Sara tidak pernah tahu kalau Rion bisa dalam segi memasak. Pria itu tampak lihai menggunakan pisau dan alat-alat dapur lain. Masakan yang disajikan pun sangat enak, membuat perut tidak laparnya menyisakan ruang kosong yang banyak."Bagaimana kau melatih dirimu? Aku tidak pernah melihatnya selama kita menikah. Jika dilihat dari jadwal pun, aku rasa kau adalah orang yang sangat sibuk.""Aku melatihnya setiap hari.""Setiap hari? Kau meluangkan waktu untuk melatih kemampuan memasakmu ini?""Ya. Aku singgah ke dapur perusahaan, terkadang ketika melakukan perjalanan luar kota dan menginap, aku juga menggunakan dapur."Itu adalah waktu di mana Sara tidak pernah bisa mengawasi sosok pria yang dulu pernah menjadi suaminya."Kenapa tidak pernah menggunakan dapur rumah?"Rion menatap wanita yang duduk di sebelahnya. "Aku tidak ingin mengusik tempatmu. Pelayan berkata kalau kau sering memarahi mereka jika salah meletakkan bumbu dapur saja."Muka Sara langsung memerah, tidak membantah perkataan i
Rion menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Sara. Wanita itu membuka mata perlahan, tampaknya terbangunkan oleh sedikit sentuhan yang lembut di pipi. Belum benar-benar terlelap sebenarnya, karena baru lima menit lalu mereka memutuskan untuk beristirahat.Sara memandangi mantan suaminya dengan tatapan penuh cinta. Dia tidak minum alkohol, akan tetapi entah kenapa rasanya seperti sedang mabuk. Apa itu karena wajah tampan Rion mendominasi pandangan mata?"Kau memikirkan apa sekarang?" tanya Sara penasaran.Rion menipiskan bibir, menyentuh hidung Sara dan berkata, "Memikirkanmu."Wajah Sara langsung merona merah meskipun bekas rasa malu masih tersisa karena hubungan intim yang mereka lalui."Apa kau orang yang berbicara terang-terangan seperti ini? Aku sangat malu sekarang.""Aku hanya menjawab pertanyaanku dengan jujur.""Tetap saja ...." Sara menggigit bibir."Seharusnya, aku tidak melakukan ini denganmu."Ekspresi Sara langsung berubah, rona merah di muka lambat-lambat dipudarkan
Sara tiba di perusahaan kakek Atkinson, menduduki kursi jabatan tertinggi di sana. Dia mengerjakan banyak hal di sana dalam rangka memperbaiki kinerja internal. Tidak ada waktu baginya untuk bersantai-santai, karena jadwalnya sangat sibuk. Dua minggu terakhir, dia sampai tidak sempat menghubungi Rion. Apa yang sedang dikerjakan pria itu sekarang?"Apa Gista sudah masuk bekerja?""Ya, sudah. Sejak dua hari yang lalu." Auris yang setia mendampingi itu berkata."Ada di mana dia sekarang?""Tadi kita tidak melihatnya setelah rapat selesai. Mungkin, dia sudah kembali ke tempatnya atau bisa jadi belum. Saya harus melihatnya terlebih dahulu.""Tidak perlu. Aku akan melihatnya sendiri."Sara keluar ruangan, celingak-celinguk mencari keberadaan Gista. Sang sekretaris terlihat sedang merapikan meja kerja, lantas dia segera menghampiri sambil melipatkan tangan di dada."Kau sudah masuk kerja rupanya."Gista tersentak, langsung menunduk hormat. "Selamat siang, Bu CEO. Saya tidak tahu kalau Anda d
Rion membuka pintu, langsung mendapati senyuman lebar seorang wanita. Dia tidak mengira kalau Sara akan datang begitu cepat, padahal mereka belum lama ini selesai menelepon. Apa Sara menelantarkan pekerjaannya untuk datang ke mari?Bukannya menyuruh masuk, justru Rion melipatkan tangan di dada. Dia menaikkan alisnya sebelah dan berkata, "Kau benar-benar sudah menyelesaikan pekerjaanmu? Aku tidak akan menerima dirimu di rumah ini jika belum."Sara tertawa kikuk. "Tentu saja, aku sudah menyelesaikannya sebelum datang ke mari. Jangan curiga begitu padaku.""Kau datang sendiri ke mari?""Y—ya, memangnya dengan siapa lagi aku harus datang?"Sikap Sara memang mencurigakan seolah memiliki sesuatu yang ingin ditutupi, tapi Rion tidak tahu itu apa. Dia pun mendorong mereka untuk berada di luar pintu rumah, sedangkan Sara terbengong-bengong."Aku datang untuk bertamu." Sara menegaskan. "Lalu, kenapa pintunya ditutup?""Katakan padaku, bagaimana kau menyelesaikan pekerjaanmu dalam waktu singkat?
Sara cemberut, entah berapa panjangnya. Auris menghadapi pemandangan itu sejak berada di ruang kerja. Ponsel yang diperhatikan terus-menerus adalah saksi bisu atas kegelisahan seorang wanita menanti kabar sang kekasih."Dia tidak menghubungiku sama sekali, bahkan ketika aku mendiamkannya untuk beberapa lama. Aku jadi letih sendiri, akhirnya tidak bisa menahan rindu, dan menghubunginya. Tapi kali ini aku tidak akan begitu, karena ingin melihat kesungguhannya."Auris menggelengkan-gelengkan kepala. "Anda tahu kalau tuan Rion saat ini sedang melakukan kesungguhan itu."Sara memutar kursinya ke kanan dan ke kiri. Dia masih berpikir panjang dalam keadaan cemberut. "Meskipun begitu, setidaknya dia menghubungiku sekali saja.""Tuan Rion orang yang sangat sibuk, pasti tidak mudah baginya untuk membagi waktu."Sara bangkit, langsung menghadapi Auris dengan tatapan mencurigakan. "Kau selalu membelanya. Apa ada sesuatu di antara kalian yang tidak aku tahu?"Auris tertegun, berpikir bahwa perkata
Sara memasuki gedung perusahaan dengan terburu-buru. Untuk sesaat dia lengah, karena berhasil mengalahkan perusahaan yang berada di bawahnya. Seharusnya dia tidak memberikan kesempatan bagi perusahaan lain untuk berkembang dan menjadi besar seperti sekarang."Apa itu perusahaan King? Bagaimana bisa dia menjadi pesaing perusahaan kakek?"Auris yang mengikuti dengan langkah yang sama cepatnya itu berkata, "Jika dibiarkan, kita akan tersusul oleh mereka.""Aku tidak akan membiarkannya."Mereka fokus mencari informasi mengenai perusahaan King, mempelajari lawan agar dapat mengatur strategi untuk bersaing. Sara sampai tidak tidur selama beberapa hari hanya untuk melakukan hal itu."Bagaimana bisa perusahaan baru berkembang begitu cepat? Kenapa tidak ada yang memberitahukan padaku soal ini?"Peserta rapat menundukkan kepala, tidak tahu harus berkata apa. Mereka dikumpulkan demi membahas soal pesaing yang tiba-tiba muncul. Tentu tidak ada yang dapat memprediksinya."Aku tahu kalau kalian mas
Gista hanya ingin memberikan sedikit pelajaran pada Sara, karena perasaannya terluka oleh sikap wanita itu. Dia memikirkan tentang Rion, makanya tidak melakukan hal paling buruk yang bisa dia lakukan.Rion mencegahnya, di sisi lain Gista cukup senang dengan pemecatan lantaran dirinya bisa bekerja menjadi sekretaris pria itu. Jadi, dia pun tidak terlalu memiliki dendam di dalam hati.Hanya saja, mengingat bagaimana sombongnya Sara menariknya untuk mengambil kesempatan sampai pemilik perusahaan King sebenarnya datang. Rencana Gista berhasil dan dia tertawa puas.Sara melirik mantan sekretaris perusahaan Atkinson dengan tajam, tidak senang sudah dibohongi. Meskipun hanya dia yang berasumsi bahwa Gista adalah tamu undangannya. Dia seharusnya lebih teliti akan hal itu.Rion sama sekali tidak mengetahui rencana Gista, jadi cukup bingung melihat kekesalan di wajah Sara yang begitu tiba-tiba. Tidak sengaja melihat dokumen di atas meja, kemungkinan besar sudah dibaca oleh Sara.Apa ada yang sa
Sara melihat sekeliling dengan gelisah, sedangkan pria di hadapannya agak bingung dan sejak tadi merasa berbicara sendiri. Sara sama sekali tidak fokus. Hal apa yang membuatnya begitu? Padahal, yang meminta waktu makan malam mendadak adalah Sara sendiri."Apa Anda tidak lapar?"Sara langsung tersentak. Dia melihat porsi santapannya yang tidak usak, hanya memotong-motong steak sampai berukuran kecil, sedangkan pria yang menjadi teman makan malamnya hampir selesai. Ternyata dia termenung dan tidak sadar kalau keadaan terus berlalu."Tidak. Saya akan menikmatinya sekarang."Sara berpikir selama itu, apakah peringatannya belum jelas? Rion tidak datang setelah dia menyebutkan di mana tempat dirinya akan makan malam bersama seorang pria.Apa akhirnya akan begini lagi? Rion tidak benar-benar tulus padanya, bahkan mengetahui kalau wanitanya akan pergi bersama pria lain tidak membuat Rion terusik."Setelah makan malam nanti, apa Anda memiliki waktu?""Ah, apa? Waktu?""Ya, waktu."Sara agak fr