" Udah suka sama gue belom kak?" Nessa tiba-tiba muncul didepan Dika yang sedang memakan baksonya. Jijiknya lagi bakso yang sudah masuk kemulut Dika itu keluar lagi dari mulutnya dan masuk kembali ka mangkuk.
" Jorok anjir!" Jerit Rudi lebih mirip emak-emak ketakutan pas ngeliat kecoa.
" Kampret! Ini anak kunti nongol darimana sih." Omel Dika ke Nessa namun cewek didepannya itu justru senyum-senyum gak jelas. Senyum penuh kekaguman, tapi gak didepan orangnya langsung juga kali.
" Gue bakal terus nanyain elo. Jadi udah mulai suka belom sama gue?" Nessa mengulangi pertanyaannya lagi.
" Ntar aja kapan-kapan." Dika malah menjawab asal dan akhirnya gak menghabiskan baksonya. Tadi itu bakso terakhir tapi rasanya kok jorok banget ya buat dimakan lagi. Padahal itu kan dari mulutnya juga. Ah sudahlah!
" Kapan-kapannya itu kapan?" Cecar Nessa dengan mata berbinar.
Dika mengusap wajahnya, ia baru sadar kalo junior yang sempat ia jaili waktu MOS ini ternyata benar-benar bawel dan gak pantang menyerah sepertinya. Tau gitu dulu gak dia jailin deh. Eh tapi Dika sebenernya juga agak seneng sih digodain Nessa. Kapan lagi kan digodain cewek? Biasanya kan ia yang selalu godain cewek." Gak tau ah. Lo gak masuk kelas apa."
" Kan istirahat."
Bener juga.
" Yaudah nih buat lo."Nessa menyodorkan sekaleng nescafe karena ia sering liat Dika membeli itu di kantin jika istirahat telah selesai. Alesannya sih buat ngilangin ngantuk pas pelajaran nanti. Lalu cewek itu pergi dengan langkah lebar dan kadang sambil melompat segala. Dika jadi inget tokoh kartun jaman dulu. Dora the explore. Apa kabar ya Dora? Udah gede apa belom?
" Dia beneran suka sama lo ya? Gue kira iseng doang godain elo." Ucap Rudi hampir gak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sepopulernya Dika ini belum pernah ada cewek yang berani langsung ngasih sesuatu ke Dika. Palingan juga ngasihnya ngumpet-ngumpet atau menitipkan padanya yang lebih sering Dika tolak. Tapi kali ini. Bahkan Sahabatnya itu senyam senyum ngeliat kaleng minuman di tangannya." Mulai suka hm?" Lanjutnya karena Dika malah mengabaikan ucapannya tadi.
Dika menggeleng cepat." Ya kali suka sama cewek ajaib gitu. Gatau deh ah!" Ia malah beranjak dari kursi dan pergi dari sana.
" Gapapa kali Dik ! Normal kok." Sahut Rudi sambil menyamakan langkahnya dengan Dika.
Baru aja Nessa mau berbelok menuju tangga ke kelasnya, tubuhnya tiba-tiba ditarik oleh sesuatu ke bawah tangga yang memang ada ruang kosong disana Biasanya sih buat naro sapu atau kain pel gitu.
Ternyata ini kerjaan Helena dkk.
Geng yang Nessa denger-denger sangat suka sama Dika. Terutama Helena, si ketua geng yang sudah kelas dua belas itu.
" Pake pelet apa lo sampe bisa deket sama Dika?" Tanya Helena yang lebih terdengar seperti tuduhan dibanding pertanyaan.
Kok kayak di novel novel ya. Bentar lagi gue pasti mau di bully.
" Pelet ikan?" Nessa malah ngeles, bikin Helena makin geram.
" Sikat aja Len!" Sahut salah satu cewek berkacamata yang berdiri disamping kiri Helena sementara cewek berambut pendek di samping kanan Helena hanya mengangguk menyetujui usulan temennya. Nessa gak tau siapa nama mereka karena yang cuma ia kenal ya si Helena ini. Karena Helena lumayan sering bikin onar buat cewek-cewek yang mencoba untuk mendekati Dika. Inilah penyebab gak ada satupun cewek yang berani mendekati Dika, bagi Helena hanya dia yang boleh deketin Dika. Tentu aja pengecualian buat Nessa, karena ia gak peduli sama Helena ini.
Dikira baju apa sikat-sikat.
" Gue tuh mantannya. Jangan pernah deketin Dika."
Nessa melotot gak percaya. Satu lagi fakta baru yang ia ketahui. Helena mantannya Dika? " Masa sih? Kok gak meyakinkan?" Ia merutuki mulutnya yang seringkali asal ngomong tanpa bisa ditahan. Kecuali diancam Cavan seperti waktu MOS.
" Sialan! "
" Lo liat Nessa gak?" Suara didekat tangga itu membuat Helena dkk diam. Mereka gak mau sampe ketangkep basah lagi ngebully anak kelas sepuluh lagi karena Dika.
" Pergi sono lo." Usir Helena sambil mendorong Nessa keluar dari ruang bawah tangga itu.
Nessa berdecih." Payah." Ucapnya.
" Lah Nes lo ngapain dari bawah tangga?" Tanya Cevin yang ternyata sedang mencarinya. Cavan yang berdiri disampingnya hanya menatap Nessa dengan tatapan mengintimidasinya.
" Tadi liat ada sesuatu masuk kesitu, gue kepo mau liat itu apaan eh taunya curut doang."Ucap Nessa dengan suara cukup keras agar terdengar oleh Helena dkk.
" Ceroboh lo. Kalo musang gimana?"
Nessa hanya mengedikkan bahunya." Yaudah yuk ke kelas." Ia merangkul kedua pundak sahabatnya yang jelas jauh lebih tinggi darinya itu sehingga membuat keduanya terpaksa menunduk demi menyejajarkan tingginya.
Cavan sempet melirik kearah bawah tangga itu tapi kemudian Nessa kembali menariknya.
Nessa jadi kepikiran kata-kata Helena. Masa iya dia mantan pacarnya Dika? Mereka pernah pacaran? Kapan? Ia harus bertanya langsung ke orang yang bersangkutan. Akhirnya begitu bel pulang sekolah berbunyi, Nessa memasukkan semua bukunya ke tas dan bergegas pergi." Lo pada duluan aja. Gue ada urusan."
" Apaan?" Tanya Cevin menyelidik.
" Biasa. Perjuangan untuk dicintai kak Dika." Jawab Nessa tanpa malu jika kata-katanya itu didengar oleh semua teman di kelasnya. Toh mereka juga udah tau jadi ngapain malu lagi.
Cavan berdecak-decak. Sepertinya urat malu Nessa sudah sangat tipis atau bahkan sudah putus?
Berbeda dengan Cevin yang malah ketawa ngakak." Gokil! Sukses dah! Tapi jangan lupa ntar sore bantuin tugas kita!"
Nessa mengangkat jempolnya sebelum keluar dari kelas. Ia melangkahkan kakinya dengan pasti kearah halaman belakang sekolah yang berisi tanaman tanaman observasi dan beberapa pohon ceri. Ia tau banget kemana Dika akan pergi setelah bel pulang sekolah. Sebenernya ini juga hasil dari ngintilin Dika waktu pulang sekolah.
Bener aja kan tuh cowok lagi diatas pohon ceri sambil metikin beberapa buah ceri yang udah matang dan memakannya langsung.
" Kak Dika!"
Dika mendengar suara yang akhir-akhir ini sering didengarnya itu dan melongok ke bawah, Nessa tersenyum manis kearahnya sambil melambaikan tangannya." Apaan? Mau?" Ia menyodorkan satu buah ceri yang udah berwarna merah itu.
Nessa menggeleng." Helena mantan lo emangnya?"
Uhuk!
Lagi-lagi Dika hampir tersedak dengan pertanyaan-pertanyaan yang Nessa ajukan. Pasti Helena udah berulah lagi." Lo diapain?" Ia malah balik bertanya.
" Gak diapa-apain. Belom sih kayaknya. Tapi emangnya bener?" Jawab Nessa sangat santai padahal jelas-jelas ia terancam jika suatu saat Helena akan mengerjainya.
" Iya sih tapi itu terpaksa karena gue kesel dia deketin gue terus. Yaudah jadian eh taunya dia selingkuh. Jadi ya udah putus."
Nessa menggaruk kepalanya yang sama sekali gak gatal. Padahal ia cuma nanya apakah Helena itu mantannya Dika apa bukan tapi Dika malah menjelaskan kisah cintanya dengan Helena itu." Kayak gue dong ngejar-ngejar lo. Berarti ada kemungkinan kita jadian?" Ia merasa kisah itu hampir sama dengannya dimana ia juga mengejar-ngejar Dika kan.
Salah ngomong gue.
" Terus abis itu lo nyelingkuhin gue juga?"
Nessa malah nyengir bikin kening Dika mengerut." Gak lah. Gue mah setia kak. Ehtapi gamau deh kalo cuma terpaksa . Gue kan maunya lo terima gue dengan senang hati, karena lo suka juga sama gue. Jadi...."
" Belom." Jawab Dika yang udah tau apa yang bakal Nessa tanyakan padanya. Ia sampe hapal dengan pertanyaan itu.
Nessa menghela napas kecewa namun kembali tersenyum. Cewek ini keliatan seperti..... Mudah menyembunyikan perasaannya tapi mudah juga mengungkapkannya. Aneh?
" Yaudah deh gue balik dulu. Ati-ati kak nanti yang punyanya pulang." Ucap Nessa sambil berlari menjauh dari sana.
Dika memperhatikan di sekitarnya dan sadar bahwa ia memang sendirian di tempat ini. Tapi masa iya dia takut sama begituan? " Sialan tuh cewek." Ucapnya yang merasa baru aja dikerjain sama anak kelas sepuluh. Cewek pula.
Sorenya Nessa menepati janjinya untuk membantu kedua sahabatnya itu mengerjakan tugas sejarahnya, yaitu mencari cerita soal penjajahan Belanda.Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke toko buku mencari bahan materi untuk tugas mereka.Setelah mendapatkan buku yang dicari mereka pergi ke kasir dan membayarnya." Eh gue ke toilet bentar ya. Kalian tunggu di depan toko buku aja." Ucap Cevin yang keliatan menahan sesuatu.
Sial bener bener sial!Nessa merutuki perbuatan seniornya yang pengecut itu. Berani-beraninya mereka main keroyokan tadi dan menyiraminya dengan air comberan seperti ini. Bahkan sekarang meninggalkannya sendirian di halaman belakang sekolah. Cuma gara-gara Dika doang. Yaelah.Kalo Nessa nekat balik ke kelas yang ada ia akan dicecari banyak pertanyaan atau malah ditatap jijik oleh semua orang karena penampilan dan baunya sekarang gak ada bagus-bagusnya.
Bruk!Nessa merutuki siapapun orang yang ia tabrak sekarang. Disaat yang gak pas banget. Semoga aja Cavan beneran gak tau maksud omongannya tadi. Ia akan semakin malu kalo sampe sahabatnya yang pendiem itu tau maksud pembicaraannya tadi.Gimana gak malu ngomongin soal ukuran .... Ya gitu lah pokoknya." Pake lampu sen dong biar gak nabrak."Suara Dika.
Nessa menyadari kelonggaran hubungan persahabatannya dengan Cevin dan Cavan. Sebenernya ia juga terlibat karena lebih banyak menghabiskan waktu dengan Dika dibanding mereka, juga Cevin yang sepertinya paling berbunga-bunga saat ini. Mungkin ini pertama kalinya ia menyukai seseorang walaupun diawali dengan menyukai....Sudahlah gak perlu dijelaskan.Yang jelas Nessa merasa bersalah dengan Cavan yang kadang sendirian itu. Apalagi Cevin sering pulang kemaleman. Bukan menyalahkan tapi Melan seakan menyita banyak waktu Cevin sehingga sahabatnya itu tidak bisa menghabiskan waktu dengan mereka lagi.
Tuk.Tuk.Tuk.Nessa berdecak kesal ketika satu persatu ceri mentah mengenai kepalanya, siapa lagi kalo bukan ulah pacarnya semenjak hampir satu bulan ini. Dika.Cowok itu terkekeh diatas pohon ceri melihat pacarnya mulai kesal dan mendongak kearahnya." Apa sih?"
"Sorrybanget ya Nes. Abisan Melan ngajak gue jalan kemaren abis dari toko buku. Kan gue masih pedekatean sama dia Nes. Ngerti ya Nesplease?"Cevin memohon didepan sahabatnya pagi ini sebelum Melan datang. Ia sadar kalo hari ini Nessa berangkat ke sekolah duluan karena dia marah. Apalagi kalo bukan karena Cevin yang mengingkari janjinya? Ditambah Cavan yang sejak semalam mendiamkannya dan memilih untuk langsung tidur dibanding main games sebagai ritual mereka sebelum tidur.Nessa menatap Cevin dengan malas. Sebenernya ia gak tega juga tapi sahaba
Nessa merasa ada yang aneh. Atau emang perasaannya aja yang akhir-akhir ini aneh.Cevin masih tetep kekeuh buat dapetin Melan, Cavan masih selalu menemaninya kemana pun, tapi Dika seakan menjauh.Padahal biasanya setiap istirahat cowok itu akan ke kelas Nessa untuk mengajaknya ke kantin bareng ataupun sekedar berbincang di pohon ceri favorit Dika.Tapi hari ini Nessa gak berhasil menemukan Dika dimanapun. Cowok itu seperti hilang ditelan bumi.
Nessa mengusap air mata yang terus keluar dari matanya. Entah maksud omongan Dika tadi itu apa. Seakan cowok itu sudah mengetahui apa yang sebenernya ia rasakan. Tapi tau darimana? Sementara ia baru mengatakannya ke Cavan. Gak mungkin sahabatnya itu memberi tau ke Dika, gak ada gunanya juga." Gue gak tau kenapa Dika bisa ngomong gitu. Apa ada yg ngadu?" Cavan tampak berpikir keras di samping Nessa. Sahabatnya itu baru terlihat lebih tenang sekarang. Untung aja tadi diberitau kalo hari ini guru pada rapat jadi mereka gak perlu repot ke kelas dengan keadaan Nessa habis nangis seperti ini. Bisa banyak gosip nanti." Atau
" Cavan mana sihh?!" Nessa celingukan di tempatnya mencari sosok cowok yang udah beberapa bulan ini menjadi pacarnya. Padahal sekarang acara prom night untuk perpisahan kelas dua belas tapi cowok itu tiba-tiba menghilang." Kapan ya gue dicariin sama cewek begini." Ucap Cevin yang sedari tadi berdiri disamping Sahabatnya itu.Nessa mencebikkan bibirnya." Makanya jangan jomblo terus."
" Gue kan udah bilang ke lo kalo Melan gak baik buat lo dan jelas dia juga gak baik buat gue lah," jawab Cavan dengan wajah tenangnya." Tapi gue gak nyangka kalo sampe sebegininya. Kalo dia gak baik kenapa lo malah deketin dia?" Cevin terduduk di samping saudara kembarnya itu dengan wajah pias, seakan semua ini seperti hantaman keras untuknya. Cewek yang selama ini ia sukai tidak sebaik yang ia pikir. Bahkan cewek itu begitu licik mendominasi dirinya dan menyuruhnya untuk menjauhi sahabatnya sendiri, Nessa. Ia semakin merasa bersalah dengan sikapnya dulu yang sangat bodoh." Gue gak mau kalo dia gangguin lo terus dan
" Hey." Sapa Cevin canggung ketika menemukan Nessa keluar dari gang rumahnya. Cewek itu nampak terkejut dengan kehadirannya dan segera bersiap untuk menghindar tetapi tangan Cevin berhasil menahannya." Tunggu Nes."Nessa diam tanpa menoleh kearah Cevin sedikitpun. Setengah hatinya masih merasa sakit dan tidak terima atas perlakuan mantan sahabatnya itu, namun setengah hatinya juga sangat merindukan sahabatnya, sangat. " Ada apa?" Susah payah Nessa menahan tangisnya agar tidak pecah saat mengatakannya." Gue .... Gue minta maaf. Gue terlalu bodoh dan emosian sampe gue nyakitin lo."
Lagi-lagi Dika melempari ceri mentah kearah kepala Nessa sehingga mengganggu cewek itu yang sedang konsentrasi membaca novelnya. Ia merengut saat melihat Dika yang malah cengengesan di atas sana.Seperti biasa, Dika sedang duduk santai di atas pohon sambil sesekali memetik ceri matang yang terjangkau olehnya sementara ceri yang mentah ia lempari ke Nessa.
" Kenapa lo ngikutin gue?" Cevin melirik cewek yang ikut duduk di sampingnya dengan nafas terengah. Karena memang tadi ia jalan cukup cepat." Gue khawatir sama lo," ucap Nessa setelah berhasil mengatur napasnya." Gue baik-baik aja." Jawab Cevin berbohong." Gak." Nessa menggeleng cepat, menyangkal jawaban penuh kebohongan sahabatnya ini. Cevin menaikkan sebelah alisnya, bingung. " Lo gak baik-baik aja. Kenapa gak baikan sama Cavan sih? Dia kan sodara lo, " ucapnya dengan tatapan memohon.
" Persahabatan mereka udah ancur kok sekarang," ucap Melan seraya tersenyum sinis kemudian menutup teleponnya.Cavan mendengar ucapan Melan dengan seseorang di telpon cewek itu. Tadinya ia ijin ke toilet sebentar tapi gak jadi karena toiletnya penuh dan memilih untuk kembali dan mendapati Melan sedang mengangkat telepon, entah dari siapa. Tapi mendengar kalimat terakhir yang diucapkan cewek itu, makin membuat Cavan curiga. Tadinya ia hanya berasumsi kalo Melan membenci Nessa karena cewek itu sahabat dekat mereka, tapi mendengar percakapan terakhir tadi, Cavan mengira kalo masalahnya lebih dari itu. Masalahnya bukan di Nessa, apalagi semenjak ia dekat dengan Melan, cewek itu gak sekali pun melarangnya deket sama Nessa seperti Cevin dulu.
Siang itu setelah pertandingan, Cevin dan teman-temannya berhasil memenangkan pertandingan. Ia pun berlari menghampiri Nessa dan Cavan yang sudah berdiri menatapnya dengan sorot mata gembira.Cevin langsung memeluk Nessa dan Cavan dengan sangat erat layaknyateletubies.Hingga Cavan yang mulai kekurangan oksigen langsung melepaskan pelukan itu secara paksa. " Gak bisa napas bego!" Ia menoyor kepala saudara kembar sekaligus sahabatnya itu.Cevin tertawa girang. " Keren kan permainan gue?" Ia mengusap-usap dagunya den
Cavan menatap cewek yang kini tertidur disampingnya, lalu matanya kembali terarah ke cowok berwajah mirip dengannya yang tertidur di sofa. Ia tersenyum melihat kepolosan dua sahabatnya kalo lagi tidur begini. Mereka baru selesai mengerjakan tugas bahasa Indonesia dirumah Nessa.Ia-Cavan menatap Nessa lekat-lekat. Entah kenapa perasaannya ke cewek itu kian mendalam. Ia sadar bahwa sosok ceria Nessa dalam hidupnya seakan mencairkan hatinya yang selama ini beku, beku karena ia gak pernah tau bagaimana jatuh cinta itu. Bahkan Nessa satu-satunya cewek yang dekat dengannya selain Ibunya. Sejak dulu ia hanya bermain dengan Cevin, lain hal setelah saudara kembarnya itu pulang dengan tangan terluka dengan seorang gadis polos di belakangnya.
" Kalian duluan aja nanti gue nyusul abis latihan," ucap Cevin seraya mengeluarkan seragam basketnya dari tas begitu bel pulang berbunyi." Gak kita tungguin aja?" tanya Nessa yang sudah memasukkan semua bukunya ke tas dan bersiap untuk keluar dari kelas mereka.Cevin menggeleng." Kelamaan. Lagian gue latihan bentar doang abis itu rapat baru cusss," ucapnya yang kemudian bangkit dari kursinya.Nessa hanya mengangguk.