencurigai hal yang tidak-tidak terjadi antara Abraham dan Mera, jangankan mencurigai, membayangkan pun Brandy tidak pernah.Meski sebenarnya jika keduanya terlibat dalam satu potret yang sama, Akan tetapi pada foto yang bar
Bab 106Untuk sementara, beberapa panggilan dari Mera sengaja Brandy abaikan. Terasa hati Brandy kurang siap untuk mendengar suara istrinya. Bukan karena benci, justru kata-kata benci itu amat jauh dari pikirannya. Akan tetapi yang Brandy rasa sekarang adalah bingung. Bingung akan tindakan apa yang sebaiknya harus dia lakukan. Apakah mungkin dia bertanya terus terang kepada Mera maupun kepada kakaknya sendiri? Tidak! Brandy menganggap itu bukanlah hal yang tepat. Jikalau hubungan gelap antara keduanya memang ada, maka mana mungkin keduanya mengaku. Dan Apabila ternyata orang asing yang mengirimkan pesan misterius tadi hanya mengada-ada saja, maka jika Brandy bertanya kebenarannya pada Mera maupun Abraham, maka pertanyaannya tentu saja akan menyakiti hati Abraham maupun hati Mera sendiri. Pada akhirnya Brandy benar-benar berkesimpulan bahwa tidaklah tepat untuk bertanya secara langsung.Suasana hati Brandy memang terasa gelisah, rasa semangatnya untuk sege
Bab 107Sedangkan Mera sendiri merasa adanya kejanggalan pada perubahan sikap suaminya. Namun tidak ada sesuatu hal besar yang bisa Mera lakukan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada diri Brandy.Mulai dari makan, hingga beraktivitas pun nampaknya Brandy tak bersemangat.Demi untuk mengembalikan keceriaan sang suami, Mera memutuskan untuk menyiapkan sarapan pagi, menyiapkan pakaian kerja, dan kebutuhan lainnya, merah memilih melakukan itu semua dengan tangannya sendiri tanpa melibatkan bantuan para asisten. Mera berpikir siapa tahu dengan demikian Brandy akan mengembalikan semangat Brandy.Dalam hati merah membatin Siapa tahu selama ini Brandy merasa kurang dilayani. Maka Mera berinisiatif untuk tidak terlalu bergantung pada asisten. Tapi jauh dari harapan, Brandy tetap terlihat kurang bersemangat. Ia hanya menyuapkan beberapa suapan saja menu-menu masakan Mera ke dalam mulutnya. Sebenarnya, naluri seorang istri