Pantai, senja dan langit jingga, hal ini bukan sesuatu yang baru bagi Adelard. Entah sudah berapa banyak ia melukis pemandangan indah itu, tapi ia tidak pernah mendapatkan kepuasan. Ia merasa ada yang kurang dari keindahan tiga hal itu.
Dan kali ini Adelard tahu apa yang kurang. Ia tidak pernah menemukan model yang tepat untuk mengisi pemandangan itu. Tidak seperti sekarang, Adelard melihat seorang wanita mengenakan dress berwarna putih tanpa lengan yang tengah melihat ke arah matahari tenggelam.
Wanita itu tampak begitu menikmati apa yang disuguhkan di depannya. Seolah saat ini tidak ada hal lain yang lebih menarik dari sang surya yang akan kembali ke tempatnya.
Adelard tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Ia segera meletakan peralatan melukisnya dan mulai mengabadikan pemandangan sempurna di depannya.
Gaun wanita itu berkibar karena tiupan angin begitu juga dengan rambut cokelat gelapnya. Semakin lama wanita itu semakin tenggelam dalam lamunannya.
Setelah matahari benar-benar tenggelam wanita itu membalik tubuhnya, tidak ada lagi yang bisa ia lihat jadi tidak ada alasan baginya untuk bertahan di sana.
Adelard yang sudah selesai melukis keindahan di balik keindahan melihat wajah sang wanita yang tadi hanya ia lihat dari samping.
Wajah itu tidak begitu asing di mata Adelard, tapi ia tidak yakin jika ia mengenal wanita itu. Adelard mencoba mengumpulkan ingatannya, tapi ia tidak menemukan di sudut mana ia melihat wanita itu.
Mengenyahkan pemikirannya, Adelard kembali pada lukisannya. Pria itu kini merasa puas. Inilah yang ia cari, keindahan yang sempurna.
Sementara itu wanita yang dilukis oleh Adelard saat ini terus melangkah dengan wajahnya yang tampak begitu dingin. Wanita itu tidak lain adalah Leandra.
Seperti yang ia katakan, ia akan membuat sebuah pertemuan yang tidak disengaja dengan Adelard. Tidak sulit bagi Leandra melakukan sandiwara karena ia telah menjalani berbagai peran dalam hidupnya. Bedanya hanyalah, Leandra yang akan menulis skenarionya. Dengan akhir yang sudah ia tentukan sendiri.
Leandra kembali ke hotel yang sudah ia sewa selama ia berada di California. Hotel yang sama yang juga dipesan oleh Adelard.
Ponsel Leandra berdering. Panggilan masuk dari manajernya. Ia segera menjawab panggilan itu dengan wajahnya yang tanpa emosi.
"Kau pergi ke mana, Leandra?" tanya Alice cemas. Wanita itu memiliki kartu kamar Leandra, ia terkejut ketika ia masuk ke dalam sana sudah tidak ada lagi barang-barang Leandra di sana.
"Aku berada di California sekarang."
"Kau gila! Kenapa tidak memberitahuku dahulu!" Alice bersuara marah.
"Aku tidak ingin mengganggu pekerjaanmu." Saat Leandra pergi, Alice sedang menemui beberapa orang penting yang ingin membuat kontrak pekerjaan dengan mereka. Leandra selalu mempercayakan hal semacam itu pada Alice. Tawaran apapun yang disetujui oleh Alice, Leandra tidak akan pernah mengeluhkannya. Sebesar itulah rasa percaya Leandra terhadap Alice.
"Kau membuatku takut, Leandra. Jangan pernah melakukan hal seperti ini lagi. Atau aku tidak akan pernah memaafkanmu!" Alice mengkhawatirkan Leandra, ia takut jika hal buruk menimpa model kesayangannya itu.
"Aku mengerti. Aku akan istirahat sekarang. Kau juga istirahatlah."
Alice menghela napas berat. Ia sudah terbiasa menghadapi tempramen Leandra yang seperti ini, tapi tetap saja terkadang ia merasa kesal. Leandra sering melakukan sesuatu yang akan membuatnya terkena serangan jantung.
"Baiklah. Kabari aku jika terjadi sesuatu padamu. Semoga liburanmu menyenangkan."
"Terima kasih, Alice. Sampai jumpa."
"Sampai jumpa, Lean."
Leandra memutuskan panggilan telepon itu. Kemudian ia berdiri di tepi dinding kaca raksasa yang menghadap langsung ke laut. Mata Leandra menatap lurus ke depan, melamun dengan pikirannya yang terbang entah ke mana.
Laut memiliki banyak kenangan bagi Leandra. Ketika orangtuanya masih hidup mereka sering bepergian ke tempat-tempat yang memiliki pemandangan laut yang indah.
Leandra menyukai semua hal tentang laut. Entah itu pantai, airnya yang jernih, suara deburan ombak, aroma laut yang menenangkan atau makanan laut yang lezat.
Setiap kenangan bersama orangtuanya menjadi sesuatu yang berharga sekaligus menyakitkan bagi Leandra. Kenangan yang hanya bisa ia ingat tanpa bisa diulang kembali.
Ada rasa sakit di dada Leandra. Kehilangan memang menyisakan rasa sakit yang tidak akan pernah ada habisnya. Terkadang Leandra tidak ingin mengunjungi lautan karena hal itu pasti akan membuatnya mengingat orangtuanya.
Pada akhirnya hanya ia satu-satunya yang akan tersakiti karena kenangan itu.
Saat kegelapan mulai merenggut keindahan lautan dari mata Leandra, wanita itu segera membalik tubuhnya. Ia pergi ke kamar mandi, berendam di dalam jacuzzi yang telah diisi dengan air hangat yang ditetesi oleh aroma essensial yang menenangkan.
Perlahan Leandra mulai merasa nyaman. Ia memejamkan matanya, menikmati rasa hangat yang membungkus tubuhnya.
Sementara itu, di hotel yang sama dengan ruangan yang berbeda. Adelard juga tengah membersihkan dirinya. Pria itu berdiri di bawah guyuran air, kedua telapak tangannya menempel di dinding. Tubuhnya yang sedikit kecoklatan tampak begitu menggoda dalam keadaan basah seperti ini.
Mata pria itu tertutup, satu tangannya terangkat menyisir surai cokelat gelapnya. Bayangan wanita yang ia lukis beberapa saat lalu berputar di benaknya.
Adelard membuka matanya, menyudahi hal yang tidak biasa terjadi padanya itu. Adelard telah berhubungan dengan banyak wanita, ia tidak akan repot untuk menghitungnya. Namun, tidak ada satupun dari mereka yang melekat di otaknya.
Pria itu mematikan shower, lalu ia meraih handuk dan melilitkannya di pinggangnya yang kokoh. Adelard keluar dari kamar mandi. Mengenakan kaos lengan panjang berwarna hitam yang menutupi sampai ke lehernya dipadu dengan celana panjang berwarna senada.
Adelard duduk di sofa, di atas meja terdapat sebuah majalah yang menampilkan Leandra sebagai sampulnya, tapi Adelard tidak melihat ke arah majalah itu. Ponselnya lebih dahulu mendapatkan perhatiannya.
"Aku akan segera turun," seru Adelard. Ia baru saja dihubungi oleh rekannya. Si penyelenggara pameran yang mengundang dirinya untuk ikut dalam pameran karya seni yang akan diadakan dalam tiga hari lagi.
Keluar dari kamar hotelnya, Adelard pergi ke sebuah restoran yang ada di depan hotel.
Seorang pria melambaikan tangannya pada Adelard, langkah kaki Adelard langsung mengarah pada pria itu.
"Silahkan duduk, Adelard." Pria dengan setelan rapi yang melambaikan tangan pada Adelard tadi mempersilahkan dengan ramah. "Bagaimana perjalananmu ke sini?" tanyanya setelah Adelard duduk.
"Berjalan dengan lancar."
"Aku benar-benar menyesal karena tidak bisa menjemputmu di bandara."
"Tidak perlu kau pikirkan. Aku tidak mempermasalahkan hal itu," balas Adelard santai.
Pria di depan Adelard tersenyum lega. "Aku akan mentraktir makan malam kali ini," serunya.
Adelard tidak membalas. Pria itu melihat ke sekitarnya. Restoran dengan pemandangan laut malam. Tempat seperti ini memang paling ramai didatangi oleh orang. Namun, restoran yang ia datangi saat ini tidak bisa didatangi oleh sembarang orang, hanya tamu-tamu berdompet tebal yang bisa datang ke tempat itu.
Pelayan datang membawa makanan yang sudah dipesan oleh kenalan Adelard. Hidangan laut menjadi menu utama restoran itu.
Saat Adelard sibuk menyantap makanannya, Leandra datang ke restoran itu. Ia mengenakan dress berwarna hitam dengan rambut indahnya yang ia ikat tinggi menjadi satu. Membiarkan leher angsanya menarik perhatian lawan jenisnya.
Leandra mengambil tempat duduk beberapa meja dari Adelard. Ia memesan minuman hangat dan cemilan. Wanita itu tampak tidak mempedulikan sekitarnya, beberapa pria saat ini tengah menatap ke arahnya begitu juga dengan sejumlah wanita yang mengutuk Leandra. Menyebut wanita itu sebagai rubah. Mereka tidak suka karena Leandra menarik perhatian pasangan mereka.
Beberapa saat berlalu, Adelard memiringkan wajahnya. Tatapannya menangkap sosok Leandra yang tengah menyesap minumannya.
"Wanita itu." Adelard tidak mungkin melupakan wajah wanita yang menjadi model di lukisannya.
Saat Adelard hendak berdiri ingin menghampiri Leandra, Leandra telah lebih dahulu bangkit dan meninggalkan meja dengan tenang.
"Tunggu!" Adelard berseru pada Leandra, tapi Leandra berpura-pura tidak mendengar.
Adelard masih menyusul Leandra, tapi seorang pelayan tanpa sengaja menabrak Adelard. Membuat kaos yang Adelard pakai menjadi kotor.
Pelayan yang menabrak Adelard merasa cemas. Ia segera meminta maaf pada Adelard, tapi Adelard mengabaikan pelayan itu dan fokus mengejar Leandra, tapi ia kehilangan Leandra di depan hotel.
"Sial!" Adelard mengumpat. Ia melihat ke sekelilingnya mencari sekali lagi keberadaan Leandra.
Leandra yang masuk ke sebuah tempat menatap Adelard yang masih tampak mencarinya. Wajah wanita itu tampak sangat dingin, sorot matanya menunjukan kebencian yang mendalam.
Ketika Adelard sudah pergi, Leandra baru keluar dari tempat persembunyiannya.
Leandra akan membuat Adelard penasaran terhadapnya hingga pria itu tidak bisa melupakannya. Leandra tidak bermain sulit didapatkan pada Adelard, ia hanya akan membuat pria itu sedikit berusaha lalu kemudian ia akan menerima Adelard.
Membangun sebuah hubungan yang penuh cinta, tapi setelahnya Leandra akan membuat Adelard menyadari bahwa segalanya hanyalah kepalsuan.
Leandra akan mengakhiri hubungan mereka dengan cara yang paling menyakitkan. Bukankah puncak dari cinta adalah kesetiaan? Leandra akan mematahkan hati Adelard dengan pengkhianatan!
tbc
Po sisa empat hari lagi ya, Gaes. Yang mau ikutan PO bisa wa aku di 085788190001. Kuy, cetakan terbatas.**********"Kau baik-baik saja, Adelard?" Rekan Adelard yang menyusul Adelard bertanya pada Adelard. Pria itu tampak memperhatikan wajah Adelard lalu berpindah ke kaos yang Adelard kenakan."Aku baik-baik saja," balas Adelard. Ia melihat ke kaosnya. "Aku akan mengganti pakaianku.""Baiklah. Aku akan menunggumu di lobi," balas Kane, rekan Adelard. Mereka masih memiliki acara lain setelah makan di restoran. Kane akan membawa Adelard ke sebuah club malam, pria itu telah menyiapkan hadiah sebagai sebuah balasan karena Adelard mau bergabung di pameran yang ia buat.
Hari ini close po ya, Geng. Yang masih mau Sleeping With The Enemy versi cetaknya bisa wa aku 085788190001 yes.********"Leandra Katharina." Adelard menggumamkan nama itu sembari melihat nomor ponsel Leandra yang tertera di layar ponselnya. Senyum tercetak di wajah pria tampan itu tanpa ia sadari.Ia tidak pernah merasa sebahagia ini hanya karena mendapatkan nomor ponsel seorang wanita. Adelard sedikit menertawakan betapa konyolnya ia saat ini.Adelard meletakan ponselnya di meja, tepat di sebelah majalah yang tak pernah ia lihat sebelumnya meski posisi benda
"Kau ingin memesan apa?" tanya Adelard. Ia menatap ke iris mata Leandra yang memikat."Menu utama hari ini saja.""Baiklah kalau begitu," balas Adelard.Ia kemudian memesankan makanan pada pelayan yang berdiri di sebelah Adelard. "Nona, kau mendengarkan ucapanku?" seru Adelard pada pelayan yang pikirannya entah sedang berada di mana sekarang.Wajah pelayan itu tampak terkejut. Ia segera meminta maaf. "Tolong sebutkan lagi pesanan Anda, Tuan."Adelard menyebutkan kembali pesanannnya, lalu setelah itu sang pelayan segera pergi sembari merutuki kebodohannya. Tapi, itu bukan salahnya, salahkan saja wajah pelanggan itu yang terlal
Adelard menunggu Leandra di lobi hotel. Pria itu hari ini tampak mengenakan kaos polos berwarna abu-abu tua serta jaket kulit dipadu dengan celana jeans berwarna hitam dilengkapi dengan sneakers berwarna gelap.Pria itu tampak lebih muda dari umurnya dengan pakaian yang ia kenakan saat ini. Sudah bukan hal aneh lagi jika ia menjadi pusat perhatian hanya dengan pakaian santainya itu.Menunggu beberapa menit, Adelard menemukan sosok Leandra yang saat ini keluar dari lift. Senyum di wajah Adelard mengembang. Saat ini Leandra mengenakan dress pas badan berwarna hitam dipadu dengan coat berwarna senada berbenturan dengan kulitnya yang seputih salju.Rambut cokelat gelap Leandra dibiarkan tergerai dengan indah. Wajahnya disapu dengan
“Tuan Muda, Anda datang.” Seorang pria paruh baya menyambut kedatangan Adelard. Mata pria itu beralih pada Leandra. Selama ia menjaga villa itu tidak pernah ada wanita yang dibawa ke sana oleh tuan mudanya.“Apa kabar, Paman John?” Adelard sedikit berbasa-basi.“Saya sangat baik, Tuan.”“Ah, benar, perkenalkan ini Leandra.” Adelard memperkenalkan Leandra pada Jhon.Keduanya kemudian saling menyapa dengan sopan. “Aku dan Leandra akan berada di sini untuk beberapa waktu, Paman. Paman bisa pergi sekarang, aku akan menghubungimu jika aku membutuhkan sesuatu.”“Baik, Tuan muda. Kalau begitu saya permisi.” Jhon kemudian meninggalkan villa.“Leandra, ayo masuk.” Adelard mengajak Leandra untuk masuk ke dalam villa bernuansa putih itu.Mungkin sudah sepuluh tahun lamanya Adelard tidak mengunjungi tempat ini. Biasanya ketika
Leandra tidak keluar dari kamarnya setelah ia selesai mandi. Wanita ini memeriksa ponselnya, seperti yang diharapkan dari para penggosip. Terdapat banyak foto dirinya dan Adelard di restoran.Ribuan komentar jahat menyerangnya. Menyebutnya sebagai perusak hubungan orang lain. Perempuan murahan dan lainnya.Tidak ingin membaca lebih banyak, Leandra meletakan ponselnya di nakas. Belum lima detik ponsel itu kembali berdering. Leandra meraih ponselnya lagi, melirik layarnya malas. Kevin. Pria itu pasti akan mengocehinya."Kau pembohong kecil! Katakan padaku apa maksud semua artikel yang saat ini menyebar!" Kevin langsung menyerang Leandra dengan kata-kata tidak sabarannya."Kemarin kau terdengar seperti mendiang kakekku, dan seka
Adelard terjaga lebih dahulu dari Leandra. Pria itu kini sedang menatap wajah Leandra dengan perasaan aneh yang merambat di dadanya.Melihat Leandra berada di sebelahnya ketika ia terjaga membuat Adelard merasa bahagia, sebuah perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.Telapak tangan Adelard bergerak membelai lembut wajah Leadra. Senyum mengembang di wajah tampannya kala mengingat bagaimana liarnya Leandra semalam.Kelopak mata Leandra bergerak, manik matanya yang indah langsung menangkap senyuman Adelard."Selamat pagi, Leandra," sapa Adelard masih dengan membelai pipi Leandra."Selamat pagi, Adelard." Leandra membalas sapaan itu.Untuk beberapa detik keduanya saling bertatapan dalam diam."Jam berapa sekarang?" tanya Leandra memecah keheningan.Adelard bergerak melihat ke ponselnya. "Delapan pagi.""Ah, aku tidur terlalu nyenyak sepertinya." Leandra tidak pernah bangun sesiang ini sebelumnya. Ia selalu bangun lebih awal meski ia
Wajah Adelard menjadi tidak tenang. Ia sudah menghubungi Leandra berkali-kali, tapi wanita itu tidak menjawab panggilannya.Saat ini ia berada di depan pintu kamar Leandra, ia menekan bel berkali-kali, tapi tidak ada jawaban.Takut terjadi sesuatu pada Leandra, Adelard meminta pada manajer hotel untuk membuka pintu kamar Leandra, tapi dari manajer hotel ia mengetahui bahwa Leandra sudah keluar dari hotel tiga jam lalu.Adelard kembali ke kamar hotelnya dengan perasaan yang masih tidak tenang. Kenapa Leandra keluar dari hotel tanpa memberitahunya terlebih dahulu? Apakah terjadi sesuatu pada Leandra?Pria itu kembali mencoba menghubungi Leandra, tapi tetap saja tidak bisa. Nomor ponsel Leandra tidak aktif. Adelard beralih menghubungi seseorang. "Berikan aku nomor ponsel manajer Leandra." Ia memerintah dengan suaranya yang terdengar dingin.Setelah mengatakan kalimat memerintah itu, Adelard memutuskan panggilannya. Hanya dalam hitungan menit Adelard sudah memil
Hari ini semua anggota keluarga Maxwell telah berkumpul di kediaman ayah Adelard. Di sana juga ada Alvaro yang telah keluar dari rumah sakit satu minggu lalu. Pria itu sudah mulai beraktivitas. Leandra tidak lagi membenci Alvaro. Ia sudah mengetahui dari Adelard bahwa Alvaro sangat mencintai Xaviera dan tidak pernah berniat menyakiti Xaviera. “Malam ini aku ingin memberitahukan pada kalian semua bahwa aku dan Leandra akan segera menikah.” Adelard memberitahu keluarga besarnya. Kali ini kakek dan nenek Adelard benar-benar menerima Leandra. Ia sudah cukup sadar atas apa yang mereka perbuat pada cucu tertua mereka dan tidak ingin mengulangi hal yang sama lagi.“Selamat untuk kalian berdua.” Ayah Adelard ikut senang untuk putranya. Anggota keluarga Maxwell yang lain juga memberikan selamat.Kali ini orang-orang itu tidak bisa lagi meremehkan Leandra karena mereka sudah tahu siapa sebenarnya Leandra. “Dan satu lagi, saat ini
Leandra berjemur di taman rumah sakit. Wanita itu kini mengenakan pakaian rumah sakit dengan infus di tangannya. Ia duduk sembari memperhatikan beberapa orang di taman itu. Leandra memegangi perutnya, ia masih tidak menyangka ada malaikat kecil di dalam tubuhnya.“Kita akan menjalani hidup dengan bahagia, Sayang. Jika ayahmu tidak menginginkanmu nanti maka kau akan memiliki ibu di sisimu yang akan mencintaimu dengan sepenuh hati.” Leandra bicara dengan lembut pada anaknya.Leandra sudah memutuskan, ia akan memberitahu Adelard mengenai janin yang ia kandung. Ia tidak tahu apakah Adelard akan menginginkan anak itu atau tidak, tapi apapun tindakan Adelard ia tetap akan melahirkan anaknya.Di sisi lain taman, Adelard menyaksikan Leandra yang duduk di bangku taman. Ia tidak tahu sama sekali jika Leandra dirawat di rumah sakit. Ia tidak pernah memerintahkan pengawalnya untuk memberikan kabar mengenai Leandra. Ia hanya ingin pengawalnya menjaga Leandr
Adelard benar-benar muak melihat sandiwara Sandra. Ia menunjukan rekaman pada Sandra. “Bisa kau jelaskan padaku apa maksud semua ini?”Wajah Sandra memucat. Sial! Ia benar-benar tertangkap tangan. “Aku, aku tidak melakukan apapun. Sungguh.”Adelard tidak percaya bahwa Sandra akan menyangkal sampai akhir. “Kenapa kau melakukan ini pada Kak Alvaro? Dia suamimu!” Sandra benci dengan semua orang yang ada di ruangan ini. Mereka semua menyalahkannya padahal di sini Alvaro lah yang menyebabkan ia seperti ini. Raut wajah Sandra berubah drastis. Kini ia menunjukan sisi iblis di dalam dirinya yang tersimpan dengan rapi. Wanita itu tertawa sumbang. “Kau bertanya kenapa aku melakukan ini? Itu semua karena kakakmu adalah pria bajingan! Dia mengkhianatiku dengan mantan kekasihmu, Xaviera! Dia bahkan memiliki hampir memiliki anak dengan pelacur itu!” Sandra tidak lagi bersandiwara. Semua orang juga sudah melihat wajahnya yang as
Adelard kembali ke apartemennya dengan selamat. Pria itu menyetir dalam keadaan setengah sadar. Dan ia cukup beruntung karena tidak mengalami hal buruk.Ketika ia keluar dari lift, ia berjalan terhuyung lalu terjatuh di lantai.“Adelard!” Leandra yang menunggu Adelard segera berlari ke arah Adelard. Bau alkohol tercium kuat dari tubuh Adelard. Adelard mengangkat wajahnya, menatap Leandra dengan tatapan terluka dan hancur. “Lepaskan aku!”“Biar aku bantu. Ayo berdiri.”“Kenapa kau datang ke sini? Apa kau ingin melihat bagaimana aku hancur karenamu? Apa kau tidak puas jika tidak menyaksikan dengan kedua matamu?” Adelard meluapkan kemarahannya.Leandra menggigit bibirnya, hatinya begitu sakit sekarang. Dahulu ia memang ingin melihat Adelard hancur, tapi sekarang ia tidak menginginkan itu. “Ayo berdiri.”“Kenapa kau begitu kejam padaku, Leandra. Aku mencintaimu. Aku sangat ingin m
Sandra mengemudikan mobilnya menuju ke makam Xaviera. Wanita itu masih menyimpan kebencian pada Xaviera bahkan setelah Xaviera tiada. Ia keluar dari mobilnya, menatap makam Xaviera dingin. “Kau seharusnya tidak pernah hadir dalam hidupku dengan Alvaro, Xaviera. Karena kau aku bahkan harus menyingkirkan suamiku sendiri. Kau lah yang harus disalahkan atas apa yang menimpa Alvaro saat ini.” Sandra menyalahkan Xaviera.“Aku tidak pernah dikalahkan oleh orang lain, dan aku benci kekalahan. Sekarang aku sudah menang dari kalian berdua. Aku berhasil menyingkirkan kau dan Alvaro.” Ia berkata dengan bangga. Sandra terbiasa dijadikan ratu sejak kecil. Dimanja oleh orangtuanya membuat ia memiliki kepribadian yang buruk. Namun, ia menyembunyikan semua kepribadiannya itu dengan baik. Ia membuat semua orang melihatnya sebagai putri dari keluarga kaya raya yang memiliki hati yang lembut dan bersih. Tidak ada yang tahu betapa kotor dan liciknya Sandra.
Leandra menatap Alvaro yang saat ini terbaring tak berdaya di ranjang. Ia memang tidak ingin melihat Alvaro lagi, tapi ia juga merasa sakit melihat Alvaro seperti ini, itu semua karena Alvaro adalah orang yang penting bagi Adelard. Leandra memeluk Adelard, entah bagaimana ia harus menghibur pria itu. “Tidak apa-apa menangis jika kau sedih, Adelard.” Leandra tahu Adelard menahan air matanya sejak tadi.Ucapan Leandra membuat Adelard tidak bisa membendung air matanya lagi. Pria itu menangis dalam diam untuk beberapa saat, mengeluarkan rasa sakit di dalam hatinya yang begitu menyiksanya.Setelah beberapa saat, Adelard berhenti menangis. Namun, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ia hanya melihat wajah kakaknya yang terdapat beberapa luka di sana.Beberapa alat kedokteran menempel di tubuh kakaknya. Ia tidak pernah menyangka sama sekali bahwa ia akan melihat kakaknya dalam kondisi tidak berdaya seperti ini.Adelard menjaga kakaknya sampai pag
Leandra berada di sebuah studio tempat proses casting tengah berlangsung. Di depannya ada sutradara, produser serta penulis novle yang karyanya akan difilm kan. Leandra selalu mengambil jalur yang adil untuk sebuah peran. Ia sering mendapatkan tawaran menjadi pemeran utama tanpa harus melakukan casting, tapi Leandra tidak ingin ada orang lain yang mengkritiknya, jadi ia mengambil jalur yang juga dilalui oleh orang banyak. Meski pada kenyataannya orang-orang masih saja tidak menyukainya dan menyebutnya mendapatkan peran penting dalam sebuah film karena ia memiliki seseorang di balik layar. Leandra telah selesai memerankan karakter wanita yang memiliki watak tidak jauh berbeda dengannya.“Sudah aku katakan, Leandra sangat cocok untuk karakter dari novelku. Dia benar-benar melebihi perkiraanku.” Penulis novel merasa sangat puas dengan akting Leandra. Sejak awal ia sudah mengatakan pada produser dan sutradara bahwa ingin Leandra yang menjadi peme
Pembicaraan Alvaro dan Leandra kemarin belum selesai, jadi Alvaro meminta untuk bertemu dengan Leandra lagi.“Apa lagi yang ingin Anda bicarakan?” Lendra menatap Alvaro dingin. “Pembicaraan kita belum selesai kemarin, Leandra.” Alvaro tidak tersinggung dengan sikap Leandra, ia memang pantas mendapatkannya karena telah membuat Xaviera mengakhiri hidupnya. “Adelard tidak terlibat apa-apa dalam kematian Xaviera. Aku harap kau tidak mempermainkan perasaannya.”“Anda ternyata sangat menyayangi adik Anda. Lalu bagaimana dengan Xaviera, apakah Anda pernah berpikir bagaimana perasaannya dipermainkan oleh Andra?”“Leandra, aku tidak pernah mempermainkan Xaviera. Aku mencintainya.”“Omong kosong! Jika Anda mencintai Xaviera maka Anda tidak akan mendorong Xaviera pada kematian. Apakah Anda pikir Xaviera adalah wanita yang bisa Anda datangi sesuka hati lalu dibuang ketika tidak dibutuhkan lagi! Jika itu
Leandra pergi ke sebuah bar yang ada di pusat kota. Apa yang ia ketahui hari ini membuat ia merasa buruk. Ternyata selama ini ia telah salah menilai Adelard. Bukan Adelard pria yang membuat Xaviera bunuh diri, tapi Alvaro.Ia telah membenci seseorang yang salah selama ini. Ia nyaris saja melakukan hal yang sama seperti yang Alvaro lakukan pada sahabatnya.Kini Leandra benar-benar mengerti kenapa Xaviera tidak pernah menceritakan apapun padanya mengenai kisah cintanya. Itu karena Xaviera mencintai suami wanita lain. Dan hubungan keduanya disembunyikan.Leandra kini tidak tahu harus menyalahkan siapa. Xaviera tidak seharusnya jatuh cinta pada Alvaro yang sudah memiliki keluarga. Sejak awal Alvaro sudah tidak bisa ia miliki sepenuhnya, tapi Xaviera masih terus menjalin hubungan dengan pria itu.Xaviera merupakan wanita yang sangat cerdas, Leandra tahu benar hal itu. Namun, kenapa Xaviera harus memilih menjadi orang ketiga di dalam hubungan orang lain?Tidak aka