Share

Bertahan Atau Dimadu?
Bertahan Atau Dimadu?
Author: Alita novel

Bab 1

Author: Alita novel
last update Last Updated: 2024-09-29 22:08:28

Suara di dapur terdengar nyaring karena Tiara tengah memasak untuk makan siangnya dan anak-anak. Sang suami yang bernama Rian, tengah dinas ke kantor pusat yang ada di Jakarta. Meninggalkan Tiara bersama tiga anak mereka yang masih kecil. Sudah satu minggu berlalu sejak Rian pergi. Suaminya tidak pernah menelepon. Hanya membalas pesan jika Tiara yang mengirim pesan lebih dulu.

Suara bel yang berbunyi nyaring membuat Tiara segera mematikan kompor. Kebetulan masakannya sudah matang. Tinggal menyajikan di meja makan. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Dia berjalan melewati kedua anaknya yang tengah bermain di ruang tengah. Sedang si sulung masih berada di sekolah.

Rambut panjangnya yang dikuncir asal ke belakang sedikit berantakan. Tiara mencuci tangan lalu mengusapnya asal pada daster yang sudah lusuh. Ia berjalan menuju pintu depan. “Tunggu sebentar.”

Pintu perlahan terbuka menampilkan Rian yang sudah pulang. Senyum Tiara mengembang, hendak menyalami tangan suaminya. Namun tubuhnya membeku saat ia melihat wanita lain tengah bergelayut manja di lengan suamianya. Dada tiara berdegup kencang. Batinnya terus bertanya siapa wanita itu. Tangannya yang gemetar memegang pintu.

“Ayo masuk dulu.” Rian berjalan bersama wanita itu melewati Tiara yang masih terpaku dibalik pintu.

“Bawa anak-anak masuk kamar. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.” Perintah Rian santai.

Tiara ingin berteriak sekarang juga. Kenapa suaminya bisa dengan mudah membawa wanita lain masuk ke rumah mereka. Namun saat ingat tentang anak-anak, Tiara berusaha meredam amarahnya.

“Astaghfirullah.” Bibir Tiara bergetar mengucap kalimat istighfar. Dia tidak ingin terlihat marah di depan anak-anaknya. Ibu dari tiga anak itu tidak ingin anak-anak melihatnya pertengkaran orang tua mereka. Perlahan dia menutup pintu, berjalan menuju ruang tengah dimana Rian dan wanita itu duduk.

“Buatkan teh manis untuk kami setelah membawa anak-anak ke kamar,” ucap Rian santai. Mata Tiara tidak lepas dari wanita yang masih bergelayut manja di lengan suaminya.

Dia memperhatikan wanita cantik dengan mekap tebal. Rambut ikalnya menjuntai di bahu. Gaun yang ia pakai sebatas paha, memperlihatkan kaki indahnya. Belum lagi tubuh wanita itu sangat seksi. Tanpa sadar Tiara membandingkan penampilannya dengan wanita itu.

Badannya kurus kering karena kelelahan mengurus rumah besar dan tiga anak yang masih kecil. Kulitnya tidak semulus dulu. Apalagi bagian perut yang sudah melar setelah hamil dan melahirkan tiga kali. Banyak bintik di wajahnya yang menutupi sedikit kecantikan di masa muda.

“Kamu dengar atau nggak sih Ra?” bentak Rian marah melihat Tiara yang masih berdiri di tempatnya.

“Siapa wanita itu Mas?” bisik Tiara menahan tangis. Ia sakit hati melihat Rian terang-terangan bermesraan dengan wanita lain di rumah ini.

“Jangan banyak tanya. Aku akan memberi tahumu nanti.” Rian menoleh pada wanita itu lagi.

Tiara terpaksa menuruti perintah Rian karena tidak ingin membuat anak-anaknya takut. Setelah membawa kedua anaknya di kamar si sulung yang ada di lantai dua, Tiara turun lagi ke bawah. Dia masuk ke dapur yang merangkap sebagai ruang makan. Menyiapkan teh hangat yang diminta Rian.

Dengan tangan gemetar Tiara menahan amarahnya. Dia bisa menebak jika wanita itu ada hubungan dengan suaminya. Namun kenapa Rian harus membawanya pulang ke rumah ini setelah empat tahun ini Rian bersikap acuh?

“Astaghfirullah. Jangan bilang kalau wanita itu adalah selingkuhan Mas Rian.” Tiara meremas dasternya gugup. Tidak pernah terlintas dalam benaknya jika Rian akan berselingkuh. Meski hubungan mereka sangat hambar.

“Maaf kamar mandinya ada dimana ya?” Suara wanita itu terdengar ringan di telinganya. Tiara segera mengusap air mata lalu menoleh.

Mereka bertatapan secara langsung. Tangannya menunjuk ke kanan. Lidahnya terlalu kelu untuk menjawab. Wanita itu tersenyum lalu berkata, “Terima kasih.”

Tiara berpegangan ke meja. Ia duduk di kursi. Kakinya seperti tidak menapak tanah. Perasaan bingung, sedih, marah bercampur satu. “Kenapa aku merasa kisahku hari ini seperti novel online yang selalu kubaca?”

Helaan nafasnya terdengar berat. Tiara mengepalkan tangannya. “Aku tidak boleh lemah seperti ini.” Setelah berkata seperti itu, Tiara membawa nampan berisi dua gelas teh hangat ke ruang tamu.

Rian sibuk bermain ponsel. Dia menoleh sekilas lalu kembali fokus pada ponselnya. Berbeda saat wanita itu yang datang, Rian tersenyum manis lalu membuka lengannya. Mereka kembali berperlukan seperti tadi. Tidak mempedulikan Tiara sama sekali. Seolah Tiara adalah sosok yang kasat mata.

Tiara mengepalkan tangannya. Dia tidak bisa lagi berdiam diri seperti ini. Rian harus menjelaskan siapa wanita itu. Selingkuhan atau istri mudanya? Tidak mungkin hubungan mereka seromantis ini jika dia hanya kerabat Rian.

“Siapa dia Mas? Kenapa kamu membawanya ke rumah kita?”

Rian tidak merespon pertanyaan Tiara. Dia masih fokus bicara pada Dina hingga wanita itu menepuk lengan Rian lalu berkata,”Istrimu bertanya Mas.”

Baru setelah itu Rian menoleh. Dengan wajah datar Rian berkata, “Oh ya, kalian belum berkenalan. Aku lupa kalau kau juga ada disini.”

Seperti ada pisau tajam yang menikam hati Tiara. Setega itu Rian bicara seolah dirinya tidak berarti. Tiara berusaha menahan tangis. Dia menghela nafas pelan agar air mata yang masih menggenang tidak turun ke pipi.

“Perkenalkan namanya Dina. Aku akan menikahinya agar bisa mendapat anak laki-laki. Kau juga tidak akan terlalu lelah melayaniku lagi.”

Kepala Tiara seperti berputar. Dunianya terasa runtuh. Dia ingin pingsan saat ini juga. Tiara juga ingin meyakini bahwa semua ini hanya mimpi. Tangannya terus mencubit paha yang terasa sakit. Nyatanya semua yang Tiara alami bukanlah mimpi semata. Tangis Tiara tidak terbendung lagi. Pria itu terang-terangan memperkenalkan selingkuhannya. Bahkan Rian dengan berani berkata pada Tiara bahwa dia akan menikah lagi.

“Apa Ayah dan Ibu sudah tahu?” Tiara meremas kedua tangannya. Takut jika mertua yang sudah ia anggap sebagai orang tua sendiri berada di pihak anak mereka. Biasanya mertua akan membela anak mereka dan menyalahkan menantu.

Ekspresi Rian berubah saat Tiara menyinggung orang tuanya. Dia tidak langsung menjawab pertanyaan Tiara. Rian melirik Dina yang sudah berwajah keruh. Pandangan Rian beralih pada Tiara lagi. “Ayah dan Ibu tidak perlu tahu. Kau harus merahasiakan pernikahanku dan Dina.”

“Kenapa? Kalau orang tuamu tidak setuju, maka kau harus membujuknya maka aku akan setuju kau menikah lagi.” Tiara memanfaatkan kesempatan ini agar Rian membatalkan niatnya.

Sebagai seorang wanita Tiara tidak ingin dimadu. Dia tidak sekuat itu melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain. Apalagi harus berbagi hati dan raga. Bagi Tiara, biarlah hubungan mereka masih hambar. Tiara akan berusaha membuat Rian jatuh cinta lagi padanya. Asal sang suami membatalkan pernikahannya dengan Dina.

“Jangan coba-coba melawan. Kalau aku bilang jangan cerita pada orang tuaku, kau harus menurut. Ingat Tiara. Statusmu adalah istri. Kau harus patuh dan menuruti semua perintahku. Seharusnya kau tahu hal itu karena rutin ikut kajian.” Sikap egois Rian kembali. Dia tidak ingin dilawan.

“Lalu, apa aku harus menuruti permintaanmu untuk dimadu? Alasanmu terlalu aneh Mas. Saat kita masih pacaran, kau sendiri yang mengatakan bahwa tidak perlu punya anak sepasang, laki-laki dan perempuan. Apapun jenis kelaminnya harus kita syukuri karena sudah diberi keturunan. Sekarang kau bilang ingin poligami hanya karena ingin punya anak laki-laki?” Nafas Tiara terengah. Baru kali ini dia melawan Rian setelah selama ini hanya diam. Mereka hanya berdebat saat Rian mulai berubah. Setelah itu, Tiara selalu mengalah.

“Memang itu alasannya. Saat kau hamil dua kali, tidak masalah bagiku punya dua anak perempuan. Namun saat kau hamil untuk yang ketiga kalinya, aku ingin punya anak laki-laki seperti teman-temanku.”

“Kau tidak pernah mengatakannya? Kita masih muda. Aku bisa melepas KB lalu program hamil agar bisa punya anak laki-laki.” Mata Tiara menatap Rian penuh luka. Perlahan pandanganya beralih pada tangan Rian yang sudah bersembunyi dibalik punggung.

Tiara memperhatikan ekspresi Rian yang bingung. Dia tidak bisa membalas perkataan Tiara. Rian menghela nafas berat lalu berkata, “Kau pasti tidak mau jika aku minta program hamil lagi. Mengurus tiga anak saja sudah membuatmu mengeluh. Apalagi kalau harus hamil lalu mengurus satu bayi lagi.”

“Itu karena kau berubah. Aku mengeluh empat tahun lalu karena kau tidak memberi perhatian lagi pada anak-anak. Setelah kita bertengkar hebat, aku tidak pernah mengeluh. Lagipula kau tidak mengatakan keinginanmu setelah si bungsu lahir. Jika kau mengatakan ingin program punya anak laki-laki aku tidak akan memakai KB.”

“Kau hanya terlalu manja. Dulu Ibu juga bisa mengurus rumah besar dan dua anaknya sendiri. Harusnya kau bisa mencontoh Ibu.”

“Jangan bandingkan aku dengan Ibu. Ayahmu adalah suami yang baik dan pengertian. Awalnya kau juga seperti itu. Namun sikapmu berubah empat tahun lalu. Selama ini aku selalu bertanya apa salahku sampai membuat sikapmu berubah Mas. Dulu aku minta jawaban agar bisa memperbaiki diri. Katakan kalau aku adalah salah padamu. Jangan berubah sampai bersikap acuh pada anak-anak kita.”

Bagi Tiara, tidak masalah jika Rian mengabaikannya dan anak-anak. Asal tidak selingkuh, melakukan KDRT atau pelit pada anak istri. Nyatanya selama ini Rian tetap memberikan nafkah yang besar untuk Tiara. Kecuali asisten rumah tangga atau baby sitter karena Rian tidak ingin anak-anaknya diasuh orang lain. Dulu Rian berjanji akan membantunya dalam urusan rumah dan anak karena suami istri harus saling melengkapi. Setelah sikap Rian berubah, dia tidak mau memberi asisten rumah tangga karena ingin Tiara melayaninya sendiri.

“Lebih baik kita berpisah. Aku tidak ingin dimadu,” kata itu meluncur juga dari bibir Tiara.

“Tidak boleh. Aku tidak ingin berpisah denganmu. Kau harus setuju agar aku tidak terus pacaran dengan Dina. Anggap saja kau menghalalkan hubungan kami.”

“Keputusanku sudah bulat. Hari ini juga aku akan pergi bersama anak-anak. Setelah keluar, aku akan menjemput si sulung di sekolah.” Tiara berdiri. Keputusannya untuk berpisah dengan Rian sudah mantap.

Saat Tiara hendak naik ke lantai dua, Rian sudah lebih dulu berlari naik ke atas. Tiara dapat mendengar suara pintu yang terkunci. Perasaannya jadi tidak enak. Tiara segera berlari menyusul Rian. Disana sang suami berdiri di depan kamar anak sulung mereka.

“Silahkan kalau kau ingin pergi, tapi jangan bawa anak-anak. Kupastikan kau tidak bisa bertemu dengan anak-anak lagi, Tiara. Hak asuh mereka pasti jatuh padaku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
4 th sudah sikap suamimu berubah dan kau g pernah ingin mencari tau
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 2

    Mata Tiara membulat. Ia tidak menyangka Rian akan mengatakan hal itu. Setelah selama ini sang suami bersikap acuh pada anak mereka. Tiara berkata, “Hak asuh anak di bawah umur pasti jatuh pada pihak ibu. Aku yang akan memenangkan hak asuh setelah kita berpisah.”Bibir Rian sedikit terangkat. Tersenyum sinis menatap istri yang dulu sangat ia cintai. Rian melipat tangannya di dada. Bersandar ke pintu yang sudah diketuk anak-anak mereka. Terus memanggil Tiara.“Ibu buka pintunya. Aku takut,” kata anak keduanya.“Ibuuuu,” teriak si bungsu.Tiara merangsek maju hendak membuka pintu. Rian menahan tangannya. Pria itu mendorong Tiara hingga terjepit diantara dinding dan tubuhnya. Tangan Rian mencengkram bahu Tiara hingga membuat sang istri meringis kesakitan. Namun Rian tidak melepaskannya. Dia menatap tajam Tiara.“Aku juga bisa mendapat hak asuh anak-anak karena bekerja dan punya penghasilan besar. Tidak seperti kau yang hanya ibu rumah tangga. Jika kita berpisah dengan membawa anak-anak pe

    Last Updated : 2024-09-29
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 3

    Tiara membeku. Kejadian yang berlalu sangat cepat membuat Tiara tidak bisa berpikir. Tiba-tiba Rian menamparnya lalu menuduh sudah mengadu pada ibu mertuanya. Tiara tidak senekat itu karena mengetahui kondisi kesehatan ibu mertuanya. Karena Tiara juga sudah menganggap ibu Rian sebagai ibu kandungnya sendiri.“Aku tidak pernah mengadu pada Ibu kalau kau akan menikah dengan Dina.” Tiara menatap Rian marah. Dia tidak gentar sama sekali dengan kemarahan sang suami.“Jangan bohong. Dina sampai stres karena makian Ibu. Selain itu, kamu juga tidak memikirkan kondisi Ibu saat memberi tahu hubunganku dan Dina.” Rian mencengkram bahu Tiara semakin erat. Wanita itu berusaha menahan erangan sakitnya.Dia memilih bertahan menerima perlakuan buruk ini, untuk mendapat bukti kekerasan fisik yang sudah dilakukan sang suami. Meski hatinya terasa sangat sakit, Tiara berusaha tegar. Matanya balas menatap tajam. “Aku berkata jujur. Kalau kau tidak percaya periksa saja ponselku. Buka semuanya. Mulai dari W

    Last Updated : 2024-09-30
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 4

    Tiara menggeleng. Dia berlutut lalu mengumpulkan semua bukti yang berserakan. Dadanya berdebar penuh ketakutan. ‘Bagaimana kalau Anggrek juga percaya wanita di foto ini adalah aku?’ batinnya bergejolak.Dia tidak mau jika anak sulungnya ikut membenci Tiara tanpa mengkonfirmasi dulu kebenarannya. Seperti yang dilakukan Rian. Tubuhnya kaku saat Anggrek ikut berjongkok. Mengambil salah satu foto dan memperhatikannya dengan seksama. Tiara terlalu takut untuk menatap anaknya. Dia masih berada di posisi semula. Saat Anggrek berdiri, Tiara juga berdiri. Keheningan yang aneh melingkupi kamar. Wanita itu tidak berani bicara. Ia menghela nafas berulang kali. Mengumpulkan kekuatan agar bisa menjelaskan semuanya pada si sulung.“Ibu bisa jelaskan sayang.” Tangannya mengusap bahu Anggrek.Anggrek masih diam. Dia justru memperhatikan tangan Tiara. Rasanya dia ingin pergi saat ini juga, tetapi Tiara terus menguatkan hatinya agar bisa menjelaskan kesalahpahaman ini pada Anggrek. Tiara juga takut jika

    Last Updated : 2024-10-01
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 5

    Tiara menggeleng. Dia menyembunyikan getar tangannya dibalik punggung. “Tidak. Bagaimana aku bisa masuk jika kamar selalu kau kunci?”“Jangan bohong. Tadi pagi aku meninggalkan ponsel di kamar. Karena terburu-buru aku tidak sempat mengambilnya dan lupa mengunci pintu. Siapa lagi yang akan mengambil ponsel itu selain kamu.”“Kalau tidak percaya periksa saja kamar ini. Geledah semuanya.” Tantang Tiara seolah tidak ada ponsel Rian yang ia sembunyikan.Rian mendengkus kesal. Berjalan ke tempat tidur. Meraba setiap inci seprai. Memeriksa bantal dan guling. Membuka semua laci lalu kembali ke hadapan Tiara. “Minggir.”Pria itu membuka lemari kanan. Memeriksa semua pakain Tiara yang tergantung. Lalu memeriksa pintu kiri. Mengeluarkan semua pakaian Tiara yang sudah terlipat rapi. Tiara hanya bisa menghela nafas. Mengambil semua pakaiannya lalu meletakan di tempat tidur. Saat berbalik, Tiara melihat Rian jongkok. Tubuh suaminya seperti mematung dengan pandangan tertuju pada kotak berisi foto pe

    Last Updated : 2024-10-02
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 6

    Tiara menutup matanya. Air mata mengalir dari sela-sela jari. Dia tidak bisa lagi menahan tangis yang menyesakan dada. Masih terdengar suara Rian di kamar yang bicara dengan lembut untuk Dina. Berbeda saat pria itu bicara dengan Tiara dan anak-anak mereka. Datar dan dingin. Seolah mereka adalah orang asing untuk Rian.“Kamu pengertian sekali sayang. Padahal Ibu pernah berkata buruk padamu, tetapi kamu masih memikirkan kesehatan Ibu. Kamu benar. Aku harus memikirkan cara yang tepat agar tidak membuat penyakit jantung Ibu semakin buruk. Beliau pasti sangat terkejut kalau aku memberi tahu Tiara sudah selingkuh dengan pria lain.” Rian kembali bicara tentang ibunya.Ibu mertua Tiara divonis mengidap penyakit jantung lima tahun lalu. Seluruh keluarga kompak menjaganya agar penyakit ibunya Rian tidak kambuh. Termasuk tidak memberi tahu berita buruk yang terjadi. Karena itulah Rian selalu berpura-pura mesra dihadapan orang tuanya. Agar ibu mertua Tiara tidak curiga ada masalah di rumah tangga

    Last Updated : 2024-10-21
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 7

    Tiara hanya tersenyum. Ternyata Rian tidak berani membuktikan semua tuduhan Dina padanya. Mulai dari tuduhan Dina kalau dia sudah mengadu pada ibu mertua sampai tuduhan Dina tentang foto-foto tidak senonoh dengan wajahnya.“Walau tanpa dirimu, aku akan membuktikannya sendiri Mas.” Tiara keluar dari kamar sambil menyimpan semua foto yang Rian kirim ke G****e Drive lalu membalas pesan Rian.[Kalian memang pengecut karena tidak mau membuktikan semua tuduhan Dina padaku. Oh iya, selamat untuk pernikahan kalian yang akan datang. Aku akan membuktikan jika aku bukan barang bekas. Walau Dina itu barang baru, tetap saja murahan. Mana ada wanita berkelas yang menjadi pacar suami orang? Kalian berdua adalah pasangan yang cocok. Pengecut dan murahan.]Tiara memasukan ponselnya ke saku. Dia harus menjaga Nana yang bermain sendiri di ruang tengah. Pekerjaan rumah sudah selesai. Tiara duduk di sofa membuat bab baru untuk novel online. Sembari mengawasi Nana yang bermain boneka barbie. TV yang menyala

    Last Updated : 2024-11-01
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 8

    “Alhamdulillah,” seru Tiara senang.“Saya bisa memberi pernyataan lisan tentang kepalsuan foto ini.” Haris memberikan ponsel dan foto yang yang sudah dicetak. Menjadi satu dengan foto yang dibawa Tiara. Pria itu tidak bertanya banyak hal. Hanya menjalankan pekerjaannya secara professional. Meski pekerjaan utamanya adalah guru.“Terima kasih banyak Pak. Berapa biaya yang harus saya bayar?”“Anda bisa membayar pada kasir yang berjaga di lantai satu. Saya sudah mengirim jasa konsultasi anda padanya,” jawab Haris ramah.Tiara diam. Dia ingat dengan ponsel rahasia Rian yang ia bawa di tas. Wanita itu mengambil ponsel Rian lalu memberikannya pada Haris. “Tolong buka kata sandi ponsel ini. Biayanya bisa digabung dengan jasa pemeriksaan foto.”Mata Haris terbelalak begitu layar ponsel menyala. Namun pria itu tidak bertanya apapun. Dia bisa membuka kode sandi ponsel dengan mudah lalu memberikannya lagi pada Tiara. “Sudah terbuka.”“Terima kasih Pak. Saya permisi dulu.”“Sama-sama Bu.”Hatinya s

    Last Updated : 2024-11-02
  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 9

    “Assalamualaikum Nduk,” sapa ibu mertuanya yang bernama Bu Mirna.“Eh. Assalamualaikum Ayah, Ibu.” Tiara menyalami mertuanya.“Waalaikumsalam.”Mereka masuk ke rumah. Tiara mengunci pintunya lagi. Meski heran dengan kedatangan mertuanya yang mendadak, Tiara tetap bersikap tenang. Apalagi Bu Mirna baru mengirim pesan kalau dia baru bisa datang minggu depan karena harus rewang di rumah tetangga.“Bangunkan Rian Nduk. Ayah ingin berangkat salat di masjid dengannya. Kami naik dulu buat menata barang di kamar.”“Iya Yah.”Setelah memastikan mertuanya naik ke lantai dua, Tiara masuk ke kamar Rian. Dia memperhatikan Rian yang masih terlelap. Kilas balik kejadian beberapa tahun lalu seperti film yang terputar di kepalanya.Setelah Rian memperingatinya untuk tidak memberi tahu masalah mereka pada Pak Joko dan Bu Mirna, wanita itu memilih diam. Dua hari kemudian mertuanya datang ke rumah. Sikap Rian berubah seperti semula. Perhatian dan penyayang. Anak-anak sangat senang karena sikap ayah mereka

    Last Updated : 2024-11-04

Latest chapter

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 83

    Ibu Tiara menceritakan kalau guna-guna itu ada banyak macamnya. Menurut wanita paruh baya itu, guna-guna yang menimpa Rian sama dengan guna-guna yang menimpa kakung. Dulu uti bertahan karena memang perceraian dianggap tabu. Namun uti juga tidak mau diam saja saat sadar kakung berubah karena pelakor.Setelah dicari tahu, ternyata kakung terkena guna-guna. Jiwa detektif uti benar-benar bangkit. Segala cara dilakukan. Mulai dari diam-diam meruqyah kakung yang kemudian gagal hingga meminta air doa. Hasilnya guna-guna itu gagal saat itu ibunya Tiara dan Uti tidak sengaja masuk ke kamar selingkuhan kakung dan melihatnya tengah melakukan ritual.Hasilnya seperti yang terjadi pada keluarga Dina sekarang. Pelaku guna-guna hilang ingatan dan tidak bisa melakukan apapun. Secara ilmiah kelumpuhan pelaku guna-guna tidak bisa dijelaskan secara medis.“Jadi begitu. Lalu sikap Kakung berubah seperti sedia kala?” tanya Tiara penasaran. Makanan di piringnya sudah habis.Ibunya mengangguk. “Iya. Kakung

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 82

    “Lalu sekarang Rian masih bertahan dengan Dina?” tanya bapak Tiara tenang.Wajah tuanya terlihat berpikir. Pikiran orang tua mana yang tidak bercabang kalau mendengar cerita rumah tangga sang putri yang berada diambang kehancuran. Meskipun itu semua karena ulah orang ketiga. Dulu saat Rian meminta Tiara baik-baik padanya, bapak Tiara percaya Rian bisa menjaga dan mencintai sang putri sepenuh hati. Sayangnya harapan bapak Tiara musnah karena kehadiran Dina yang memberikan guna-guna pada Rian.Begitu juga dengan ibu Tiara. Wanita paruh baya itu merasa sangat sedih dengan takdir yang menimpa anak perempuannya. Namun di sisi lain bapak dan ibu Tiara tidak bisa marah pada sang menantu. Semua ini diluar rencana mereka karena Rian terkena guna-guna dari Dina.Tiara menghela nafasnya sejenak. Dia menatap wajah sang bapak yakin. “Mas Rian sudah berpisah dari Dina. Rencana pernikahan mereka yang tinggal beberapa hari lagi dibatalkan,” jawab Tiara yakin.“Maksudnya apa Nduk? Sekarang mereka suda

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 81

    Tubuh bapak dan ibu Tiara terasa membeku. Mereka berpandangan satu sama lain. Tidak menyangka kata cerai akan muncul dari bibir Tiara. Melihat wajah sang ibu yang sangat kaget dan bapaknya yang menatap tajam, Tiara hanya bisa menunduk. Dia tidak kuasa menghadapi kekecewaan di mata orang tuanya.“Tapi kenapa Nduk? Bukankah selama ini rumah tanggamu dan Rian baik-baik saja?” tanya ibunya heran.Wanita paruh baya itu bangkit. Berjalan menelilingi meja lalu duduk disamping Tiara. Tangannya menggenggam tangaan sang putri erat. Apalagi melihat air mata yang menggenang di kelopak mata indah sang putri. Ibu Tiara juga tidak tega melihat anaknya sesedih ini.“Perceraian bukan keputusan yang bisa diambil secara gampang Nduk. Harus dipikirkan pertimbangan yang masak. Terlebih kamu adalah perempuan. Tidak bisa menggugat suami begitu saja. Kamu baru bisa berpisah dari Rian jika dia melakukan kekerasan dalam rumah tangga atau selingkuh,” kata bapaknya tanpa tahu apa yang terjadi.Wanita itu sudah m

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 80

    Tiara berdandan di depan meja riasnya. Menutup matanya yang gelap karena sering bangun pagi untuk mengetik novel. Dia memakai pelembap, sunscreen, foundation baru yang terakhir bedak. Setidaknya wanita itu ingin menunjukkan pada orang tuanya kalau kondisinya sekarang sudah baik-baik saja. Terlepas dari prahara yang sempat membuat emosinya naik turun selama beberapa tahun terakhir.Wanita itu memakai gamis berwarna biru muda yang dipadukan dengan jilbab berwarna abu-abu. Tidak lupa ia memakai sandal tinggi untuk menunjang penampilannya dalam hal tinggi badan. Dia mengambil tas, memasukan dompet dan ponselnya kesana. Tidak lupa mengambil kunci motor dari laci.Saat keluar dari kamarnya, suasana ruang tengah terasa sepi. Tidak terdengar celoteh anak-anak karena Angggrek dan Lily sedang sekolah. Hanya Nana sendiri di lantai dua bermain ditemani kakung dan utinya. Wanita itu memutuskan untuk naik ke lantai dua guna berpamitan pada putri bungsu dan kedua mertuanya.Benar saja tebakan Tiara,

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 79

    Aktivitas Tiara pagi ini berjalan seperti biasa. Sebelum subuh dia sudah menyelesaikan dua bab novel dan mengedit bab sebelumnya. Lalu keluar kamar untuk salat subuh. Saat bertemu dengan Rian tadi, hati Tiara sempat berdebar sebentar. Entah apa penyebabnya. Mas Rian mengatakan kalau dia akan tinggal disini selama rumah kontrakan itu belum dibersihkan.Ada yang berdenyut nyeri dalam sudut hatinya saat Rian mengatakan kalau dia akan tinggal disana selama menunggu keputusan Tiara. Rian tidak ingin membuat Tiara merasa tersiksa dengan keegoisannya. Padahal Rian sudah ikhlas melepasnya setelah tahun-tahun menyakitkan yang harus ia lalui. Namun kenapa Tiara justru merasa sedih.“Kamu jadi pergi ke rumah orang tuamu Nduk?” tanya Bu Mirna saat mereka tengah membuat sarapan bersama. Tiara tidak perlu khawatir dengan anak-anak karena mereka bermain di lantai dua bersama Pak Joko. Persiapan sekolah Anggrek dan Lily juga sudah disiapkan. Jadi dia bisa memasak dengan tenang bersama Bu Mirna.“Jadi

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 78

    Dina akhirnya dibawa pergi bersama orang tuanya. Rian berjalan mengikuti di belakang mereka. Tidak ada perawat atau dokter jaga yang menghentikan mereka. Rian hanya mengamati dalam diam. Aurel berhenti di ruang tunggu IGD. Pria itu memilih berdiri di belakang mantan atasannya itu.“Kita bisa bicara disini,” kata Aurel lalu duduk di kursi paling belakang.Rian mengikuti lalu duduk disampingnya. Suasana hening tidak membuat kecanggungan diantara mereka. Rian mengeluarkan sebotol air dari tasnya lalu memberikan botol itu pada Aurel.“Minum dulu Bu,” ucap Rian perhatian.Aurel mengangguk. Dia menerima botol pemberian Rian lalu berkata, “Terima kasih.”“Maaf aku menggagalkan pernikahanmu,” kata Aurel setelah hening yang cukup lama.“Tidak masalah Bu. Sebenarnya saya juga yang menyebabkan orang tua Dina sakit. Seandainya saya tidak punya niat pergi ke rumah keluarga adik saya, mungkin rencana orang tua Dina bisa berjalan mulus dan kami terpaksa tetap melangsungkan pernikahan,” kata Rian ten

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 77

    Apakah Dina sedih dengan kenyataan kalau dia akan berpisah dari Rian? Tentu saja sangat sedih. Namun Dina tidak bisa melakukan apapun. Setelah bicara seperti itu, Aurel justru diam saja. Dia bangkit dari kursinya lalu berbalik mendekati ranjang bapak Dina. Mata mengintimidasinya sudah sirna, berganti dengan kebencian yang mengendap setelah mengetahui semua dalang kerusuhan orang tuanya bulan lalu. Itulah bapak Dina.“Pindahkan mereka ke panti jompo milik Luna. Bawa sekalian wanita ini,” kata Aurel memberi perintah.“Baik Bu,” jawab pengawal dibelakangnya.Dina mendongak. Tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Tubuhnya yang sudah membaik kembali gemetar hebat. Mulutnya terbuka dan tertutup. Ingin mengatakan sesuatu tapi tidak ada satu patah katapun yang keluar. Bibirnya hanya bergerak seperti ikan koi. Tenaga Dina yang masih lemas juga belum kembali saat ada beberapa orang berbaju hitam masuk. Dua wanita yang memakai baju yang sama dengan rambut disanggul membantu Dina ber

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 76

    Tubuh Dina bergetar. Wanita yang berdiri di hadapannya benar-benar mengintimidasi. Tubuh Dina terasa lemah hingga ke tulang. Saat berusaha berdiri, ia justru terjatuh. Bersimpuh di kaki Aurel yang mengenal high heels tinggi untuk menunjang penampilannya.“Kenapa kau ketakutan seperti itu? Apakah wajahku terlihat sangat menyeramkan?” tanya Aurel dengan nada manis.Seorang pria botak bertubuh tinggi dengan badan kekar dan kacamata yang menutup matanya, mengambil kursi yang tadi ditempati oleh Dina. Aurel duduk di kursi itu. Menyilangkan kaki jenjangnya tepat di hadapan Dina. Dia menunjuk tirai yang akan menutup bed tiga dan empat di sebrang. Untunglah para keluarga yang berjaga masih tidur.Jadi mereka tidak bisa mendengar keributan di ruangan yang sama. Setidaknya Dina tidak akan merasa malu karena diperhatikan banyak orang. Dalam hatinya, wanita itu bersyukur karena Rian tidak ada disana. Jadi sang suami tidak perlu melihatnya dalam keadaan seperti ini.Dina memperbaiki posisi dudukny

  • Bertahan Atau Dimadu?   Bab 75

    Dua jam sebelumnya saat Rian baru sampai di rumah Tiara, Dina mengikuti para perawat yang membawa orang tuanya ke ruang perawatan lantai dua. Ia sibuk berkirim pesan dengan staff panti jompo.[Saya tidak pernah membatalkan reservasi saya. Hanya ini nomor saya satu-satunya yang bisa menghubungi anda. Jadi tidak mungkin saya yang membatalkan pesanan reservasi.]Tidak membutuhkan waktu lama saat pesannya dibalas. Sambil bersandar ke dinding lift, Dina fokus menatap layar ponselnya.[Maaf Bu. Saya juga sudah mengatakan hal itu pada kepala yayasan. Selama ini pembatalan reservasi selalu lewat staff. Say sendiri tidak bisa menolak keputusan kepala yayasan. Sekali lagi saya minta maaf.]Pesan balasan dari staff disana membuat kepala Dina terasa semakin berdenyut. Langkahnya terasa melayang saat ranjang orang tuanya keluar dari dua lift yang berbeda. Mereka masuk ke ruang melati nomor satu. Sudah ada dua pasien lain yang lebih dulu menempati ruang rawat itu. Ranjang bapak dan Ibu Dina diletak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status