Share

bab 5

Author: Tikha
last update Last Updated: 2025-01-12 14:24:48

"Maafin Mas, De. Mas menikah lagi dan dia istri kedua Mas."

Deg!

"Ya Allah, mimpi itu?" Langkah Hafizah mundur beberapa langkah karena mendengar pengakuan suaminya.

Hafizah menggeleng tak percaya dengan kenyataan yang ada di depannya sekarang. Tapi, dengan segera ia mengkondisikan ekspresinya.

Kalau kalian kira Hafizah akan menangis di depan mereka, itu salah. Hafizah tipe orang yang berani di luar, namun dalam kesendirian ia menangis. Biasanya orang seperti ini menjalani masa kecil atau masa lalu yang kelam.

"De," panggil Adi yang hendak mendekati istri pertamanya itu.

"Fizah aja, Mas," ujar Hafizah yang kembali mendekat. Ia meraih tangan suaminya itu dan mencium punggung tangan Adi dengan takzim.

Lia yang melihat itu mengernyit heran karena istri pertama dari suaminya itu tidak mengeluarkan reaksi berlebihan, bahkan tidak sampai memarahinya.

"Sesabar itu?" batin Lia.

"Ayo masuk, Mas," Hafizah melirik perempuan seksi yang di belakang suaminya itu.

"Liat, Mbak," ucap Lia seakan paham dengan tatapan Hafizah.

Hafizah manggut-manggut dan menyuruh madunya itu untuk masuk.

"Bi... Siapkan air untuk tamu kita," teriak Hafizah menganggap Lia sebagai tamunya.

Adi hanya diam, namun ia merasa ketakutan juga karena istrinya belum menanggapi tentang Lia.

"Mari duduk. Kita bicara bentar," titah Hafizah dengan sopan.

Adi yang hendak duduk di samping istri pertamanya itu, dilarang oleh Hafizah dan menyuruhnya untuk duduk di samping Lia.

Dengan terpaksa Adi menurut. Dan sepasang pengantin baru itu menghadap Hafizah, selaku istri pertama Adi.

"De..."

"Diam dulu, Mas."

Adi diam, ia menatap istrinya dengan jenuh. Dapat ia lihat bahwa dalam tatapan istrinya itu tersirat kekecewaan.

Hafizah masih tidak membuka suara dan terus memperhatikan Adi dan Lia secara bersamaan. Sesekali ia menghela napas untuk mengatur emosinya.

"Siapa tamunya, Fizah?" tanya Bibi yang baru datang membawa air dan cemilan itu.

"Istri kedua Mas Adi," jawab Hafizah masih tenang.

"Apa?" Bibi menatap Lia dengan kilat kemarahan. "Dia pasti godain kamu 'kan, Pak? Kenapa Bapak mau dengan penggoda itu?!" marahnya menunjuk Lia.

Lia lantas menggeleng pertanda tidak setuju. "Jangan menuduh orang sembarangan!" tukasnya mendelik kesal.

"Bi, kamu duduk samping Fizah sini. Kita tanya mereka baik-baik," Hafizah menepuk tempat kosong di sampingnya.

Bibi menoleh ke arah Hafizah dan menatap wanita itu kasihan. Ia duduk di samping Hafizah sambil menggenggam lengan wanita itu.

Hafizah tersenyum pada Bibi. Ia kembali memperhatikan pasangan baru itu.

"Ceritakan, kenapa kalian bisa menikah?"

"Sebenarnya Mas menolak pernikahan ini saat para warga memaksa. Tapi..."

"Kenapa warga memaksa kalian menikah?" potong Hafizah kembali bertanya.

"Kami tidur berdua," sahut Lia yang langsung mendapat tatapan marah dari Adi.

"Apa sih? Memang seperti itu 'kan kenyataannya?" kata Lia yang melihat tatapan Adi padanya itu.

Hafizah menatap suaminya itu. "Mas lihat Fizah," pintanya. Seketika mereka semua dibuat tegang karena permintaan Hafizah itu.

Adi menurut dan menatap dalam mata sang istri tercinta. Mata itu ingin menangis, namun dipaksa untuk tahan.

"Perhatikan wajah Fizah. Lebih cantikan Fizah atau dia?" tanya Hafizah malah bercanda. "Lebih cantikan Fizah, 'kan? Mas malah nikah lagi dan hianatin pernikahan kita," ujarnya terlihat santai.

Lia yang mendengar itu melongo. Apa istri pertama dari suaminya itu baru saja mengatakan kalau ia jelek? Ah, bikin kesal saja. Tapi, ia harus diam.

"Iya, De. Kamu paling cantik dan wanita satu-satunya di hati Mas."

Hafizah menatap malas suaminya itu. "Bullshit!" cibirmya.

"Bi, sediakan kamar untuk pengantin baru itu. Fizah mau istirahat dulu," lanjutnya berbicara dengan pembantunya itu.

"Iya, Sayang," sahut Bibi menatap Hafizah kasihan.

Hafizah tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Ia pun berdiri dan melangkah meninggalkan mereka semua.

"De," panggil Adi yang hendak mengejar Hafizah, namun ditahan oleh Lia.

"Kamu gak dengar tadi, Mas? Istrimu ingin istirahat," pungkas Lia.

Adi menatap tajam Lia. "Jangan beraninya menyentuh tubuhku!"

"Apa maksudmu? Kita itu sudah sah dan boleh bersentuhan, Mas."

"Aku tidak sudi bersentuhan denganmu," kata Adi pedas.

Lia menatap suaminya itu kesal. Ia tersentak kaget kala Adi secara tiba-tiba menepis tangannya. "Mas?"

Adi mengabaikan Lia. Ia menyusul istrinya yang sudah masuk ke kamar mereka itu.

Bibi yang melihat perdebatan antara Adi dan istri barunya itu menatap bingung. "Pak Adi kelihatan benci dengan wanita itu. Lalu, kenapa mereka bisa menikah karena tidur berdua? Apa Pak Adi sengaja dijebak?" batinnya menerka-nerka.

"Ikuti saya," pinta Bibi pada Lia.

"Iya," Lia menurut. Ia meraih kopernya dan mengikuti Bibi.

***

Sesampainya di kamar, Hafizah langsung merusak hiasan itu. Ia juga melepaskan tulisan yang di headboard sambil menangis. Bohong ia kuat, bohong ia tidak sakit saat mengetahui suaminya menikah lagi.

"Kalau tahu begini, aku tidak ingin hamil dengan cepat," isaknya sambil menjauhkan mainan dan pernak-pernik di atas kasur itu. Ia terduduk lemas di tengah-tengah ranjang.

Hafizah memeluk kakinya dan menangis. "Sakit, benar-benar sakit."

"De?"

Adi terkejut karena kamar mereka berantakan. Padahal ia tidak terlalu lama di bawah, kenapa kamar mereka sudah berantakan.

Ia semakin terkejut karena melihat punggung istrinya yang bergetar. Ia pun mendekat dan menaiki kasur.

"De," panggil Adi lagi, namun tidak ada tanggapan sama sekali dari Hafizah.

"Jangan mendekat," ujar Hafizah dan terdengar jelas suara tangisnya.

Hati Adi berdenyut nyeri mendengar suara parau istrinya. Ia tidak mempedulikan larangan sang istri dan memeluk paksa istrinya.

"Dengarkan penjelasan dari Mas, ya?" pintanya lembut.

Hafizah tidak menjawab, ia hanya menangis. Karena tidak ada penolakan dari Hafizah, Adi pun menceritakan apa yang terjadi saat di kampung itu.

"Walaupun tidak ngapa-ngapain, tetap saja kalian tidur berdua, Mas."

"Maafin Mas."

Hafizah menggeleng dalam dekapan suaminya itu. "Tiga kesalahan yang tidak Fizah maklumi, Mas. KDRT, perselingkuhan, dan poligami. Fizah gak mau, Mas! Fizah gak mau!" racaunya semakin terisak.

"Maaf, maaf, maaf," ucap Adi berkali-kali, ia begitu sakit melihat istrinya menangis seperti sekarang. Untuk pertama kalinya ia melihat istrinya menangis selama mereka menikah.

"Kamu jahat. Aku mau cerai."

Adi menggeleng kuat. "Jangan pernah mengatakan seperti itu, De. Sampai kapanpun, Mas gak akan ceraikan kamu."

"Andai aku tidak hamil, aku sudah meminta cerai darimu, Mas. Aku tidak sanggup harus berbagi cinta dengan orang lain. Cukup kasih sayang orang tuaku saja yang terbagi untukku," ungkap Hafizah terdengar menyesakkan.

"H-hamil?" Adi menatap kembali kamarnya yang berantakan dengan mainan anak-anak itu. Seketika air matanya menetes karena rasa bersalahnya semakin besar.

Adi memejamkan matanya. Ia tak tahu harus mengatakan apa lagi pada istrinya yang masih menangis itu.

"Fizah sakit."

"De, maaf," ujar Adi yang tidak memperhatikan kalau istrinya tengah memegang perut itu.

Hafizah memegang perutnya kuat. Tiba-tiba perutnya keram dan terasa sakit. "Ya Allah, sakit sekali," batinnya yang gak kuat lagi, dan akhirnya ia hilang kesadaran.

Merasa tidak ada lagi pergerakan dari tubuh istrinya, Adi membuka matanya dan melonggarkan pelukannya. Betapa terkejutnya ia mendapati sang istri yang sudah tidak sadarkan diri itu.

"Sayang, bangun..." Adi menepuk pelan pipi isterinya itu. Karena tak kunjung bangun, ia bergegas menggendong istrinya itu dan akan membawanya ke rumah sakit.

"Bangun, Sayang. Jangan bikin Mas khawatir,"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 6

    "Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Adi panik saat dokter yang memeriksa istrinya sudah keluar.Dokter tersebut menghela napas dan menatap serius Adi. "Pak, istrinya sedang hamil muda. Jangan biarkan dia banyak pikiran dan kelelahan," jelas sang dokter."Tapi, dia gak apa-apa 'kan sekarang, Dok?""Iya, tiba-tiba banyak yang dia pikirkan dan membuat perutnya keram, terlebih dia belum makan siang."Adi sedikit menghela napas lega. Tadi, saat istrinya pingsan, ia langsung membawa istrinya ke rumah sakit tanpa memperdulikan istri barunya yang bertanya dan mau ikut dengannya."Baik, Dok. Apa dia diperbolehkan pulang sekarang?" tanya Adi.Dokter tersebut mengangguk. "Tunggu sore ya, Pak, baru bisa pulang.""Baik, Dok. Terimakasih,"Dokter mengangguk dan pamit pergi. Adi langsung memasuki ruangan untuk menemui istrinya itu. Terlihat Hafizah sedang melamun dan ia makin merasa bersalah."De,," Adi memegang lengan istrinya dan duduk di kursi samping brankar.Hafizah yang tadinya melamun

    Last Updated : 2025-02-26
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 7

    "Mas, ayo tidur." ajak Lia pada suaminya.Adi yang baru saja menyelesaikan sholat isya nya, menatap ke arah pintu yang di mana Lia tengah menunggunya. Mereka tidak sholat berjamaah karena Lia sedang halangan, hanya alasan. Dan Hafizah tidak ingin tidur bersama suaminya untuk sementara."Tidur sendiri-sendiri saja," jawab Adi."Kenapa? Ini malam pengantin kita, Mas."Adi menatap sinis Lia. "Pernikahan yang diinginkan? Tidak bukan? Lagian, halangan, 'kan?" ketusnya.Lia terdiam, sebenarnya sakit karena tidak dianggap oleh suami sendiri. Tapi, ia harus menerima perlakuan Adi, bukan? Pasalnya, ia yang menginginkan pernikahan itu walaupun ia bisa menolak. Namun jujur, ia jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Adi. Dan untuk haid, itu hanya alasan semata agar pria itu tidak memandangnya terlalu buruk. "Setidaknya, kamu tidur denganku sebagai bentuk tanggungjawab suami pada istrinya," pungkas Lia.Mendengar perkataan Lia, Adi tertawa sinis. "Tanggungjawab apa? Tanggungjawab sebagai

    Last Updated : 2025-02-27
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 8

    "Biar aku bantu, Mas." Lia mendekati Adi yang tengah sibuk memasang dasi itu."Tidak perlu." tolak Adi ketus.Sebenarnya ia malas bersiap di kamar Lia. Tapi, ia terpaksa kesana karena istri pertamanya itu sedang tidak ingin melihat wajahnya dan tidak ingin dekat-dekat dengannya."Kamu kenapa sih? Aku hanya ingin berbakti pada suami. Apa itu salah?" tanya Lia menatap lekat Adi.Adi diam dan ikut menatap Lia. Lia memberikan senyum manisnya dan ia mengambil kesempatan itu untuk meraih dasi yang ada digenggaman suaminya."Aku ganti, ya?" tawarnya lembut.Adi masih diam. Ia tidak bersuara bahkan menggerakkan kepalanya menolak atau mengiyakan keinginan Lia.Lia tersenyum dan memasangkan dasi itu pada Adi dengan telaten. Adi melihat ke arah lain saat istri keduanya itu mulai memasangkan dasi. Andai itu Hafizah, ia pasti terus memandangi wajah Hafizah saat wanita itu memasangkannya dasi."Mas," Lia membuka suaranya, memanggil Adi."Hm?""Kenapa tadi malam kamu pindah?" tanya Lia, terdengar na

    Last Updated : 2025-02-28
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 9

    "Bu...""Bu..."Beberapa murid yang ada dikelas VIII itu memanggil Hafizah. Namun, Hafizah tidak menyahutnya dan tatapannya tampak kosong.Salah satu dari mereka berdiri dan menghampiri Hafizah yang duduk diam setelah memberikan tugas pada mereka."Ibu cantik?" tegur murid perempuan menyapa Hafizah."Eh?" kaget Hafizah karena tiba-tiba merasakan sentuhan ditangannya. Ia tersadar dari lamunannya dan menatap pada murid perempuan itu.Hafizah tersenyum ke arah muridnya. "Ada apa?" tanyanya."Bu, kami sudah selesai menjawab soal dan bell istirahat pun sudah berbunyi. Kenapa Ibu diam saja saat kami memanggilmu?" tanya muridnya itu.Hafizah nampak terkejut dan mengucapkan istighfar. "Astagfirullah, maafkan Ibu, Sayang. Sekarang kalian kumpulkan tugasnya dan beristirahatlah," titahnya, menatap seluruh muridnya.Semua murid kelas VIII itu pun berbondong-bondong membawa bukunya ke arah Hafizah dan mereka satu-persatu mencium punggung tangan Hafizah sebelum keluar."Astagfirullah, ada apa denga

    Last Updated : 2025-02-28
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 10

    Paginya, mereka sarapan dengan khidmat tanpa ada yang membuka suara. Hanya ada suara sendok dan piring yang saling bertabrakan.Hafizah melirik Lia yang makan seperti orang kesal itu. Ia tersenyum tipis karena paham kalau madunya itu tengah marah akibat tadi malam Adi tidur bersamanya."Maaf, aku mau egois karena anakku menginginkan ayahnya," batin Hafizah."Mas,"Adi yang baru selesai makan itu lantas melihat ke arah Hafizah. "Iya, Sayang?""Nanti jemput Fizah, ya? Kemungkinan Fizah pulangnya Isya,"Adi tersenyum lembut. "Tanpa kamu minta pun, Mas pasti akan jemput."Hafizah ikut tersenyum dan mengangguk. "Terimakasih, Mas,""Hei, kenapa berterimakasih? Mas ini suamimu, dan sudah kewajiban Mas meratukan mu," kata Adi yang membuat Lia panas.Ting!!Suara sendok yang menabrak piring begitu nyaring. Hafizah dan Adi menatap ke arah Lia yang tengah menunduk itu."Kewajiban? Kewajiban apa yang kamu bicarakan, Mas? Kamu itu suami yang tidak adil!" sentak Lia tiba-tiba. Ia menatap Adi dan Ha

    Last Updated : 2025-02-28
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 11

    "Argg....., "Prang!Prang!"Dia pasti pergi menjemput Hafizah! Arghh...!" Lia mengamuk di kamarnya sendiri saat melihat mobil Adi meninggalkan rumah.Semua barang di kamarnya ia lempar guna meluapkan kemarahan. Kamarnya sekarang terlihat seperti kapal pecah. Banyak barang yang berserakan.Dengan sorot kemarahan, Lia menatap ponselnya. Ia mengambil ponselnya itu dan menghubungi seseorang."Sial!!" umpat Lia, karena orang tersebut tidak mengangkat panggilan darinya."Percuma ngelakuin ini. Mas Adi benar-benar tidak ingin menyentuh ku."Ting..Lia bergegas membuka ponselnya saat mendengar suara pesan masuk.0899xx [Lia, bagaimana kabarmu? Sudah lama tidak bertemu setelah malam panjang yang kita lalui waktu itu, bukan? Aku berharap benihku tidak berkembang menjadi janin di rahimmu. Jika itu terjadi, aku tidak ingin bertanggungjawab, karena orang tuaku pasti tidak setuju aku menikahi wanita kampung sepertimu. Aku menghubungimu hari ini hanya karena ingin memastikan itu saja. Jika janin it

    Last Updated : 2025-03-05
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 12

    Setelah sholat subuh, Adi dan Hafizah pulang ke rumah mereka. Sedari tadi Adi terus tersenyum karena menginap di hotel malam ini membuatnya untung besar. Ia bisa merasakan kebahagiaan seperti dulu sebelum adanya orang ketiga di rumah tangga mereka."Mas kesambet apaan?" tanya Hafizah bingung."Kesambet cinta kamu, De," sahut Adi sambil menyetir itu."Apa sih, Mas? Serem tau gak kalau Mas senyum-senyum gitu," kata Hafizah yang sebenarnya ia tengah malu.Adi tidak menghiraukan perkataan Hafizah. Ia masih terus tersenyum disepanjang perjalanan pulang. "De, bagaimana kita sarapan diluar aja? Mas malas kalau sarapan di rumah,""Berarti kita pulang cuma buat ganti baju doang. Terus, kita berangkat kerja lagi?"Adi mengangguk mengiyakan. "Tapi, kamu diam di rumah aja. Pasti capek, 'kan? Lagian, pihak sekolah pasti kasih cuti untuk istirahat biasanya."Hafizah tersenyum dan mengangguk. "Iya, Mas. Kita emang cuti sehari kok,""Aku juga mau cuti," celetuk Adi dengan senyum lebarnya."Eh, kok gi

    Last Updated : 2025-03-08
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 12

    "Aaaaa Lia, lama gak ketemu..,"Lia tersenyum ke arah temannya itu dan mereka saling peluk guna melepas kerinduan."Bagaimana kabarmu?" tanya Raisa, teman Lia."Kurang baik," sahut Lia malas.Raisa merangkul temannya itu dan mengajak Lia berjalan-jalan di mall tersebut. "Kita belanja-belanja dulu, bagaimana?" tawarnya."Dasar! Bukannya hibur temannya, malah mau belanja-belanja." cibir Lia sedikit kesal.Raisa nyengir kuda. "Hehe, rindu belanja bareng," celetuknya.Lia memutar bola matanya malas, namun ia menurut pada temannya itu. Mereka menyusuri mall besar tersebut dan berbelanja.Diluar, Adi dan Hafizah masih berada di dalam mobil. Tiba-tiba Hafizah ragu untuk memasuki Mall."Mas, bagaimana kita pulang saja?" tawar Hafizah pada suaminya itu.Adi yang baru saja menutup pintu mobil itu, mengernyit heran. "Mas ajak kamu kesini untuk belanja. Bukan cuma mampir sebentar aja," pungkasnya."Iya, tapi perasaan Fizah kok kayak ragu gitu. Takut terjadi apa-apa, apalagi ada Lia disini," ah, e

    Last Updated : 2025-03-08

Latest chapter

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 20

    "Sayang, ke rumah sakit, ya?" tawar Adi begitu perhatian."Siapa yang sakit, Mas?" balas Hafizah bertanya.Hafizah yang tengah melamun karena memikirkan mertuanya yang ada di rumah, dibuat bingung karena tiba-tiba suaminya itu mengajaknya ke rumah sakit."Kita ke psikiater,""Kamu gila, Mas? Kenapa? Banyak pikiran?" cecar Hafizah bertanya.Adi menggeleng, sebelah tangannya menggenggam lengan Hafizah dan sebelahnya menyetir."Kamu, sayang. Apa mental kamu baik-baik saja setelah pulang?" tanya Adi menatap istrinya itu khawatir.Hafizah menatap suaminya itu dan ia terkekeh. "Fizah tau maksud Mas baik. Tapi, percuma bawa Fizah ke psikiater, Mas. Mental Fizah udah di serang sedari kecil dan sekarang udah terbiasa. Aman kok," sahutnya lembut."Kamu yakin, sayang?""Yakin, Mas. Fizah bukan wanita lemah. Fizah wanita strong..." ucap Hafizah mengangkat tangannya memperlihatkan ototnya. Ia tertawa pelan karena seolah ia wanita terkuat di bumi dan mengalahkan wonder woman.Adi tersenyum. "Mana o

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 19

    "Coba jelaskan kenapa kamu menikah lagi, Adi?" pinta Ibu Hafizah setelah mereka selesai makan.Adi menatap kedua mertuanya itu dan menceritakan kejadian sebenarnya dengan sejujur-jujurnya tanpa ada yang ditutupi.Kedua orang tua Hafizah menyimak dengan baik penjelasan dari Adi."Jadi, saat itu kamu mengira Lia itu Fizah?" tanya sang ibu."Iya, Bu. Adi benar-benar tidak menyadarinya sehingga memeluknya saat tidur." jelas Adi."Mungkin wanita itu sudah bisa menebak kalau dia hamil. Untuk itu, dia menjebak mu dengan mengambil kesempatan saat kamu tidur memeluknya." tebak sang ayah.Hafizah hanya diam tidak membuka suara. Bahkan ia hendak menjauh dari sana karena mendengar cerita suaminya ia merasa sesak.Adi menatap ayah mertuanya itu. "Adi kurang yakin kalau dia hamil, Yah. Pasalnya, saat kami menikah dia tengah halangan. Emang bisa setelah halangan langsung hamil?" bingungnya."Iya, itu bisa terjadi. Meskipun peluang hamil setelah haid biasanya lebih rendah, namun tidak mustahil. Beber

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 18

    "Bu, ayo kita keluar. Kita istirahat dan lanjut besok, ya?" bujuk sang Ayah pada istrinya itu.Sang ibu menatap putrinya kasihan, namun masih belum puas untuk berdebat dengan menantunya itu. Dengan kesal ia keluar dari kamar putrinya."Jaga dia, Adi." pinta sang ayah.Adi mengangguk pasti. "Terimakasih, Ayah," ucapnya sopan.Sang ayah mengangguk sekali dan mengajak yang lain keluar. Setelah mereka semua keluar, Adi merebahkan dirinya disamping sang istri dan memeluknya sayang."Begitu kuat dirimu, sayang. Sedari remaja sampai sekarang kamu tidak pernah melawan saat Ibu merendahkan mu,"Adi memperhatikan wajah cantik istrinya yang sedikit pucat itu. Dielus-elus nya perut istrinya itu lembut."Baik-baik anak Ayah,," harap Adi. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan istri dan calon anaknya sekarang. Mau cari dokter pun percuma karena memang di desa istrinya itu, dokter tidak melayani orang berobat lagi.Adi menarik selimut dan menutupi tubuh mereka berdua. Ia ikut memejamkan matanya dan

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 17

    Seorang pria tengah merokok di balkon apartemennya. Asap rokok berhamburan di udara begitu banyak.Tin!Pria itu mengernyit heran karena mendengar bel apartemennya berbunyi. Ia pun mematikan rokoknya dan keluar dari kamarnya sendiri."Siapa yang bertamu sore-sore begini?" gumamnya, yang terus berjalan menuju pintu utama.CeklekPria itu menatap orang yang ada di depannya dari atas sampai bawah. Ia menaikkan sudut bibirnya kala perempuan yang sudah tidak ia temui selama sebulan itu."Woww, Lia, kau datang? Mari masuk, Baby..," ia merangkul Lia dengan senang hati membawa wanita itu masuk.Lia memutar bola matanya malas. Sebenarnya ia malas untuk menemui pria yang sudah merenggut kesuciannya itu. Tapi, karena ia merasa sunyi sendirian di rumah, ia memutuskan untuk menemui pria itu. Lagian, ia juga menghibur diri karena merasa kesal saat membaca pesan dari Adi yang ingin pergi dengan Hafizah selama dua hari."Kenapa kamu cemberut? Jika tidak ingin menemui ku, sebaiknya tidak usah." kata p

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 16

    "Putra," Adi memanggil sekretarisnya itu.Putra yang tengah memperhatikan tablet itu menoleh pada atasannya itu. "Ada apa, Pak?""Bagaimana dengan jadwalku dua hari ke depan?"Putra yang baru saja memeriksa jadwal Adi pun langsung menjawab. "Dua hari ke depan jadwal anda aman, Pak. Tidak ada meeting dan pekerjaan di kantor bisa bapak kerjakan di rumah," jelasnya.Adi bernapas lega saat mendengar itu. Dua hari ia bisa menemani istrinya ke kampung. "Aku akan ke kampung istriku selama dua hari. Kamu urus kantor untuk sementara,"Putra menatap atasannya itu kasihan. "Bapak kesana pasti karena berita pagi tadi, 'kan? Saya minta maaf, Pak."Putra masih merasa bersalah atas menikahnya sang atasan."Tidak masalah, Put. Mungkin ini ujian dalam pernikahan kami," sahut Adi.Ya, setelah Adi pikirkan, mungkin orang ketiga lah untuk ujian rumah tangganya. Karena kalau soal perekonomian, ia dan sang istri sama-sama bekerja sehingga mereka tidak kekurangan harta. Tapi, kembali lagi pada yang di Atas.

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 15

    "Mas suka gayamu, De." puji Adi sambil menggenggam tangan Hafizah."Jadi selama ini gak suka?" tanya Hafizah menatap suaminya yang sedang menyetir itu.Adi menggeleng pelan. "Bukan begitu,"Hafizah terkekeh melihat wajah suaminya yang panik. "Iya, Mas. Fizah ngerti kok,"Drrrtt... Drrrtt...Hafizah membuka tasnya saat mendengar ponselnya berdering."Siapa, sayang?" tanya Adi."Mas," panggil Hafizah lirih."Siapa?" tanya Adi khawatir, karena nada bicara istrinya berbeda."Ibu,"Adi menatap istrinya itu dan mengangguk sekali sebagai pertanda agar istrinya tenang. "Angkat dan loudspeaker." titahnya.Hafizah menurut, ia mengangkat panggilan telepon dari ibunya dan menyalakan loudspeaker teleponnya."Assalamu'alaikum, Bu,""Walaikumsalam, Fizah.""Ada apa, Bu?" tanya Hafizah takut-takut."Ibu mau penjelasan darimu dan Adi tentang berita pagi ini, Fizah," sahut sang Ibu masih dengan suara tenangnya.Hafizah menatap suaminya itu. Adi yang paham, lantas membuka suara. "Berita kalau Adi memili

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 14

    "Mas!" Lia mengejar Adi cepat dan langsung menahan lengan pria itu."Lepas, Lia!" sentak Adi menghempas kasar lengannya."Mas, aku mohon. Berlaku lah adil," mohon Lia memelas.Adi menarik napas panjang dan menatap Lia datar. "Sudah berapa kali aku katakan, Lia? Aku tidak akan tidur bersamamu!" sarkas nya."Kenapa? Kenapa, Mas? Jika aku meminta baik-baik kamu tidak menurutinya, maka aku akan melakukan segala cara untuk mendapatkan cintamu. Bahkan aku berani melukai Fizah dan calon anak kalian!" desis Lia dengan beraninya.Adi menatap marah Lia dan langsung mencengkram rahang wanita itu dengan kuat. "Berani kau sentuh Fizah sedikit pun, aku tidak akan segan melukaimu. Aku rela dicap buruk oleh semua orang karena membunuh istri keduaku demi istri pertamaku sendiri!"Lia menahan pergelangan Adi. Ia terdongak dan sedikit kesusahan bernapas. "S-sakit, Mas!" ujarnya terbata.Seakan tuli, Adi tidak mendengarkan rintihan Lia yang kesakitan. Ia semakin kuat mencengkram rahang Lia hingga turun k

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 12

    "Aaaaa Lia, lama gak ketemu..,"Lia tersenyum ke arah temannya itu dan mereka saling peluk guna melepas kerinduan."Bagaimana kabarmu?" tanya Raisa, teman Lia."Kurang baik," sahut Lia malas.Raisa merangkul temannya itu dan mengajak Lia berjalan-jalan di mall tersebut. "Kita belanja-belanja dulu, bagaimana?" tawarnya."Dasar! Bukannya hibur temannya, malah mau belanja-belanja." cibir Lia sedikit kesal.Raisa nyengir kuda. "Hehe, rindu belanja bareng," celetuknya.Lia memutar bola matanya malas, namun ia menurut pada temannya itu. Mereka menyusuri mall besar tersebut dan berbelanja.Diluar, Adi dan Hafizah masih berada di dalam mobil. Tiba-tiba Hafizah ragu untuk memasuki Mall."Mas, bagaimana kita pulang saja?" tawar Hafizah pada suaminya itu.Adi yang baru saja menutup pintu mobil itu, mengernyit heran. "Mas ajak kamu kesini untuk belanja. Bukan cuma mampir sebentar aja," pungkasnya."Iya, tapi perasaan Fizah kok kayak ragu gitu. Takut terjadi apa-apa, apalagi ada Lia disini," ah, e

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 12

    Setelah sholat subuh, Adi dan Hafizah pulang ke rumah mereka. Sedari tadi Adi terus tersenyum karena menginap di hotel malam ini membuatnya untung besar. Ia bisa merasakan kebahagiaan seperti dulu sebelum adanya orang ketiga di rumah tangga mereka."Mas kesambet apaan?" tanya Hafizah bingung."Kesambet cinta kamu, De," sahut Adi sambil menyetir itu."Apa sih, Mas? Serem tau gak kalau Mas senyum-senyum gitu," kata Hafizah yang sebenarnya ia tengah malu.Adi tidak menghiraukan perkataan Hafizah. Ia masih terus tersenyum disepanjang perjalanan pulang. "De, bagaimana kita sarapan diluar aja? Mas malas kalau sarapan di rumah,""Berarti kita pulang cuma buat ganti baju doang. Terus, kita berangkat kerja lagi?"Adi mengangguk mengiyakan. "Tapi, kamu diam di rumah aja. Pasti capek, 'kan? Lagian, pihak sekolah pasti kasih cuti untuk istirahat biasanya."Hafizah tersenyum dan mengangguk. "Iya, Mas. Kita emang cuti sehari kok,""Aku juga mau cuti," celetuk Adi dengan senyum lebarnya."Eh, kok gi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status