Bab 102
Tanpa terasa, hari dan bulan pun terus berlalu, keluarga Jonathan tengah bersuka cita menyambut kelahiran anggota baru keluarga mereka. Di mana kelahiran bayi yang di tunggu-tunggy tersebut tak akan lama lagi. Seorang bayi mungil akan segera hadir di tengah-tengah mereka. Di mana itu merupakan sebuah anugerah dan suatu kebanggaan tersendiri bagi keluarga Jonathan."Bi Dian? Bagaimana, Bi? Apakah semua persiapan sudah disiapkan?" Nyonya Jonathan sibuk memantau persiapan yang akan mereka bawa keesokan harinya. Ya, esok hari mereka sekeluarga akan mengantar Mera ke sebuah rumah sakit swasta terpercaya untuk melakukan prosedur kelahiran anggota keluarga baru mereka.Ya, sesuai dengan saran dokter, Mera tidak bisa melahirkan secara normal. Oleh karena itu tindakan operasi caesar adalah satu-satunya alternatif yang harus ia jalani.Nyonya Jonathan masih terlihat sibuk kesana kemari memastikan tidak akan ada barang-barang yang tertinggal. Ini aBab 103Gema tangis seorang bayi mungil membuat Abraham tersentak. Suara yang sesungguhnya amat ia rindukan. Namun sekaligus juga memilukan. Dalam kepiluan hati Abraham ada sebuah rasa yang mencuat dan tak bisa dimengerti oleh ia sendiri. Entah mengapa, Abraham yang mendengar suara tangis Bayi tersebut merasa jika si bayi mempunyai ikatan batin yang begitu kuat dalam diri Abraham sendiri. Seiring dengan menggemanya tangis bayi yang dielu-elukan oleh keluarganya, Abraham menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana bahagianya Brandy. Seketika saja rasa pilu semakin membuat luka hati Abraham semakin menganga.Tapi apa mau dikata, kebahagiaan itu memang pantas Brandy rasakan.Abraham memilih tak terlalu menampakan kepiluannya. Dia hanya tersenyum menyaksikan kebahagiaan Brandy dan seluruh keluarga yang lain. Pada sedikit kesempatan, Abraham mencoba melirik sejenak pada wajah bayi mungil yang sekarang berada di tangan su
Abraham menatap anak laki-laki di dalam pelukannya. Tidak terasa satu bulan telah berlalu, anak itu telah tumbuh menjadi anak yang tampan dan amat menggemaskan.Senyum anak tersebut membuat Abraham tak betah jika lama tak bertemu. Rindu selalu menghantuinya. Bahkan terkadang Abraham meminta Brandy untuk membawa serta anak tersebut ke kediaman keluarga besar Jonathan, dengan demikian, Abraham bisa dengan leluasa mencumbu anak yang diam-diam telah menarik perhatiannya. Dan anak laki-laki mungil tersebut pun terlihat begitu lengket kepada sang paman. Kerap kali Abraham merindukan anak itu dalam setiap kesehariannya, dan memimpikannya dalam tidur. Abraham tak bisa berbohong jika anak itulah yang menghambat langkahnya untuk kembali ke Jerman. Seminggu saja tak bertemy terhadap anak itu, membuat rindu Abraham kian terasa menggunung, apalagi jika dalam jangka waktu yang lama. Sungguh Abraham merasa tidak sanggup untuk itu.Lambat laun, A
Bab 105Brandy mengelus dada. Matanya terpejam, dan pikirannya jauh mengingat wajah istri dan wajah kakaknya. Sejenak potret yang tadi terpampang pada layar ponsel kembali terbayang. Ada rasa sakit terselip di sana.Sebenarnya jika pun ada foto kebersamaan di antara Abraham dan Mera, maka Brandy tak akan menjadikan itu sebagai sebuah masalah. Bukankah Abraham mengaku menganggap Mera sebagai Adiknya sendiri? Jadi adalah sebuah hal yang wajar apabila keduanya terlihat dekat. Tentu saja dalam kadar yang wajar. Dan selama ini juga berarti tidak pernah melihat adanya sesuatu yang berlebihan di antara mereka. Jadi sungguh sulit dipercaya jika ada hubungan yang terselubung di antara keduanya.Selama ini Brandy tidak pernah mencurigai hal yang tidak-tidak terjadi antara Abraham dan Mera, jangankan mencurigai, membayangkan pun Brandy tidak pernah.Meski sebenarnya jika keduanya terlibat dalam satu potret yang sama, Akan tetapi pada foto yang bar
Bab 106Untuk sementara, beberapa panggilan dari Mera sengaja Brandy abaikan. Terasa hati Brandy kurang siap untuk mendengar suara istrinya. Bukan karena benci, justru kata-kata benci itu amat jauh dari pikirannya. Akan tetapi yang Brandy rasa sekarang adalah bingung. Bingung akan tindakan apa yang sebaiknya harus dia lakukan. Apakah mungkin dia bertanya terus terang kepada Mera maupun kepada kakaknya sendiri? Tidak! Brandy menganggap itu bukanlah hal yang tepat. Jikalau hubungan gelap antara keduanya memang ada, maka mana mungkin keduanya mengaku. Dan Apabila ternyata orang asing yang mengirimkan pesan misterius tadi hanya mengada-ada saja, maka jika Brandy bertanya kebenarannya pada Mera maupun Abraham, maka pertanyaannya tentu saja akan menyakiti hati Abraham maupun hati Mera sendiri. Pada akhirnya Brandy benar-benar berkesimpulan bahwa tidaklah tepat untuk bertanya secara langsung.Suasana hati Brandy memang terasa gelisah, rasa semangatnya untuk sege
Bab 107Sedangkan Mera sendiri merasa adanya kejanggalan pada perubahan sikap suaminya. Namun tidak ada sesuatu hal besar yang bisa Mera lakukan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada diri Brandy.Mulai dari makan, hingga beraktivitas pun nampaknya Brandy tak bersemangat.Demi untuk mengembalikan keceriaan sang suami, Mera memutuskan untuk menyiapkan sarapan pagi, menyiapkan pakaian kerja, dan kebutuhan lainnya, merah memilih melakukan itu semua dengan tangannya sendiri tanpa melibatkan bantuan para asisten. Mera berpikir siapa tahu dengan demikian Brandy akan mengembalikan semangat Brandy.Dalam hati merah membatin Siapa tahu selama ini Brandy merasa kurang dilayani. Maka Mera berinisiatif untuk tidak terlalu bergantung pada asisten. Tapi jauh dari harapan, Brandy tetap terlihat kurang bersemangat. Ia hanya menyuapkan beberapa suapan saja menu-menu masakan Mera ke dalam mulutnya. Sebenarnya, naluri seorang istri
Bab 108Ini bukan kali pertama orang-orang mengatakan jika wajah Keano lebih mirip dengan wajah Abraham ketimbang dengan wajah Brandy. Selama ini Brandy tidak pernah menaruh kecurigaan apapun atau menaruh rasa yang tak biasa atas tanggapan orang-orang yang mengatakan demikian. Namun sepertinya tidak untuk kali ini. Entah karena pengaruh pesan yang datang pada ponselnya beberapa hari yang lalu atau hanya sekedar perasaan Brandy saja yang sedang sensitif, Brandy tidak mengerti mengapa ia merasa ucapan orang-orang tersebut ada benarnya juga. Sebab jika diteliti dengan baik maka wajah Keano memang lebih mirip dengan wajah kakaknya daripada wajah Brandy sendiri. Perasaan bertanya-tanya kian terasa mengganggu di benak Brandy, sebuah pertanyaan mencuat ke dalam hatinya, pertanyaan yang tidak mungkin ia utarakan kepada istri maupun kakaknya sendiri. Pertanyaan tabu yang terpendam dalam hatinya adalah mengapa wajah Keano begitu mirip
Bab 109"Nak, dimana Mera, istrimu?" Nyonya Jonathan bertanya."Entahlah, Bu. Mungkin saja dia belum pulang kerja." Brandy menjawab secara singkat. Nyonya Jonathan yang mendengar jawaban putranya merasa heran. Wanita itu menebak ada yang aneh dengan perilaku putranya yang terkesan cuek terhadap sang istri. Sungguh tidak seperti biasanya laki-laki itu selalu nampak perhatian jika menyangkut soal istri dan anaknya. Namun kali ini Nyonya Jonathan menangkap adanya hal lain yang tidak biasa."Kenapa jawab begitu, Nak? Apa kamu lagi ada masalah sama istrimu?""eh tidak, Bu. Tidak ada masalah apa-apa di antara kami. Kami baik-baik saja, kok." Brandy tersadar jika tingkah dan jawabannya barusan mengundang curiga sang ibunda. Memang selama ini yang namanya Nyonya Jonathan memang selalu tanggap dengan perubahan sikap apapun dari anak-anaknya.Sebenarnya Nyonya Jonathan bisa melihat jika ada sesuatu yang tak beres terhadap perasaan sang Putra keduanya tersebut. Namun Nyonya Jonathan sadar ji
Bab 110Pikiran Abraham mulai terganggu dengan pertanyaan adiknya tadi siang. Entah mengapa setelah mendengar pertanyaan-pertanyaan yang Brandy ucapkan membuat Abraham merasa malas dan merasa enggan untuk kembali berkunjung ke rumah adiknya tersebut."Sepertinya memang aku tidak harus berada di sini lagi." Abraham bergumam."Sepertinya memang Brandy telah menangkap adanya sebuah kecurigaan tentang aku dan Mera. Aku tahu tidak selamanya rahasia ini akan tertutup rapat, Aku tahu cepat ataupun lambat Brandy pasti ajan segera mengetahui rahasia yang aku sembunyikan tentang Mera. Sepertinya itu hanya menunggu waktu saja. Ya Tuhan ...! Aku benar-benar harus menyiapkan diri untuk menghadapi kenyataan pahit yang kapan saja pasti akan menghampiriku.""Ini semua salahku, bukan salahmu, .era.""Aku harus mengatakan hal ini pada Mera agar dia juga bisa bersiap diri untuk menghadapi kemungkinan itu. Aku tidak mau dia merasa terbebani suatu saat nanti."Dalam benaknya sungguh Abraham masih mengkhaw