Share

bab 7

Author: Tikha
last update Last Updated: 2025-02-27 06:02:10

"Mas, ayo tidur." ajak Lia pada suaminya.

Adi yang baru saja menyelesaikan sholat isya nya, menatap ke arah pintu yang di mana Lia tengah menunggunya. Mereka tidak sholat berjamaah karena Lia sedang halangan, hanya alasan. Dan Hafizah tidak ingin tidur bersama suaminya untuk sementara.

"Tidur sendiri-sendiri saja," jawab Adi.

"Kenapa? Ini malam pengantin kita, Mas."

Adi menatap sinis Lia. "Pernikahan yang diinginkan? Tidak bukan? Lagian, halangan, 'kan?" ketusnya.

Lia terdiam, sebenarnya sakit karena tidak dianggap oleh suami sendiri. Tapi, ia harus menerima perlakuan Adi, bukan? Pasalnya, ia yang menginginkan pernikahan itu walaupun ia bisa menolak. Namun jujur, ia jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Adi. Dan untuk haid, itu hanya alasan semata agar pria itu tidak memandangnya terlalu buruk.

"Setidaknya, kamu tidur denganku sebagai bentuk tanggungjawab suami pada istrinya," pungkas Lia.

Mendengar perkataan Lia, Adi tertawa sinis. "Tanggungjawab apa? Tanggungjawab sebagai suami? Aku akan menafkahi mu, namun tidak untuk nafkah lain. Ingat, aku hanya ingin Hafizah yang menjadi penyempurna hidupku."

Sakit? Tentu.

Lia menatap Adi sedih. Ia mendekati Adi yang berada di ruang kerjanya itu. "Mas, aku juga istrimu. Kamu harus berlaku adil pada kami," lirihnya.

Adi mendatarkan wajahnya. "Laki-laki harus adil pada kedua istrinya, jika laki-laki itu mencintai kedua istrinya." terang Adi salah.

Lia menggeleng. "Kamu salah, Mas. Jika laki-laki itu telah menikah lagi, cinta atau tidak, laki-laki tersebut harus tetap adil pada kedua istrinya. Lagian, banyak rumah tangga yang diawali tanpa cinta dan laki-lakinya tetap memberikan kebahagiaan pada istrinya,"

"Sayangnya, aku hanya memikirkan perasaan Hafizah."

"Mas? Aku juga istrimu. Jangan menyebut nama istri lain saat bersama istri yang lainnya." kesal, tentu saja. Siapa yang tidak kesal jika kita berduaan dengan suami, tapi suami kita malah terus menyebutkan nama wanita lain. Apalagi wanita itu adalah wanita yang dicintai oleh suamimu sendiri.

"Karena memang Hafizah yang ada di hatiku,"

"Mas!" Lia menaikkan nada bicara nya. Ia menatap tajam pada Adi.

Adi terkekeh, ia menatap jijik pada Lia. "Dengar! Karenamu, aku harus menduakan Hafizah, istri yang paling aku cintai. Aku membencimu, benar-benar benci. Bisa-bisanya ada wanita sepertimu. Menikah dengan cara memfitnah!"

"Aku tidak memfitnah mu, Mas!"

"Tidak? Iya tidak. Tapi, kamu diam saja saat mereka menuduhku menidurimu, padahal nyatanya tidak, Lia!!" sentak Adi marah.

"Wajar kita menikah, Mas! Karena kamu sudah memeluk wanita yang bukan mahrammu!"

Adi tertawa sumbang. "Itu kesalahan karena aku sakit. Tidak semua kesalahan seperti itu, jalan keluarnya menikah. Semua orang pasti melakukan kesalahan."

Lia menarik napas panjang. "Baiklah, aku salah karena telah mencintai suami orang dan membiarkan warga memaksamu menikahiku," sadarnya.

"Bagus kalau kamu sadar. Buang perasaan mu terhadapku."

Lia menggeleng kuat. "Tidak, Mas. Aku akan memperjuangkan cintaku walaupun itu sulit karena di hatimu hanya ada Hafizah," tekadnya.

"Dan selamanya hanya ada nama Hafizah di hatiku." Adi duduk di sofa.

Lia ikut duduk disamping Adi. Ia hendak memegang tangan Adi, namun pria itu langsung menipisnya, serasa enggan untuk disentuh wanita lain.

"Tapi, Mas, beri aku sedikit ruang di hatimu. Aku tidak masalah kamu hanya mencintai Hafizah. Tapi, tolong adil, Mas. Kurang baik apa aku sebagai wanita karena tidak masalah kamu lebih mencintai istri pertamamu. Aku hanya menginginkan peranmu sebagai suami, Mas." kata Lia menatap Adi dengan sorot mata memohon.

"Banyak kurang mu. Salah satunya, merebut suami orang." ucap Adi pedas.

Lia meremas bajunya, menahan emosinya. Ia menarik napas panjang. "Aku bukan merebut suami orang, Mas. Merebut itu, artinya aku memaksa kalian berpisah dan kamu hanya boleh denganku ajaa. Sedangkan aku, tidak seperti itu. Bahkan berulang kali aku mengatakan bahwa aku tidak masalah jika tidak dicintai. Tapi, tanggungjawab mu sebagai suami harus tetap dijalankan secara adil,"

Adi diam, ia mengakui bahwa bicaranya tadi salah. Intinya, jika seorang laki-laki sudah pasrah dengan keadaan yang mengharuskannya poligami, mau tidak mau ia harus adil pada kedua istrinya.

Melihat Adi terdiam, Lia tersenyum lembut. Perlahan ia memegang lengan kekar Adi. "Tidur bersamaku, ya, Mas?" tawarnya.

Adi hanya diam tanpa melihat dan menjawab Lia. Lia berdiri dan menarik Adi perlahan dari duduknya. Adi hanya menurut tanpa mengeluarkan ekspresi apapun. Lia membawa Adi menuju kamar yang sudah disiapkan oleh Bibi untuknya dan Adi.

"Aku akan berusaha membuatmu mencintaiku, Mas." batin Lia bertekad.

Lia membuka pintu kamarnya dan menuntun Adi untuk masuk.

Hafizah tersenyum getir saat melihat suaminya memasuki kamar madunya sendiri. Kebahagiaan dalam pernikahan hanya ia rasakan selama 4 bulan saja.

Hafizah menutup pintu kamarnya yang berada disebelah kamar Lia dan Adi. Ia membaringkan tubuhnya di ranjang sambil mengusap perut ratanya.

"Sebenarnya Bunda bukan muslimah sejati, Nak. Karena Bunda bukan orang yang sabar. Tapi, demi kamu Bunda bertahan," Hafizah mengajak janinnya berbicara.

Muslim sejati, memiliki kesabaran seluas samudera. Kesabaran tiada batasnya, jika kalian masih tidak bisa mengontrol emosi kalian, itu artinya kalian masih harus perdalam pengetahuan tentang agama.

Lama mengusap perutnya, Hafizah tertidur dengan kepala yang masih terbalut hijab. Padahal biasanya ia akan melepaskan hijabnya jika ingin tidur.

**

Ditengah malam, Adi masih tidak bisa tidur. Ia menoleh kesamping yang dimana Lia sudah tertidur pulas sejak jam 10 tadi. Ia ingin tidur bersama Hafizah, namun istri pertamanya itu menolak dengan alasan ia harus adil. Ah, kedua istrinya membicarakan keadilan. Namun, ia tahu kalau perasaan Hafizah sakit.

Adi beranjak dari tidurnya secara perlahan. Ia ingin melihat Hafizah, istri tercintanya. Ia membuka pintu dan menutup pintu kamar secara perlahan agar Lia tidak terbangun. Kakinya melangkah ke kamar sebelah dan memegang handle pintu.

Adi menarik napas lega, karena kebiasaan istrinya yang lupa mengunci pintu itu. Ia membuka secara perlahan dan pandangannya langsung tertuju pada Hafizah yang tidur menggunakan hijab.

Ia tersenyum bahagia. Hanya Hafizah yang mampu membuatnya tersenyum seperti ini. Perlahan ia mendekat dan menaiki ranjang. Ditatapnya Hafizah dengan sayang.

"Sayang, maafin Mas karena sudah membuatmu terluka. Mas sebenarnya benar-benar tidak ada niatan untuk poligami," lirih Adi merasa bersalah. Ia membelai lembut pipi mulus Hafizah.

Hafizah yang pada dasarnya tidak bisa terkena sentuhan saat tidur, lantas menggeliat kecil dan perlahan membuka matanya.

"Mas?"

Adi tersenyum dan mengangguk. "Iya, Sayang."

"Ngapain kesini? Bukannya kamu harus tidur sama...."

"Ssstt, jangan lanjutkan." Adi menempelkan jari telunjuknya pada bibir Hafizah agar istrinya itu tidak melanjutkan perkataannya. "Mas tau kalau kamu menyebut nama wanita lain, kamu sakit hati. Untuk itu, jangan lanjutkan perkataanmu,"

Adi begitu memahami perasaan Hafizah, namun tidak untuk perasaan Lia.

Hafizah menjauhkan jari suaminya itu. Ia membalik badannya membelakangi sang suami. "Bahkan sakit ku sudah begitu besar sejak kamu membawa wanita lain dalam pernikahan kita," ujarnya, tiba-tiba air matanya keluar. Beruntung ia membelakangi Adi, jadi pria itu tidak tahu kalau ia menangis.

Adi ikut berbaring dan memeluk Hafizah dari belakang. "Maafin Mas, Sayang." sesalnya.

"Untuk apa meminta maaf kalau sudah dilakukan?"

"Sebenarnya Mas tidak mau menikahinya. Tapi, warga desa....."

"Ucapan adalah do'a. Itulah pentingnya menjaga lisan," ujar Hafizah dingin.

Deg!

Adi tertegun, dan ingatannya kembali pada saat ia dan Hafizah sedang berhubungan malam itu. Malam yang dimana ia ingin bercanda dan mengatakan pada istrinya kalau ia ingin poligami. Dan sekarang? Candaan itu menjadi kenyataan.

Mengeratkan pelukannya pada Hafizah. "Maaf, maaf karena Mas tidak menjaga lisan. Mas benar-benar menyesal, Sayang." kata Adu penuh sesal.

"Terlambat, Mas." pungkas Hafizah, ia membalik badannya menghadap suaminya itu. "Sudahlah, semua sudah berlalu. Sekarang kita tidur," ajaknya, sambil melepaskan hijab instan nya.

Adi mengangguk, ia meraih selimut menggunakan kakinya dan menyelimuti tubuh mereka berdua. Sepanjang malam Adi terus memeluk Hafizah posesif. Hafizah sendiri tak tau harus bereaksi seperti apa. Kalau biasanya ia senang suaminya manja padanya, sekarang tidak seperti itu. Ada perasaan kecewa yang begitu besar dihatinya terhadap sang suami.

Paginya, Lia bangun dan mendapati suaminya sudah tidak ada disamping. Ia melirik jam yang ternyata baru kam setengah 5 itu.

"Mas Adi baru keluar atau tadi malam emang tidak tidur disini?" gumam Lia bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Lia turun dari ranjang berniat mencari suaminya di ruang kerja. Saat dirinya keluar kamar, samar-samar ia mendengar suara Hafizah yang mual, dan ada juga suara Adi. Ia melirik ke arah pintu kamar Hafizah yang terbuka sedikit itu. Ia mendekatinya dan menguping.

"Mas Adi jauh-jauh dari Fizah, issh... Anaknya gak mau dekat-dekat ayahnya..."

"Lho? Tidak bisa begitu dong. Tadi malam aja kamu masih baik-baik saja, kenapa sekarang malah gak mau dekat-dekat sama Mas?"

"Fizah gak tau. Kan anaknya baru sekarang gak mau dekat-dekat sama kamu,"

"Tapi, Mas harus tetap disini. Gak mungkin Mas ninggalin kamu yang sedang mual begini,"

"Tinggalin aja gak apa-apa. Fizah bisa sendiri,"

"Gak akan, Sayang...."

Lia tersenyum kecut mendengar suara lembut Adi untuk Hafizah. Ia kembali ke kamarnya dengan langkah gontai. Perhatian, suara lembut, cinta, kasih sayang, semuanya Hafizah dapatkan dari suaminya itu. Betapa iri nya ia pada istri pertama suaminya itu.

"Aku juga mau dekat-dekat kamu, Mas," lirih Lia, yang sudah memasuki kamarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 8

    "Biar aku bantu, Mas." Lia mendekati Adi yang tengah sibuk memasang dasi itu."Tidak perlu." tolak Adi ketus.Sebenarnya ia malas bersiap di kamar Lia. Tapi, ia terpaksa kesana karena istri pertamanya itu sedang tidak ingin melihat wajahnya dan tidak ingin dekat-dekat dengannya."Kamu kenapa sih? Aku hanya ingin berbakti pada suami. Apa itu salah?" tanya Lia menatap lekat Adi.Adi diam dan ikut menatap Lia. Lia memberikan senyum manisnya dan ia mengambil kesempatan itu untuk meraih dasi yang ada digenggaman suaminya."Aku ganti, ya?" tawarnya lembut.Adi masih diam. Ia tidak bersuara bahkan menggerakkan kepalanya menolak atau mengiyakan keinginan Lia.Lia tersenyum dan memasangkan dasi itu pada Adi dengan telaten. Adi melihat ke arah lain saat istri keduanya itu mulai memasangkan dasi. Andai itu Hafizah, ia pasti terus memandangi wajah Hafizah saat wanita itu memasangkannya dasi."Mas," Lia membuka suaranya, memanggil Adi."Hm?""Kenapa tadi malam kamu pindah?" tanya Lia, terdengar na

    Last Updated : 2025-02-28
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 9

    "Bu...""Bu..."Beberapa murid yang ada dikelas VIII itu memanggil Hafizah. Namun, Hafizah tidak menyahutnya dan tatapannya tampak kosong.Salah satu dari mereka berdiri dan menghampiri Hafizah yang duduk diam setelah memberikan tugas pada mereka."Ibu cantik?" tegur murid perempuan menyapa Hafizah."Eh?" kaget Hafizah karena tiba-tiba merasakan sentuhan ditangannya. Ia tersadar dari lamunannya dan menatap pada murid perempuan itu.Hafizah tersenyum ke arah muridnya. "Ada apa?" tanyanya."Bu, kami sudah selesai menjawab soal dan bell istirahat pun sudah berbunyi. Kenapa Ibu diam saja saat kami memanggilmu?" tanya muridnya itu.Hafizah nampak terkejut dan mengucapkan istighfar. "Astagfirullah, maafkan Ibu, Sayang. Sekarang kalian kumpulkan tugasnya dan beristirahatlah," titahnya, menatap seluruh muridnya.Semua murid kelas VIII itu pun berbondong-bondong membawa bukunya ke arah Hafizah dan mereka satu-persatu mencium punggung tangan Hafizah sebelum keluar."Astagfirullah, ada apa denga

    Last Updated : 2025-02-28
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 10

    Paginya, mereka sarapan dengan khidmat tanpa ada yang membuka suara. Hanya ada suara sendok dan piring yang saling bertabrakan.Hafizah melirik Lia yang makan seperti orang kesal itu. Ia tersenyum tipis karena paham kalau madunya itu tengah marah akibat tadi malam Adi tidur bersamanya."Maaf, aku mau egois karena anakku menginginkan ayahnya," batin Hafizah."Mas,"Adi yang baru selesai makan itu lantas melihat ke arah Hafizah. "Iya, Sayang?""Nanti jemput Fizah, ya? Kemungkinan Fizah pulangnya Isya,"Adi tersenyum lembut. "Tanpa kamu minta pun, Mas pasti akan jemput."Hafizah ikut tersenyum dan mengangguk. "Terimakasih, Mas,""Hei, kenapa berterimakasih? Mas ini suamimu, dan sudah kewajiban Mas meratukan mu," kata Adi yang membuat Lia panas.Ting!!Suara sendok yang menabrak piring begitu nyaring. Hafizah dan Adi menatap ke arah Lia yang tengah menunduk itu."Kewajiban? Kewajiban apa yang kamu bicarakan, Mas? Kamu itu suami yang tidak adil!" sentak Lia tiba-tiba. Ia menatap Adi dan Ha

    Last Updated : 2025-02-28
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 11

    "Argg....., "Prang!Prang!"Dia pasti pergi menjemput Hafizah! Arghh...!" Lia mengamuk di kamarnya sendiri saat melihat mobil Adi meninggalkan rumah.Semua barang di kamarnya ia lempar guna meluapkan kemarahan. Kamarnya sekarang terlihat seperti kapal pecah. Banyak barang yang berserakan.Dengan sorot kemarahan, Lia menatap ponselnya. Ia mengambil ponselnya itu dan menghubungi seseorang."Sial!!" umpat Lia, karena orang tersebut tidak mengangkat panggilan darinya."Percuma ngelakuin ini. Mas Adi benar-benar tidak ingin menyentuh ku."Ting..Lia bergegas membuka ponselnya saat mendengar suara pesan masuk.0899xx [Lia, bagaimana kabarmu? Sudah lama tidak bertemu setelah malam panjang yang kita lalui waktu itu, bukan? Aku berharap benihku tidak berkembang menjadi janin di rahimmu. Jika itu terjadi, aku tidak ingin bertanggungjawab, karena orang tuaku pasti tidak setuju aku menikahi wanita kampung sepertimu. Aku menghubungimu hari ini hanya karena ingin memastikan itu saja. Jika janin it

    Last Updated : 2025-03-05
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 12

    Setelah sholat subuh, Adi dan Hafizah pulang ke rumah mereka. Sedari tadi Adi terus tersenyum karena menginap di hotel malam ini membuatnya untung besar. Ia bisa merasakan kebahagiaan seperti dulu sebelum adanya orang ketiga di rumah tangga mereka."Mas kesambet apaan?" tanya Hafizah bingung."Kesambet cinta kamu, De," sahut Adi sambil menyetir itu."Apa sih, Mas? Serem tau gak kalau Mas senyum-senyum gitu," kata Hafizah yang sebenarnya ia tengah malu.Adi tidak menghiraukan perkataan Hafizah. Ia masih terus tersenyum disepanjang perjalanan pulang. "De, bagaimana kita sarapan diluar aja? Mas malas kalau sarapan di rumah,""Berarti kita pulang cuma buat ganti baju doang. Terus, kita berangkat kerja lagi?"Adi mengangguk mengiyakan. "Tapi, kamu diam di rumah aja. Pasti capek, 'kan? Lagian, pihak sekolah pasti kasih cuti untuk istirahat biasanya."Hafizah tersenyum dan mengangguk. "Iya, Mas. Kita emang cuti sehari kok,""Aku juga mau cuti," celetuk Adi dengan senyum lebarnya."Eh, kok gi

    Last Updated : 2025-03-08
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 12

    "Aaaaa Lia, lama gak ketemu..,"Lia tersenyum ke arah temannya itu dan mereka saling peluk guna melepas kerinduan."Bagaimana kabarmu?" tanya Raisa, teman Lia."Kurang baik," sahut Lia malas.Raisa merangkul temannya itu dan mengajak Lia berjalan-jalan di mall tersebut. "Kita belanja-belanja dulu, bagaimana?" tawarnya."Dasar! Bukannya hibur temannya, malah mau belanja-belanja." cibir Lia sedikit kesal.Raisa nyengir kuda. "Hehe, rindu belanja bareng," celetuknya.Lia memutar bola matanya malas, namun ia menurut pada temannya itu. Mereka menyusuri mall besar tersebut dan berbelanja.Diluar, Adi dan Hafizah masih berada di dalam mobil. Tiba-tiba Hafizah ragu untuk memasuki Mall."Mas, bagaimana kita pulang saja?" tawar Hafizah pada suaminya itu.Adi yang baru saja menutup pintu mobil itu, mengernyit heran. "Mas ajak kamu kesini untuk belanja. Bukan cuma mampir sebentar aja," pungkasnya."Iya, tapi perasaan Fizah kok kayak ragu gitu. Takut terjadi apa-apa, apalagi ada Lia disini," ah, e

    Last Updated : 2025-03-08
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 14

    "Mas!" Lia mengejar Adi cepat dan langsung menahan lengan pria itu."Lepas, Lia!" sentak Adi menghempas kasar lengannya."Mas, aku mohon. Berlaku lah adil," mohon Lia memelas.Adi menarik napas panjang dan menatap Lia datar. "Sudah berapa kali aku katakan, Lia? Aku tidak akan tidur bersamamu!" sarkas nya."Kenapa? Kenapa, Mas? Jika aku meminta baik-baik kamu tidak menurutinya, maka aku akan melakukan segala cara untuk mendapatkan cintamu. Bahkan aku berani melukai Fizah dan calon anak kalian!" desis Lia dengan beraninya.Adi menatap marah Lia dan langsung mencengkram rahang wanita itu dengan kuat. "Berani kau sentuh Fizah sedikit pun, aku tidak akan segan melukaimu. Aku rela dicap buruk oleh semua orang karena membunuh istri keduaku demi istri pertamaku sendiri!"Lia menahan pergelangan Adi. Ia terdongak dan sedikit kesusahan bernapas. "S-sakit, Mas!" ujarnya terbata.Seakan tuli, Adi tidak mendengarkan rintihan Lia yang kesakitan. Ia semakin kuat mencengkram rahang Lia hingga turun k

    Last Updated : 2025-03-13
  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 15

    "Mas suka gayamu, De." puji Adi sambil menggenggam tangan Hafizah."Jadi selama ini gak suka?" tanya Hafizah menatap suaminya yang sedang menyetir itu.Adi menggeleng pelan. "Bukan begitu,"Hafizah terkekeh melihat wajah suaminya yang panik. "Iya, Mas. Fizah ngerti kok,"Drrrtt... Drrrtt...Hafizah membuka tasnya saat mendengar ponselnya berdering."Siapa, sayang?" tanya Adi."Mas," panggil Hafizah lirih."Siapa?" tanya Adi khawatir, karena nada bicara istrinya berbeda."Ibu,"Adi menatap istrinya itu dan mengangguk sekali sebagai pertanda agar istrinya tenang. "Angkat dan loudspeaker." titahnya.Hafizah menurut, ia mengangkat panggilan telepon dari ibunya dan menyalakan loudspeaker teleponnya."Assalamu'alaikum, Bu,""Walaikumsalam, Fizah.""Ada apa, Bu?" tanya Hafizah takut-takut."Ibu mau penjelasan darimu dan Adi tentang berita pagi ini, Fizah," sahut sang Ibu masih dengan suara tenangnya.Hafizah menatap suaminya itu. Adi yang paham, lantas membuka suara. "Berita kalau Adi memili

    Last Updated : 2025-03-13

Latest chapter

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 20

    "Sayang, ke rumah sakit, ya?" tawar Adi begitu perhatian."Siapa yang sakit, Mas?" balas Hafizah bertanya.Hafizah yang tengah melamun karena memikirkan mertuanya yang ada di rumah, dibuat bingung karena tiba-tiba suaminya itu mengajaknya ke rumah sakit."Kita ke psikiater,""Kamu gila, Mas? Kenapa? Banyak pikiran?" cecar Hafizah bertanya.Adi menggeleng, sebelah tangannya menggenggam lengan Hafizah dan sebelahnya menyetir."Kamu, sayang. Apa mental kamu baik-baik saja setelah pulang?" tanya Adi menatap istrinya itu khawatir.Hafizah menatap suaminya itu dan ia terkekeh. "Fizah tau maksud Mas baik. Tapi, percuma bawa Fizah ke psikiater, Mas. Mental Fizah udah di serang sedari kecil dan sekarang udah terbiasa. Aman kok," sahutnya lembut."Kamu yakin, sayang?""Yakin, Mas. Fizah bukan wanita lemah. Fizah wanita strong..." ucap Hafizah mengangkat tangannya memperlihatkan ototnya. Ia tertawa pelan karena seolah ia wanita terkuat di bumi dan mengalahkan wonder woman.Adi tersenyum. "Mana o

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 19

    "Coba jelaskan kenapa kamu menikah lagi, Adi?" pinta Ibu Hafizah setelah mereka selesai makan.Adi menatap kedua mertuanya itu dan menceritakan kejadian sebenarnya dengan sejujur-jujurnya tanpa ada yang ditutupi.Kedua orang tua Hafizah menyimak dengan baik penjelasan dari Adi."Jadi, saat itu kamu mengira Lia itu Fizah?" tanya sang ibu."Iya, Bu. Adi benar-benar tidak menyadarinya sehingga memeluknya saat tidur." jelas Adi."Mungkin wanita itu sudah bisa menebak kalau dia hamil. Untuk itu, dia menjebak mu dengan mengambil kesempatan saat kamu tidur memeluknya." tebak sang ayah.Hafizah hanya diam tidak membuka suara. Bahkan ia hendak menjauh dari sana karena mendengar cerita suaminya ia merasa sesak.Adi menatap ayah mertuanya itu. "Adi kurang yakin kalau dia hamil, Yah. Pasalnya, saat kami menikah dia tengah halangan. Emang bisa setelah halangan langsung hamil?" bingungnya."Iya, itu bisa terjadi. Meskipun peluang hamil setelah haid biasanya lebih rendah, namun tidak mustahil. Beber

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 18

    "Bu, ayo kita keluar. Kita istirahat dan lanjut besok, ya?" bujuk sang Ayah pada istrinya itu.Sang ibu menatap putrinya kasihan, namun masih belum puas untuk berdebat dengan menantunya itu. Dengan kesal ia keluar dari kamar putrinya."Jaga dia, Adi." pinta sang ayah.Adi mengangguk pasti. "Terimakasih, Ayah," ucapnya sopan.Sang ayah mengangguk sekali dan mengajak yang lain keluar. Setelah mereka semua keluar, Adi merebahkan dirinya disamping sang istri dan memeluknya sayang."Begitu kuat dirimu, sayang. Sedari remaja sampai sekarang kamu tidak pernah melawan saat Ibu merendahkan mu,"Adi memperhatikan wajah cantik istrinya yang sedikit pucat itu. Dielus-elus nya perut istrinya itu lembut."Baik-baik anak Ayah,," harap Adi. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan istri dan calon anaknya sekarang. Mau cari dokter pun percuma karena memang di desa istrinya itu, dokter tidak melayani orang berobat lagi.Adi menarik selimut dan menutupi tubuh mereka berdua. Ia ikut memejamkan matanya dan

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 17

    Seorang pria tengah merokok di balkon apartemennya. Asap rokok berhamburan di udara begitu banyak.Tin!Pria itu mengernyit heran karena mendengar bel apartemennya berbunyi. Ia pun mematikan rokoknya dan keluar dari kamarnya sendiri."Siapa yang bertamu sore-sore begini?" gumamnya, yang terus berjalan menuju pintu utama.CeklekPria itu menatap orang yang ada di depannya dari atas sampai bawah. Ia menaikkan sudut bibirnya kala perempuan yang sudah tidak ia temui selama sebulan itu."Woww, Lia, kau datang? Mari masuk, Baby..," ia merangkul Lia dengan senang hati membawa wanita itu masuk.Lia memutar bola matanya malas. Sebenarnya ia malas untuk menemui pria yang sudah merenggut kesuciannya itu. Tapi, karena ia merasa sunyi sendirian di rumah, ia memutuskan untuk menemui pria itu. Lagian, ia juga menghibur diri karena merasa kesal saat membaca pesan dari Adi yang ingin pergi dengan Hafizah selama dua hari."Kenapa kamu cemberut? Jika tidak ingin menemui ku, sebaiknya tidak usah." kata p

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 16

    "Putra," Adi memanggil sekretarisnya itu.Putra yang tengah memperhatikan tablet itu menoleh pada atasannya itu. "Ada apa, Pak?""Bagaimana dengan jadwalku dua hari ke depan?"Putra yang baru saja memeriksa jadwal Adi pun langsung menjawab. "Dua hari ke depan jadwal anda aman, Pak. Tidak ada meeting dan pekerjaan di kantor bisa bapak kerjakan di rumah," jelasnya.Adi bernapas lega saat mendengar itu. Dua hari ia bisa menemani istrinya ke kampung. "Aku akan ke kampung istriku selama dua hari. Kamu urus kantor untuk sementara,"Putra menatap atasannya itu kasihan. "Bapak kesana pasti karena berita pagi tadi, 'kan? Saya minta maaf, Pak."Putra masih merasa bersalah atas menikahnya sang atasan."Tidak masalah, Put. Mungkin ini ujian dalam pernikahan kami," sahut Adi.Ya, setelah Adi pikirkan, mungkin orang ketiga lah untuk ujian rumah tangganya. Karena kalau soal perekonomian, ia dan sang istri sama-sama bekerja sehingga mereka tidak kekurangan harta. Tapi, kembali lagi pada yang di Atas.

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 15

    "Mas suka gayamu, De." puji Adi sambil menggenggam tangan Hafizah."Jadi selama ini gak suka?" tanya Hafizah menatap suaminya yang sedang menyetir itu.Adi menggeleng pelan. "Bukan begitu,"Hafizah terkekeh melihat wajah suaminya yang panik. "Iya, Mas. Fizah ngerti kok,"Drrrtt... Drrrtt...Hafizah membuka tasnya saat mendengar ponselnya berdering."Siapa, sayang?" tanya Adi."Mas," panggil Hafizah lirih."Siapa?" tanya Adi khawatir, karena nada bicara istrinya berbeda."Ibu,"Adi menatap istrinya itu dan mengangguk sekali sebagai pertanda agar istrinya tenang. "Angkat dan loudspeaker." titahnya.Hafizah menurut, ia mengangkat panggilan telepon dari ibunya dan menyalakan loudspeaker teleponnya."Assalamu'alaikum, Bu,""Walaikumsalam, Fizah.""Ada apa, Bu?" tanya Hafizah takut-takut."Ibu mau penjelasan darimu dan Adi tentang berita pagi ini, Fizah," sahut sang Ibu masih dengan suara tenangnya.Hafizah menatap suaminya itu. Adi yang paham, lantas membuka suara. "Berita kalau Adi memili

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 14

    "Mas!" Lia mengejar Adi cepat dan langsung menahan lengan pria itu."Lepas, Lia!" sentak Adi menghempas kasar lengannya."Mas, aku mohon. Berlaku lah adil," mohon Lia memelas.Adi menarik napas panjang dan menatap Lia datar. "Sudah berapa kali aku katakan, Lia? Aku tidak akan tidur bersamamu!" sarkas nya."Kenapa? Kenapa, Mas? Jika aku meminta baik-baik kamu tidak menurutinya, maka aku akan melakukan segala cara untuk mendapatkan cintamu. Bahkan aku berani melukai Fizah dan calon anak kalian!" desis Lia dengan beraninya.Adi menatap marah Lia dan langsung mencengkram rahang wanita itu dengan kuat. "Berani kau sentuh Fizah sedikit pun, aku tidak akan segan melukaimu. Aku rela dicap buruk oleh semua orang karena membunuh istri keduaku demi istri pertamaku sendiri!"Lia menahan pergelangan Adi. Ia terdongak dan sedikit kesusahan bernapas. "S-sakit, Mas!" ujarnya terbata.Seakan tuli, Adi tidak mendengarkan rintihan Lia yang kesakitan. Ia semakin kuat mencengkram rahang Lia hingga turun k

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 12

    "Aaaaa Lia, lama gak ketemu..,"Lia tersenyum ke arah temannya itu dan mereka saling peluk guna melepas kerinduan."Bagaimana kabarmu?" tanya Raisa, teman Lia."Kurang baik," sahut Lia malas.Raisa merangkul temannya itu dan mengajak Lia berjalan-jalan di mall tersebut. "Kita belanja-belanja dulu, bagaimana?" tawarnya."Dasar! Bukannya hibur temannya, malah mau belanja-belanja." cibir Lia sedikit kesal.Raisa nyengir kuda. "Hehe, rindu belanja bareng," celetuknya.Lia memutar bola matanya malas, namun ia menurut pada temannya itu. Mereka menyusuri mall besar tersebut dan berbelanja.Diluar, Adi dan Hafizah masih berada di dalam mobil. Tiba-tiba Hafizah ragu untuk memasuki Mall."Mas, bagaimana kita pulang saja?" tawar Hafizah pada suaminya itu.Adi yang baru saja menutup pintu mobil itu, mengernyit heran. "Mas ajak kamu kesini untuk belanja. Bukan cuma mampir sebentar aja," pungkasnya."Iya, tapi perasaan Fizah kok kayak ragu gitu. Takut terjadi apa-apa, apalagi ada Lia disini," ah, e

  • Bertahan Karena Terlalu Mencintaimu   bab 12

    Setelah sholat subuh, Adi dan Hafizah pulang ke rumah mereka. Sedari tadi Adi terus tersenyum karena menginap di hotel malam ini membuatnya untung besar. Ia bisa merasakan kebahagiaan seperti dulu sebelum adanya orang ketiga di rumah tangga mereka."Mas kesambet apaan?" tanya Hafizah bingung."Kesambet cinta kamu, De," sahut Adi sambil menyetir itu."Apa sih, Mas? Serem tau gak kalau Mas senyum-senyum gitu," kata Hafizah yang sebenarnya ia tengah malu.Adi tidak menghiraukan perkataan Hafizah. Ia masih terus tersenyum disepanjang perjalanan pulang. "De, bagaimana kita sarapan diluar aja? Mas malas kalau sarapan di rumah,""Berarti kita pulang cuma buat ganti baju doang. Terus, kita berangkat kerja lagi?"Adi mengangguk mengiyakan. "Tapi, kamu diam di rumah aja. Pasti capek, 'kan? Lagian, pihak sekolah pasti kasih cuti untuk istirahat biasanya."Hafizah tersenyum dan mengangguk. "Iya, Mas. Kita emang cuti sehari kok,""Aku juga mau cuti," celetuk Adi dengan senyum lebarnya."Eh, kok gi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status