Bab 111Abraham dan Mera sama sekali terdiam tidak mampu untuk berkata apa-apa hanya mata mereka yang melongok dan menatap sembari menganga.Hati keduanya benar-benar kacau dan bibir mereka diam membisu.Abraham sendiri serba Salah dan tidak mengerti apa yang harus ia katakan. Di balik sifatnya yang selama ini teramat berwibawa dimata Brandy, tapi kali ini mendadak wajah itu seperti bungkam.Beberapa saat ketiganya diam membisu sehingga jikalau saja seandainya kala itu ada jarum yang jatuh menimpa ubin, maka mungkin saja suaranya akan terdengar nyaring sekali.Sedangkan Mera tetap terpaku berdiri di tempat mendekap Keano yang ternyata telah terlelap dalam dekapannya. Anak yang tidak bersalah itu tentu saja turut menjadi pertanyaan besar buat Brandy. Pertanyaan yang serasa tak pantas untuk diutarakan. Dan Brandy sendiri merasa berdosa iika ia pertanyakan. Ia tahu jija pertanyaan yang ia rasakan terkait Keano benar-benar ia lontarkan, maka pertanyaan itu sudah bisa ia tebak pasti akan
Bab 112"Aku tahu kekecewaanmu terhadap aku, Brandy. Aku mengerti betul Bagaimana perasaanmu saat ini. Tapi Tahukah kamu, dulu aku menyembunyikan semua ini karena aku ingin menjaga perasaan kamu. Tapi tidak kusangka sama sekali ternyata tindakanku ini salah dan yang terjadi justru sebaliknya. Aku tidak menyangka semua ini akan tambah membuatmu sakit, Brandy. Sungguh aku tidak berbohong." Abraham bertutur dalam kejujurannnya.Benar apa yang telah Abraham katakan, memang tidak ada kebohongan di dalamnya.Tapi yang namany sudah terlanjur kecewa, membuat Brandy sulit untuk mempercayai."Sudahlah, Kak. Aku tidak ingin lagi mendengar kata-kata seperti itu dari mulut Kakak. Semuanya sudah terlambat dan aku sudah terlanjur terluka. Aku benar-benar sudah kecewa sama kalian berdua." Brandy tetap pada pendirian hatinya. Tapi tidak bisa menutup kemungkinan jika mungkin saja itu karena faktor hatinya yang sulit untuk memaafkan dalam waktu sesingkat itu."Tolong jangan bersikap seperti ini, Brandy
Bab 113 Brandy menutup pintu, lalu menghempaskan tubuhnya ke sisi tempat tidur. Jiwa itu masih terasa membara. Sempit nafasnya karena kenyataan yamg terjadi.Tangis laki-laki itu pecah kembali. Brandy mengakui memang ia begitu mencintai Mera sejak awal mereka berjumpa hingga saat ini tiba.Wanita yang ia harap selamanya setia dan selamanya menemani hidup, ternyata menyimpan sesuatu rahasia yang sulit untuk Brandy terima.Kejadian dan masa lalu antara Mera dan Abrahan memang sungguh membuat hati Brandy tersayat parah, tapi kejadian itu tak juga bisa untuk membuang cinta yang masih saja bersemayam di benak Brandy. Cinta Brandy yang tumbuh subur sejak dahulu belum jua bisa menyingkirkan posisi Mera dari hatinya.Brandy sadar betul jika sekarang hatinya memang berada pada 2dua perasaan yang berbeda. Yang pertama, ia membenci Mera, namun di sisi yang lain ia justru masih mencintai wanita tersebut dengan sedemikian besar. Wanita itu memang sosok yang berhasil merebut hatinya.Sejenak p
Bab 114 Pada lain kesempatan ketika perselisihan mereka terjadi, Brandy bertekat untuk menemui Abraham. Ia merasa harus segera mendapatkan jawaban pasti.***Dengan duduk menikmati istirahatnya, Abraham yang masih saja dihantui oleh rasa bersalah, dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang sudah tak asing lagi.Brandy.Abraham coba menyapa. Namun Brandy tetap terlihat dingin. Abraham tentu sudah tahu apa alasannya."Selamat datang, Brandy!""Ya, terimakasih!" tanggap Brandy singkat nan pendek"Kak aku datang untuk bicara." sedemikian cepatnya laki-laki itu mengutarakan maksud tanpa berbasa-basi sama sekali.Abraham mengangguk"Kak? Bisakah Kakak untuk bicara jujur padaku?" tanya Brandy dengan raut wajah serius. "Tentu saja, Brandy! Aku akan berusaha untuk bicara jujur sama kamu." Abraham menjawab.Dalam benak Abraham sendirian ia merasa was-was dengan pertanyaan yang akan di utakakan oleh adiknya tersebut.Abraham bertanya-tanya, apa kiranya pertanyaan dimaksud oleh Brandy."Apa ka
Bab 115"Patutkah kau mempertanyakan itu padaku Brandy?" Abraham mempertanyakan sebuah pertanyaan."Kak, aku bertanya karena aku memang merasa patut mengutarakan pertanyaan ini. Kalau aku merasa tak patut, tentu saja aku tidak akan mengutarakannya." Brandy mencoba menjawab."Brandy, bagaimana jika aku katakan bahwa seseorang yang aku ceritakan padamu dulu padamu, kamu tak mungkin mengenalnya. Karena dia adalah orang yang ada di masa laluku dan aku tidak ingin mengingatnya kembali. Pertanyaanmu sama saja dengan mengulang luka yang dulu pernah ia torehkan." Abraham menjawab pertanyaan sang adik.Itulah jawaban yang terbersit di benak Abraham saat ini.Meski Abraham sendiri merasa berdosa telah kembali mengukang sebuah kebohongan, tak bisa nicara dengan kejujuran. Karena jujur akan memberi peluang luka lebih besar untuk Brandy. Itulah secuil pertimnangan yang Abraham pikirkan untuk sementara ini."Jujurlah, Kak! Apakah wanita yang kakak sebutkan telah menyakiti Kakak dahulu bukan Mera is
Bab 116"Mera apa yang kau katakan? Aku tidak pernah menyalahkanmu dalam hal ini. Aku sudah bilang jika akulah yang bersalah, Mera!Bukan kamu! Jika ada hal buruk yang harus ditimpakan atas semua ini, maka timpakan saja semuanya padaku, bukan pada kalian!" Abraham bangun dari duduknya."Kau tidak perlu membelaku, Abraham! Akulah yang bersalah! Sebenarnya sudah lama aku merasakan ini, menyadari kesalahanku sendiri. Jujur saja aku merasa benar-benar tak pantas memasuki keluarga kalian. Tepatnya tak pantas berdiri di antara kalian berdua, menghancurkan persaudaraan kalian, dan membuat kalian hampir saja bercerai-berai seperti ini. Membuat kalian berselisih paham. Aku hanya orang lain yang datang dan tanpa sengaja merusak sebuah ikatan persaudaraan kalian." Mera berkata lirih tanpa ekspresi."Tidak Mera! Tolong jangan katakan itu!" Abraham kembali bersuara.Sedangkan Brandy tetap diam. Meski hatinya tak bisa berbohong jika tengah gundah gulana. Sebenarnya hatinya pilu mendengar ucapan Mera
Bab 117"Sebaiknya kamu jangan bersikap seperti itu kepada istrimu, Brandy! Sebab bagaimanapun sebagai seseorang yang telah mengenal Mera jauh sebelumnya, maka aku sudah tahu bagaimana sikap Mera yang sebenarnya. Dia sama sama sekali bukan wanita yang buruk. Kau tahu, Brandy, setelah dia menjadi istrimu, sama sekali Mera tak pernah bersikap tak wajar padaku, meskipun kami pernah memiliki masa lalu bersama. Bahkan bicara denganku saja dia tak pernah terkesan tak wajar, justru ia tak pernah ingin mengobrol denganku lagi, kemudian Mera tak pernah melemparkan senyum padaku. Apalagi senyum yang menyiratkan ketidakwajaran. Dia benar-benar menjauhiku. Aku yakin sekali, itu adalah bentuk cintanya padamu dan bagaimana usahanya dalam menjaga perasaanmu sebagai suami." ucap Abraham. Dalam hati laki-laki itu sangat menyayangkan sikap Brandy yang terlihat cuek dan tak peduli dengan kejujuran dari wanita sebaik Mera."Aku tahu Kakak memang jauh lebih mengenal Mera daripada aku. Bagaimana tidak, to
Bab 118[Brandy, sesuai dengan apa yang kamu katakan aku melakukan apa yang aku inginkan. Tolong jangan cari aku! Karena ini adalah salah satu yang aku inginkan darimu!]Sebelum melangkah meninggalkan rumah, sebuah catatan dengan tinta hitam yang Mera torehkan di atas kertas putih sengaja wanita itu tinggalkan di atas Bantal di kamarnya.Sebelum beranjak Mera memperbaiki letak gendongan Keano."Jangan nakal ya, Nak! Sayang Mama." sebuah kecupan lembut mendarat di kening bayi mungil tersebut.Dengan langkah pasti, Mera melangkah meninggalkan rumah dan tanpa menolehkan kepala lagi.Sebuah taksi online yang sengaja ia pesankan dari sebuah aplikasi khusus telah menunggu di hadapan rumah. Tanpa bicara sepatah kata pun Mera naik ke taksi pesanannya.Mobil meluncur ke arah yang telah diberitahukan oleh Mera sebelumnya."Semoga saja kepergianku kali ini akan menyelesaikan semua masalah yang ada. Semoga dengan ketidak adanya aku di sana akan membuat dua orang itu kembali akrab sebagaimana sed