Chapter: bab 5 "Maafin Mas, De. Mas menikah lagi dan dia istri kedua Mas." Deg! "Ya Allah, mimpi itu?" Langkah Hafizah mundur beberapa langkah karena mendengar pengakuan suaminya. Hafizah menggeleng tak percaya dengan kenyataan yang ada di depannya sekarang. Tapi, dengan segera ia mengkondisikan ekspresinya. Kalau kalian kira Hafizah akan menangis di depan mereka, itu salah. Hafizah tipe orang yang berani di luar, namun dalam kesendirian ia menangis. Biasanya orang seperti ini menjalani masa kecil atau masa lalu yang kelam. "De," panggil Adi yang hendak mendekati istri pertamanya itu. "Fizah aja, Mas," ujar Hafizah yang kembali mendekat. Ia meraih tangan suaminya itu dan mencium punggung tangan Adi dengan takzim. Lia yang melihat itu mengernyit heran karena istri pertama dari suaminya itu tidak mengeluarkan reaksi berlebihan, bahkan tidak sampai memarahinya. "Sesabar itu?" batin Lia. "Ayo masuk, Mas," Hafizah melirik perempuan seksi yang di belakang suaminya itu. "Liat, Mbak," ucap Lia se
Terakhir Diperbarui: 2025-01-12
Chapter: bab 4Setelah selesai sholat subuh, Hafizah mengaji. Baru saja hendak memulai ngajinya, ia mendadak mual-mual. Dengan cepat Hafizah berlari menuju kamar mandi.Setengah jam berlalu, dan matahari sudah mulai menunjukkan sinarnya. Hafizah masih saja mual dan ia benar-benar lemas."Sayang, jangan gini dong. Bunda udah lemas ini," Hafizah memegang perut ratanya. Ia menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan.Hafizah tersenyum kecil karena ia sudah berhenti mual. "Terima kasih udah ngertiin Bunda, Sayang."Hafizah keluar dari kamar mandi dan membereskan tempat beribadahnya tadi. Ia melepaskan mukenanya dan memasang hijab yang langsung pakai.Sebelum turun ke bawah untuk membantu Bibi memasak, ia memeriksa ponselnya. Senyum manisnya terukir kala melihat pesan dari suaminya.**Mas Adi:** [De, hari ini Mas akan pulang. Tunggu Mas ya, Sayang...]**Me:** [Aku menunggumu, Mas. Ada sesuatu yang akan ku berikan padamu. Jadi, cepatlah pulang.]Setelah membalas pesan dari suaminya, Hafizah memikir
Terakhir Diperbarui: 2025-01-12
Chapter: bab 3Adi menyunggingkan senyumnya kala membaca pesan absurd dari istrinya itu. Ah, rasanya ia ingin pulang karena sudah merindukan istrinya itu."Dia begitu lucu," gumamnya."Mari, Pak." ajak Putra yang membuat Adi terperanjat kaget.Adi mengangguk dan mengikuti sekretarisnya itu. Mereka baru saja tiba di bandara dan sekarang sedang mencari taksi untuk ke penginapan."Pak, kita menginap di hotel atau di desa itu?" tanya Putra."Kita menginap di hotel aja, Put." jawab Adi."Kita pesan online saja hotelnya, Pak. Soalnya, rekan bisnis Bapak ingin kita langsung ke desa untuk melihat tanah yang dijual warga desa itu," jelas Putra."Tidak ada waktu istirahat sebentar?" tanya Adi yang ingin istirahat setelah penerbangan mereka.Putra menggeleng sebagai jawaban. "Pak Wibowo ingin langsung survei sekarang juga, Pak,"Perusahaan Adi bekerjasama dengan perusahaan Wibowo untuk pembangunan klinik kesehatan di desa terpencil itu. Walaupun klinik tersebut untuk membantu warga desa, tetap saja mereka memb
Terakhir Diperbarui: 2025-01-12
Chapter: bab 2Adi mengernyit heran kala istrinya itu hanya diam. Padahal biasanya istrinya itu suka berceloteh sepanjang jalan."De,""Eh iya, Mas?" kaget Hafizah karena tersentak dari lamunannya.Saat ini mereka tengah di perjalanan menuju tempat kerja. Sebelum ke kantor, Adi mengantarkan istrinya itu bekerja di salah satu sekolah menengah pertama di kota tempat mereka tinggal.Ya, Hafizah menjadi guru di sekolah SMP negeri. Istrinya itu baru saja lulus CPNS, yang artinya tidak menjadi guru honorer lagi."Kamu kenapa diam saja dari tadi?" tanya Adi.Hafizah sedikit memiringkan badannya dan menatap suaminya itu serius. "Kamu benar-benar ingin poligami, Mas?" tanyanya.Mendapat pertanyaan seperti itu, Adi lantas tertawa. "Tidak akan, Sayang. Tadi malam Mas hanya bercanda, jangan dibawa serius, oke?""Bercanda sampai dua kali?" Hafizah menunduk sedih. Jujur, pagi tadi ia sengaja bercanda saat suaminya itu menawarkan madu. Ia tahu arah bicara dari suaminya itu.Melihat istrinya menunduk, ada perasaan
Terakhir Diperbarui: 2025-01-12
Chapter: bab 1Sepasang suami-istri tengah memadu kasih di malam sunah yang dianjurkan Nabi, yaitu malam Jumat. Di tengah permainan, si suami berhenti bergerak dan menatap istrinya lekat."De, boleh Mas ngomong serius?" tanya si suami."Apa, Mas? Kalau mau ngomong, ngomong aja," sahut si istri yang menekan punggung suaminya agar milik suaminya menusuk hingga terdalam."Mas mau poligami, boleh?"Deg!Hafizah, wanita cantik yang berumur 23 tahun itu, menatap suaminya lekat. Ia yang tadinya bergairah dengan permainan itu tiba-tiba merasakan kehambaran."Jangan bercanda, Mas," ujar Fizah lembut. Pasalnya, rumah tangganya dan sang suami baik-baik saja. Terlebih, mereka baru saja menjalani biduk rumah tangga selama 4 bulan. Masih baru dan hangat-hangatnya."Mas serius," kata lelaki di atas Hafizah itu.Hafizah menarik napas panjang. "Minggir, Mas," pintanya. Sakit? Tentu. Siapa yang tidak sakit hati saat suaminya meminta izin untuk menikah lagi? Meminta izin saat sedang santai saja sakit hati. Apalagi ini
Terakhir Diperbarui: 2025-01-12