Share

bab 5

Auteur: Tikha
last update Dernière mise à jour: 2025-01-12 14:24:48

"Maafin Mas, De. Mas menikah lagi dan dia istri kedua Mas."

Deg!

"Ya Allah, mimpi itu?" Langkah Hafizah mundur beberapa langkah karena mendengar pengakuan suaminya.

Hafizah menggeleng tak percaya dengan kenyataan yang ada di depannya sekarang. Tapi, dengan segera ia mengkondisikan ekspresinya.

Kalau kalian kira Hafizah akan menangis di depan mereka, itu salah. Hafizah tipe orang yang berani di luar, namun dalam kesendirian ia menangis. Biasanya orang seperti ini menjalani masa kecil atau masa lalu yang kelam.

"De," panggil Adi yang hendak mendekati istri pertamanya itu.

"Fizah aja, Mas," ujar Hafizah yang kembali mendekat. Ia meraih tangan suaminya itu dan mencium punggung tangan Adi dengan takzim.

Lia yang melihat itu mengernyit heran karena istri pertama dari suaminya itu tidak mengeluarkan reaksi berlebihan, bahkan tidak sampai memarahinya.

"Sesabar itu?" batin Lia.

"Ayo masuk, Mas," Hafizah melirik perempuan seksi yang di belakang suaminya itu.

"Liat, Mbak," ucap Lia seakan paham dengan tatapan Hafizah.

Hafizah manggut-manggut dan menyuruh madunya itu untuk masuk.

"Bi... Siapkan air untuk tamu kita," teriak Hafizah menganggap Lia sebagai tamunya.

Adi hanya diam, namun ia merasa ketakutan juga karena istrinya belum menanggapi tentang Lia.

"Mari duduk. Kita bicara bentar," titah Hafizah dengan sopan.

Adi yang hendak duduk di samping istri pertamanya itu, dilarang oleh Hafizah dan menyuruhnya untuk duduk di samping Lia.

Dengan terpaksa Adi menurut. Dan sepasang pengantin baru itu menghadap Hafizah, selaku istri pertama Adi.

"De..."

"Diam dulu, Mas."

Adi diam, ia menatap istrinya dengan jenuh. Dapat ia lihat bahwa dalam tatapan istrinya itu tersirat kekecewaan.

Hafizah masih tidak membuka suara dan terus memperhatikan Adi dan Lia secara bersamaan. Sesekali ia menghela napas untuk mengatur emosinya.

"Siapa tamunya, Fizah?" tanya Bibi yang baru datang membawa air dan cemilan itu.

"Istri kedua Mas Adi," jawab Hafizah masih tenang.

"Apa?" Bibi menatap Lia dengan kilat kemarahan. "Dia pasti godain kamu 'kan, Pak? Kenapa Bapak mau dengan penggoda itu?!" marahnya menunjuk Lia.

Lia lantas menggeleng pertanda tidak setuju. "Jangan menuduh orang sembarangan!" tukasnya mendelik kesal.

"Bi, kamu duduk samping Fizah sini. Kita tanya mereka baik-baik," Hafizah menepuk tempat kosong di sampingnya.

Bibi menoleh ke arah Hafizah dan menatap wanita itu kasihan. Ia duduk di samping Hafizah sambil menggenggam lengan wanita itu.

Hafizah tersenyum pada Bibi. Ia kembali memperhatikan pasangan baru itu.

"Ceritakan, kenapa kalian bisa menikah?"

"Sebenarnya Mas menolak pernikahan ini saat para warga memaksa. Tapi..."

"Kenapa warga memaksa kalian menikah?" potong Hafizah kembali bertanya.

"Kami tidur berdua," sahut Lia yang langsung mendapat tatapan marah dari Adi.

"Apa sih? Memang seperti itu 'kan kenyataannya?" kata Lia yang melihat tatapan Adi padanya itu.

Hafizah menatap suaminya itu. "Mas lihat Fizah," pintanya. Seketika mereka semua dibuat tegang karena permintaan Hafizah itu.

Adi menurut dan menatap dalam mata sang istri tercinta. Mata itu ingin menangis, namun dipaksa untuk tahan.

"Perhatikan wajah Fizah. Lebih cantikan Fizah atau dia?" tanya Hafizah malah bercanda. "Lebih cantikan Fizah, 'kan? Mas malah nikah lagi dan hianatin pernikahan kita," ujarnya terlihat santai.

Lia yang mendengar itu melongo. Apa istri pertama dari suaminya itu baru saja mengatakan kalau ia jelek? Ah, bikin kesal saja. Tapi, ia harus diam.

"Iya, De. Kamu paling cantik dan wanita satu-satunya di hati Mas."

Hafizah menatap malas suaminya itu. "Bullshit!" cibirmya.

"Bi, sediakan kamar untuk pengantin baru itu. Fizah mau istirahat dulu," lanjutnya berbicara dengan pembantunya itu.

"Iya, Sayang," sahut Bibi menatap Hafizah kasihan.

Hafizah tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Ia pun berdiri dan melangkah meninggalkan mereka semua.

"De," panggil Adi yang hendak mengejar Hafizah, namun ditahan oleh Lia.

"Kamu gak dengar tadi, Mas? Istrimu ingin istirahat," pungkas Lia.

Adi menatap tajam Lia. "Jangan beraninya menyentuh tubuhku!"

"Apa maksudmu? Kita itu sudah sah dan boleh bersentuhan, Mas."

"Aku tidak sudi bersentuhan denganmu," kata Adi pedas.

Lia menatap suaminya itu kesal. Ia tersentak kaget kala Adi secara tiba-tiba menepis tangannya. "Mas?"

Adi mengabaikan Lia. Ia menyusul istrinya yang sudah masuk ke kamar mereka itu.

Bibi yang melihat perdebatan antara Adi dan istri barunya itu menatap bingung. "Pak Adi kelihatan benci dengan wanita itu. Lalu, kenapa mereka bisa menikah karena tidur berdua? Apa Pak Adi sengaja dijebak?" batinnya menerka-nerka.

"Ikuti saya," pinta Bibi pada Lia.

"Iya," Lia menurut. Ia meraih kopernya dan mengikuti Bibi.

***

Sesampainya di kamar, Hafizah langsung merusak hiasan itu. Ia juga melepaskan tulisan yang di headboard sambil menangis. Bohong ia kuat, bohong ia tidak sakit saat mengetahui suaminya menikah lagi.

"Kalau tahu begini, aku tidak ingin hamil dengan cepat," isaknya sambil menjauhkan mainan dan pernak-pernik di atas kasur itu. Ia terduduk lemas di tengah-tengah ranjang.

Hafizah memeluk kakinya dan menangis. "Sakit, benar-benar sakit."

"De?"

Adi terkejut karena kamar mereka berantakan. Padahal ia tidak terlalu lama di bawah, kenapa kamar mereka sudah berantakan.

Ia semakin terkejut karena melihat punggung istrinya yang bergetar. Ia pun mendekat dan menaiki kasur.

"De," panggil Adi lagi, namun tidak ada tanggapan sama sekali dari Hafizah.

"Jangan mendekat," ujar Hafizah dan terdengar jelas suara tangisnya.

Hati Adi berdenyut nyeri mendengar suara parau istrinya. Ia tidak mempedulikan larangan sang istri dan memeluk paksa istrinya.

"Dengarkan penjelasan dari Mas, ya?" pintanya lembut.

Hafizah tidak menjawab, ia hanya menangis. Karena tidak ada penolakan dari Hafizah, Adi pun menceritakan apa yang terjadi saat di kampung itu.

"Walaupun tidak ngapa-ngapain, tetap saja kalian tidur berdua, Mas."

"Maafin Mas."

Hafizah menggeleng dalam dekapan suaminya itu. "Tiga kesalahan yang tidak Fizah maklumi, Mas. KDRT, perselingkuhan, dan poligami. Fizah gak mau, Mas! Fizah gak mau!" racaunya semakin terisak.

"Maaf, maaf, maaf," ucap Adi berkali-kali, ia begitu sakit melihat istrinya menangis seperti sekarang. Untuk pertama kalinya ia melihat istrinya menangis selama mereka menikah.

"Kamu jahat. Aku mau cerai."

Adi menggeleng kuat. "Jangan pernah mengatakan seperti itu, De. Sampai kapanpun, Mas gak akan ceraikan kamu."

"Andai aku tidak hamil, aku sudah meminta cerai darimu, Mas. Aku tidak sanggup harus berbagi cinta dengan orang lain. Cukup kasih sayang orang tuaku saja yang terbagi untukku," ungkap Hafizah terdengar menyesakkan.

"H-hamil?" Adi menatap kembali kamarnya yang berantakan dengan mainan anak-anak itu. Seketika air matanya menetes karena rasa bersalahnya semakin besar.

Adi memejamkan matanya. Ia tak tahu harus mengatakan apa lagi pada istrinya yang masih menangis itu.

"Fizah sakit."

"De, maaf," ujar Adi yang tidak memperhatikan kalau istrinya tengah memegang perut itu.

Hafizah memegang perutnya kuat. Tiba-tiba perutnya keram dan terasa sakit. "Ya Allah, sakit sekali," batinnya yang gak kuat lagi, dan akhirnya ia hilang kesadaran.

Merasa tidak ada lagi pergerakan dari tubuh istrinya, Adi membuka matanya dan melonggarkan pelukannya. Betapa terkejutnya ia mendapati sang istri yang sudah tidak sadarkan diri itu.

"Sayang, bangun..." Adi menepuk pelan pipi isterinya itu. Karena tak kunjung bangun, ia bergegas menggendong istrinya itu dan akan membawanya ke rumah sakit.

"Bangun, Sayang. Jangan bikin Mas khawatir,"

Related chapter

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 1

    Sepasang suami-istri tengah memadu kasih di malam sunah yang dianjurkan Nabi, yaitu malam Jumat. Di tengah permainan, si suami berhenti bergerak dan menatap istrinya lekat."De, boleh Mas ngomong serius?" tanya si suami."Apa, Mas? Kalau mau ngomong, ngomong aja," sahut si istri yang menekan punggung suaminya agar milik suaminya menusuk hingga terdalam."Mas mau poligami, boleh?"Deg!Hafizah, wanita cantik yang berumur 23 tahun itu, menatap suaminya lekat. Ia yang tadinya bergairah dengan permainan itu tiba-tiba merasakan kehambaran."Jangan bercanda, Mas," ujar Fizah lembut. Pasalnya, rumah tangganya dan sang suami baik-baik saja. Terlebih, mereka baru saja menjalani biduk rumah tangga selama 4 bulan. Masih baru dan hangat-hangatnya."Mas serius," kata lelaki di atas Hafizah itu.Hafizah menarik napas panjang. "Minggir, Mas," pintanya. Sakit? Tentu. Siapa yang tidak sakit hati saat suaminya meminta izin untuk menikah lagi? Meminta izin saat sedang santai saja sakit hati. Apalagi ini

    Dernière mise à jour : 2025-01-12
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 2

    Adi mengernyit heran kala istrinya itu hanya diam. Padahal biasanya istrinya itu suka berceloteh sepanjang jalan."De,""Eh iya, Mas?" kaget Hafizah karena tersentak dari lamunannya.Saat ini mereka tengah di perjalanan menuju tempat kerja. Sebelum ke kantor, Adi mengantarkan istrinya itu bekerja di salah satu sekolah menengah pertama di kota tempat mereka tinggal.Ya, Hafizah menjadi guru di sekolah SMP negeri. Istrinya itu baru saja lulus CPNS, yang artinya tidak menjadi guru honorer lagi."Kamu kenapa diam saja dari tadi?" tanya Adi.Hafizah sedikit memiringkan badannya dan menatap suaminya itu serius. "Kamu benar-benar ingin poligami, Mas?" tanyanya.Mendapat pertanyaan seperti itu, Adi lantas tertawa. "Tidak akan, Sayang. Tadi malam Mas hanya bercanda, jangan dibawa serius, oke?""Bercanda sampai dua kali?" Hafizah menunduk sedih. Jujur, pagi tadi ia sengaja bercanda saat suaminya itu menawarkan madu. Ia tahu arah bicara dari suaminya itu.Melihat istrinya menunduk, ada perasaan

    Dernière mise à jour : 2025-01-12
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 3

    Adi menyunggingkan senyumnya kala membaca pesan absurd dari istrinya itu. Ah, rasanya ia ingin pulang karena sudah merindukan istrinya itu."Dia begitu lucu," gumamnya."Mari, Pak." ajak Putra yang membuat Adi terperanjat kaget.Adi mengangguk dan mengikuti sekretarisnya itu. Mereka baru saja tiba di bandara dan sekarang sedang mencari taksi untuk ke penginapan."Pak, kita menginap di hotel atau di desa itu?" tanya Putra."Kita menginap di hotel aja, Put." jawab Adi."Kita pesan online saja hotelnya, Pak. Soalnya, rekan bisnis Bapak ingin kita langsung ke desa untuk melihat tanah yang dijual warga desa itu," jelas Putra."Tidak ada waktu istirahat sebentar?" tanya Adi yang ingin istirahat setelah penerbangan mereka.Putra menggeleng sebagai jawaban. "Pak Wibowo ingin langsung survei sekarang juga, Pak,"Perusahaan Adi bekerjasama dengan perusahaan Wibowo untuk pembangunan klinik kesehatan di desa terpencil itu. Walaupun klinik tersebut untuk membantu warga desa, tetap saja mereka memb

    Dernière mise à jour : 2025-01-12
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 4

    Setelah selesai sholat subuh, Hafizah mengaji. Baru saja hendak memulai ngajinya, ia mendadak mual-mual. Dengan cepat Hafizah berlari menuju kamar mandi.Setengah jam berlalu, dan matahari sudah mulai menunjukkan sinarnya. Hafizah masih saja mual dan ia benar-benar lemas."Sayang, jangan gini dong. Bunda udah lemas ini," Hafizah memegang perut ratanya. Ia menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan.Hafizah tersenyum kecil karena ia sudah berhenti mual. "Terima kasih udah ngertiin Bunda, Sayang."Hafizah keluar dari kamar mandi dan membereskan tempat beribadahnya tadi. Ia melepaskan mukenanya dan memasang hijab yang langsung pakai.Sebelum turun ke bawah untuk membantu Bibi memasak, ia memeriksa ponselnya. Senyum manisnya terukir kala melihat pesan dari suaminya.**Mas Adi:** [De, hari ini Mas akan pulang. Tunggu Mas ya, Sayang...]**Me:** [Aku menunggumu, Mas. Ada sesuatu yang akan ku berikan padamu. Jadi, cepatlah pulang.]Setelah membalas pesan dari suaminya, Hafizah memikir

    Dernière mise à jour : 2025-01-12

Latest chapter

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 5

    "Maafin Mas, De. Mas menikah lagi dan dia istri kedua Mas." Deg! "Ya Allah, mimpi itu?" Langkah Hafizah mundur beberapa langkah karena mendengar pengakuan suaminya. Hafizah menggeleng tak percaya dengan kenyataan yang ada di depannya sekarang. Tapi, dengan segera ia mengkondisikan ekspresinya. Kalau kalian kira Hafizah akan menangis di depan mereka, itu salah. Hafizah tipe orang yang berani di luar, namun dalam kesendirian ia menangis. Biasanya orang seperti ini menjalani masa kecil atau masa lalu yang kelam. "De," panggil Adi yang hendak mendekati istri pertamanya itu. "Fizah aja, Mas," ujar Hafizah yang kembali mendekat. Ia meraih tangan suaminya itu dan mencium punggung tangan Adi dengan takzim. Lia yang melihat itu mengernyit heran karena istri pertama dari suaminya itu tidak mengeluarkan reaksi berlebihan, bahkan tidak sampai memarahinya. "Sesabar itu?" batin Lia. "Ayo masuk, Mas," Hafizah melirik perempuan seksi yang di belakang suaminya itu. "Liat, Mbak," ucap Lia se

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 4

    Setelah selesai sholat subuh, Hafizah mengaji. Baru saja hendak memulai ngajinya, ia mendadak mual-mual. Dengan cepat Hafizah berlari menuju kamar mandi.Setengah jam berlalu, dan matahari sudah mulai menunjukkan sinarnya. Hafizah masih saja mual dan ia benar-benar lemas."Sayang, jangan gini dong. Bunda udah lemas ini," Hafizah memegang perut ratanya. Ia menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan.Hafizah tersenyum kecil karena ia sudah berhenti mual. "Terima kasih udah ngertiin Bunda, Sayang."Hafizah keluar dari kamar mandi dan membereskan tempat beribadahnya tadi. Ia melepaskan mukenanya dan memasang hijab yang langsung pakai.Sebelum turun ke bawah untuk membantu Bibi memasak, ia memeriksa ponselnya. Senyum manisnya terukir kala melihat pesan dari suaminya.**Mas Adi:** [De, hari ini Mas akan pulang. Tunggu Mas ya, Sayang...]**Me:** [Aku menunggumu, Mas. Ada sesuatu yang akan ku berikan padamu. Jadi, cepatlah pulang.]Setelah membalas pesan dari suaminya, Hafizah memikir

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 3

    Adi menyunggingkan senyumnya kala membaca pesan absurd dari istrinya itu. Ah, rasanya ia ingin pulang karena sudah merindukan istrinya itu."Dia begitu lucu," gumamnya."Mari, Pak." ajak Putra yang membuat Adi terperanjat kaget.Adi mengangguk dan mengikuti sekretarisnya itu. Mereka baru saja tiba di bandara dan sekarang sedang mencari taksi untuk ke penginapan."Pak, kita menginap di hotel atau di desa itu?" tanya Putra."Kita menginap di hotel aja, Put." jawab Adi."Kita pesan online saja hotelnya, Pak. Soalnya, rekan bisnis Bapak ingin kita langsung ke desa untuk melihat tanah yang dijual warga desa itu," jelas Putra."Tidak ada waktu istirahat sebentar?" tanya Adi yang ingin istirahat setelah penerbangan mereka.Putra menggeleng sebagai jawaban. "Pak Wibowo ingin langsung survei sekarang juga, Pak,"Perusahaan Adi bekerjasama dengan perusahaan Wibowo untuk pembangunan klinik kesehatan di desa terpencil itu. Walaupun klinik tersebut untuk membantu warga desa, tetap saja mereka memb

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 2

    Adi mengernyit heran kala istrinya itu hanya diam. Padahal biasanya istrinya itu suka berceloteh sepanjang jalan."De,""Eh iya, Mas?" kaget Hafizah karena tersentak dari lamunannya.Saat ini mereka tengah di perjalanan menuju tempat kerja. Sebelum ke kantor, Adi mengantarkan istrinya itu bekerja di salah satu sekolah menengah pertama di kota tempat mereka tinggal.Ya, Hafizah menjadi guru di sekolah SMP negeri. Istrinya itu baru saja lulus CPNS, yang artinya tidak menjadi guru honorer lagi."Kamu kenapa diam saja dari tadi?" tanya Adi.Hafizah sedikit memiringkan badannya dan menatap suaminya itu serius. "Kamu benar-benar ingin poligami, Mas?" tanyanya.Mendapat pertanyaan seperti itu, Adi lantas tertawa. "Tidak akan, Sayang. Tadi malam Mas hanya bercanda, jangan dibawa serius, oke?""Bercanda sampai dua kali?" Hafizah menunduk sedih. Jujur, pagi tadi ia sengaja bercanda saat suaminya itu menawarkan madu. Ia tahu arah bicara dari suaminya itu.Melihat istrinya menunduk, ada perasaan

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 1

    Sepasang suami-istri tengah memadu kasih di malam sunah yang dianjurkan Nabi, yaitu malam Jumat. Di tengah permainan, si suami berhenti bergerak dan menatap istrinya lekat."De, boleh Mas ngomong serius?" tanya si suami."Apa, Mas? Kalau mau ngomong, ngomong aja," sahut si istri yang menekan punggung suaminya agar milik suaminya menusuk hingga terdalam."Mas mau poligami, boleh?"Deg!Hafizah, wanita cantik yang berumur 23 tahun itu, menatap suaminya lekat. Ia yang tadinya bergairah dengan permainan itu tiba-tiba merasakan kehambaran."Jangan bercanda, Mas," ujar Fizah lembut. Pasalnya, rumah tangganya dan sang suami baik-baik saja. Terlebih, mereka baru saja menjalani biduk rumah tangga selama 4 bulan. Masih baru dan hangat-hangatnya."Mas serius," kata lelaki di atas Hafizah itu.Hafizah menarik napas panjang. "Minggir, Mas," pintanya. Sakit? Tentu. Siapa yang tidak sakit hati saat suaminya meminta izin untuk menikah lagi? Meminta izin saat sedang santai saja sakit hati. Apalagi ini

Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status