"Apakah kau mengenal Adelard Maxwell?" tanya Leandra pada Kevin yang saat ini berada di kediamannya.
"Apakah yang kau maksud putra bungsu keluarga Maxwell?" Kevin balik bertanya.
"Benar."
"Kenapa kau menanyakan tentang pria itu? Apa kau tertarik padanya?" tanya Kevin hati-hati. Pria ini telah mengenal Leandra untuk waktu yang cukup lama, dan ia belum pernah melihat Leandra tertarik pada pria mana pun.
Ada banyak gosip yang menyebar tentang Leandra yang berkencan dengan berbagai pria, tapi semua itu tidak benar.
Kevin bahkan tahu bagaimana dinginnya Leandra terhadap lawan jenisnya. Leandra seperti tidak ingin terlibat hubungan apapun dengan pria. Ada banyak pria yang mencoba mendekati Leandra, tapi semuanya menyerah. Tidak ada yang bisa menaklukan hati Leandra.
Mendengar Leandra menanyakan tentang pria diluar tentang pekerjaan terasa sedikit mengejutkan untuk Kevin.
"Kau mengenalnya atau tidak?" Leandra menatap Kevin seksama.
Tatapan Leandra yang seperti ini terkadang membuat Kevin merasa ngeri. Leandra benar-benar tipe wanita dengan wajah menawan dan aura mengerikan.
"Aku tidak terlalu mengenalnya. Namun, aku pernah beberapa kali bertemu dengan pria itu di pesta. Tidak sulit mencari tahu tentang Adelard. Putra bungsu keluarga Maxwell itu tidak terjun ke dunia usaha melainkan menjadi seorang seniman jalanan. Pria itu sangat mencintai kebebasan. Dan mengenai kehidupan percintaannya, dia sama saja dengan pria-pria penerus keluarga elit.
Adelard bergonta-ganti pasangan layaknya mengganti pakaian. Dari yang aku dengar, dia akan mencampakan wanita setelah bosan. Aku rasa mungkin kau pernah melihat pria itu di berbagai majalah karena dia sering tertangkap berhubungan dengan model atau aktris," jelas Kevin berdasarkan pengetahuan yang ia miliki dan apa yang ia dengar di sekitarnya.
Adelard tidak begitu asing di mata Leandra karena beberapa kali rekan seprofesinya digosipkan berhubungan dengan pria itu.
Untuk pertemuan secara langsung, Leandra belum pernah bertemu dengan Adelard. Leandra bukan tipe orang yang menyukai pesta, ia lebih memilih menghindari acara-acara yang mungkin sering didatangi oleh pria-pria kaya seperti Adelard.
Bukan karena Leandra benci keramaian, tapi karena ia tidak suka bersosialisasi dengan orang lain. Ia tipe wanita yang tertutup dan tidak banyak bicara, jadi ketika ada orang asing yang mencoba untuk bicara dengannya ia cenderung bersikap acuh tak acuh.
"Apa kau memiliki informasi lebih banyak tentang pria itu?" tanya Leandra.
"Jika kau ingin mengetahuinya aku akan mencari tahunya," balas Kevin.
"Tidak perlu. Biar aku yang mencari tahu sendiri," seru Leandra.
"Kenapa kau ingin tahu tentang pria itu, Lean?" tanya Kevin. Ia sedikit penasaran.
"Pria itu mungkin penyebab kematian Xaviera."
"Apa?" Kevin berseru tidak percaya.
"Xaviera pernah menjalin hubungan dengan Adelard. Ada kemungkinan Xaviera bunuh diri karena dicampakan oleh Adelard."
Kevin diam sejenak. Ia sedikit terkejut mendengar kata-kata Leandra. Jika benar seperti yang Leandra katakan, maka Xaviera telah jatuh cinta pada orang yang salah.
"Apa yang ingin kau lakukan pada pria itu jika dia benar-benar penyebab Xaviera bunuh diri?" tanya Kevin setelah beberapa saat diam.
"Pria itu harus merasakan apa yang dirasakan oleh Xaviera. Patah hati hingga ingin mati," seru Leandra.
"Adelard bukan tipe pria yang sentimentil seperti itu, Leandra. Dia menjalin hubungan dengan wanita hanya karena kebutuhannya sebagai pria dewasa. Pria seperti Adelard tidak percaya pada cinta."
"Aku tidak percaya aku tidak mampu membuat pria itu jatuh cinta padaku, Kevin."
"Lean, jangan melibatkan dirimu dalam permainan seperti ini. Kau mungkin akan mengalami kekalahan."
"Leandra tidak diciptakan untuk sebuah kekalahan." Leandra menjawab dengan dingin. Yang ada di pikirannya saat ini hanya membalas dendam. Menginjak-injak perasaan Adelard di bawah kakinya.
Leandra sangat yakin bahwa Adelard akan bertekuk lutut padanya.
"Bagaimana jika kau jatuh cinta pada Adelard seperti yang terjadi pada Xaviera?" tanya Kevin cemas.
Kevin tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia sangat mengenal Leandra, jika wanita itu sudah bertekad maka tidak akan ada yang bisa mengubah pemikirannya.
"Kau sudah mendengar tentang Xaviera?" tanya seorang pria pada pria lainnya yang saat ini sedang menggoreskan kuasnya pada kanvas.
"Aku tidak terlibat apapun dengan kematiannya," seru pria yang tidak lain adalah Adelard. Pria berambut sebahu itu sudah mendengar tentang mantan kekasihnya yang melakukan aksi bunuh diri.
"Namamu ikut terseret dalam kematiannya, Adelard. Entah bagaimana hubunganmu dan Xaviera yang sudah beberapa bulan berakhir kini menjadi bahan pembicaraan."
"Aku tidak begitu peduli akan hal itu, Travis. Terserah bagaimana orang ingin berkata. Aku tidak harus meladeni mereka."
"Kau tidak ingin memberikan klarifikasi?" tanya Travis yang merupakan sepupu Adelard.
"Tidak," balas Adelard singkat.
Travis menatap seksama sepupunya, jika ia yang jadi bahan pembicaraan orang lain sudah pasti ia akan murka. Adelard memang terlalu tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan di belakangnya.
Travis melihat ke jam tangannya, pria yang mengenakan setelan rapi itu kemudian bangkit dari tempat duduknya. "Aku akan kembali ke perusahaan sekarang."
Adelard hanya membalas dengan dehaman, lalu sepupunya itu keluar dari galeri seni miliknya yang tidak begitu besar untuk ukuran anak pengusaha sukses seperti dirinya.
Seperginya Travis, Adelard tetap melanjutkan kegiatannya, tidak terganggu sama sekali dengan yang terjadi saat ini karena yang seharusnya bertanggung jawab atas kematian Xaviera bukanlah dirinya, tapi orang lain.
Adelard tahu benar siapa orang yang berhubungan dengan Xaviera setelah ia mengakhiri hubungannya dengan Xaviera. Dan sialnya, orang itu adalah kakak kandungnya sendiri.
Bagaimana bisa Adelard menjelaskan pada orang lain bahwa pria yang membuat Xaviera mengakhiri hidupnya adalah kakaknya yang saat ini sudah menikah dan sudah memiliki satu orang putra.
Nama besar keluarga Maxwell akan hancur karena skandal perselingkuhan kakaknya. Bukan hanya itu, keponakannya yang masih berusia enam tahu akan menjadi korban.
Di sini Adelard menyalahkan Xaviera, wanita itu sudah tahu bahwa kakaknya memiliki istri tapi tetap saja mau menjalin hubungan dengan kakaknya.
Jika Xaviera bunuh diri karena dicampakan oleh kakaknya itu adalah kesalahan Xaviera sendiri. Wanita itu terlalu banyak berharap pada pria yang sudah beristri.
Adelard bukan orang suci, tapi dia cukup memiliki moral untuk tidak mengusik rumah tangga orang lain. Dengan wajah tampannya, wanita yang sudah bersuami pun akan rela meninggalkan suami mereka untuk bisa berhubungan dengannya, tapi Adelard memiliki prinsip ia tidak akan pernah berhubungan dengan kekasih orang lain apalagi istri orang lain.
Ia menganggap Xaviera adalah wanita yang bodoh. Bodoh karena memilih mati hanya karena dicampakan. Di dunia ini ada banyak pria bukan hanya kakaknya saja, dengan wajah cantik yang Xaviera miliki wanita itu bisa mendapatkan pria lajang dari kalangan atas.
Ponsel Adelard berdering. Pria itu menghentikan kegiatannya dan menjawab panggilan itu.
"Ada apa?" tanya Adelard tanpa b**a basi.
"Aku ingin meminta maaf padamu karena kau terseret ke dalam kasus kematian Xaviera."
"Kau rupanya tahu cara meminta maaf setelah membuat kesalahan." Adelard mencibir orang yang menghubunginya.
"Aku meminta maaf karena membuat kau terlibat dalam urusan pribadiku, Adelard. Tapi, aku tidak menyesali apa yang sudah aku perbuat. Jatuh cinta bukan sebuah kesalahan."
"Salah, salah karena kau jatuh cinta di waktu yang tidak tepat!" seru Adelard kesal.
"Kau tidak akan mengerti sampai kau benar-benar jatuh cinta pada seorang wanita, Adelard. Dengar, cinta itu tidak bisa dikendalikan."
"Terserah kau saja. Lagipula semuanya sudah berakhir. Aku tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan tentangku jadi kau tidak perlu memikirkan aku."
"Kau benar, semuanya sudah berakhir." Nada suara kakak Adelard terdengar hampa.
"Berhenti memikirkan orang yang sudah tiada. Pikirkan anak dan istrimu yang sudah kau khianati!" tegur Adelard. Terkadang Adelard sangat ingin meninju kakaknya. Apa sebenarnya yang ada di otak pria yang ia kenal cerdas itu ketika melakukan perselingkuhan.
Selama ini ia mengenal kakaknya sebagai pria yang bertanggung jawab dan setia, tapi apa yang sudah kakaknya lakukan membuat penilaiannya berubah. Pada akhirnya kakaknya tetap tergoda oleh wanita lain meski sudah memiliki istri.
"Aku akan mengakhiri panggilan ini. Terima kasih sudah berkorban untuk keluarga Maxwell."
Adelard tidak menjawab, ia hanya membiarkan kakaknya memutuskan sambungan telepon itu.
Pria itu menghembuskan napas gusar. Sepertinya kakaknya benar-benar jatuh cinta pada Xaviera, dan sekarang pria itu pasti merasa kehilangan Xaviera.
Bagaimana bisa kakaknya jatuh cinta untuk yang kedua kalinya pada wanita yang berbeda. Adelard tidak mengerti cara orang mencintai.
Ayahnya mencintai ibunya yang sudah tiada sampai saat ini. Pria itu tidak menikah lagi padahal ketika ibunya sudah tiada usia sang ayah baru tiga puluhan tahun. Dengan usia muda seperti itu ayahnya bisa menikah lagi, tapi ayahnya malah memilih menjaga cinta untuk wanita yang sudah pergi.
Adelard bukannya menyalahkan ayahnya yang terlalu setia, tapi hidup dalam kesepian seperti itu hanya menyiksa diri sendiri. Seharusnya ayahnya membuka hati untuk wanita lain.
Yang sudah pergi tidak akan kembali. Namun, yang ditinggalkan harus tetap melanjutkan hidup. Bangkit dan bahagia, bukan tetap terkurung dalam kehilangan dan kesepian.
Adelard menghela napas sekali lagi. Sudahlah, untuk apa ia memikirkan hal seperti ini. Yang pasti mencintai diri sendiri lebih baik daripada mempercayakan hati pada orang lain. Ditinggal mati atau dikhianati, Adelard tidak ingin merasakan hal seperti itu.
tbc
"Leandra, kau perlu istriahat." Alice menatap Leandra khawatir. Sudah tiga hari berlalu dan Leandra bekerja tanpa henti. Wanita itu mempercepat segalanya.Alice pikir Leandra mungkin sedang ingin mengalihkan kesedihannya karena kepergian Xaviera dengan menyibukan diri dalam pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari ke depan, dikerjakan oleh Leandra lebih cepat.Jadwal pemotretan, jadwal syuting, Leandra meminta Alice untuk mengaturnya ulang. Leandra berpindah-pindah tempat entah berapa kali dalam sehari. Wanita itu tampak seperti orang yang gila bekerja."Aku akan mengambil libur selama satu minggu ke depan, jadi aku harus menyelesaikan semua pekerjaan dalam minggu-minggu ini," seru Leandra."Kau ing
Pantai, senja dan langit jingga, hal ini bukan sesuatu yang baru bagi Adelard. Entah sudah berapa banyak ia melukis pemandangan indah itu, tapi ia tidak pernah mendapatkan kepuasan. Ia merasa ada yang kurang dari keindahan tiga hal itu.Dan kali ini Adelard tahu apa yang kurang. Ia tidak pernah menemukan model yang tepat untuk mengisi pemandangan itu. Tidak seperti sekarang, Adelard melihat seorang wanita mengenakan dress berwarna putih tanpa lengan yang tengah melihat ke arah matahari tenggelam.Wanita itu tampak begitu menikmati apa yang disuguhkan di depannya. Seolah saat ini tidak ada hal lain yang lebih menarik dari sang surya yang akan kembali ke tempatnya.Adelard tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Ia segera meletakan peralatan melukisnya dan mulai mengabadikan pemandangan s
Po sisa empat hari lagi ya, Gaes. Yang mau ikutan PO bisa wa aku di 085788190001. Kuy, cetakan terbatas.**********"Kau baik-baik saja, Adelard?" Rekan Adelard yang menyusul Adelard bertanya pada Adelard. Pria itu tampak memperhatikan wajah Adelard lalu berpindah ke kaos yang Adelard kenakan."Aku baik-baik saja," balas Adelard. Ia melihat ke kaosnya. "Aku akan mengganti pakaianku.""Baiklah. Aku akan menunggumu di lobi," balas Kane, rekan Adelard. Mereka masih memiliki acara lain setelah makan di restoran. Kane akan membawa Adelard ke sebuah club malam, pria itu telah menyiapkan hadiah sebagai sebuah balasan karena Adelard mau bergabung di pameran yang ia buat.
Hari ini close po ya, Geng. Yang masih mau Sleeping With The Enemy versi cetaknya bisa wa aku 085788190001 yes.********"Leandra Katharina." Adelard menggumamkan nama itu sembari melihat nomor ponsel Leandra yang tertera di layar ponselnya. Senyum tercetak di wajah pria tampan itu tanpa ia sadari.Ia tidak pernah merasa sebahagia ini hanya karena mendapatkan nomor ponsel seorang wanita. Adelard sedikit menertawakan betapa konyolnya ia saat ini.Adelard meletakan ponselnya di meja, tepat di sebelah majalah yang tak pernah ia lihat sebelumnya meski posisi benda
"Kau ingin memesan apa?" tanya Adelard. Ia menatap ke iris mata Leandra yang memikat."Menu utama hari ini saja.""Baiklah kalau begitu," balas Adelard.Ia kemudian memesankan makanan pada pelayan yang berdiri di sebelah Adelard. "Nona, kau mendengarkan ucapanku?" seru Adelard pada pelayan yang pikirannya entah sedang berada di mana sekarang.Wajah pelayan itu tampak terkejut. Ia segera meminta maaf. "Tolong sebutkan lagi pesanan Anda, Tuan."Adelard menyebutkan kembali pesanannnya, lalu setelah itu sang pelayan segera pergi sembari merutuki kebodohannya. Tapi, itu bukan salahnya, salahkan saja wajah pelanggan itu yang terlal
Adelard menunggu Leandra di lobi hotel. Pria itu hari ini tampak mengenakan kaos polos berwarna abu-abu tua serta jaket kulit dipadu dengan celana jeans berwarna hitam dilengkapi dengan sneakers berwarna gelap.Pria itu tampak lebih muda dari umurnya dengan pakaian yang ia kenakan saat ini. Sudah bukan hal aneh lagi jika ia menjadi pusat perhatian hanya dengan pakaian santainya itu.Menunggu beberapa menit, Adelard menemukan sosok Leandra yang saat ini keluar dari lift. Senyum di wajah Adelard mengembang. Saat ini Leandra mengenakan dress pas badan berwarna hitam dipadu dengan coat berwarna senada berbenturan dengan kulitnya yang seputih salju.Rambut cokelat gelap Leandra dibiarkan tergerai dengan indah. Wajahnya disapu dengan
“Tuan Muda, Anda datang.” Seorang pria paruh baya menyambut kedatangan Adelard. Mata pria itu beralih pada Leandra. Selama ia menjaga villa itu tidak pernah ada wanita yang dibawa ke sana oleh tuan mudanya.“Apa kabar, Paman John?” Adelard sedikit berbasa-basi.“Saya sangat baik, Tuan.”“Ah, benar, perkenalkan ini Leandra.” Adelard memperkenalkan Leandra pada Jhon.Keduanya kemudian saling menyapa dengan sopan. “Aku dan Leandra akan berada di sini untuk beberapa waktu, Paman. Paman bisa pergi sekarang, aku akan menghubungimu jika aku membutuhkan sesuatu.”“Baik, Tuan muda. Kalau begitu saya permisi.” Jhon kemudian meninggalkan villa.“Leandra, ayo masuk.” Adelard mengajak Leandra untuk masuk ke dalam villa bernuansa putih itu.Mungkin sudah sepuluh tahun lamanya Adelard tidak mengunjungi tempat ini. Biasanya ketika
Leandra tidak keluar dari kamarnya setelah ia selesai mandi. Wanita ini memeriksa ponselnya, seperti yang diharapkan dari para penggosip. Terdapat banyak foto dirinya dan Adelard di restoran.Ribuan komentar jahat menyerangnya. Menyebutnya sebagai perusak hubungan orang lain. Perempuan murahan dan lainnya.Tidak ingin membaca lebih banyak, Leandra meletakan ponselnya di nakas. Belum lima detik ponsel itu kembali berdering. Leandra meraih ponselnya lagi, melirik layarnya malas. Kevin. Pria itu pasti akan mengocehinya."Kau pembohong kecil! Katakan padaku apa maksud semua artikel yang saat ini menyebar!" Kevin langsung menyerang Leandra dengan kata-kata tidak sabarannya."Kemarin kau terdengar seperti mendiang kakekku, dan seka
Hari ini semua anggota keluarga Maxwell telah berkumpul di kediaman ayah Adelard. Di sana juga ada Alvaro yang telah keluar dari rumah sakit satu minggu lalu. Pria itu sudah mulai beraktivitas. Leandra tidak lagi membenci Alvaro. Ia sudah mengetahui dari Adelard bahwa Alvaro sangat mencintai Xaviera dan tidak pernah berniat menyakiti Xaviera. “Malam ini aku ingin memberitahukan pada kalian semua bahwa aku dan Leandra akan segera menikah.” Adelard memberitahu keluarga besarnya. Kali ini kakek dan nenek Adelard benar-benar menerima Leandra. Ia sudah cukup sadar atas apa yang mereka perbuat pada cucu tertua mereka dan tidak ingin mengulangi hal yang sama lagi.“Selamat untuk kalian berdua.” Ayah Adelard ikut senang untuk putranya. Anggota keluarga Maxwell yang lain juga memberikan selamat.Kali ini orang-orang itu tidak bisa lagi meremehkan Leandra karena mereka sudah tahu siapa sebenarnya Leandra. “Dan satu lagi, saat ini
Leandra berjemur di taman rumah sakit. Wanita itu kini mengenakan pakaian rumah sakit dengan infus di tangannya. Ia duduk sembari memperhatikan beberapa orang di taman itu. Leandra memegangi perutnya, ia masih tidak menyangka ada malaikat kecil di dalam tubuhnya.“Kita akan menjalani hidup dengan bahagia, Sayang. Jika ayahmu tidak menginginkanmu nanti maka kau akan memiliki ibu di sisimu yang akan mencintaimu dengan sepenuh hati.” Leandra bicara dengan lembut pada anaknya.Leandra sudah memutuskan, ia akan memberitahu Adelard mengenai janin yang ia kandung. Ia tidak tahu apakah Adelard akan menginginkan anak itu atau tidak, tapi apapun tindakan Adelard ia tetap akan melahirkan anaknya.Di sisi lain taman, Adelard menyaksikan Leandra yang duduk di bangku taman. Ia tidak tahu sama sekali jika Leandra dirawat di rumah sakit. Ia tidak pernah memerintahkan pengawalnya untuk memberikan kabar mengenai Leandra. Ia hanya ingin pengawalnya menjaga Leandr
Adelard benar-benar muak melihat sandiwara Sandra. Ia menunjukan rekaman pada Sandra. “Bisa kau jelaskan padaku apa maksud semua ini?”Wajah Sandra memucat. Sial! Ia benar-benar tertangkap tangan. “Aku, aku tidak melakukan apapun. Sungguh.”Adelard tidak percaya bahwa Sandra akan menyangkal sampai akhir. “Kenapa kau melakukan ini pada Kak Alvaro? Dia suamimu!” Sandra benci dengan semua orang yang ada di ruangan ini. Mereka semua menyalahkannya padahal di sini Alvaro lah yang menyebabkan ia seperti ini. Raut wajah Sandra berubah drastis. Kini ia menunjukan sisi iblis di dalam dirinya yang tersimpan dengan rapi. Wanita itu tertawa sumbang. “Kau bertanya kenapa aku melakukan ini? Itu semua karena kakakmu adalah pria bajingan! Dia mengkhianatiku dengan mantan kekasihmu, Xaviera! Dia bahkan memiliki hampir memiliki anak dengan pelacur itu!” Sandra tidak lagi bersandiwara. Semua orang juga sudah melihat wajahnya yang as
Adelard kembali ke apartemennya dengan selamat. Pria itu menyetir dalam keadaan setengah sadar. Dan ia cukup beruntung karena tidak mengalami hal buruk.Ketika ia keluar dari lift, ia berjalan terhuyung lalu terjatuh di lantai.“Adelard!” Leandra yang menunggu Adelard segera berlari ke arah Adelard. Bau alkohol tercium kuat dari tubuh Adelard. Adelard mengangkat wajahnya, menatap Leandra dengan tatapan terluka dan hancur. “Lepaskan aku!”“Biar aku bantu. Ayo berdiri.”“Kenapa kau datang ke sini? Apa kau ingin melihat bagaimana aku hancur karenamu? Apa kau tidak puas jika tidak menyaksikan dengan kedua matamu?” Adelard meluapkan kemarahannya.Leandra menggigit bibirnya, hatinya begitu sakit sekarang. Dahulu ia memang ingin melihat Adelard hancur, tapi sekarang ia tidak menginginkan itu. “Ayo berdiri.”“Kenapa kau begitu kejam padaku, Leandra. Aku mencintaimu. Aku sangat ingin m
Sandra mengemudikan mobilnya menuju ke makam Xaviera. Wanita itu masih menyimpan kebencian pada Xaviera bahkan setelah Xaviera tiada. Ia keluar dari mobilnya, menatap makam Xaviera dingin. “Kau seharusnya tidak pernah hadir dalam hidupku dengan Alvaro, Xaviera. Karena kau aku bahkan harus menyingkirkan suamiku sendiri. Kau lah yang harus disalahkan atas apa yang menimpa Alvaro saat ini.” Sandra menyalahkan Xaviera.“Aku tidak pernah dikalahkan oleh orang lain, dan aku benci kekalahan. Sekarang aku sudah menang dari kalian berdua. Aku berhasil menyingkirkan kau dan Alvaro.” Ia berkata dengan bangga. Sandra terbiasa dijadikan ratu sejak kecil. Dimanja oleh orangtuanya membuat ia memiliki kepribadian yang buruk. Namun, ia menyembunyikan semua kepribadiannya itu dengan baik. Ia membuat semua orang melihatnya sebagai putri dari keluarga kaya raya yang memiliki hati yang lembut dan bersih. Tidak ada yang tahu betapa kotor dan liciknya Sandra.
Leandra menatap Alvaro yang saat ini terbaring tak berdaya di ranjang. Ia memang tidak ingin melihat Alvaro lagi, tapi ia juga merasa sakit melihat Alvaro seperti ini, itu semua karena Alvaro adalah orang yang penting bagi Adelard. Leandra memeluk Adelard, entah bagaimana ia harus menghibur pria itu. “Tidak apa-apa menangis jika kau sedih, Adelard.” Leandra tahu Adelard menahan air matanya sejak tadi.Ucapan Leandra membuat Adelard tidak bisa membendung air matanya lagi. Pria itu menangis dalam diam untuk beberapa saat, mengeluarkan rasa sakit di dalam hatinya yang begitu menyiksanya.Setelah beberapa saat, Adelard berhenti menangis. Namun, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ia hanya melihat wajah kakaknya yang terdapat beberapa luka di sana.Beberapa alat kedokteran menempel di tubuh kakaknya. Ia tidak pernah menyangka sama sekali bahwa ia akan melihat kakaknya dalam kondisi tidak berdaya seperti ini.Adelard menjaga kakaknya sampai pag
Leandra berada di sebuah studio tempat proses casting tengah berlangsung. Di depannya ada sutradara, produser serta penulis novle yang karyanya akan difilm kan. Leandra selalu mengambil jalur yang adil untuk sebuah peran. Ia sering mendapatkan tawaran menjadi pemeran utama tanpa harus melakukan casting, tapi Leandra tidak ingin ada orang lain yang mengkritiknya, jadi ia mengambil jalur yang juga dilalui oleh orang banyak. Meski pada kenyataannya orang-orang masih saja tidak menyukainya dan menyebutnya mendapatkan peran penting dalam sebuah film karena ia memiliki seseorang di balik layar. Leandra telah selesai memerankan karakter wanita yang memiliki watak tidak jauh berbeda dengannya.“Sudah aku katakan, Leandra sangat cocok untuk karakter dari novelku. Dia benar-benar melebihi perkiraanku.” Penulis novel merasa sangat puas dengan akting Leandra. Sejak awal ia sudah mengatakan pada produser dan sutradara bahwa ingin Leandra yang menjadi peme
Pembicaraan Alvaro dan Leandra kemarin belum selesai, jadi Alvaro meminta untuk bertemu dengan Leandra lagi.“Apa lagi yang ingin Anda bicarakan?” Lendra menatap Alvaro dingin. “Pembicaraan kita belum selesai kemarin, Leandra.” Alvaro tidak tersinggung dengan sikap Leandra, ia memang pantas mendapatkannya karena telah membuat Xaviera mengakhiri hidupnya. “Adelard tidak terlibat apa-apa dalam kematian Xaviera. Aku harap kau tidak mempermainkan perasaannya.”“Anda ternyata sangat menyayangi adik Anda. Lalu bagaimana dengan Xaviera, apakah Anda pernah berpikir bagaimana perasaannya dipermainkan oleh Andra?”“Leandra, aku tidak pernah mempermainkan Xaviera. Aku mencintainya.”“Omong kosong! Jika Anda mencintai Xaviera maka Anda tidak akan mendorong Xaviera pada kematian. Apakah Anda pikir Xaviera adalah wanita yang bisa Anda datangi sesuka hati lalu dibuang ketika tidak dibutuhkan lagi! Jika itu
Leandra pergi ke sebuah bar yang ada di pusat kota. Apa yang ia ketahui hari ini membuat ia merasa buruk. Ternyata selama ini ia telah salah menilai Adelard. Bukan Adelard pria yang membuat Xaviera bunuh diri, tapi Alvaro.Ia telah membenci seseorang yang salah selama ini. Ia nyaris saja melakukan hal yang sama seperti yang Alvaro lakukan pada sahabatnya.Kini Leandra benar-benar mengerti kenapa Xaviera tidak pernah menceritakan apapun padanya mengenai kisah cintanya. Itu karena Xaviera mencintai suami wanita lain. Dan hubungan keduanya disembunyikan.Leandra kini tidak tahu harus menyalahkan siapa. Xaviera tidak seharusnya jatuh cinta pada Alvaro yang sudah memiliki keluarga. Sejak awal Alvaro sudah tidak bisa ia miliki sepenuhnya, tapi Xaviera masih terus menjalin hubungan dengan pria itu.Xaviera merupakan wanita yang sangat cerdas, Leandra tahu benar hal itu. Namun, kenapa Xaviera harus memilih menjadi orang ketiga di dalam hubungan orang lain?Tidak aka