Bab 105Brandy mengelus dada. Matanya terpejam, dan pikirannya jauh mengingat wajah istri dan wajah kakaknya. Sejenak potret yang tadi terpampang pada layar ponsel kembali terbayang. Ada rasa sakit terselip di sana.Sebenarnya jika pun ada foto kebersamaan di antara Abraham dan Mera, maka Brandy tak akan menjadikan itu sebagai sebuah masalah. Bukankah Abraham mengaku menganggap Mera sebagai Adiknya sendiri? Jadi adalah sebuah hal yang wajar apabila keduanya terlihat dekat. Tentu saja dalam kadar yang wajar. Dan selama ini juga berarti tidak pernah melihat adanya sesuatu yang berlebihan di antara mereka. Jadi sungguh sulit dipercaya jika ada hubungan yang terselubung di antara keduanya.Selama ini Brandy tidak pernah mencurigai hal yang tidak-tidak terjadi antara Abraham dan Mera, jangankan mencurigai, membayangkan pun Brandy tidak pernah.Meski sebenarnya jika keduanya terlibat dalam satu potret yang sama, Akan tetapi pada foto yang bar
Bab 106Untuk sementara, beberapa panggilan dari Mera sengaja Brandy abaikan. Terasa hati Brandy kurang siap untuk mendengar suara istrinya. Bukan karena benci, justru kata-kata benci itu amat jauh dari pikirannya. Akan tetapi yang Brandy rasa sekarang adalah bingung. Bingung akan tindakan apa yang sebaiknya harus dia lakukan. Apakah mungkin dia bertanya terus terang kepada Mera maupun kepada kakaknya sendiri? Tidak! Brandy menganggap itu bukanlah hal yang tepat. Jikalau hubungan gelap antara keduanya memang ada, maka mana mungkin keduanya mengaku. Dan Apabila ternyata orang asing yang mengirimkan pesan misterius tadi hanya mengada-ada saja, maka jika Brandy bertanya kebenarannya pada Mera maupun Abraham, maka pertanyaannya tentu saja akan menyakiti hati Abraham maupun hati Mera sendiri. Pada akhirnya Brandy benar-benar berkesimpulan bahwa tidaklah tepat untuk bertanya secara langsung.Suasana hati Brandy memang terasa gelisah, rasa semangatnya untuk sege
Bab 107Sedangkan Mera sendiri merasa adanya kejanggalan pada perubahan sikap suaminya. Namun tidak ada sesuatu hal besar yang bisa Mera lakukan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada diri Brandy.Mulai dari makan, hingga beraktivitas pun nampaknya Brandy tak bersemangat.Demi untuk mengembalikan keceriaan sang suami, Mera memutuskan untuk menyiapkan sarapan pagi, menyiapkan pakaian kerja, dan kebutuhan lainnya, merah memilih melakukan itu semua dengan tangannya sendiri tanpa melibatkan bantuan para asisten. Mera berpikir siapa tahu dengan demikian Brandy akan mengembalikan semangat Brandy.Dalam hati merah membatin Siapa tahu selama ini Brandy merasa kurang dilayani. Maka Mera berinisiatif untuk tidak terlalu bergantung pada asisten. Tapi jauh dari harapan, Brandy tetap terlihat kurang bersemangat. Ia hanya menyuapkan beberapa suapan saja menu-menu masakan Mera ke dalam mulutnya. Sebenarnya, naluri seorang istri
Bab 108Ini bukan kali pertama orang-orang mengatakan jika wajah Keano lebih mirip dengan wajah Abraham ketimbang dengan wajah Brandy. Selama ini Brandy tidak pernah menaruh kecurigaan apapun atau menaruh rasa yang tak biasa atas tanggapan orang-orang yang mengatakan demikian. Namun sepertinya tidak untuk kali ini. Entah karena pengaruh pesan yang datang pada ponselnya beberapa hari yang lalu atau hanya sekedar perasaan Brandy saja yang sedang sensitif, Brandy tidak mengerti mengapa ia merasa ucapan orang-orang tersebut ada benarnya juga. Sebab jika diteliti dengan baik maka wajah Keano memang lebih mirip dengan wajah kakaknya daripada wajah Brandy sendiri. Perasaan bertanya-tanya kian terasa mengganggu di benak Brandy, sebuah pertanyaan mencuat ke dalam hatinya, pertanyaan yang tidak mungkin ia utarakan kepada istri maupun kakaknya sendiri. Pertanyaan tabu yang terpendam dalam hatinya adalah mengapa wajah Keano begitu mirip
Bab 109"Nak, dimana Mera, istrimu?" Nyonya Jonathan bertanya."Entahlah, Bu. Mungkin saja dia belum pulang kerja." Brandy menjawab secara singkat. Nyonya Jonathan yang mendengar jawaban putranya merasa heran. Wanita itu menebak ada yang aneh dengan perilaku putranya yang terkesan cuek terhadap sang istri. Sungguh tidak seperti biasanya laki-laki itu selalu nampak perhatian jika menyangkut soal istri dan anaknya. Namun kali ini Nyonya Jonathan menangkap adanya hal lain yang tidak biasa."Kenapa jawab begitu, Nak? Apa kamu lagi ada masalah sama istrimu?""eh tidak, Bu. Tidak ada masalah apa-apa di antara kami. Kami baik-baik saja, kok." Brandy tersadar jika tingkah dan jawabannya barusan mengundang curiga sang ibunda. Memang selama ini yang namanya Nyonya Jonathan memang selalu tanggap dengan perubahan sikap apapun dari anak-anaknya.Sebenarnya Nyonya Jonathan bisa melihat jika ada sesuatu yang tak beres terhadap perasaan sang Putra keduanya tersebut. Namun Nyonya Jonathan sadar ji
Bab 110Pikiran Abraham mulai terganggu dengan pertanyaan adiknya tadi siang. Entah mengapa setelah mendengar pertanyaan-pertanyaan yang Brandy ucapkan membuat Abraham merasa malas dan merasa enggan untuk kembali berkunjung ke rumah adiknya tersebut."Sepertinya memang aku tidak harus berada di sini lagi." Abraham bergumam."Sepertinya memang Brandy telah menangkap adanya sebuah kecurigaan tentang aku dan Mera. Aku tahu tidak selamanya rahasia ini akan tertutup rapat, Aku tahu cepat ataupun lambat Brandy pasti ajan segera mengetahui rahasia yang aku sembunyikan tentang Mera. Sepertinya itu hanya menunggu waktu saja. Ya Tuhan ...! Aku benar-benar harus menyiapkan diri untuk menghadapi kenyataan pahit yang kapan saja pasti akan menghampiriku.""Ini semua salahku, bukan salahmu, .era.""Aku harus mengatakan hal ini pada Mera agar dia juga bisa bersiap diri untuk menghadapi kemungkinan itu. Aku tidak mau dia merasa terbebani suatu saat nanti."Dalam benaknya sungguh Abraham masih mengkhaw
Bab 111Abraham dan Mera sama sekali terdiam tidak mampu untuk berkata apa-apa hanya mata mereka yang melongok dan menatap sembari menganga.Hati keduanya benar-benar kacau dan bibir mereka diam membisu.Abraham sendiri serba Salah dan tidak mengerti apa yang harus ia katakan. Di balik sifatnya yang selama ini teramat berwibawa dimata Brandy, tapi kali ini mendadak wajah itu seperti bungkam.Beberapa saat ketiganya diam membisu sehingga jikalau saja seandainya kala itu ada jarum yang jatuh menimpa ubin, maka mungkin saja suaranya akan terdengar nyaring sekali.Sedangkan Mera tetap terpaku berdiri di tempat mendekap Keano yang ternyata telah terlelap dalam dekapannya. Anak yang tidak bersalah itu tentu saja turut menjadi pertanyaan besar buat Brandy. Pertanyaan yang serasa tak pantas untuk diutarakan. Dan Brandy sendiri merasa berdosa iika ia pertanyakan. Ia tahu jija pertanyaan yang ia rasakan terkait Keano benar-benar ia lontarkan, maka pertanyaan itu sudah bisa ia tebak pasti akan
Bab 112"Aku tahu kekecewaanmu terhadap aku, Brandy. Aku mengerti betul Bagaimana perasaanmu saat ini. Tapi Tahukah kamu, dulu aku menyembunyikan semua ini karena aku ingin menjaga perasaan kamu. Tapi tidak kusangka sama sekali ternyata tindakanku ini salah dan yang terjadi justru sebaliknya. Aku tidak menyangka semua ini akan tambah membuatmu sakit, Brandy. Sungguh aku tidak berbohong." Abraham bertutur dalam kejujurannnya.Benar apa yang telah Abraham katakan, memang tidak ada kebohongan di dalamnya.Tapi yang namany sudah terlanjur kecewa, membuat Brandy sulit untuk mempercayai."Sudahlah, Kak. Aku tidak ingin lagi mendengar kata-kata seperti itu dari mulut Kakak. Semuanya sudah terlambat dan aku sudah terlanjur terluka. Aku benar-benar sudah kecewa sama kalian berdua." Brandy tetap pada pendirian hatinya. Tapi tidak bisa menutup kemungkinan jika mungkin saja itu karena faktor hatinya yang sulit untuk memaafkan dalam waktu sesingkat itu."Tolong jangan bersikap seperti ini, Brandy
Bab 123"Aku tidak peduli apa yang kakak katakan. Jika kakak ingin mengatakan aku egois dan ingin menyalahkan aku atas semuanya, maka aku tidak akan mencegah."Sikap Brandy benar-benar berubah hari ini. Hingga Abraham pun memilih diam. Ia sendiri tidak mengerti ada apa dengan sang adik.Apakah Brandy berkata seperti itu karena lantaran sakit hati? Atau ada hal lain yang melatarbelakanginya? Abraham tak tahu itu. Yang pastinya Abraham merasa prihatin.***Sedangkan Brandy sendiri meluncurkan mobilnya meninggalkan Abraham begitu saja. Ia sama sekali benar-benar tidak peduli lagi dengan Abraham.Kali ini ego benar-benar Brandy utamakan."Aku akan menemuimu Mera! Aku akan mengajakmu pulang!"Tengah meluncurkan mobil, ponsel Brandy kembali bergetar, seseorang menghubunginya.Dengan cepat brandy menjawab. Ia sudah tahu siapa sosok yang tengah menghubunginya saat itu."Ada apa, Kirana? Mengapa kamu kembali menghubungiku?""Mampirlah ke apartemenku, Brandy! Kita bicarakan masakah ini baik-bai
Bab 122 "Kau benar-benar sudah menduakan Mera Brandy! Mengapa kau lakukan ini?" Abraham berkata dengan sorot mata tajam. Brandy tak bisa berkata apa-apa."Maafkan aku, Kak! Aku akui jika aku salah. Tapi, tapi apakah Kakak tidak jika aku hanya khilaf melakukannya. Benar-benar khilaf, Kak." jawab Brandy.Brandy tak berani menatap pandangan dari kedua mata kakaknya yang terlihat benar-benar kesal."Bisa-bisanya kamu mengatakan jika kamu tengah khilaf, Brandy! Jika kamu khilaf, apakah mungkin kamu bisa melewati masa-masa khilaf itu hingga semalaman suntuk? Itu sama sekali tidak bisa disebut dengan khilaf, Brandy. Sesuatu bisa disebut dengan Khilaf, apabila hal tersebut terjadi dalam waktu yang cuma sesaat. Tapi yang kalian lakukan sama sekali tidak dalam waktu sesaat. Maka aku sangat tidak percaya jika kau sebut kelakuan kalian dengan sebutan khilaf."Brandy membisu. Memang benar apa yang diucapkan oleh sang kakak."Kak. Bagaimana kalau kita lupakan saja soal ini. Aku ingin segera m
Bab 121"Brandy! Kirana? Apa yang kalian bicarakan?" Abraham menghampiri keduanya.Keduanya sontak terkejut.Mereka menoleh."Kak Abraham? Se... Sejak kapan Kakak berada di sini?" Brandy benar-benar dibuat terkejut luar biasa."Aku berdiri di sini sejak awal kalian ada di sini. Aku mendengar semua perkataan kalian!""A... apa?" Brandy tergagap."Apa yang sudah kamu lakukan terhadap wanita ini, Brandy?" Abraham menunjuk ke arah Kirana."A... apa yang kamu maksud? Aku tidak melakukan apapun?""Kalau kalian tidak pernah melakukan apapun, lalu apa yang kalian bicarakan barusan? Aku mendengar semua yang kalian bicarakan. Kalian tak bisa lagi berbohong!"Kirana gugup. Perlahan ia melepaskan pelukannya terhadap Brandy dan sedikit ia melangkah menjauh. Mukanya merah. Ada rasa malu menyelimuti perasaannya. Tapi entahlah, ada juga sesuatu yang membuat wanita itu malah bersyukur dengan adanya keberadaan Abraham di sana."Mungkinkah Kakak salah mendengar?" Brandy masih berusaha untuk berkilah.
Bab 120"Kak aku serius, Mera hilang Kak. Dia pergi sambil membawa Keano. Bagaimana ini? Aku benar-benar bingung. Apa aku harus ke rumah orang tuanya sekarang? Atau... atau adakah dia menghubungi Kakak sebelum pergi?" tanya Brandy berharap-harap cemas."Sudah kubilang padamu Brandy, Mera tidak pernah menghubungiku sama sekali. Aku aja nggak menyimpan nomor kontak Mera, begitu juga dengan merah. Semenjak pernikahan kalian, Kami tidak ada kontak-kontakan lagi. Bagaimanakah bisa kamu berpikir kalau Mera menghubungiku. Sudah Kubilang padamu, jangankan menghubungiku, berbicara secara langsung aja sama aku Mera terlihat malas dan enggan. Tidakkah kau lihat dan tidakkah kau perhatikan jika dia benar-benar menjaga jarak denganku?"Fyuuh!Brandy mengalah nafas panjang.Brandy menyadari betul Apa yang diucapkan oleh kakaknya adalah benar. Selama ini ia tak pernah melihat Abraham dan merah berbicara serius. Kalaupun berbicara, mereka terkesan seperlunya saja.Brandy memutuskan untuk mengakhiri p
Bab 119 "Mera! Dimana dirimu sekarang?" Brandy nampak gelisah. Hatinya galau tidak menentu.Brandy mulai memikirkan kemungkinan yang tidak tidak terjadi pada istri dan putranya. Sekalipun pada awalnya Brandy meragukan Keano sebagai darah daging, tapi sepertinya kasih sayang yang terlanjur ia curahkan pada Keano begitu lengket dan benar-benar telah membentuk sebuah ikatan batin yang demikian kuat.Ya, Brandy mengakui ia mencintai dan menyayangi anak itu setulus hati."Keano, pulanglah, Nak! daddy merindukanmu?" Brandy berguman lirih dan tertahan. "Aku harus mencarinya! Dia istri dan anakku!" tekad Brandy.Brandy memutuskan untuk memberanikan diri menghubungi keluarga mera.Kembali Brandy sibuk dengan ponselnya, mencari-cari nama kontak yang bersangkut-paut dengan seseorang yang ingin ia hubungi.Brandy bingung melihat tak satupun ada seseorang yang bersangkut-paut dengan keluarga Lia di kontak ponselnya."Kemana larinya nomor kontak mertuaku?" Brandy merasa heran.Untuk memasti
Bab 118[Brandy, sesuai dengan apa yang kamu katakan aku melakukan apa yang aku inginkan. Tolong jangan cari aku! Karena ini adalah salah satu yang aku inginkan darimu!]Sebelum melangkah meninggalkan rumah, sebuah catatan dengan tinta hitam yang Mera torehkan di atas kertas putih sengaja wanita itu tinggalkan di atas Bantal di kamarnya.Sebelum beranjak Mera memperbaiki letak gendongan Keano."Jangan nakal ya, Nak! Sayang Mama." sebuah kecupan lembut mendarat di kening bayi mungil tersebut.Dengan langkah pasti, Mera melangkah meninggalkan rumah dan tanpa menolehkan kepala lagi.Sebuah taksi online yang sengaja ia pesankan dari sebuah aplikasi khusus telah menunggu di hadapan rumah. Tanpa bicara sepatah kata pun Mera naik ke taksi pesanannya.Mobil meluncur ke arah yang telah diberitahukan oleh Mera sebelumnya."Semoga saja kepergianku kali ini akan menyelesaikan semua masalah yang ada. Semoga dengan ketidak adanya aku di sana akan membuat dua orang itu kembali akrab sebagaimana sed
Bab 117"Sebaiknya kamu jangan bersikap seperti itu kepada istrimu, Brandy! Sebab bagaimanapun sebagai seseorang yang telah mengenal Mera jauh sebelumnya, maka aku sudah tahu bagaimana sikap Mera yang sebenarnya. Dia sama sama sekali bukan wanita yang buruk. Kau tahu, Brandy, setelah dia menjadi istrimu, sama sekali Mera tak pernah bersikap tak wajar padaku, meskipun kami pernah memiliki masa lalu bersama. Bahkan bicara denganku saja dia tak pernah terkesan tak wajar, justru ia tak pernah ingin mengobrol denganku lagi, kemudian Mera tak pernah melemparkan senyum padaku. Apalagi senyum yang menyiratkan ketidakwajaran. Dia benar-benar menjauhiku. Aku yakin sekali, itu adalah bentuk cintanya padamu dan bagaimana usahanya dalam menjaga perasaanmu sebagai suami." ucap Abraham. Dalam hati laki-laki itu sangat menyayangkan sikap Brandy yang terlihat cuek dan tak peduli dengan kejujuran dari wanita sebaik Mera."Aku tahu Kakak memang jauh lebih mengenal Mera daripada aku. Bagaimana tidak, to
Bab 116"Mera apa yang kau katakan? Aku tidak pernah menyalahkanmu dalam hal ini. Aku sudah bilang jika akulah yang bersalah, Mera!Bukan kamu! Jika ada hal buruk yang harus ditimpakan atas semua ini, maka timpakan saja semuanya padaku, bukan pada kalian!" Abraham bangun dari duduknya."Kau tidak perlu membelaku, Abraham! Akulah yang bersalah! Sebenarnya sudah lama aku merasakan ini, menyadari kesalahanku sendiri. Jujur saja aku merasa benar-benar tak pantas memasuki keluarga kalian. Tepatnya tak pantas berdiri di antara kalian berdua, menghancurkan persaudaraan kalian, dan membuat kalian hampir saja bercerai-berai seperti ini. Membuat kalian berselisih paham. Aku hanya orang lain yang datang dan tanpa sengaja merusak sebuah ikatan persaudaraan kalian." Mera berkata lirih tanpa ekspresi."Tidak Mera! Tolong jangan katakan itu!" Abraham kembali bersuara.Sedangkan Brandy tetap diam. Meski hatinya tak bisa berbohong jika tengah gundah gulana. Sebenarnya hatinya pilu mendengar ucapan Mera
Bab 115"Patutkah kau mempertanyakan itu padaku Brandy?" Abraham mempertanyakan sebuah pertanyaan."Kak, aku bertanya karena aku memang merasa patut mengutarakan pertanyaan ini. Kalau aku merasa tak patut, tentu saja aku tidak akan mengutarakannya." Brandy mencoba menjawab."Brandy, bagaimana jika aku katakan bahwa seseorang yang aku ceritakan padamu dulu padamu, kamu tak mungkin mengenalnya. Karena dia adalah orang yang ada di masa laluku dan aku tidak ingin mengingatnya kembali. Pertanyaanmu sama saja dengan mengulang luka yang dulu pernah ia torehkan." Abraham menjawab pertanyaan sang adik.Itulah jawaban yang terbersit di benak Abraham saat ini.Meski Abraham sendiri merasa berdosa telah kembali mengukang sebuah kebohongan, tak bisa nicara dengan kejujuran. Karena jujur akan memberi peluang luka lebih besar untuk Brandy. Itulah secuil pertimnangan yang Abraham pikirkan untuk sementara ini."Jujurlah, Kak! Apakah wanita yang kakak sebutkan telah menyakiti Kakak dahulu bukan Mera is