Share

Bab 2

Penulis: Alita novel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-29 22:09:13

Mata Tiara membulat. Ia tidak menyangka Rian akan mengatakan hal itu. Setelah selama ini sang suami bersikap acuh pada anak mereka. Tiara berkata, “Hak asuh anak di bawah umur pasti jatuh pada pihak ibu. Aku yang akan memenangkan hak asuh setelah kita berpisah.”

Bibir Rian sedikit terangkat. Tersenyum sinis menatap istri yang dulu sangat ia cintai. Rian melipat tangannya di dada. Bersandar ke pintu yang sudah diketuk anak-anak mereka. Terus memanggil Tiara.

“Ibu buka pintunya. Aku takut,” kata anak keduanya.

“Ibuuuu,” teriak si bungsu.

Tiara merangsek maju hendak membuka pintu. Rian menahan tangannya. Pria itu mendorong Tiara hingga terjepit diantara dinding dan tubuhnya. Tangan Rian mencengkram bahu Tiara hingga membuat sang istri meringis kesakitan. Namun Rian tidak melepaskannya. Dia menatap tajam Tiara.

“Aku juga bisa mendapat hak asuh anak-anak karena bekerja dan punya penghasilan besar. Tidak seperti kau yang hanya ibu rumah tangga. Jika kita berpisah dengan membawa anak-anak pergi, memang apa yang akan kau lakukan untuk memenuhi kebutuhan mereka? Kau sama sekali tidak punya uang Tiara. Orang tuamu juga tidak akan bisa membantu. Karena aku yang memberi uang jika keluargamu sedang kesulitan” Rian mengusap pipi Tiara lembut dengan senyum sinisnya. Perlahan tangan besar Rian mencengkram dagu Tiara erat.

“Pengadilan pasti mengabulkan gugatanku agar memenangkan hak asuh anak. Karena mereka memikirkan siapa orang tua yang punya banyak uang,” bisik Rian menakutkan.

Tubuh Tiara bergetar. Dia tidak memikirkan hal itu. Padahal Tiara sudah kerap melihat berita artis wanita yang kehilangan hak asuh anak mereka karena masalah uang. Rian melepas cengkramannya hingga tubuh Tiara luluh ke lantai. Pandangan Tiara kosong, pikirannya terasa buntu.

‘Apa yang harus kulakukan Ya Allah?’ batin Tiara menjerit pilu. Dia tidak mau dimadu. Keputusannya untuk berpisah murni karena Rian sudah berselingkuh hingga membawa wanita itu ke rumah ini.

Saat pengajuan gugatan cerai, Tiara akan menulis perselingkuhan Rian sebagai penyebab perpisahan mereka. Dengan begitu hak asuh anak akan jatuh ke tangannya. Tiara sama sekali tidak memikirkan tentang kondisinya yang tidak punya uang. Dia hanya ingin secepatnya berpisah dari Rian. Tinggal dengan ketiga anaknya lalu mencari pekerjaan. Suara dari kamar kembali menyadarkannya bahwa ada anak-anak disana.

“Cepat buat keputusan. Kau akan pergi tanpa membawa anak-anak atau menerima Dina sebagai adik madumu?” Tangan Rian terulur. Dia menunggu jawaban istrinya.

Tiara masih terdiam. Dia menatap uluran tangan sang suami. ‘Tidak ada pilihan lain. Aku harus bertahan sembari mencari cara mendapat uang dari rumah agar bisa berpisah dari Mas Rian.’

Setelah hatinya mantap, Tiara menggapai tangan Rian lalu berdiri. Pandangan suami istri itu bertemu. Ada berbagai rasa yang berkelindan dalam kepala mereka. Namun tidak ada rasa cinta sama sekali untuk satu sama lain. Hanya ada rasa sakit, cemburu dan marah. Bercampur menjadi satu.

“Baiklah aku terima kalau kau ingin menikah lagi dengan Dina, tetapi aku tidak mau tinggal satu atap dengannya.” Tiara melepas pegangan tangan mereka.

“Kau tidak perlu mengajukan syarat seperti itu. Cukup turuti perintahku untuk menerima Dina sebagai adik madumu.” Rian berdecih kesal.

“Aku tidak ingin anak-anak merasa bingung jika Dina tinggal bersama kita. Kalian pasti bermesraan di depan kami tanpa tahu tempat. Mereka sudah besar untuk bertanya kenapa kau menempel dengan wanita lain.”

“Cukup jelaskan jika sekarang mereka punya dua Ibu,” bantah Rian tidak mau kalah. Tiara balas tersenyum sinis.

“Kau memintaku untuk merahasikan pernikahan keduamu dari Ayah dan Ibu, tetapi ingin memberi tahu anak-anak. Apa kau waras Mas?” tanya Tiara sarkas. Rian melotot tajam mendengar hinaan sang istri.

“Anak-anak sangat dekat dengan Kakung dan Uti mereka. Namanya anak kecil tidak akan bisa menahan mulut untuk bercerita kalau kau sudah membawa wanita lain ke rumah ini. Apalagi dengan jelas mengatakan bahwa anak-anak punya ibu baru. Mereka pasti akan menceritakannya pada Ayah dan Ibu.” Tiara merasa di atas angin. Dia harus segera bernegosiasi agar bisa membukakan pintu untuk anak-anak.

“Baiklah. Aku tidak jadi membawa Dina tinggal di rumah ini.” Rian memberikan kunci kamar pada Tiara. Dengan cepat wanita itu membuka pintu lalu memeluk anak kedua dan ketiganya.

“Maafkan Ibu ya.” Tiara membawa kedua anaknya masuk ke kamar si sulung. Sedangkan Rian turun ke bawah.

Setelah berhasil menenangkan anak-anaknya lalu salat dhuhur bersama, Tiara duduk di tepi ranjang. Menatap kedua anaknya yang tengah tidur pulas. Sebentar lagi dia harus pergi untuk menjemput si sulung. Namun pikiran yang sedang rumit membuat tubuh Tiara sangat lemas.

“Aku tidak boleh lemah meski dipoligami. Apa yang harus kulakukan?” Tiara memijat keningnya bingung.

Pikirannya terasa buntu. Tiara tidak tahu harus melakukan apa untuk mencari kerja. Mengingat kembali kemesraan Rian dan Dina tadi membuat hatinya sakit. Jika terus begini, Tiara takut jika dia jadi gila. Hal itu akan berpengaruh pada anak-anak.

Lalu, bagaimana jika anak-anak tahu tentang pernikahan Rian dan Dina? Mereka pasti akan semakin sedih. Tanpa sadar air matanya kembali mengalir. Tiara menekuk lutut. Menyembunyikan wajahnya disana. Dia menggigit bibir, menahan isak tangis agar tidak terdengar anak-anak.

“Keluar sekarang Ra. Ada yang mau aku bicarakan denganmu.” Suara Rian terdengar dari luar kamar. Tiara mendongak. Dia menghapus air matanya lalu turun dari tempat tidur. Berjalan untuk membuka pintu.

“Ada apa?” tanya Tiara tak acuh.

“Siapkan surat perjanjian yang harus kita tanda tangani. Asal kau tidak memberitahu orang tuaku tentang Dina.” Rian bersedekap. Wajahnya sangat serius. Mata Rian yang berbentuk almond menatapnya tajam. Tiba-tiba sebuah ide terlintas.

“Baik. Akan aku kirim lewat WA. Tolong urus dengan notaris jadi aku tinggal menandatanganinya.”

“Bagus. Aku harap kau menepati semua yang tertulis dalam surat perjanjian kita. Jika tidak aku yang akan menceraikanmu dan mengambil hak asuh anak-anak.” Ancam Rian dengan nada tajam. Tiara hanya tersenyum sinis.

“Tenang saja. Aku tidak akan memberi tahu Ayah dan Ibu. Namun jangan salahkan aku jika mereka tahu dari orang lain. Kalau sudah selesai, aku pamit mau menjemput Anggrek di sekolah,” kata Tiara menyebut nama anak sulungnya.

Rian masih berdiri mematung di depannya. Tanpa mempedulikan sang suami, Tiara menutup pintu. Dia mengambil ponsel lalu mengetikan sejumlah syarat untuk Rian. Baru setelah itu dia memakai sweeter dan masker untuk menjemput anak sulungnya di sekolah. Tiara keluar dari kamar lalu turun ke lantai satu. Dia tidak melihat lagi keberadaan Rian dan Dina. Wanita itu segera pergi ke garasi. Rupanya mobil Rian sudah tidak ada disana.

“Kapan mereka pergi?” gumam Tiara heran.

Tiara mengeluarkan motor dari garasi lalu melaju di tengah jalan yang ramai dengan lalu lalang kendaraan. Hanya butuh waktu sepuluh menit hingga Tiara tiba di depan sekolah. Anak-anak kelas enam pulang setelah dhuhur karena harus mengikuti pelajaran tambahan menjelang ujian kelulusan. Meski sekarang sudah tidak ada Ujian Nasional lagi seperti saat Tiara masih sekolah dulu.

Ia menatap satu per satu siswa berseragam merah putih yang keluar dari gerbang. Tiara melambai begitu melihat keberadaan Anggrek. Putri kecilnya yang sudah beranjak remaja tingginya hampir sama dengan Tiara. Dengan rambut panjang yang diikat kuda, berkibar tertiup angin. Anggrek berlari menghampiri ibunya.

“Ibu,” sapa Anggrek riang. Anak itu menyalami tangan ibunya. Wajah Anggrek sangat mirip dengan Tiara saat masih kecil. Sedangkan perawakannya yang jangkung di usia dua belas tahun sangat mirip dengan Rian.

“Hai sayang. Bagaimana sekolahmu hari ini?” Tiara berusaha menyunggingkan senyum untuk si sulung. Tangannya mengangkat kacamata tanpa lensa yang bertengger di hidung. Kacamata yang selalu ia pakai jika naik motor.

“Alhamdulillah aku dapat nilai bagus Bu.” Anggrek memasang helm yang diberikan Tiara. Gadis kecil itu baru menyadari bahwa mata ibunya bengkak.

“Ibu menangis?” Anggrek yang peka segera bertanya. Tiara menggeleng. Walau tidak bisa menyembunyikan mata sembapnya, tetapi Tiara tidak ingin memberi tahu Anggrek sekarang.

“Nggak sayang. Hanya kelilipan. Ayo naik. Ibu takut adik-adikmu akan terbangun jika kita terlalu lama.”

“Iya Bu.”

***

Saat Tiara dan Anggrek sampai di rumah, Rian sudah duduk di ruang tengah. Wajah pria itu merah padam. Nafasnya cepat seolah Rian menahan amarahnya. Melihat kedatangan Tiara, Rian mendongak. Matanya menatap tajam dengan tangan yang terkepal erat di paha.

“Kamu naik dulu ya sayang. Ada yang mau Ibu bicarakan dengan Ayah.” Tiara mendorong tubuh anaknya agar naik ke lantai dua.

Setelah Anggrek tidak terlihat lagi, Rian berjalan dengan langkah lebar. Tangannya terayun, menampar Tiara hingga tubuh istrinyta terhuyung ke belakang. Rian mencengkram bahu Tiara erat.

“Bukankah sudah kubilang jangan mengadu pada Ayah dan Ibu hah? Karena kamu, Ibu menelepon Dina dan memaki-makinya.”

Bab terkait

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 3

    Tiara membeku. Kejadian yang berlalu sangat cepat membuat Tiara tidak bisa berpikir. Tiba-tiba Rian menamparnya lalu menuduh sudah mengadu pada ibu mertuanya. Tiara tidak senekat itu karena mengetahui kondisi kesehatan ibu mertuanya. Karena Tiara juga sudah menganggap ibu Rian sebagai ibu kandungnya sendiri.“Aku tidak pernah mengadu pada Ibu kalau kau akan menikah dengan Dina.” Tiara menatap Rian marah. Dia tidak gentar sama sekali dengan kemarahan sang suami.“Jangan bohong. Dina sampai stres karena makian Ibu. Selain itu, kamu juga tidak memikirkan kondisi Ibu saat memberi tahu hubunganku dan Dina.” Rian mencengkram bahu Tiara semakin erat. Wanita itu berusaha menahan erangan sakitnya.Dia memilih bertahan menerima perlakuan buruk ini, untuk mendapat bukti kekerasan fisik yang sudah dilakukan sang suami. Meski hatinya terasa sangat sakit, Tiara berusaha tegar. Matanya balas menatap tajam. “Aku berkata jujur. Kalau kau tidak percaya periksa saja ponselku. Buka semuanya. Mulai dari W

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 4

    Tiara menggeleng. Dia berlutut lalu mengumpulkan semua bukti yang berserakan. Dadanya berdebar penuh ketakutan. ‘Bagaimana kalau Anggrek juga percaya wanita di foto ini adalah aku?’ batinnya bergejolak.Dia tidak mau jika anak sulungnya ikut membenci Tiara tanpa mengkonfirmasi dulu kebenarannya. Seperti yang dilakukan Rian. Tubuhnya kaku saat Anggrek ikut berjongkok. Mengambil salah satu foto dan memperhatikannya dengan seksama. Tiara terlalu takut untuk menatap anaknya. Dia masih berada di posisi semula. Saat Anggrek berdiri, Tiara juga berdiri. Keheningan yang aneh melingkupi kamar. Wanita itu tidak berani bicara. Ia menghela nafas berulang kali. Mengumpulkan kekuatan agar bisa menjelaskan semuanya pada si sulung.“Ibu bisa jelaskan sayang.” Tangannya mengusap bahu Anggrek.Anggrek masih diam. Dia justru memperhatikan tangan Tiara. Rasanya dia ingin pergi saat ini juga, tetapi Tiara terus menguatkan hatinya agar bisa menjelaskan kesalahpahaman ini pada Anggrek. Tiara juga takut jika

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 5

    Tiara menggeleng. Dia menyembunyikan getar tangannya dibalik punggung. “Tidak. Bagaimana aku bisa masuk jika kamar selalu kau kunci?”“Jangan bohong. Tadi pagi aku meninggalkan ponsel di kamar. Karena terburu-buru aku tidak sempat mengambilnya dan lupa mengunci pintu. Siapa lagi yang akan mengambil ponsel itu selain kamu.”“Kalau tidak percaya periksa saja kamar ini. Geledah semuanya.” Tantang Tiara seolah tidak ada ponsel Rian yang ia sembunyikan.Rian mendengkus kesal. Berjalan ke tempat tidur. Meraba setiap inci seprai. Memeriksa bantal dan guling. Membuka semua laci lalu kembali ke hadapan Tiara. “Minggir.”Pria itu membuka lemari kanan. Memeriksa semua pakain Tiara yang tergantung. Lalu memeriksa pintu kiri. Mengeluarkan semua pakaian Tiara yang sudah terlipat rapi. Tiara hanya bisa menghela nafas. Mengambil semua pakaiannya lalu meletakan di tempat tidur. Saat berbalik, Tiara melihat Rian jongkok. Tubuh suaminya seperti mematung dengan pandangan tertuju pada kotak berisi foto pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 6

    Tiara menutup matanya. Air mata mengalir dari sela-sela jari. Dia tidak bisa lagi menahan tangis yang menyesakan dada. Masih terdengar suara Rian di kamar yang bicara dengan lembut untuk Dina. Berbeda saat pria itu bicara dengan Tiara dan anak-anak mereka. Datar dan dingin. Seolah mereka adalah orang asing untuk Rian.“Kamu pengertian sekali sayang. Padahal Ibu pernah berkata buruk padamu, tetapi kamu masih memikirkan kesehatan Ibu. Kamu benar. Aku harus memikirkan cara yang tepat agar tidak membuat penyakit jantung Ibu semakin buruk. Beliau pasti sangat terkejut kalau aku memberi tahu Tiara sudah selingkuh dengan pria lain.” Rian kembali bicara tentang ibunya.Ibu mertua Tiara divonis mengidap penyakit jantung lima tahun lalu. Seluruh keluarga kompak menjaganya agar penyakit ibunya Rian tidak kambuh. Termasuk tidak memberi tahu berita buruk yang terjadi. Karena itulah Rian selalu berpura-pura mesra dihadapan orang tuanya. Agar ibu mertua Tiara tidak curiga ada masalah di rumah tangga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 7

    Tiara hanya tersenyum. Ternyata Rian tidak berani membuktikan semua tuduhan Dina padanya. Mulai dari tuduhan Dina kalau dia sudah mengadu pada ibu mertua sampai tuduhan Dina tentang foto-foto tidak senonoh dengan wajahnya.“Walau tanpa dirimu, aku akan membuktikannya sendiri Mas.” Tiara keluar dari kamar sambil menyimpan semua foto yang Rian kirim ke G****e Drive lalu membalas pesan Rian.[Kalian memang pengecut karena tidak mau membuktikan semua tuduhan Dina padaku. Oh iya, selamat untuk pernikahan kalian yang akan datang. Aku akan membuktikan jika aku bukan barang bekas. Walau Dina itu barang baru, tetap saja murahan. Mana ada wanita berkelas yang menjadi pacar suami orang? Kalian berdua adalah pasangan yang cocok. Pengecut dan murahan.]Tiara memasukan ponselnya ke saku. Dia harus menjaga Nana yang bermain sendiri di ruang tengah. Pekerjaan rumah sudah selesai. Tiara duduk di sofa membuat bab baru untuk novel online. Sembari mengawasi Nana yang bermain boneka barbie. TV yang menyala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 8

    “Alhamdulillah,” seru Tiara senang.“Saya bisa memberi pernyataan lisan tentang kepalsuan foto ini.” Haris memberikan ponsel dan foto yang yang sudah dicetak. Menjadi satu dengan foto yang dibawa Tiara. Pria itu tidak bertanya banyak hal. Hanya menjalankan pekerjaannya secara professional. Meski pekerjaan utamanya adalah guru.“Terima kasih banyak Pak. Berapa biaya yang harus saya bayar?”“Anda bisa membayar pada kasir yang berjaga di lantai satu. Saya sudah mengirim jasa konsultasi anda padanya,” jawab Haris ramah.Tiara diam. Dia ingat dengan ponsel rahasia Rian yang ia bawa di tas. Wanita itu mengambil ponsel Rian lalu memberikannya pada Haris. “Tolong buka kata sandi ponsel ini. Biayanya bisa digabung dengan jasa pemeriksaan foto.”Mata Haris terbelalak begitu layar ponsel menyala. Namun pria itu tidak bertanya apapun. Dia bisa membuka kode sandi ponsel dengan mudah lalu memberikannya lagi pada Tiara. “Sudah terbuka.”“Terima kasih Pak. Saya permisi dulu.”“Sama-sama Bu.”Hatinya s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 9

    “Assalamualaikum Nduk,” sapa ibu mertuanya yang bernama Bu Mirna.“Eh. Assalamualaikum Ayah, Ibu.” Tiara menyalami mertuanya.“Waalaikumsalam.”Mereka masuk ke rumah. Tiara mengunci pintunya lagi. Meski heran dengan kedatangan mertuanya yang mendadak, Tiara tetap bersikap tenang. Apalagi Bu Mirna baru mengirim pesan kalau dia baru bisa datang minggu depan karena harus rewang di rumah tetangga.“Bangunkan Rian Nduk. Ayah ingin berangkat salat di masjid dengannya. Kami naik dulu buat menata barang di kamar.”“Iya Yah.”Setelah memastikan mertuanya naik ke lantai dua, Tiara masuk ke kamar Rian. Dia memperhatikan Rian yang masih terlelap. Kilas balik kejadian beberapa tahun lalu seperti film yang terputar di kepalanya.Setelah Rian memperingatinya untuk tidak memberi tahu masalah mereka pada Pak Joko dan Bu Mirna, wanita itu memilih diam. Dua hari kemudian mertuanya datang ke rumah. Sikap Rian berubah seperti semula. Perhatian dan penyayang. Anak-anak sangat senang karena sikap ayah mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 10

    “Iya Bu,” jawab Tiara. Ia merasa heran karena ibu mertuanya terdengar membenci Dina saat membicarakan nama wanita itu.“Kenapa Rian bisa berubah Nduk? Apa yang sudah wanita itu lakukan hingga mempengaruhi Rian?” tanya Bu Mirna penasaran.Tiara menunjukkan foto dengan wajahnya dan pria asing. Dengan suara lirih, Dina menceritakan temuannya tentang foto-foto ini lalu membawanya ke pakar telematika. Tidak lupa wanita itu juga menunjukkan bukti yang diberikan Haris jika foto itu sudah diedit. Tiara bukan wanita yang ada dalam foto.“Dasar bodoh. Bisa-bisanya Rian lebih percaya dengan wanita itu tanpa menanyakannya lebih dulu padamu,” geram Bu Mirna tidak habis pikir.“Padahal dulu Rian sudah menuruti permintaan Ibu untuk menjauhi Dina. Kenapa sekarang dia lebih percaya dengan wanita itu.” Bu Mirna mengusap wajahnya kesal. Pandangannya tertuju pada tembok.“Mungkin Mas Rian memang tidak bisa melupakan Dina, Bu. Dia menikahiku hanya sebatas pelarian. Saat mantan pacarnya memberikan bukti pal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05

Bab terbaru

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 40

    Rian seperti baru bangun dari tidur yang panjang. Dia melihat sisi tempat tidur dimana seharusnya Dina berbaring kosong. Sinar matahari menembus korden jendela. Dia duduk sambil mengucek matanya "Apa yang terjadi kemarin?" gumamnya bingung. Ingatan terakhir Rian adalah saat dia bicara dengan Dina di taman samping rumah. Ia minum air yang dibawakan Dina. Rian berusaha mengingat apa yang terjadi kemarin. Namun kepalanya mendadak pusing. "Kenapa aku tiba-tiba mengantuk?" Ia teringat perkataannya sendiri. "Kalau begitu ayo kita istirahat di kamar Mas." Dina menariknya agar berdiri. Dengan langkah tertatih, mereka masuk rumah. Rian melihat Dukun Deri duduk di sofa ruang tengah bersama orang tua Dina. Mereka berbincang akrab. "Apakah Rian tidak akan mengingat apapun?" Suara bapak Dina bertanya. "Tentu saja. Kita mempertahankannya sebagai tameng. Toh tidak ada lagi yang bisa diambil dari pria itu " Rian terlonjak kaget saat pintu kamar terbuka. Ingatannya tentang kejadian kemasin bu

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 39

    Rian mengepalkan tangannya kesal. Dia tidak terima Dina yang sudah sah menjadi istri keduanya berlaku kemudian. Dengan emosi yang memuncak, Dima hendak mengetuk jendela saat Dina sudah berhenti berfoto. Ada pesan masuk yang segera wanita itu angkat. Tanpa melihat Rian yang berada dibalik jendela, Dina masuk ke kamar mandi.“Siapa yang menelpon Dina?” Rian meraup wajahnya kasar. Dia tidak menyangka akan mendapati sang istri berkelakuan aneh seperti itu.Rasa sesal menyelimuti hatinya. Wajah teduh Tiara dan tangisannya silih berganti memenuhi pikiran Rian. Betapa pria itu sudah menyesal menduakan wanita yang menemani perjuangannya. Wanita yang sangat disayang orang tuanya yang selektif dalam memilih pasangan.Ia terduduk di kursi taman. Hijaunya tanaman tidak bisa menutupi kegundahan hati Rian. Meski sudah mengetahui sedikit sikap Dina yang sebenarnya, entah kenapa hati kecil Rian tidak bisa melepaskan wanita itu. Seolah ada tali tak kasat mata yang mengikat mereka agar tidak bisa berpi

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 38

    Lia masuk ke ruangan Rian. Mengamati bosnya dan teman mereka dengan seksama. Matanya melirik ponsel Dina yang ada di meja Rian. Dia bisa mengamatinya dengan mudah karena sekarang mereka duduk di sofa. Ia berusaha fokus mendengar penjelasan Rian. Rasa penasarannya tidak boleh menurunkan performa kerjanya.Jam sepuluh pagi mereka bertiga turun bersama beberapa karyawan dari divisi lain. Mereka akan naik bus yang sudah disediakan perusahaan. Karena ada sepuluh karyawan yang berangkat. Seperti biasa, Rian bergabung dengan dua manajer yang ikut bersamanya. Dina duduk bersama karyawan lain di kursi belakang Rian. Sedangkan Lia memilih duduk di kursi panjang paling belakang.Menceritakan penemuan yang ia lihat tadi. Ditambah Rian dan Dina memasukan barang yang bukan ponsel mereka ke tas masing-masing. Kursi paling belakang tidak hanya ramai dengan cerita empatg orang. Bahkan karyawan yang duduk di kursi depan juga tertarik untuk mendengar.“Jadi Dina tidak selingkuh dengan Pak Hermawan, tapi

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 37

    Tiga hari berlalu tanpa terasa. Hari ini adalah hari terakhi Rian menginap di rumah Dina. Pagi itu ia bangun lebih pagi dari sang istri. Biasanya di rumah Tiara, istri tuanya bangun lebih dulu lalu menyiapkan segala keperluannya pagi itu. Berbanding terbalik dengan Dina yang masih asyik tidur hingga jarum jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Karena Dina baru akan berangkat ke kantor jam sembilan pagi. Kesalahan yang ia toleransi sejak mereka pacaran.Rian meraih salah satu ponsel diatas meja. Dia terlalu sibuk membaca berkas hingga tidak memperhatikan ponsel mana yang ia ambil. Padahal dua ponsel yang ada diatas laci memiliki merk yang berbeda. Tanpa memeriksa ponsel yang ia pegang, Rian memasukan barang itu ke tasnya. Dia keluar dari kamar. Memeriksa di dapur apakah ada makanan tersisa atau tidak. Kalau ada makanan yang bisa dihangatkan, dia bisa makan di rumah. Namun jika tidak ada Rian terpaksa membeli makanan diluar.Saat tudung saji tersingkap, tidak ada makanan yang diharapkan. Ria

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 36

    Rencana untuk menginap di rumah Riska dan Heri batal. Saat melihat rekaman kamera CCTV dan mendengar penjelasan Riska lewat telepon, Bu Mirna memutuskan kembali tinggal di rumah Tiara. Urusan pekerjaan Pak Joko sudah diserahkan pada asisten kepercayaan selama puluhan tahun. Jadi saat Rian pergi ke rumah Dina keesokan harinya, Tiara bisa tenang. Tidak perlu memusingkan kedatangan dukun dan asistennya. Walau mereka sudah menandatangani surat perjanjian dengan Rian di kantor polisi.Tidak banyak yang bisa ia lakukan karena Bu Mirna membantu sebagian besar pekerjaannya. Anak-anak bermain bersama Pak Joko saat waktu luang. Melihat tukang yang mengganti pagar. Bu Mirna istirahat di lantai dua. Membiarkan Tiara menyelesaikan novelnya.Tiara tengah berada di kamar utama. Bersandar ke dinding. Meletakan ponselnya diatas nakas. Dia memijat pangkal keningnya yang sedikit pusing. Ternyata menjadi penulis tidak mudah. Ia cukup beruntung mendapat sedikit penghasilan, dari cuitan di grup masih belum

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 35

    Benar saja. Bos besarnya yang bernama Pak Hendra turun dari mobil. Wajah tuanya yang cekung sempat tertuju pada mobil Pak RT. Dia melenggang ke rumah Dina. Rian masih ingin mengawasi semuanya. Namun dia tidak enak pada Pak RT. Jadi Rian segera melajukan mobil itu.Sudah ada satu orang yang lebih dulu tahu tentang keberadaan Dina. Walaupun Pak RT tidak bertanya atau dia tidak memberi tahu, kalau Dina adalah istri keduanya. Di mobil mereka berbincang seperti biasa. Kesibukan Rian tidak membuatnya kaku dalam urusan para tetangga.“Saran saya lebih baik pagar rumah anda diganti lebih tinggi. Lalu semua tembok pembatas diberi beling.” Pak RT menjelaskan usul dari perangkat desa untuk semua warganya.“Iya. Terima kasih Pak RT.”Mobil berhenti di depan rumah Pak RT. Rian pamit lalu berjalan menuju rumahnya yang hanya berjarak satu kilometer dari rumah perangkat desa itu. Dia memperhatikan pagar rumahnya yang memang pendek. Dulu Rian merasa aman membangun rumah di wilayan ini. Karena itulah d

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 34

    Di rumah Dina, wanita itu baru saja pulang dari apartemen direkturnya yang sedang berkunjung ke Yogyakarta. Selain memuaskan nafsu si pria tua, mereka juga membicarakan korupsi yang dilakukan Rian. Dina mengakui kalau dia yang membuat Rian melakukan semua itu karena ingin dapat banyak uang. Awalnya Dina merasa tenang karena yakin tidak aka nada masalah. Bukannya dibela, dia justru dimaki habis-habisan.“Apa yang kamu pikirkan sampai membuat perusahaanku rugi? Kalau mau uang banyak, tinggal minta transfer dariku,” hardik pria tua itu marah.“Maaf Pak. Saya hanya menuruti keinginan orang tua.” Dina menunduk. Seumur-umur melayani bosnya, baru kali ini Dina dibentak sedemikian rupa. Padahal bosnya selalu menuruti apapun keinginan Dina. Bahkan tanpa air merah itu.Dia mengira semua aksinya akan aman karena Rian berhubungan dengannya. Siapa sangka bosnya akan murka. Dina masih menunduk. Dia berlutut di depan si pria tua yang berkacak pinggang.“Sekarang kerugian perusahaan sudah mencapai ra

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 33

    “Memangnya mobil Heri kenapa Ris?” tanya Rian penasaran. Pria itu membuka kaca jendela mobilnya. Melongok dari dalam agar bisa bicara dengan adiknya.“Nggak tahu Mas. Kata Mas Heri mobilnya agak bermasalah. Jadi kami bawa ke bengkel dekat sini. Kalian mau pergi kemana?” Riska bertanya seolah-olah dia tidak tahu.“Mau liburan ke kebun binatang Nte. Ayo Tante dan Dedek pergi sama kita,” ajak Nana semangat.“Kalau liburan, keluarga intinya Kak Nana dulu. Kan sudah lama nggak keluar bareng. Biar Tante dan Dedek tunggu disini. Kasihan Dedek juga sudah mengantuk karena ikut kondangan tadi.” Riska menunjuk putranya yang menguap di gendongan.“Ya sudah kalian masuk dulu. Ini kuncinya Ris.” Tiara menyerahkan kunci rumah.Mereka masuk ke mobil. Melambai pada Riska yang menunggu di depan gerbang. Tiara terus mengawasi dari kaca spion. Dia baru bisa menghela nafas lega saat Heri datang dan mereka masuk ke rumah. Menutup gerbang rapat. Setidaknya ada Heri sebagai laki-laki yang akan menjaga rumah

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 32

    Kembali ke masa SMA Tiara enam belas tahun silam. Saat dia sudah duduk di bangku kelas tiga SMA. Semua murid sibuk mempersiapkan ujian akhir sekolah dan ujian nasional. Walau begitu masih ada beberapa siswa yang punya waktu untuk berpacaran. Salah satu diantaranya adalah Tiara dan Bara.Siapa yang tidak tahu couple goals di sekolah mereka. Sejak kelas satu, Tiara terkenal sebagai siswi yang paling cantik. Wajahnya tirus dengan mata bulat. Rambut lurus dan lebat yang panjang. Belum dengan hidung mancung dan bibir tipisnya. Walau tubuhnya mungil, siapapun akan mengakui kecantikan Tiara.Begitu juga dengan Bara yang menjadi siswa favorit para siswi. Dia tinggi, kulitnya bersih, rambut cepak yang digaya ala anak muda jaman itu, wajah tampan dengan hidung mancng dan bentuk rahang yang kecil. Alisnya yang tebal semakin menambah pesona seorang Bara. Meski dikelilingi banyak perempuan, tapi hati Bara hanya tertuju pada Tiara.Satu tahun mendekati Tiara, belum juga membuahkan hasil. Padahal mer

DMCA.com Protection Status