Share

Bertahan Atau Dimadu?
Bertahan Atau Dimadu?
Author: Alita novel

Bab 1

Author: Alita novel
last update Last Updated: 2024-09-29 22:08:28

Suara di dapur terdengar nyaring karena Tiara tengah memasak untuk makan siangnya dan anak-anak. Sang suami yang bernama Rian, tengah dinas ke kantor pusat yang ada di Jakarta. Meninggalkan Tiara bersama tiga anak mereka yang masih kecil. Sudah satu minggu berlalu sejak Rian pergi. Suaminya tidak pernah menelepon. Hanya membalas pesan jika Tiara yang mengirim pesan lebih dulu.

Suara bel yang berbunyi nyaring membuat Tiara segera mematikan kompor. Kebetulan masakannya sudah matang. Tinggal menyajikan di meja makan. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Dia berjalan melewati kedua anaknya yang tengah bermain di ruang tengah. Sedang si sulung masih berada di sekolah.

Rambut panjangnya yang dikuncir asal ke belakang sedikit berantakan. Tiara mencuci tangan lalu mengusapnya asal pada daster yang sudah lusuh. Ia berjalan menuju pintu depan. “Tunggu sebentar.”

Pintu perlahan terbuka menampilkan Rian yang sudah pulang. Senyum Tiara mengembang, hendak menyalami tangan suaminya. Namun tubuhnya membeku saat ia melihat wanita lain tengah bergelayut manja di lengan suamianya. Dada tiara berdegup kencang. Batinnya terus bertanya siapa wanita itu. Tangannya yang gemetar memegang pintu.

“Ayo masuk dulu.” Rian berjalan bersama wanita itu melewati Tiara yang masih terpaku dibalik pintu.

“Bawa anak-anak masuk kamar. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.” Perintah Rian santai.

Tiara ingin berteriak sekarang juga. Kenapa suaminya bisa dengan mudah membawa wanita lain masuk ke rumah mereka. Namun saat ingat tentang anak-anak, Tiara berusaha meredam amarahnya.

“Astaghfirullah.” Bibir Tiara bergetar mengucap kalimat istighfar. Dia tidak ingin terlihat marah di depan anak-anaknya. Ibu dari tiga anak itu tidak ingin anak-anak melihatnya pertengkaran orang tua mereka. Perlahan dia menutup pintu, berjalan menuju ruang tengah dimana Rian dan wanita itu duduk.

“Buatkan teh manis untuk kami setelah membawa anak-anak ke kamar,” ucap Rian santai. Mata Tiara tidak lepas dari wanita yang masih bergelayut manja di lengan suaminya.

Dia memperhatikan wanita cantik dengan mekap tebal. Rambut ikalnya menjuntai di bahu. Gaun yang ia pakai sebatas paha, memperlihatkan kaki indahnya. Belum lagi tubuh wanita itu sangat seksi. Tanpa sadar Tiara membandingkan penampilannya dengan wanita itu.

Badannya kurus kering karena kelelahan mengurus rumah besar dan tiga anak yang masih kecil. Kulitnya tidak semulus dulu. Apalagi bagian perut yang sudah melar setelah hamil dan melahirkan tiga kali. Banyak bintik di wajahnya yang menutupi sedikit kecantikan di masa muda.

“Kamu dengar atau nggak sih Ra?” bentak Rian marah melihat Tiara yang masih berdiri di tempatnya.

“Siapa wanita itu Mas?” bisik Tiara menahan tangis. Ia sakit hati melihat Rian terang-terangan bermesraan dengan wanita lain di rumah ini.

“Jangan banyak tanya. Aku akan memberi tahumu nanti.” Rian menoleh pada wanita itu lagi.

Tiara terpaksa menuruti perintah Rian karena tidak ingin membuat anak-anaknya takut. Setelah membawa kedua anaknya di kamar si sulung yang ada di lantai dua, Tiara turun lagi ke bawah. Dia masuk ke dapur yang merangkap sebagai ruang makan. Menyiapkan teh hangat yang diminta Rian.

Dengan tangan gemetar Tiara menahan amarahnya. Dia bisa menebak jika wanita itu ada hubungan dengan suaminya. Namun kenapa Rian harus membawanya pulang ke rumah ini setelah empat tahun ini Rian bersikap acuh?

“Astaghfirullah. Jangan bilang kalau wanita itu adalah selingkuhan Mas Rian.” Tiara meremas dasternya gugup. Tidak pernah terlintas dalam benaknya jika Rian akan berselingkuh. Meski hubungan mereka sangat hambar.

“Maaf kamar mandinya ada dimana ya?” Suara wanita itu terdengar ringan di telinganya. Tiara segera mengusap air mata lalu menoleh.

Mereka bertatapan secara langsung. Tangannya menunjuk ke kanan. Lidahnya terlalu kelu untuk menjawab. Wanita itu tersenyum lalu berkata, “Terima kasih.”

Tiara berpegangan ke meja. Ia duduk di kursi. Kakinya seperti tidak menapak tanah. Perasaan bingung, sedih, marah bercampur satu. “Kenapa aku merasa kisahku hari ini seperti novel online yang selalu kubaca?”

Helaan nafasnya terdengar berat. Tiara mengepalkan tangannya. “Aku tidak boleh lemah seperti ini.” Setelah berkata seperti itu, Tiara membawa nampan berisi dua gelas teh hangat ke ruang tamu.

Rian sibuk bermain ponsel. Dia menoleh sekilas lalu kembali fokus pada ponselnya. Berbeda saat wanita itu yang datang, Rian tersenyum manis lalu membuka lengannya. Mereka kembali berperlukan seperti tadi. Tidak mempedulikan Tiara sama sekali. Seolah Tiara adalah sosok yang kasat mata.

Tiara mengepalkan tangannya. Dia tidak bisa lagi berdiam diri seperti ini. Rian harus menjelaskan siapa wanita itu. Selingkuhan atau istri mudanya? Tidak mungkin hubungan mereka seromantis ini jika dia hanya kerabat Rian.

“Siapa dia Mas? Kenapa kamu membawanya ke rumah kita?”

Rian tidak merespon pertanyaan Tiara. Dia masih fokus bicara pada Dina hingga wanita itu menepuk lengan Rian lalu berkata,”Istrimu bertanya Mas.”

Baru setelah itu Rian menoleh. Dengan wajah datar Rian berkata, “Oh ya, kalian belum berkenalan. Aku lupa kalau kau juga ada disini.”

Seperti ada pisau tajam yang menikam hati Tiara. Setega itu Rian bicara seolah dirinya tidak berarti. Tiara berusaha menahan tangis. Dia menghela nafas pelan agar air mata yang masih menggenang tidak turun ke pipi.

“Perkenalkan namanya Dina. Aku akan menikahinya agar bisa mendapat anak laki-laki. Kau juga tidak akan terlalu lelah melayaniku lagi.”

Kepala Tiara seperti berputar. Dunianya terasa runtuh. Dia ingin pingsan saat ini juga. Tiara juga ingin meyakini bahwa semua ini hanya mimpi. Tangannya terus mencubit paha yang terasa sakit. Nyatanya semua yang Tiara alami bukanlah mimpi semata. Tangis Tiara tidak terbendung lagi. Pria itu terang-terangan memperkenalkan selingkuhannya. Bahkan Rian dengan berani berkata pada Tiara bahwa dia akan menikah lagi.

“Apa Ayah dan Ibu sudah tahu?” Tiara meremas kedua tangannya. Takut jika mertua yang sudah ia anggap sebagai orang tua sendiri berada di pihak anak mereka. Biasanya mertua akan membela anak mereka dan menyalahkan menantu.

Ekspresi Rian berubah saat Tiara menyinggung orang tuanya. Dia tidak langsung menjawab pertanyaan Tiara. Rian melirik Dina yang sudah berwajah keruh. Pandangan Rian beralih pada Tiara lagi. “Ayah dan Ibu tidak perlu tahu. Kau harus merahasiakan pernikahanku dan Dina.”

“Kenapa? Kalau orang tuamu tidak setuju, maka kau harus membujuknya maka aku akan setuju kau menikah lagi.” Tiara memanfaatkan kesempatan ini agar Rian membatalkan niatnya.

Sebagai seorang wanita Tiara tidak ingin dimadu. Dia tidak sekuat itu melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain. Apalagi harus berbagi hati dan raga. Bagi Tiara, biarlah hubungan mereka masih hambar. Tiara akan berusaha membuat Rian jatuh cinta lagi padanya. Asal sang suami membatalkan pernikahannya dengan Dina.

“Jangan coba-coba melawan. Kalau aku bilang jangan cerita pada orang tuaku, kau harus menurut. Ingat Tiara. Statusmu adalah istri. Kau harus patuh dan menuruti semua perintahku. Seharusnya kau tahu hal itu karena rutin ikut kajian.” Sikap egois Rian kembali. Dia tidak ingin dilawan.

“Lalu, apa aku harus menuruti permintaanmu untuk dimadu? Alasanmu terlalu aneh Mas. Saat kita masih pacaran, kau sendiri yang mengatakan bahwa tidak perlu punya anak sepasang, laki-laki dan perempuan. Apapun jenis kelaminnya harus kita syukuri karena sudah diberi keturunan. Sekarang kau bilang ingin poligami hanya karena ingin punya anak laki-laki?” Nafas Tiara terengah. Baru kali ini dia melawan Rian setelah selama ini hanya diam. Mereka hanya berdebat saat Rian mulai berubah. Setelah itu, Tiara selalu mengalah.

“Memang itu alasannya. Saat kau hamil dua kali, tidak masalah bagiku punya dua anak perempuan. Namun saat kau hamil untuk yang ketiga kalinya, aku ingin punya anak laki-laki seperti teman-temanku.”

“Kau tidak pernah mengatakannya? Kita masih muda. Aku bisa melepas KB lalu program hamil agar bisa punya anak laki-laki.” Mata Tiara menatap Rian penuh luka. Perlahan pandanganya beralih pada tangan Rian yang sudah bersembunyi dibalik punggung.

Tiara memperhatikan ekspresi Rian yang bingung. Dia tidak bisa membalas perkataan Tiara. Rian menghela nafas berat lalu berkata, “Kau pasti tidak mau jika aku minta program hamil lagi. Mengurus tiga anak saja sudah membuatmu mengeluh. Apalagi kalau harus hamil lalu mengurus satu bayi lagi.”

“Itu karena kau berubah. Aku mengeluh empat tahun lalu karena kau tidak memberi perhatian lagi pada anak-anak. Setelah kita bertengkar hebat, aku tidak pernah mengeluh. Lagipula kau tidak mengatakan keinginanmu setelah si bungsu lahir. Jika kau mengatakan ingin program punya anak laki-laki aku tidak akan memakai KB.”

“Kau hanya terlalu manja. Dulu Ibu juga bisa mengurus rumah besar dan dua anaknya sendiri. Harusnya kau bisa mencontoh Ibu.”

“Jangan bandingkan aku dengan Ibu. Ayahmu adalah suami yang baik dan pengertian. Awalnya kau juga seperti itu. Namun sikapmu berubah empat tahun lalu. Selama ini aku selalu bertanya apa salahku sampai membuat sikapmu berubah Mas. Dulu aku minta jawaban agar bisa memperbaiki diri. Katakan kalau aku adalah salah padamu. Jangan berubah sampai bersikap acuh pada anak-anak kita.”

Bagi Tiara, tidak masalah jika Rian mengabaikannya dan anak-anak. Asal tidak selingkuh, melakukan KDRT atau pelit pada anak istri. Nyatanya selama ini Rian tetap memberikan nafkah yang besar untuk Tiara. Kecuali asisten rumah tangga atau baby sitter karena Rian tidak ingin anak-anaknya diasuh orang lain. Dulu Rian berjanji akan membantunya dalam urusan rumah dan anak karena suami istri harus saling melengkapi. Setelah sikap Rian berubah, dia tidak mau memberi asisten rumah tangga karena ingin Tiara melayaninya sendiri.

“Lebih baik kita berpisah. Aku tidak ingin dimadu,” kata itu meluncur juga dari bibir Tiara.

“Tidak boleh. Aku tidak ingin berpisah denganmu. Kau harus setuju agar aku tidak terus pacaran dengan Dina. Anggap saja kau menghalalkan hubungan kami.”

“Keputusanku sudah bulat. Hari ini juga aku akan pergi bersama anak-anak. Setelah keluar, aku akan menjemput si sulung di sekolah.” Tiara berdiri. Keputusannya untuk berpisah dengan Rian sudah mantap.

Saat Tiara hendak naik ke lantai dua, Rian sudah lebih dulu berlari naik ke atas. Tiara dapat mendengar suara pintu yang terkunci. Perasaannya jadi tidak enak. Tiara segera berlari menyusul Rian. Disana sang suami berdiri di depan kamar anak sulung mereka.

“Silahkan kalau kau ingin pergi, tapi jangan bawa anak-anak. Kupastikan kau tidak bisa bertemu dengan anak-anak lagi, Tiara. Hak asuh mereka pasti jatuh padaku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
4 th sudah sikap suamimu berubah dan kau g pernah ingin mencari tau
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 2

    Mata Tiara membulat. Ia tidak menyangka Rian akan mengatakan hal itu. Setelah selama ini sang suami bersikap acuh pada anak mereka. Tiara berkata, “Hak asuh anak di bawah umur pasti jatuh pada pihak ibu. Aku yang akan memenangkan hak asuh setelah kita berpisah.”Bibir Rian sedikit terangkat. Tersenyum sinis menatap istri yang dulu sangat ia cintai. Rian melipat tangannya di dada. Bersandar ke pintu yang sudah diketuk anak-anak mereka. Terus memanggil Tiara.“Ibu buka pintunya. Aku takut,” kata anak keduanya.“Ibuuuu,” teriak si bungsu.Tiara merangsek maju hendak membuka pintu. Rian menahan tangannya. Pria itu mendorong Tiara hingga terjepit diantara dinding dan tubuhnya. Tangan Rian mencengkram bahu Tiara hingga membuat sang istri meringis kesakitan. Namun Rian tidak melepaskannya. Dia menatap tajam Tiara.“Aku juga bisa mendapat hak asuh anak-anak karena bekerja dan punya penghasilan besar. Tidak seperti kau yang hanya ibu rumah tangga. Jika kita berpisah dengan membawa anak-anak pe

    Last Updated : 2024-09-29
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 3

    Tiara membeku. Kejadian yang berlalu sangat cepat membuat Tiara tidak bisa berpikir. Tiba-tiba Rian menamparnya lalu menuduh sudah mengadu pada ibu mertuanya. Tiara tidak senekat itu karena mengetahui kondisi kesehatan ibu mertuanya. Karena Tiara juga sudah menganggap ibu Rian sebagai ibu kandungnya sendiri.“Aku tidak pernah mengadu pada Ibu kalau kau akan menikah dengan Dina.” Tiara menatap Rian marah. Dia tidak gentar sama sekali dengan kemarahan sang suami.“Jangan bohong. Dina sampai stres karena makian Ibu. Selain itu, kamu juga tidak memikirkan kondisi Ibu saat memberi tahu hubunganku dan Dina.” Rian mencengkram bahu Tiara semakin erat. Wanita itu berusaha menahan erangan sakitnya.Dia memilih bertahan menerima perlakuan buruk ini, untuk mendapat bukti kekerasan fisik yang sudah dilakukan sang suami. Meski hatinya terasa sangat sakit, Tiara berusaha tegar. Matanya balas menatap tajam. “Aku berkata jujur. Kalau kau tidak percaya periksa saja ponselku. Buka semuanya. Mulai dari W

    Last Updated : 2024-09-30
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 4

    Tiara menggeleng. Dia berlutut lalu mengumpulkan semua bukti yang berserakan. Dadanya berdebar penuh ketakutan. ‘Bagaimana kalau Anggrek juga percaya wanita di foto ini adalah aku?’ batinnya bergejolak.Dia tidak mau jika anak sulungnya ikut membenci Tiara tanpa mengkonfirmasi dulu kebenarannya. Seperti yang dilakukan Rian. Tubuhnya kaku saat Anggrek ikut berjongkok. Mengambil salah satu foto dan memperhatikannya dengan seksama. Tiara terlalu takut untuk menatap anaknya. Dia masih berada di posisi semula. Saat Anggrek berdiri, Tiara juga berdiri. Keheningan yang aneh melingkupi kamar. Wanita itu tidak berani bicara. Ia menghela nafas berulang kali. Mengumpulkan kekuatan agar bisa menjelaskan semuanya pada si sulung.“Ibu bisa jelaskan sayang.” Tangannya mengusap bahu Anggrek.Anggrek masih diam. Dia justru memperhatikan tangan Tiara. Rasanya dia ingin pergi saat ini juga, tetapi Tiara terus menguatkan hatinya agar bisa menjelaskan kesalahpahaman ini pada Anggrek. Tiara juga takut jika

    Last Updated : 2024-10-01
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 5

    Tiara menggeleng. Dia menyembunyikan getar tangannya dibalik punggung. “Tidak. Bagaimana aku bisa masuk jika kamar selalu kau kunci?”“Jangan bohong. Tadi pagi aku meninggalkan ponsel di kamar. Karena terburu-buru aku tidak sempat mengambilnya dan lupa mengunci pintu. Siapa lagi yang akan mengambil ponsel itu selain kamu.”“Kalau tidak percaya periksa saja kamar ini. Geledah semuanya.” Tantang Tiara seolah tidak ada ponsel Rian yang ia sembunyikan.Rian mendengkus kesal. Berjalan ke tempat tidur. Meraba setiap inci seprai. Memeriksa bantal dan guling. Membuka semua laci lalu kembali ke hadapan Tiara. “Minggir.”Pria itu membuka lemari kanan. Memeriksa semua pakain Tiara yang tergantung. Lalu memeriksa pintu kiri. Mengeluarkan semua pakaian Tiara yang sudah terlipat rapi. Tiara hanya bisa menghela nafas. Mengambil semua pakaiannya lalu meletakan di tempat tidur. Saat berbalik, Tiara melihat Rian jongkok. Tubuh suaminya seperti mematung dengan pandangan tertuju pada kotak berisi foto pe

    Last Updated : 2024-10-02
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 6

    Tiara menutup matanya. Air mata mengalir dari sela-sela jari. Dia tidak bisa lagi menahan tangis yang menyesakan dada. Masih terdengar suara Rian di kamar yang bicara dengan lembut untuk Dina. Berbeda saat pria itu bicara dengan Tiara dan anak-anak mereka. Datar dan dingin. Seolah mereka adalah orang asing untuk Rian.“Kamu pengertian sekali sayang. Padahal Ibu pernah berkata buruk padamu, tetapi kamu masih memikirkan kesehatan Ibu. Kamu benar. Aku harus memikirkan cara yang tepat agar tidak membuat penyakit jantung Ibu semakin buruk. Beliau pasti sangat terkejut kalau aku memberi tahu Tiara sudah selingkuh dengan pria lain.” Rian kembali bicara tentang ibunya.Ibu mertua Tiara divonis mengidap penyakit jantung lima tahun lalu. Seluruh keluarga kompak menjaganya agar penyakit ibunya Rian tidak kambuh. Termasuk tidak memberi tahu berita buruk yang terjadi. Karena itulah Rian selalu berpura-pura mesra dihadapan orang tuanya. Agar ibu mertua Tiara tidak curiga ada masalah di rumah tangga

    Last Updated : 2024-10-21
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 7

    Tiara hanya tersenyum. Ternyata Rian tidak berani membuktikan semua tuduhan Dina padanya. Mulai dari tuduhan Dina kalau dia sudah mengadu pada ibu mertua sampai tuduhan Dina tentang foto-foto tidak senonoh dengan wajahnya.“Walau tanpa dirimu, aku akan membuktikannya sendiri Mas.” Tiara keluar dari kamar sambil menyimpan semua foto yang Rian kirim ke G****e Drive lalu membalas pesan Rian.[Kalian memang pengecut karena tidak mau membuktikan semua tuduhan Dina padaku. Oh iya, selamat untuk pernikahan kalian yang akan datang. Aku akan membuktikan jika aku bukan barang bekas. Walau Dina itu barang baru, tetap saja murahan. Mana ada wanita berkelas yang menjadi pacar suami orang? Kalian berdua adalah pasangan yang cocok. Pengecut dan murahan.]Tiara memasukan ponselnya ke saku. Dia harus menjaga Nana yang bermain sendiri di ruang tengah. Pekerjaan rumah sudah selesai. Tiara duduk di sofa membuat bab baru untuk novel online. Sembari mengawasi Nana yang bermain boneka barbie. TV yang menyala

    Last Updated : 2024-11-01
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 8

    “Alhamdulillah,” seru Tiara senang.“Saya bisa memberi pernyataan lisan tentang kepalsuan foto ini.” Haris memberikan ponsel dan foto yang yang sudah dicetak. Menjadi satu dengan foto yang dibawa Tiara. Pria itu tidak bertanya banyak hal. Hanya menjalankan pekerjaannya secara professional. Meski pekerjaan utamanya adalah guru.“Terima kasih banyak Pak. Berapa biaya yang harus saya bayar?”“Anda bisa membayar pada kasir yang berjaga di lantai satu. Saya sudah mengirim jasa konsultasi anda padanya,” jawab Haris ramah.Tiara diam. Dia ingat dengan ponsel rahasia Rian yang ia bawa di tas. Wanita itu mengambil ponsel Rian lalu memberikannya pada Haris. “Tolong buka kata sandi ponsel ini. Biayanya bisa digabung dengan jasa pemeriksaan foto.”Mata Haris terbelalak begitu layar ponsel menyala. Namun pria itu tidak bertanya apapun. Dia bisa membuka kode sandi ponsel dengan mudah lalu memberikannya lagi pada Tiara. “Sudah terbuka.”“Terima kasih Pak. Saya permisi dulu.”“Sama-sama Bu.”Hatinya s

    Last Updated : 2024-11-02
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 9

    “Assalamualaikum Nduk,” sapa ibu mertuanya yang bernama Bu Mirna.“Eh. Assalamualaikum Ayah, Ibu.” Tiara menyalami mertuanya.“Waalaikumsalam.”Mereka masuk ke rumah. Tiara mengunci pintunya lagi. Meski heran dengan kedatangan mertuanya yang mendadak, Tiara tetap bersikap tenang. Apalagi Bu Mirna baru mengirim pesan kalau dia baru bisa datang minggu depan karena harus rewang di rumah tetangga.“Bangunkan Rian Nduk. Ayah ingin berangkat salat di masjid dengannya. Kami naik dulu buat menata barang di kamar.”“Iya Yah.”Setelah memastikan mertuanya naik ke lantai dua, Tiara masuk ke kamar Rian. Dia memperhatikan Rian yang masih terlelap. Kilas balik kejadian beberapa tahun lalu seperti film yang terputar di kepalanya.Setelah Rian memperingatinya untuk tidak memberi tahu masalah mereka pada Pak Joko dan Bu Mirna, wanita itu memilih diam. Dua hari kemudian mertuanya datang ke rumah. Sikap Rian berubah seperti semula. Perhatian dan penyayang. Anak-anak sangat senang karena sikap ayah mereka

    Last Updated : 2024-11-04

Latest chapter

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 121

    Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua siang. Waktunya dia untuk pulang ke rumah sebentar guna menemui Ustad Soleh dan timnya yang akan melakukan ruqyah kedua di rumahnya.Aurel menekan telepon yang menghubungkan dengan telepon di ruang sekretarisnya. Tidak lama kemudian, sekretarisnya masuk ke ruang kerja Aurel. Wanita itu memberikan sejumlah pekerjaan yang harus dilakukan saat ia pulang ke rumah nanti."Apa kamu mengerti?" tanya Aurel tegas. Aura pemimpinnya begitu jelas terlihat. Tidak dapat dipungkiri kalau didikan keras ibunya selama ini, sejak dia masih kecil dan belum mengerti apapun hingga dewasa sudah membentuk mengalnya jadi sedemikian tangguh."Baik Bu. Saya mengerti," jawab sektetarisnya sopan dan dapat diandalkan."Baik kalau begitu saya tinggal dulu. Nanti jam empat sore saya akan datang kembali kesini untuk memeriksa semuanya," ucap Aurel lagi sambil melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya."Baik Bu," jawab sekretaris Aurel lagi.Setelah

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 120

    Keesokan harinya sinar matahari menembus jendela kamar Aurel yang sangat besar. Bahkan saking besarnya ukuran kamar itu seperti rumah minimalis atau kamar kos mewah. Tidak hanya ada tempat tidur king size yang diletakan di tengah kamar, tapi juga ada sofa mewah dengan meja kecil dibalik dinding kaca sebagai penyekat dengan balkon kamar utama ini.Aurel bangkit dari tidurnya. Sebenarnya ia sudah bangun subuh dan melaksanakan salat sendoiri karena suami dan kedua anaknya pergi ke masjid. Namun setelah salat, Aurel melanjutkan tidurnya karena dia butuh tdur yang berkualitas sebelum nanti akan sibuk bekerja. Ia melihat kalender yang ada di atas nakas.“Hari ini Ustad Soleh dan timnya akan datang ke rumah lagi untuk melakukan ruqyah kedua,” gumam Aurel seorang diri.Wanita itu turun dari tempat tidurnya yang sangat besar. Dia berjalan menuju balkon kamarnya yang sangat luas. Berbeda dengan balkon kamar yang ada di hotel. Aurel duduk di kursi yang menghadap matahari terbit. Karena arah kama

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 119

    Sehari sebelumnya saat Aurel baru saja pulang dari rumah sakit jiwa tempat Dina sekarang dirawat. Wanita itu menghela nafas saat melihat pemandangan rumah-rumah warga yang beragam bentuk dan ukurannya. Ia akan kembali sibuk dengan rutinitas pekerjaan seperti biasa. Meskipun Aurel masih sedikit harus mengurus tentang masalah Dina.Di rumah, dia melanjutkan pekerjaannya di ruang kerja. Membiarkan Bu Jumi menyiapkan makan malamnya seorang diri disana. Suaminya, Hendra juga masih berada di kantor. Kedua anaknya sibuk dengan tugas kuliah dan sekolah. Meskipun keluarga kecil itu terlihat sibukb dengan kegiatan mereka masing-masing, tapi Aurel selalu punya cara membuat suasanan intim diantara pasangan suami istri serta orang tua dan anak.“Pak Hendra tadi telepon kalau akan pulang tengah malam Bu. Sedangkan aden-aden berdua juga telepon kalau mereka menginap di kos teman untuk mengerjakan tugas kuliah bersama,” kata Bu Jumi begitu menghidangkan menu makan malam di hadapan Aurel. Tepat di ten

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 118

    Mata Dina mengerjap berulang kali. Dia tidak merasakan keberadaan Dukun Deri disini lagi. Apalagi bisikan-bisikan aneh itu. Yang ada Dina justru merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ini seperti mimpi dia bisa berada di tengah keramaian. Setelah dua hari terakhir Dina selalu sendiri di ruangan ini.“Ada yang ingin kamu tanyakan?” tanya Ustad Soleh yang duduk di hadapan Dina.Ustad Soleh yang masih memakai sarung tangan sedang menekan jari jempol kaki Dina. Wanita itu memandang sekeliling ruangan. Jika dia hitung ada delapan wajah baru yang terlihat kelelahan mengelilingi tempat tidurnya. Ditambah dengan dua perawat utama yang ikut masuk ke ruang rawatnya. Jadi totalnya ada sepuluh orang yang masuk ke ruangan ini.“Apakah bapak dan ibu semua adalah orang kiriman Bu Aurel?” tanya Dina menanyakan hal pertama yang terlintas di benaknya.Ustad Soleh mengangguk. Senyum pria paruh baya itu terlihat sangat amat menentramkan. Senyum bijak yang terpancar dari orang baik.

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 117

    Di rumah sakit jiwa tempat Dina mendekam,wanita itu sudah sadar. Kelopak matanya perlahan terbuka. Ditatapnya langit-langit rumah sakit jiwa ini. Di ruang isolasi dimana sekarang tempat Dina berada. Hanya dinding dan atap berwarna putih yang mengepungnya di ruangan ini. Dengan tempat tidur tanpa ranjang dan selang infus yang menancap di tangannya.Pikiran Dina teracak. Dia ingat beberapa kejadian, tapi melukan kejadian berikutnya. Sebelum kedua perawat utama datang bersama rombongan ustad yang Dina dengar saat perawat utama bicara, Dina tidak ingat apapun. Dia hanya ingat kalau sedang berada di ruangan yang sangat gelap gulita.Entah kenapa Dina merasa sangat bersyukur dan berterima kasih karena ada orang yang mengirim ustad untuk mengobatinya. Air mata Dina menitik. Dia tergugu membayangkan hari-hari ke depan. Dina takut dia akan jadi gila dan tidak ingat dengan apapun lagi seperti orang tuanya. Terlebih Dina takut jika tidak bisa melihat bapak dan ibunya lagi.“Apakah aku bisa sembu

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 116

    Akhirnya mereka duduk di deretan kursi panjang yang ada di depan meja penerima tamu yang terletak di gedung depan. Aurel mengeluarkan amplop tebal dari dalam tasnya lalu menyerahkan amplop itu pada Ustad Soleh.“Terima kasih untuk bantuannya sejak kemarin Pak Ustad. Saya tidak tahu apa yang terjadi jika tidak ada anda yang bersedia membantu kami,” kata Aurel penuh sopan santun.Ustad Soleh menerima pemberian kliennya itu. Rasanya sangat tebal. Jadi Ustad Soleh bisa menebak kalau isinya dua kali lipat dari biasanya. Ustad Soleh memang tidak pernah mengenakan tarif pasti. Dia menyerahkan semuanya pada orang-orang yang sudah dibantu. Namun jika berurusan dengan orang kaya, maka para klien akan memberinya banyak uang. Termasuk keluarga Pak Hermawan.“Sepertinya uang ini terlalu banyak Bu Aurel,” kata Ustad Soleh jujur.Bukannya dia tidak mau menerima rejeki, tapi menerima uang sebanyak ini dan lebih dari biasanya tentu saja membuat hati jadi tidak tenang sama sekali. Bagi Ustad Soleh cuku

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 115

    Aurel menghela nafas. Dia menyiapkan jawaban terbaik yang akan ia kirimkan pada Tiara. Meskipun wanita itu sudah disakiti sedemikian rupa, bahkan hampir menghancurkan rumah tangganya, tapi Tiara adalah sosok yang sangat mengagumkan karena mau mengirim pesan untuk mencari tahu keadaan Dina saat ini.[Mimpi anda memang benar Bu Tiara. Telah terjadi hal buruk di rumah saya karena Dina menggunakan ilmu hitam disana. Saya mengirimnya ke rumah sakit jiwa, khusus di ruang isolasi agar Dina tidak bisa menyakiti dirinya sendiri dan orang lain.Maaf tidak bisa menceritakan semuanya secara detail karena sekarang saya sedang menemani seorang ustad kenalan keluarga yang sedang meruqyah Dina. Jika anda ingin tahu lebih banyak, kita bisa bertemu di lain kesemapatan.]Aurel menekan tombol kirim. Belum ada balasan dari Tiara. Aurel juga tidak menunggu karena ia paham jika setiap orang punya kesibukan masing-masing.Wanita itu lalu menekan nomor sang suami, Hendra. Karena tujuan awalnya membuka aplikas

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 114

    Aurel menundukan kepalanya dengan cara yang sangat amat sopan pada Ustad Soleh. Begitu juga dengan semua muridnya yang sebagian besar sudah bergelar ustad dan ustadzah."Selamat siang Pak Ustad. Mari kita masuk," kata Aurel meluruskan tangan kanannya dengan gestur sopan"Baik Bu Aurel," jawab Ustad Soleh tidak kalah sopannyaDua orang dengan tampilan berbeda itu berjalan bersisian. Meskipun ada jarak yang membentang di antara mereka. Bagaimanapun juga Ustad Soleh adalah seorang pemuka agama yang harus dihormati. Begitu juga dengan dua pengawal Aurel yang berjalan di belakang. Mereka berjalan bersisian dengan murid laki-laki Ustad Soleh.Mereka pergi ke meja depan. Melakukan pendaftaran untuk menjenguk Dina lalu diantar salah satu perawat menuju sel isolasi. Aurel yang sudah hafal dengan desain rumah sakit ini berjalan mantap melewati dua gedung berbeda tempat pasien dirawat.Perawat memilik rute jalur lorong. Dimana mereka hanya melewati setiap kamar yang tertutup. Tidak ada pasien ya

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 113

    Tidak ada yang dapat membayangkan betapa leganya Aurel sekarang. Kondisi rumahnya sudah kembali seperti semula. Semua asisten rumah tangga dan pengawal tidak berada di bawah kendali Dina. Bu Jumi juga tidak akan diganggu lagi oleh sosok kiriman Dina. Namun masih ada satu hal lagi yang harus Dina lakukan sekarang yaitu pergi ke rumah sakit jiwa bersama Ustad Soleh dan para santrinya untuk menghapus ilmu hitam yang sempat mengikat Dina.Aurel berdiri di depan cermin kamarnya yang besar. Dia menatap pantulan dirinya yang memakai kemeja berwarna kuning. Selarang dengan kulitnya yang putih. Dipadu dengan celana hitam panjang dan blazer berwarna abu-abu. Menambah kesan mewan dari kalangan orang kaya lama. Meskipun Aurel hanya memakai sepatu murah seharga dua ratus ribu dan jam seharga lima ratus ribu.Wanita itu tidak suka menggunakan perhiasan atau barang mewah jika hanya untuk bekerja. Bukan bermaksud untuk merendah di tengah kehidupannya sebagai keluarga konglomerat. Baginya bekerja cuku

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status