Untung saja pada saat pertanyaan yang sulit dijawab, Brady dan Chat muncul di tengah-tengah itu semua. Perhatian tentu jadi tertuju pada gaya berjalan Brady yang tampak tidak dalam kondisi prima seperti biasanya."Kenapa dengan kakimu?" tanya Sara."Anda ingat ketika saya akan menyiapkan mobil? Saya terluka saat menghadapi Charlie. Dia membuat saya pingsan dengan memukulkan sesuatu yang keras di bagian kepala. Saya pingsan selama beberapa waktu. Ketika terbangun segera menghubungi Chat dan Auris.""Brady menelepon tidak lama setelah panggilan kita terhubung," ucap Auris pada Sara pula. "Dalam kondisi sedang menyetir, saya meminta bantuan mereka berdua untuk menghubungi polisi."Sara mengerutkan dahi. "Ternyata begitu, aku dan Charlie jatuh dari jembatan. Dia sengaja melakukannya."Sara berpikir lama, mengingat kembali kejadian waktu itu. Bagaimana waktu yang buruk dilalui dengan Charlie, dia yang berusaha memecahkan kaca dengan ujung besi sandaran kursi, dia yang kehabisan oksigen seb
Rion mematikan televisi yang menampilkan sosok Sara sedang diwawancarai tadinya. Dia cukup lega melihat wanita itu sudah baik-baik saja. Di sisi lain, dia menahan diri untuk tidak tenggelam dalam perasaan yang biasanya orang sebut sebagai cinta. Dia harus melupakan soal masalah itu, beralih pada kehidupan yang sebenarnya."Aku akan pergi berolahraga sebentar," ucap Rion."Oh, apa ingin aku temani?"Rion menolehkan kepala ketika hendak keluar rumah. Dia menatap sang sekretaris yang berdiri di samping meja dapur sambil mengenakan apron. Wanita itu sudah sibuk di sana sejak tadi dan selalu begitu ketika datang ke villa.Wanita itu bernama Gista, tetap setia mendampinginya sampai hari di mana dia sudah tidak lagi menjabat. Mereka berdua kuliah di satu universitas yang sama, tidak mengira jika pada akhirnya akan bekerja untuk kakek Atkinson."Kaki dan tanganku sudah baikan. Aku hanya akan berolahraga sebentar untuk melemaskan ototku.""Tetap saja, aku khawatir jika di tengah jalan nanti ha
Sara tidak mengindahkan perkataan pengawal wanitanya mau pun dokter. Dia langsung turun dari ranjang pasien dan bergegas pergi dari rumah sakit. Untuk menghindari kejadian lebih buruk, Auris mengambil alih kemudi dan berkendara selama lebih kurang tiga jam perjalanan menuju villa.Sampai di sana yang ditemukan oleh Sara adalah mantan suami sedang bersama sekretaris lagi, terlebih mereka baru saja bersentuhan. Meskipun Sara tahu kalau yang terjadi bukan seperti bayangannya, karena Rion hanya membantu Gista yang tergelincir.Tetap saja, Gista berkata bahwa akan membuatkan makan malam untuk mereka. Kenapa sampai melakukan itu? Apa mereka benar-benar tinggal bersama? Jika benar, maka ada hubungan istimewa di antara mereka. Sara tidak bisa berhenti membayangkan hal buruk tersebut."Kenapa kau memintanya datang kemari?" tanya Sara.Rion berbohong. Dia tidak meminta Gista untuk datang ke villa. Semua itu dilakukan agar Sara tidak memecat mantan sekretarisnya, terlebih tidak ingin membawa-baw
Sara tidak pernah tahu kalau Rion bisa dalam segi memasak. Pria itu tampak lihai menggunakan pisau dan alat-alat dapur lain. Masakan yang disajikan pun sangat enak, membuat perut tidak laparnya menyisakan ruang kosong yang banyak."Bagaimana kau melatih dirimu? Aku tidak pernah melihatnya selama kita menikah. Jika dilihat dari jadwal pun, aku rasa kau adalah orang yang sangat sibuk.""Aku melatihnya setiap hari.""Setiap hari? Kau meluangkan waktu untuk melatih kemampuan memasakmu ini?""Ya. Aku singgah ke dapur perusahaan, terkadang ketika melakukan perjalanan luar kota dan menginap, aku juga menggunakan dapur."Itu adalah waktu di mana Sara tidak pernah bisa mengawasi sosok pria yang dulu pernah menjadi suaminya."Kenapa tidak pernah menggunakan dapur rumah?"Rion menatap wanita yang duduk di sebelahnya. "Aku tidak ingin mengusik tempatmu. Pelayan berkata kalau kau sering memarahi mereka jika salah meletakkan bumbu dapur saja."Muka Sara langsung memerah, tidak membantah perkataan i
Rion menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Sara. Wanita itu membuka mata perlahan, tampaknya terbangunkan oleh sedikit sentuhan yang lembut di pipi. Belum benar-benar terlelap sebenarnya, karena baru lima menit lalu mereka memutuskan untuk beristirahat.Sara memandangi mantan suaminya dengan tatapan penuh cinta. Dia tidak minum alkohol, akan tetapi entah kenapa rasanya seperti sedang mabuk. Apa itu karena wajah tampan Rion mendominasi pandangan mata?"Kau memikirkan apa sekarang?" tanya Sara penasaran.Rion menipiskan bibir, menyentuh hidung Sara dan berkata, "Memikirkanmu."Wajah Sara langsung merona merah meskipun bekas rasa malu masih tersisa karena hubungan intim yang mereka lalui."Apa kau orang yang berbicara terang-terangan seperti ini? Aku sangat malu sekarang.""Aku hanya menjawab pertanyaanku dengan jujur.""Tetap saja ...." Sara menggigit bibir."Seharusnya, aku tidak melakukan ini denganmu."Ekspresi Sara langsung berubah, rona merah di muka lambat-lambat dipudarkan
Sara tiba di perusahaan kakek Atkinson, menduduki kursi jabatan tertinggi di sana. Dia mengerjakan banyak hal di sana dalam rangka memperbaiki kinerja internal. Tidak ada waktu baginya untuk bersantai-santai, karena jadwalnya sangat sibuk. Dua minggu terakhir, dia sampai tidak sempat menghubungi Rion. Apa yang sedang dikerjakan pria itu sekarang?"Apa Gista sudah masuk bekerja?""Ya, sudah. Sejak dua hari yang lalu." Auris yang setia mendampingi itu berkata."Ada di mana dia sekarang?""Tadi kita tidak melihatnya setelah rapat selesai. Mungkin, dia sudah kembali ke tempatnya atau bisa jadi belum. Saya harus melihatnya terlebih dahulu.""Tidak perlu. Aku akan melihatnya sendiri."Sara keluar ruangan, celingak-celinguk mencari keberadaan Gista. Sang sekretaris terlihat sedang merapikan meja kerja, lantas dia segera menghampiri sambil melipatkan tangan di dada."Kau sudah masuk kerja rupanya."Gista tersentak, langsung menunduk hormat. "Selamat siang, Bu CEO. Saya tidak tahu kalau Anda d
Rion membuka pintu, langsung mendapati senyuman lebar seorang wanita. Dia tidak mengira kalau Sara akan datang begitu cepat, padahal mereka belum lama ini selesai menelepon. Apa Sara menelantarkan pekerjaannya untuk datang ke mari?Bukannya menyuruh masuk, justru Rion melipatkan tangan di dada. Dia menaikkan alisnya sebelah dan berkata, "Kau benar-benar sudah menyelesaikan pekerjaanmu? Aku tidak akan menerima dirimu di rumah ini jika belum."Sara tertawa kikuk. "Tentu saja, aku sudah menyelesaikannya sebelum datang ke mari. Jangan curiga begitu padaku.""Kau datang sendiri ke mari?""Y—ya, memangnya dengan siapa lagi aku harus datang?"Sikap Sara memang mencurigakan seolah memiliki sesuatu yang ingin ditutupi, tapi Rion tidak tahu itu apa. Dia pun mendorong mereka untuk berada di luar pintu rumah, sedangkan Sara terbengong-bengong."Aku datang untuk bertamu." Sara menegaskan. "Lalu, kenapa pintunya ditutup?""Katakan padaku, bagaimana kau menyelesaikan pekerjaanmu dalam waktu singkat?
Sara cemberut, entah berapa panjangnya. Auris menghadapi pemandangan itu sejak berada di ruang kerja. Ponsel yang diperhatikan terus-menerus adalah saksi bisu atas kegelisahan seorang wanita menanti kabar sang kekasih."Dia tidak menghubungiku sama sekali, bahkan ketika aku mendiamkannya untuk beberapa lama. Aku jadi letih sendiri, akhirnya tidak bisa menahan rindu, dan menghubunginya. Tapi kali ini aku tidak akan begitu, karena ingin melihat kesungguhannya."Auris menggelengkan-gelengkan kepala. "Anda tahu kalau tuan Rion saat ini sedang melakukan kesungguhan itu."Sara memutar kursinya ke kanan dan ke kiri. Dia masih berpikir panjang dalam keadaan cemberut. "Meskipun begitu, setidaknya dia menghubungiku sekali saja.""Tuan Rion orang yang sangat sibuk, pasti tidak mudah baginya untuk membagi waktu."Sara bangkit, langsung menghadapi Auris dengan tatapan mencurigakan. "Kau selalu membelanya. Apa ada sesuatu di antara kalian yang tidak aku tahu?"Auris tertegun, berpikir bahwa perkata
Lima tahun berlalu, kesuksesan semakin menghampiri Sara. Dia sudah berjuang sejauh ini untuk menaikkan harga diri sebagai seorang istri. Bukan hanya kehidupan di rumah, kehidupan di luar pun dia berhasil memperjuangkan dirinya.Sehingga nama Sara dikenal oleh banyak kalangan, bahkan kepopulerannya bisa dikatakan berada di tingkat atas Rion yang notabene lebih dulu menjalani kegiatan berbisnis."Melalui perencanaan, kita perlu mengidentifikasi hasil kerja yang diinginkan dan mengidentifikasi cara-cara untuk mencapainya. Perhatikan juga soal pengorganisasian, struktur pemberian tugas, pengalokasian sumber daya, pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada setiap individu dan kelompok agar dapat menerapkan rencana yang sudah disepakati," ucap Sara sesaat mengurungkan niat untuk menaiki mobil."Mama!"Sara menoleh ke sumber suara, menemukan Rion dan putri kecil mereka. Dia tersenyum dan mengakhiri panggilan telepon, lalu menghampiri dua orang yang sangat disayangi."Kau yang menjemputny
Rion mengusap dagu, memikirkan betul-betul perkataan Auris. Bukan berarti dia tidak ingin menikahi Sara, akan tetapi dia butuh waktu yang pas untuk mengajak mantan istrinya itu untuk berumah tangga kembali.Rion mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dari dalam saku, lalu memperlihatkan isinya pada Auris. Itu adalah kotak usang yang berisi cincin pernikahannya dengan Sara sebelum mereka berpisah."Aku selalu membawanya di dalam saku dan selalu ragu untuk memberikannya pada Sara, di samping mencari waktu yang cocok, aku juga ragu apakah harus membeli cincin baru atau tidak."Rion mengeluarkan satu kotak lagi dari saku yang berbeda dan berkata, "Pada akhirnya, aku memesan yang baru dan tadinya ingin aku berikan, tapi suasana hati Sara tampak tidak baik. Aku rasa belum saatnya untuk memberikan cincin ini padanya.""Anda membawa dua kotak cincin dalam saku pada saat bersamaan?""Setiap hari. Aku memikirkan tindakan mana yang pas untuk menggambarkan ketulusanku. Mungkin, aku bisa mati sak
Suasana semakin tegang sesaat Charla berseru. Dia benar-benar tidak menyukai bagaimana ibu dan anak ini berusaha mengambil keuntungan dari Rion, padahal sudah mencicipi dinginnya lantai penjara."Aku akan menyiapkan uangnya," ucap Rion.Sara terkejut, tidak pernah menyangka kalau keinginan ibu dan adik tiri ini akan dipenuhi. Dia hendak menghalangi, tetapi Rion menghentikannya.Malam itu Belinda dan Charla terpaksa menginap, karena tidak memiliki tempat tinggal. Hancur sudah harapan Sara yang menginginkan waktu bersama dengan Rion."Maafkan aku, Sara. Kau jadi harus kembali.""Tidak masalah. Aku hanya tidak habis pikir kalau kau akan memenuhi keinginan mereka setelah apa yang terjadi padaku dan juga padamu.""Aku sudah menyakitimu, karena membiarkan mereka masuk ke kehidupan kita kembali."Sara menggelengkan kepala. "Bukan itu masalahnya sekarang. Bagaimana kau akan menghadapi mereka selanjutnya? Apa ingin membuat kesepakatan agar aku mengembalikan warisan kakekmu? Aku akan meminta di
Sara jengkel saat mantan suaminya tertawa, padahal dia sudah begitu serius. Apa yang lucu dari pertanyaannya?"Ternyata kau masih menyimpan rasa cemburu pada Gista.""Memangnya, apa yang aku lakukan tidak wajar?""Wajar. Itu pertanda kau benar-benar memiliki perasaan padaku. Begitu pula dengan aku yang merasa cemburu ketika dirimu pergi makan malam bersama pria lain."Sara mencebik, karena dia masih belum mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Waktu kebersamaan antara Rion dan Gista membayangi pikiran sampai membuat dia tidak tenang."Aku belum pernah ke rumahnya Gista. Dia memiliki banyak pertimbangan untuk perabotan, jadi meminta penilaianku melalui foto. Di sana aku melihat kalau dia pandai dalam menata barang, karena rumahnya pun sangat rapi dan nyaman untuk dipandang."Sara mengernyitkan alis. "Nyaman untuk dipandang?"Sara menyingsingkan lengan baju, lalu bangkit seraya meletakkan kedua belah tangan di pinggang."Aku akan membuatnya jauh lebih nyaman dipandang."Lagi-lagi sikap
Benar. Rion memang mengatakannya, tetapi dia sangat ingin sekali menarik kata-kata itu kembali. Dia tidak ingin Sara membuka hati untuk pria lain. Dia hanya ingin Sara menyukai dirinya seorang."Jadi, kau sudah memutuskannya?" tanya Rion."Memutuskan apa?""Bahwa kau akan bersama dengan pria tadi?""Kau sudah mengacaukannya.""Tadi pria itu mengatakannya sendiri kalau dia tidak akan menyerah padamu. Aku tidak akan mengganggu waktu kencan kalian lagi jika kau memang ingin bersamanya.""K—kenapa berubah pikiran begitu cepat?""Aku tidak berubah pikiran. Seperti yang aku katakan kalau kau bisa bersama pria lain jika dari mereka ada yang membuatmu bahagia. Setelah apa yang kau lalui selama ini, aku tidak ingin menghambat langkahmu di masa depan.""Kau sudah membuatku menunggu begitu lama. Saat kembali, apa tidak ada yang ingin kau lakukan untukku? Bukankah kau sendiri yang meminta diberi kesempatan. Aku belum melihat apa-apa darimu.""Maksudmu soal perjuanganku untuk mendapatkanmu? Aku su
Sara melihat sekeliling dengan gelisah, sedangkan pria di hadapannya agak bingung dan sejak tadi merasa berbicara sendiri. Sara sama sekali tidak fokus. Hal apa yang membuatnya begitu? Padahal, yang meminta waktu makan malam mendadak adalah Sara sendiri."Apa Anda tidak lapar?"Sara langsung tersentak. Dia melihat porsi santapannya yang tidak usak, hanya memotong-motong steak sampai berukuran kecil, sedangkan pria yang menjadi teman makan malamnya hampir selesai. Ternyata dia termenung dan tidak sadar kalau keadaan terus berlalu."Tidak. Saya akan menikmatinya sekarang."Sara berpikir selama itu, apakah peringatannya belum jelas? Rion tidak datang setelah dia menyebutkan di mana tempat dirinya akan makan malam bersama seorang pria.Apa akhirnya akan begini lagi? Rion tidak benar-benar tulus padanya, bahkan mengetahui kalau wanitanya akan pergi bersama pria lain tidak membuat Rion terusik."Setelah makan malam nanti, apa Anda memiliki waktu?""Ah, apa? Waktu?""Ya, waktu."Sara agak fr
Gista hanya ingin memberikan sedikit pelajaran pada Sara, karena perasaannya terluka oleh sikap wanita itu. Dia memikirkan tentang Rion, makanya tidak melakukan hal paling buruk yang bisa dia lakukan.Rion mencegahnya, di sisi lain Gista cukup senang dengan pemecatan lantaran dirinya bisa bekerja menjadi sekretaris pria itu. Jadi, dia pun tidak terlalu memiliki dendam di dalam hati.Hanya saja, mengingat bagaimana sombongnya Sara menariknya untuk mengambil kesempatan sampai pemilik perusahaan King sebenarnya datang. Rencana Gista berhasil dan dia tertawa puas.Sara melirik mantan sekretaris perusahaan Atkinson dengan tajam, tidak senang sudah dibohongi. Meskipun hanya dia yang berasumsi bahwa Gista adalah tamu undangannya. Dia seharusnya lebih teliti akan hal itu.Rion sama sekali tidak mengetahui rencana Gista, jadi cukup bingung melihat kekesalan di wajah Sara yang begitu tiba-tiba. Tidak sengaja melihat dokumen di atas meja, kemungkinan besar sudah dibaca oleh Sara.Apa ada yang sa
Sara memasuki gedung perusahaan dengan terburu-buru. Untuk sesaat dia lengah, karena berhasil mengalahkan perusahaan yang berada di bawahnya. Seharusnya dia tidak memberikan kesempatan bagi perusahaan lain untuk berkembang dan menjadi besar seperti sekarang."Apa itu perusahaan King? Bagaimana bisa dia menjadi pesaing perusahaan kakek?"Auris yang mengikuti dengan langkah yang sama cepatnya itu berkata, "Jika dibiarkan, kita akan tersusul oleh mereka.""Aku tidak akan membiarkannya."Mereka fokus mencari informasi mengenai perusahaan King, mempelajari lawan agar dapat mengatur strategi untuk bersaing. Sara sampai tidak tidur selama beberapa hari hanya untuk melakukan hal itu."Bagaimana bisa perusahaan baru berkembang begitu cepat? Kenapa tidak ada yang memberitahukan padaku soal ini?"Peserta rapat menundukkan kepala, tidak tahu harus berkata apa. Mereka dikumpulkan demi membahas soal pesaing yang tiba-tiba muncul. Tentu tidak ada yang dapat memprediksinya."Aku tahu kalau kalian mas
Sara cemberut, entah berapa panjangnya. Auris menghadapi pemandangan itu sejak berada di ruang kerja. Ponsel yang diperhatikan terus-menerus adalah saksi bisu atas kegelisahan seorang wanita menanti kabar sang kekasih."Dia tidak menghubungiku sama sekali, bahkan ketika aku mendiamkannya untuk beberapa lama. Aku jadi letih sendiri, akhirnya tidak bisa menahan rindu, dan menghubunginya. Tapi kali ini aku tidak akan begitu, karena ingin melihat kesungguhannya."Auris menggelengkan-gelengkan kepala. "Anda tahu kalau tuan Rion saat ini sedang melakukan kesungguhan itu."Sara memutar kursinya ke kanan dan ke kiri. Dia masih berpikir panjang dalam keadaan cemberut. "Meskipun begitu, setidaknya dia menghubungiku sekali saja.""Tuan Rion orang yang sangat sibuk, pasti tidak mudah baginya untuk membagi waktu."Sara bangkit, langsung menghadapi Auris dengan tatapan mencurigakan. "Kau selalu membelanya. Apa ada sesuatu di antara kalian yang tidak aku tahu?"Auris tertegun, berpikir bahwa perkata