Semenjak kejadian terjebak dalam tawuran dua tahun lalu. Sejak itu pula Nessa bersahabat dengan Cevin dan Cavan. Dua cowok kembar yang ternyata ganteng itu.
Iya sih waktu SMP Nessa hanya melihat mereka sebagai dua cowok ingusan yang satunya suka bikin onar dan yang satunya suka bikin keki akibat sikap dinginnya.
Walaupun saat itu mereka beda sekolah tapi Nessa selalu menyempatkan diri main ke tempat Cevin dan Cavan, begitu juga sebaliknya. Yang lebih sering sih Cevin karena Cavan lebih sering menghabiskan waktu untuk bimbel.
Memang terlihat perbedaan signifikan antara Cevin dan Cavan, jika wajah mereka sama persis, tapi sifat keduanya sangat berbeda.
Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk satu sekolah waktu SMA.
" Lah lo kagak pake apa-apa? Ini MOS loh! Mau mati lu di tangan senior?" Ucap Nessa yang daritadi sangat gemas ngeliat sikap Cevin yang terlalu santai dan tidak memakai atribut MOS sama sekali.
"Mati tuh ditangan Tuhan bukan ditangan senior!" Balas Cevin dengan nada santai sambil mengacak-acak rambut Nessa yang penuh kunciran itu.
"Gue serius ih!" Nessa mencebikkan bibirnya, tak suka. Cevin gak tau aja berapa lama waktu yang ia habiskan untuk membuat kunciran seperti ini.
" Siapa bilang gue mau ikut MOS? Mending ngopi di warkop. Gue mantau dari jauh aja." Cevin malah ketawa.
" Apaan lo mantau-mantau! Gaya banget!"
Sementara Cavan sudah lengkap dengan name tag, topi dari bola kaki dan tas dari karung goni. Dengan tampang sedingin itu malah jadi lucu keliatannya kalo dia dandan seaneh itu.
Nessa terkikik geli menyadari dandanan Cavan yang absurd banget itu.
" Ngaca dulu sebelum ketawain orang." Ucap Cavan yang merasa bahwa Nessa sedang menertawainya.
Nessa mengulum senyum. Memang dandanannya juga aneh dengan rambut di kuncir dan selebihnya atributnya sama dengan Cavan." Biarin aja abisnya kocak. Kenapa gak ikut sama Cevin aja buat gak Mos?"
Cavan gak menjawab, hanya membuang napas kasar.
" Yaudah ah yok berangkat. Telat nanti." Nessa memperhatikan jam tangannya yang sudah menunjukan pukul enam lebih lima belas menit.
Karena kebetulan sekolah mereka dekat makanya cukup dengan jalan kaki sepuluh menit untuk sampai di sekolah.
Begitu sampai di SMA bakti mulia, Nessa dan Cavan digiring oleh senior yang menjaga di depan gerbang ke lapangan yang sudah di penuhi siswa-siswi yang berdandanan sama seperti mereka. Cevin sudah lebih dulu masuk ke warkop di sebrang sekolah itu tanpa dicurigai sedikit pun.
" Digiring-giring emangnya kita bebek." Cetus Nessa dengan suara cukup keras.
" Ngomong apa lo barusan?!" Teriak senior yang tadi menggiring Nessa dan Cavan.
Cavan merutuki mulut Nessa yang suka asal nyablak itu. Bisa-bisa mereka kena hukuman.
" Gak kak. Rambut kakak keriting. Bagus." Nessa mengacungkan jempolnya, berhasil ngeles karena emang rambut senior cewek itu agak keriting, bergelombang tepatnya.
" Ini namanya bergelombang tau bukan keriting. Udah sana cepet baris!"
Nessa memilih untuk diam padahal dalam hati mau ketawa.
Alhasil hanya Cavan dan Nessa yang mengikuti Mos karena tampang kayak Cevin mana mau ikut acara begini.
Pagi ini senior-senior itu mengerjai para juniornya untuk apel mendengarkan berbagai peraturan saat MOS. Kemudian dilanjut acara pelatihan baris berbaris dan game lainnya sampe istirahat makan siang.
" Sekelas kan kita ya?" Tanya Nessa untuk meyakinkan dirinya lagi kalo ia sekelas dengan Cavan dan Cevin.
" Sayangnya, iya." Ucap Cavan, cuek.
Nessa mencebikkan bibirnya kemudian mengeluarkan kotak bekal makanannya." Cevin udah makan belom ya?" Ia jadi keinget Cevin yang gak ada diantara mereka seperti biasanya.
" Kalo laper pasti makan."
" Tapi dia kan gak bawa bekel kayak kita."
" di warung banyak."
Nessa menghela napas. Percuma aja debat sama orang kayak Cavan.
" Eh ada dua dedek emesh lagi makan. Mau di suapin gak?" Tiba-tiba seorang cowok berpakaian putih abu-abu itu mendekat ke meja Cavan dan Nessa.
Cavan hanya melirik seniornya itu sekilas kemudian melanjutkan makan siangnya sementara Nessa masih melongo melihat ketampanan senior di depannya ini.
Cowok itu manis dengan kedua lesung pipinya yang dalam seperti Nessa, ditambah alis tebel dan rambut yang hitam pekat itu. Sayangnya seragamnya agak acak-acakan.
Seperti Cevin?
" Yeee terpesona ya? Gue emang ganteng sih." Ucap cowok itu sambil senyum-senyum menggoda.
Nessa menggelengkan kepalanya dengan cepat demi menyadarkan alam bawah sadarnya yang suka lola kalo liat cowok ganteng." Serius mau nyuapin?"
" Uhuk!" Cavan terbatuk mendengar ucapan yang keluar dari mulut cewek yang sejak dua tahun lalu itu menjadi sahabatnya.
" Kayaknya temen lo mau disuapin juga." Ucap senior itu cuek, kemudian duduk di depan Nessa. Ia mengambil sendok dari tangan junior itu kemudian menyendok makanannya dan di makan sendiri, bukan disuapin ke Nessa. Padahal Nessa berharap beneran disuapin sama senior ganteng itu." Kecewa ya?" Senior itu rupanya menyadari raut kecewanya Nessa.
" Rese lo ah! Sini! Gue laper!" Tanpa takut sedikitpun Nessa merebut kembali kotak bekal makanannya dan dimakan sampai habis.
Senior cowok itu hanya tertawa ngeliat tingkah aneh salah satu juniornya.
" Dika! Balik sono lo ke kelas! Jangan gangguin anak orang!" Teriak senior cewek yang tadi pagi menggiring Nessa ke lapangan.
" Yaelah si kiting ganggu aja." Senior yang keliatannya bernama Dika itu langsung beranjak dan pergi tanpa pamit ataupun bilang makasih ke Nessa.
Nessa menahan tawa mendengar sebutan Dika ke senior cewek itu." Beneran keriting kan?"
Cavan memutar bola matanya." Dasar gila! Untung aja dia bukan OSIS."
Nessa malah senyum-senyum sendiri membayangkan wajah tengil senior yang bernama Dika tadi. Cavan makin geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya ini.
.....
" Gimana mosnya?" Cevin tau-tau nongol saat Nessa dan Cavan berjalan memasuki komplek rumah mereka.
Nessa hampir aja melempar cowok itu dengan tas karung goninya kalo gak sadar siapa orang yang suka muncul dan ilang tiba-tiba macem setan itu." Seru lah! Ada senior ganteng tapi tengil kayak elo!"
" Gue ganteng berarti?" Cevin memasang tampang tengilnya.
" Tengil doang yang mirip elo! Gantengnya kagak!" Ralat Nessa sambil memeletkan lidahnya.
" Mulai berani lo ya ngeledek gue?!" Cevin langsung memiting leher Nessa dengan sikunya. Tapi Nessa malah ketawa.
Cavan menghela napas, bahkan di jalan seperti ini pun tingkah mereka sering bikin malu. Untung aja sahabat.
" Besok ikut MOS dong lo. Kan cuma dua hari tau. Seru lagi besok ada pensinya."
Cevin menggeleng tegas." Ogah! Tapi nanti gue nonton pensinya kok."
Nessa berdecih." Giliran gitu aja mau dateng. Najong!"
Cevin terkekeh kemudian mengacak-acak rambut Nessa hingga makin gak jelas aja bentuk rambutnya itu.
" Ihh! Tambah aneh nanti rambut gue!" Nessa berusaha menyingkirkan tangan Cevin dari kepalanya.
" Udah aneh kan." Ucap Cevin sambil ketawa ngakak karena muka kesel Nessa itu lucu banget.
" Yaudah ah gue balik! Bhay!" Sahut Nessa begitu sampai di belokan arah rumahnya yang berlawanan arah dengan belokan ke rumah Cevin dan Cavan.
" Ati-ati oyyy nanti ketangkep satpol pp!" Cevin melambaikan tangannya.
Nessa malah memeletkan lidahnya.
" Ajaib emang sahabat kita ya." Cevin merangkul Cavan yang langsung ditepis oleh sodara kembarnya itu.
" Malu-maluin iya." Ucap Cavan dengan berjalan lebih dulu.
Cevin mengedikkan bahunya." Sodara kembar gue juga ajaib."
" Hm." Cavan gak berniat menanggapi. Karena ia tau debat sama Cevin gak akan abis-abis kayak sidang Jessica di TV.
Hari kedua MOS ...." Sakit mah!" Jerit Nessa saat Fina -Ibunya menguncir rambutnya sebanyak tanggal ulang tahunnya. Untung aja tanggal lahirnya itu tujuh. Gak kebayang kalo yang tanggal lahirnya tiga puluh atau dua puluh lah minimal. Itu rambut pasti lebih mirip sarang burung." Emangnya mamah jambak apa sampe sakit segala." Cetus Fina sambil menguncir rambut Nessa dengan karet jepang.Nessa mencebikkan bibirnya. Setelah selesai ia langsung pamit ke mamahnya untuk berangkat ke sekolah.
Sosok Dika memang sudah sangat di kenal di SMA Bhakti Mulia. Dia anak kelas sebelas yang paling tengil tapi ganteng tapi paling doyan bikin onar. Dia seringkali terlibat dalam tawuran dan perkelahian. Padahal pemicu perkelahian itu seringkali hanya soal masalah kecil. Tapi emang dasarnya Dika emosian jadi lah ia menanggapi semua tantangan yang datang padanya.Seperti hari ini, tiba-tiba Gio datang diikuti Albert dan Revan yang terkenal menjadi sahabat Gio itu masuk ke dalam kelas IPS XI-1 yang menjadi kelas Dika. Sosok yang dicarinya sedang mengerjai teman didepannya dengan menaburi serbuk bekas serutan pensil diatas kepala Kania yang sedang tertidur.
"Mah! Nessa mau ke tempat si kembar ya!" Sahut Nessa dari bawah sambil mengenakansneakerswarna putih biru miliknya itu.Si kembar adalah sebutan buat Cevin dan Cavan. Keduanya sudah mengenal dekat keluarga Nessa begitupun sebaliknya." Ya udah jangan malem-malem pulangnya!" Sahut mamahnya dari arah dapur.Nessa lalu bangkit dari kursinya dan setengah berlari kearah rumah Cevin dan Cavan. Rutinita
" Udah suka sama gue belom kak?" Nessa tiba-tiba muncul didepan Dika yang sedang memakan baksonya. Jijiknya lagi bakso yang sudah masuk kemulut Dika itu keluar lagi dari mulutnya dan masuk kembali ka mangkuk." Jorok anjir!" Jerit Rudi lebih mirip emak-emak ketakutan pas ngeliat kecoa." Kampret! Ini anak kunti nongol darimana sih." Omel Dika ke Nessa namun cewek didepannya itu justru senyum-senyum gak jelas. Senyum penuh kekaguman, tapi gak didepan orangnya langsung juga kali." Gue bakal terus
Sorenya Nessa menepati janjinya untuk membantu kedua sahabatnya itu mengerjakan tugas sejarahnya, yaitu mencari cerita soal penjajahan Belanda.Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke toko buku mencari bahan materi untuk tugas mereka.Setelah mendapatkan buku yang dicari mereka pergi ke kasir dan membayarnya." Eh gue ke toilet bentar ya. Kalian tunggu di depan toko buku aja." Ucap Cevin yang keliatan menahan sesuatu.
Sial bener bener sial!Nessa merutuki perbuatan seniornya yang pengecut itu. Berani-beraninya mereka main keroyokan tadi dan menyiraminya dengan air comberan seperti ini. Bahkan sekarang meninggalkannya sendirian di halaman belakang sekolah. Cuma gara-gara Dika doang. Yaelah.Kalo Nessa nekat balik ke kelas yang ada ia akan dicecari banyak pertanyaan atau malah ditatap jijik oleh semua orang karena penampilan dan baunya sekarang gak ada bagus-bagusnya.
Bruk!Nessa merutuki siapapun orang yang ia tabrak sekarang. Disaat yang gak pas banget. Semoga aja Cavan beneran gak tau maksud omongannya tadi. Ia akan semakin malu kalo sampe sahabatnya yang pendiem itu tau maksud pembicaraannya tadi.Gimana gak malu ngomongin soal ukuran .... Ya gitu lah pokoknya." Pake lampu sen dong biar gak nabrak."Suara Dika.
Nessa menyadari kelonggaran hubungan persahabatannya dengan Cevin dan Cavan. Sebenernya ia juga terlibat karena lebih banyak menghabiskan waktu dengan Dika dibanding mereka, juga Cevin yang sepertinya paling berbunga-bunga saat ini. Mungkin ini pertama kalinya ia menyukai seseorang walaupun diawali dengan menyukai....Sudahlah gak perlu dijelaskan.Yang jelas Nessa merasa bersalah dengan Cavan yang kadang sendirian itu. Apalagi Cevin sering pulang kemaleman. Bukan menyalahkan tapi Melan seakan menyita banyak waktu Cevin sehingga sahabatnya itu tidak bisa menghabiskan waktu dengan mereka lagi.
" Cavan mana sihh?!" Nessa celingukan di tempatnya mencari sosok cowok yang udah beberapa bulan ini menjadi pacarnya. Padahal sekarang acara prom night untuk perpisahan kelas dua belas tapi cowok itu tiba-tiba menghilang." Kapan ya gue dicariin sama cewek begini." Ucap Cevin yang sedari tadi berdiri disamping Sahabatnya itu.Nessa mencebikkan bibirnya." Makanya jangan jomblo terus."
" Gue kan udah bilang ke lo kalo Melan gak baik buat lo dan jelas dia juga gak baik buat gue lah," jawab Cavan dengan wajah tenangnya." Tapi gue gak nyangka kalo sampe sebegininya. Kalo dia gak baik kenapa lo malah deketin dia?" Cevin terduduk di samping saudara kembarnya itu dengan wajah pias, seakan semua ini seperti hantaman keras untuknya. Cewek yang selama ini ia sukai tidak sebaik yang ia pikir. Bahkan cewek itu begitu licik mendominasi dirinya dan menyuruhnya untuk menjauhi sahabatnya sendiri, Nessa. Ia semakin merasa bersalah dengan sikapnya dulu yang sangat bodoh." Gue gak mau kalo dia gangguin lo terus dan
" Hey." Sapa Cevin canggung ketika menemukan Nessa keluar dari gang rumahnya. Cewek itu nampak terkejut dengan kehadirannya dan segera bersiap untuk menghindar tetapi tangan Cevin berhasil menahannya." Tunggu Nes."Nessa diam tanpa menoleh kearah Cevin sedikitpun. Setengah hatinya masih merasa sakit dan tidak terima atas perlakuan mantan sahabatnya itu, namun setengah hatinya juga sangat merindukan sahabatnya, sangat. " Ada apa?" Susah payah Nessa menahan tangisnya agar tidak pecah saat mengatakannya." Gue .... Gue minta maaf. Gue terlalu bodoh dan emosian sampe gue nyakitin lo."
Lagi-lagi Dika melempari ceri mentah kearah kepala Nessa sehingga mengganggu cewek itu yang sedang konsentrasi membaca novelnya. Ia merengut saat melihat Dika yang malah cengengesan di atas sana.Seperti biasa, Dika sedang duduk santai di atas pohon sambil sesekali memetik ceri matang yang terjangkau olehnya sementara ceri yang mentah ia lempari ke Nessa.
" Kenapa lo ngikutin gue?" Cevin melirik cewek yang ikut duduk di sampingnya dengan nafas terengah. Karena memang tadi ia jalan cukup cepat." Gue khawatir sama lo," ucap Nessa setelah berhasil mengatur napasnya." Gue baik-baik aja." Jawab Cevin berbohong." Gak." Nessa menggeleng cepat, menyangkal jawaban penuh kebohongan sahabatnya ini. Cevin menaikkan sebelah alisnya, bingung. " Lo gak baik-baik aja. Kenapa gak baikan sama Cavan sih? Dia kan sodara lo, " ucapnya dengan tatapan memohon.
" Persahabatan mereka udah ancur kok sekarang," ucap Melan seraya tersenyum sinis kemudian menutup teleponnya.Cavan mendengar ucapan Melan dengan seseorang di telpon cewek itu. Tadinya ia ijin ke toilet sebentar tapi gak jadi karena toiletnya penuh dan memilih untuk kembali dan mendapati Melan sedang mengangkat telepon, entah dari siapa. Tapi mendengar kalimat terakhir yang diucapkan cewek itu, makin membuat Cavan curiga. Tadinya ia hanya berasumsi kalo Melan membenci Nessa karena cewek itu sahabat dekat mereka, tapi mendengar percakapan terakhir tadi, Cavan mengira kalo masalahnya lebih dari itu. Masalahnya bukan di Nessa, apalagi semenjak ia dekat dengan Melan, cewek itu gak sekali pun melarangnya deket sama Nessa seperti Cevin dulu.
Siang itu setelah pertandingan, Cevin dan teman-temannya berhasil memenangkan pertandingan. Ia pun berlari menghampiri Nessa dan Cavan yang sudah berdiri menatapnya dengan sorot mata gembira.Cevin langsung memeluk Nessa dan Cavan dengan sangat erat layaknyateletubies.Hingga Cavan yang mulai kekurangan oksigen langsung melepaskan pelukan itu secara paksa. " Gak bisa napas bego!" Ia menoyor kepala saudara kembar sekaligus sahabatnya itu.Cevin tertawa girang. " Keren kan permainan gue?" Ia mengusap-usap dagunya den
Cavan menatap cewek yang kini tertidur disampingnya, lalu matanya kembali terarah ke cowok berwajah mirip dengannya yang tertidur di sofa. Ia tersenyum melihat kepolosan dua sahabatnya kalo lagi tidur begini. Mereka baru selesai mengerjakan tugas bahasa Indonesia dirumah Nessa.Ia-Cavan menatap Nessa lekat-lekat. Entah kenapa perasaannya ke cewek itu kian mendalam. Ia sadar bahwa sosok ceria Nessa dalam hidupnya seakan mencairkan hatinya yang selama ini beku, beku karena ia gak pernah tau bagaimana jatuh cinta itu. Bahkan Nessa satu-satunya cewek yang dekat dengannya selain Ibunya. Sejak dulu ia hanya bermain dengan Cevin, lain hal setelah saudara kembarnya itu pulang dengan tangan terluka dengan seorang gadis polos di belakangnya.
" Kalian duluan aja nanti gue nyusul abis latihan," ucap Cevin seraya mengeluarkan seragam basketnya dari tas begitu bel pulang berbunyi." Gak kita tungguin aja?" tanya Nessa yang sudah memasukkan semua bukunya ke tas dan bersiap untuk keluar dari kelas mereka.Cevin menggeleng." Kelamaan. Lagian gue latihan bentar doang abis itu rapat baru cusss," ucapnya yang kemudian bangkit dari kursinya.Nessa hanya mengangguk.