Po sisa empat hari lagi ya, Gaes. Yang mau ikutan PO bisa w* aku di 085788190001. Kuy, cetakan terbatas.
**********
"Kau baik-baik saja, Adelard?" Rekan Adelard yang menyusul Adelard bertanya pada Adelard. Pria itu tampak memperhatikan wajah Adelard lalu berpindah ke kaos yang Adelard kenakan.
"Aku baik-baik saja," balas Adelard. Ia melihat ke kaosnya. "Aku akan mengganti pakaianku."
"Baiklah. Aku akan menunggumu di lobi," balas Kane, rekan Adelard. Mereka masih memiliki acara lain setelah makan di restoran. Kane akan membawa Adelard ke sebuah club malam, pria itu telah menyiapkan hadiah sebagai sebuah balasan karena Adelard mau bergabung di pameran yang ia buat.
Selama beberapa tahun terakhir ini nama Adelard sebagai pegiat seni sering diperbincangkan oleh beberapa pecinta lukisan. Mereka menyukai karya yang Adelard buat, benar-benar tampak nyata dan memiliki kesan yang mendalam.
Namun, meski sudah bertahun-tahun Adelard bergelut di bidang itu, ia belum pernah membuat pameran karya seninya. Pria itu juga sulit untuk diminta bergabung dengan pameran milik pelukis lain. Jadi, sebuah keberuntungan bagi Kane, Adelard mau menampilkan karyanya di pameran yang ia buat.
Kane dan Adelard memang memiliki hubungan pertemanan yang cukup baik, itulah alasan kenapa Adelard tidak bisa menolak permintaan dari temannya itu.
Adelard meninggalkan Kane dan segera kembali ke kamar hotelnya. Wajah pria itu tampak kesal. Ia kehilangan wanita di lukisannya untuk yang kedua kalinya.
"Lihat saja, jika aku bertemu dengannya untuk yang ketiga kalinya maka aku pasti tidak akan melepaskannya," seru Adelard.
Setelah berganti pakaian, Adelard dibawa oleh Kane ke club malam terbesar di kota itu. Ketika mereka masuk, suara musik keras menyentak pendengaran. Bau alkohol menusuk ke penciuman begitu tajam.
Lautan manusia tengah bergoyang mengikuti hentakan musik. Kane membawa Adelard ke lantai dua, mereka duduk di sebuah tempat duduk VIP.
Minuman dan cemilan telah disiapkan di sana. Dari tempat mereka, Kane dan Adelard bisa melihat dengan jelas seorang dj cantik tengah berkutat dengan peralatan musiknya.
Dua wanita berpakaian seksi melangkah mendekat ke arah Kane dan Adelard, senyum menggoda tampak di wajah cantik mereka.
Kedua wanita itu merupakan wanita penghibur tercantik di club malam itu. Kane menyewa wanita-wanita itu untuk menemani malam panjangnya dan Adelard.
"Katleya, perkenalkan dirimu pada Adelard." Kane berbicara pada wanita yang mengenakan dress ketat berwarna merah tua.
"Katleya." Wanita itu mengulurkan tangannya pada Adelard. Sangat disayangkan wanita secantik itu lebih memilih menjadi wanita penghibur dari pada profesi lainnya. Dengan wajah dan bentuk tubuhnya yang nyaris sempurna, wanita itu bisa menjadi selebriti.
Adelard menyukai keindahan, salah satunya wanita cantik yang merupakan bagian dari keindahan dunia. Dan wanita di depannya memenuhi standar untuk bisa menemaninya. "Adelard." Pria itu membalas uluran tangan Katleya.
Setelahnya kedua wanita itu mengambil posisi mereka masing-masing. Melakukan pekerjaan mereka sebagai seorang penghibur. Sesekali mereka akan menuangkan minuman, menyuapi cemilan lalu menggoda pria di sebelah mereka dengan sentuhan-sentuhan nakal.
Beberapa saat kemudian Kane membawa wanita sewaannya pergi menuju ke sebuah kamar kosong di club itu. Pria berusia dua puluh delapan tahun itu tidak bisa menahan hasratnya lebih lama lagi. Ia membutuhkan pelepasan yang hebat.
Sedangkan Adelard, pria itu masih betah di tempat duduknya. Menenggak vodka ditemani dengan Katleya di sebelahnya.
Jari tangan Katleya bermain di dada Adelard, membentuk sebuah lingkaran menggoda di sana. Setelahnya, jemari tangannya turun. Mengelus sesuatu di balik celana yang dikenakan oleh Adelard.
"Dia membutuhkan lebih dari sekedar belaian, Adelard," bisik Katleya sensual.
Kejantanan Adelard mengeras, dia pria normal. Diberikan sentuhan sedemikian rupa tentu saja miliknya akan bereaksi.
"Kalau begitu berikan bagian yang terbaik darimu," balas Adelard.
Katleya tersenyum menawan. "Dengan senang hati. Aku akan memberikan pelepasan terbaik untukmu."
Keduanya beralih ke tempat lain, sebuah ruangan yang ada di gedung yang sama dengan club malam itu.
Pakaian keduanya sudah berserakan di lantai. Adelard berbaring di atas ranjang dengan Katleya yang bergerak di atasnya.
Gerakan Katleya terlatih, wanita ini sudah melayani banyak pria, jelas ia sangat profesional dalam bidang ini. Adelard menikmati sentuhan Katleya, tapi ketika pria itu memejamkan matanya, yang ada di benaknya hanyalah bayangan wanita di lukisannya.
Adelard merasa terganggu. Ia segera membalik posisi menjadikan Katleya di bawahnya. Adelard tidak membuang waktunya.
"Santai, Adelard. Waktu kita masih panjang. Apakah kau sudah tidak tahan lagi, hm?" tanya Katleya dengan tatapan nakal.
"Aku ingin mengakhiri ini dengan cepat." Adelard menjawab datar.
Katleya sedikit terkejut dengan jawaban Adelard. Biasanya para penyewanya ingin berlama-lama dengannya, tapi pria yang berada di atasnya ini malah ingin menyudahi kegiatan mereka lebih cepat.
Tidak bisa dipungkiri, Katleya merasa kesal. Ia benci ketika ada orang lain yang tidak terjerat pada pesonanya. Belum wanita itu menjawab, Adelard telah memasukinya. Menghujamnya cepat dan dalam. Mengubah posisi beberapa kali, lalu kegiatan itu berakhir.
Adelard memakai kembali pakaiannya. Awalnya ia menikmati permainan Katleya, tapi bayangan Leandra merusak kesenangannya. Ia kehilangan minatnya, tapi tidak bisa berhenti di tengah jalan. Bagaimana pun ia memerlukan pelepasan.
Katleya terbaring di ranjang dengan peluh yang membasahi tubuhnya. Wanita itu terguncang dengan hujaman Adelard yang membuat ia mencapai puncak. Katleya yang biasanya memuaskan tanpa merasa dipuaskan kini mendapatkan kepuasan itu.
Meski permainan Adelard sedikit kasar, tapi Katleya sangat menikmati setiap hujaman Adelard. Ia bahkan tidak kebertan jika Adelard mengajaknya bercinta hingga pagi.
Akan tetapi, itu hanya khayalannya saja. Pada kenyataannya saat ini Adelard telah mengenakan pakaiannya kembali. Pria itu meninggalkan uang di atas nakas.
"Ini bayaranmu." Ia tidak tahu berapa tarif Katleya dalam sekali sewa, tapi ia yakin uang yang ia berikan lebih dari cukup.
Sebagai seorang seniman Adelard memiliki cukup banyak uang. Lukisan-lukisan yang ia buat cukup untuk menunjang kehidupan malamnya. Disamping itu ia masih seorang pewaris Maxwell, ia memiliki uang yang tak terhitung jumlahnya.
"Jika kau membutuhkan jasaku lagi, kau bisa menemuiku di club ini," seru Katleya. Ia berharap Adelard memiliki kesan yang baik tentang dirinya, jadi mereka bisa mengulang kembali apa yang terjadi beberapa saat lalu.
Katleya melanggar prinsipnya sendiri, di mana ia tidak akan melayani pelanggan yang sama untuk kedua kalinya, tapi Adelard pengecualian. Pria bersurai cokelat gelap itu memenuhi semua fantasi liar Katleya.
Tanpa menjawab, Adelard keluar dari kamar. Pria itu juga memiliki prinsip yang sama dengan Katleya, ia tidak akan bercinta untuk kedua kalinya dengan pelacur yang sama.
Adelard telah menjelajahi dunia, ia bertemu dengan banyak sekali wanita yang telah menghangati ranjangnya. Namun, ia tidak sembarangan tidur dengan wanita. Jika ia harus menyewa pelacur, maka ia akan menyewa dari rumah pelacuran yang terbaik. Tempat di mana, kecantikan tidak hanya menjadi syarat utama menjadi pelacur di sana, tapi juga harus bersih dari penyakit kelamin.
Hanya wanita yang ia pilih menjadi pasangannya yang bisa naik ke atas ranjangnya lebih dari satu kali. Adelard pria yang mudah bosan, jadi ia tidak pernah bertahan lama dengan pasangannya.
Adelard berdiri di tepi dinding kaca kamar hotelnya. Pria itu hanya mengenakan celana panjang tanpa memakai atasan. Otot-otot perutnya terlihat sangat menggoda. Di tangan pria itu terdapat secangkir kopi hangat yang ia buat sendiri.
Ia menyeruput kopinya, sembari memandangi pemandangan laut di pagi yang cerah ini. Setelah beberapa saat kemudian pria itu pergi ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya lalu kemudian keluar dengan pakaian santainya.
Adelard bukan tipe pria yang selalu berpakaian rapi, ia lebih menyukai pakaian yang tidak terlalu formal. Seperti saat ini ia hanya mengenakan t-shirt hitam dan celana jeans warna senada dipadu dengan sepatu berwarna cokelat.
Namun, meski penampilannya tidak seperti kebanyakan pria kaya lainnya. Tidak perlu diragukan banyak wanita yang mengantre untuk menjadi teman kencannya atau sekedar teman tidurnya saja.
Adelard memilih sebuah restoran lain yang berada di kawasan hotel tempatnya menginap. Tempat yang ia datangi saat ini tidak kalah dari restoran yang semalam.
Sembari menunggu pesanannya, Adelard melangkah ke tepi pantai. Angin laut meniup wajahnya, mengibarkan rambutnya. Setiap kali melihat laut, Adelard selalu terhipnotis.
"Aw!" Suara ringisan seorang wanita membuat Adelard mengalihkan pandangannya.
Beberapa meter di depannya terdapat seorang wanita yang mengenakan dress bermotif floral. Sepertinya sesuatu terjadi pada kaki wanita itu.
Saat wanita itu sedikit mengangkat wajahnya, Adelard merasa dunia terhenti. Wanita yang sudah dua kali ia lihat kini ada di depan matanya. Dan ini menjadi yang ketiga kalinya.
Tidak ingin kehilangan lagi, Adelard segera mendekati wanita yang tidak lain adalah Leandra.
"Apa kau baik-baik saja, Nona?" tanya Adelard.
Leandra mengangkat wajahnya, menatap ke wajah Adelard dengan sorot yang tidak menunjukan kebencian sama sekali. "Kakiku terkilir," balasnya.
"Biar aku bantu." Adelard menawarkan bantuan. Ia raih tubuh Leandra, menggendongnya ala pengantin. Adelard melihat Leandra sesekali, sepertinya wanita yang ada di gendongannya saat ini bukan manusia, tapi malaikat.
Setelah itu Adelard melepaskan sepatu yang Leandra kenakan lalu kemudian melihat ke kaki Leandra yang sedikit kemerahan. "Sejujurnya aku tidak tahu cara mengatasi kaki yang terkilir, aku pikir kau harus dibawa ke rumah sakit," seru Adelard.
"Aku rasa tidak perlu," balas Leandra. "Kakiku akan membaik setelah beberapa saat istirahat."
"Apa kau yakin?" tanya Adelard memastikan.
"Ya," balas Leandra. "Terima kasih telah membantuku."
"Ini hanya sesuatu yang kecil, kau tidak perlu berterima kasih, Nona."
"Baiklah, kalau begitu selamat tinggal." Leandra berdiri.
Adelard segera meraih tangan Leandra. "Kau ingin pergi ke mana? Aku akan mengantarmu."
"Itu akan merepotkanmu," balas Leandra.
"Tidak sama sekali."
"Kalau begitu baiklah. Aku ingin kembali ke kamar hotel." Leandra kemudian menyebutkan kamar hotelnya.
"Kita menginap di hotel yang sama," seru Adelard. "Kau tidak bisa berjalan, aku akan menggendongmu seperti tadi. Kau tidak keberatan, kan?"
"Itu baik-baik saja," balas Leandra.
Adelard kembali menggendong Leandra, membawa wanita itu kembali ke hotel. Keduanya tidak mempedulikan sama sekali orang-orang yang melihat ke arah mereka.
Setibanya di kamar hotel Leandra, Leandra tidak menahan Adelard dengan menawarkan minuman atau apapun. Ia hanya mengucapkan terima kasih pada Adelard dan mengatakan pada pria itu bahwa ia akan beristirahat.
Adelard ingin bersama dengan Leandra lebih lama, tapi ia tidak bisa memaksa untuk tetap tinggal. Tidak apa-apa, akan ada saatnya baginya menghabiskan waktu lebih lama dengan wanita itu.
"Kau benar-benar bodoh, Adelard!" Adelard merutuki dirinya sendiri. Ia sudah bertemu dengan wanita yang ia cari, tapi ia lupa menanyakan siapa nama wanita itu dan ia tidak memiliki nomor ponselnya. Otaknya menjadi tidak berfungsi karena terpikat oleh sosok Leandra yang memikat.
Adelard kembali ke depan pintu Leandra, menekan bel lalu kemudian pintu terbuka.
"Adelard Maxwell." Adelard mengulurkan tangannya.
"Ah." Leandra mengerti kenapa Adelard kembali. "Leandra Katharina."
"Bisakah aku memiliki nomor ponselmu?" tanya Adelard.
"Ya."
Adelard merasa senang. Ia segera mencatat nomor ponsel Leandra di ponselnya, lalu setelah itu ia benar-benar meninggalkan kamar Leandra.
Wajah Leandra yang tadinya tampak ramah, langsung berubah menjadi dingin. "Pembunuh!" serunya sinis.
tbc
Hari ini close po ya, Geng. Yang masih mau Sleeping With The Enemy versi cetaknya bisa wa aku 085788190001 yes.********"Leandra Katharina." Adelard menggumamkan nama itu sembari melihat nomor ponsel Leandra yang tertera di layar ponselnya. Senyum tercetak di wajah pria tampan itu tanpa ia sadari.Ia tidak pernah merasa sebahagia ini hanya karena mendapatkan nomor ponsel seorang wanita. Adelard sedikit menertawakan betapa konyolnya ia saat ini.Adelard meletakan ponselnya di meja, tepat di sebelah majalah yang tak pernah ia lihat sebelumnya meski posisi benda
"Kau ingin memesan apa?" tanya Adelard. Ia menatap ke iris mata Leandra yang memikat."Menu utama hari ini saja.""Baiklah kalau begitu," balas Adelard.Ia kemudian memesankan makanan pada pelayan yang berdiri di sebelah Adelard. "Nona, kau mendengarkan ucapanku?" seru Adelard pada pelayan yang pikirannya entah sedang berada di mana sekarang.Wajah pelayan itu tampak terkejut. Ia segera meminta maaf. "Tolong sebutkan lagi pesanan Anda, Tuan."Adelard menyebutkan kembali pesanannnya, lalu setelah itu sang pelayan segera pergi sembari merutuki kebodohannya. Tapi, itu bukan salahnya, salahkan saja wajah pelanggan itu yang terlal
Adelard menunggu Leandra di lobi hotel. Pria itu hari ini tampak mengenakan kaos polos berwarna abu-abu tua serta jaket kulit dipadu dengan celana jeans berwarna hitam dilengkapi dengan sneakers berwarna gelap.Pria itu tampak lebih muda dari umurnya dengan pakaian yang ia kenakan saat ini. Sudah bukan hal aneh lagi jika ia menjadi pusat perhatian hanya dengan pakaian santainya itu.Menunggu beberapa menit, Adelard menemukan sosok Leandra yang saat ini keluar dari lift. Senyum di wajah Adelard mengembang. Saat ini Leandra mengenakan dress pas badan berwarna hitam dipadu dengan coat berwarna senada berbenturan dengan kulitnya yang seputih salju.Rambut cokelat gelap Leandra dibiarkan tergerai dengan indah. Wajahnya disapu dengan
“Tuan Muda, Anda datang.” Seorang pria paruh baya menyambut kedatangan Adelard. Mata pria itu beralih pada Leandra. Selama ia menjaga villa itu tidak pernah ada wanita yang dibawa ke sana oleh tuan mudanya.“Apa kabar, Paman John?” Adelard sedikit berbasa-basi.“Saya sangat baik, Tuan.”“Ah, benar, perkenalkan ini Leandra.” Adelard memperkenalkan Leandra pada Jhon.Keduanya kemudian saling menyapa dengan sopan. “Aku dan Leandra akan berada di sini untuk beberapa waktu, Paman. Paman bisa pergi sekarang, aku akan menghubungimu jika aku membutuhkan sesuatu.”“Baik, Tuan muda. Kalau begitu saya permisi.” Jhon kemudian meninggalkan villa.“Leandra, ayo masuk.” Adelard mengajak Leandra untuk masuk ke dalam villa bernuansa putih itu.Mungkin sudah sepuluh tahun lamanya Adelard tidak mengunjungi tempat ini. Biasanya ketika
Leandra tidak keluar dari kamarnya setelah ia selesai mandi. Wanita ini memeriksa ponselnya, seperti yang diharapkan dari para penggosip. Terdapat banyak foto dirinya dan Adelard di restoran.Ribuan komentar jahat menyerangnya. Menyebutnya sebagai perusak hubungan orang lain. Perempuan murahan dan lainnya.Tidak ingin membaca lebih banyak, Leandra meletakan ponselnya di nakas. Belum lima detik ponsel itu kembali berdering. Leandra meraih ponselnya lagi, melirik layarnya malas. Kevin. Pria itu pasti akan mengocehinya."Kau pembohong kecil! Katakan padaku apa maksud semua artikel yang saat ini menyebar!" Kevin langsung menyerang Leandra dengan kata-kata tidak sabarannya."Kemarin kau terdengar seperti mendiang kakekku, dan seka
Adelard terjaga lebih dahulu dari Leandra. Pria itu kini sedang menatap wajah Leandra dengan perasaan aneh yang merambat di dadanya.Melihat Leandra berada di sebelahnya ketika ia terjaga membuat Adelard merasa bahagia, sebuah perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.Telapak tangan Adelard bergerak membelai lembut wajah Leadra. Senyum mengembang di wajah tampannya kala mengingat bagaimana liarnya Leandra semalam.Kelopak mata Leandra bergerak, manik matanya yang indah langsung menangkap senyuman Adelard."Selamat pagi, Leandra," sapa Adelard masih dengan membelai pipi Leandra."Selamat pagi, Adelard." Leandra membalas sapaan itu.Untuk beberapa detik keduanya saling bertatapan dalam diam."Jam berapa sekarang?" tanya Leandra memecah keheningan.Adelard bergerak melihat ke ponselnya. "Delapan pagi.""Ah, aku tidur terlalu nyenyak sepertinya." Leandra tidak pernah bangun sesiang ini sebelumnya. Ia selalu bangun lebih awal meski ia
Wajah Adelard menjadi tidak tenang. Ia sudah menghubungi Leandra berkali-kali, tapi wanita itu tidak menjawab panggilannya.Saat ini ia berada di depan pintu kamar Leandra, ia menekan bel berkali-kali, tapi tidak ada jawaban.Takut terjadi sesuatu pada Leandra, Adelard meminta pada manajer hotel untuk membuka pintu kamar Leandra, tapi dari manajer hotel ia mengetahui bahwa Leandra sudah keluar dari hotel tiga jam lalu.Adelard kembali ke kamar hotelnya dengan perasaan yang masih tidak tenang. Kenapa Leandra keluar dari hotel tanpa memberitahunya terlebih dahulu? Apakah terjadi sesuatu pada Leandra?Pria itu kembali mencoba menghubungi Leandra, tapi tetap saja tidak bisa. Nomor ponsel Leandra tidak aktif. Adelard beralih menghubungi seseorang. "Berikan aku nomor ponsel manajer Leandra." Ia memerintah dengan suaranya yang terdengar dingin.Setelah mengatakan kalimat memerintah itu, Adelard memutuskan panggilannya. Hanya dalam hitungan menit Adelard sudah memil
"Hey, Putra Mahkota. Lihat siapa di sini." Adelard mengejutkan keponakannya yang tadi sangat serius dalam belajar.Kini bocah berusia enam tahun itu meninggalkan buku pelajarannya dan segera berlari ke arah pamannya. "Paman, aku sangat merindukanmu." Bocah laki-laki itu memeluk Adelard.Adelard mengelus kepala keponakannya. "Paman juga sangat merindukanmu, Putra Mahkota." Ia tersenyum hangat. Pria ini benar-benar menyayangi keponakannya yang tampan."Kenapa Paman sangat jarang datang ke sini, apakah Paman sangat sibuk?" tanya anak laki-laki bermanik abu-abu itu.Setiap kali Adelard melihat keponakannya, ia seperti sedang bicara dengan kakaknya dalam bentuk kecil. Beanr-benar mirip."Benar, Paman sangat sibuk akhir-akhir ini," balas Adelard. Ia tidak sepenuhnya berbohong, pada kenyataannya ia benar-benar sibuk dengan pekerjaannya yang diselingi dengan bersenang-senang bersama beberapa wanita. "Apa yang sedang kau lakukan, Putra Mahkota?" tanya Adelard."
Hari ini semua anggota keluarga Maxwell telah berkumpul di kediaman ayah Adelard. Di sana juga ada Alvaro yang telah keluar dari rumah sakit satu minggu lalu. Pria itu sudah mulai beraktivitas. Leandra tidak lagi membenci Alvaro. Ia sudah mengetahui dari Adelard bahwa Alvaro sangat mencintai Xaviera dan tidak pernah berniat menyakiti Xaviera. “Malam ini aku ingin memberitahukan pada kalian semua bahwa aku dan Leandra akan segera menikah.” Adelard memberitahu keluarga besarnya. Kali ini kakek dan nenek Adelard benar-benar menerima Leandra. Ia sudah cukup sadar atas apa yang mereka perbuat pada cucu tertua mereka dan tidak ingin mengulangi hal yang sama lagi.“Selamat untuk kalian berdua.” Ayah Adelard ikut senang untuk putranya. Anggota keluarga Maxwell yang lain juga memberikan selamat.Kali ini orang-orang itu tidak bisa lagi meremehkan Leandra karena mereka sudah tahu siapa sebenarnya Leandra. “Dan satu lagi, saat ini
Leandra berjemur di taman rumah sakit. Wanita itu kini mengenakan pakaian rumah sakit dengan infus di tangannya. Ia duduk sembari memperhatikan beberapa orang di taman itu. Leandra memegangi perutnya, ia masih tidak menyangka ada malaikat kecil di dalam tubuhnya.“Kita akan menjalani hidup dengan bahagia, Sayang. Jika ayahmu tidak menginginkanmu nanti maka kau akan memiliki ibu di sisimu yang akan mencintaimu dengan sepenuh hati.” Leandra bicara dengan lembut pada anaknya.Leandra sudah memutuskan, ia akan memberitahu Adelard mengenai janin yang ia kandung. Ia tidak tahu apakah Adelard akan menginginkan anak itu atau tidak, tapi apapun tindakan Adelard ia tetap akan melahirkan anaknya.Di sisi lain taman, Adelard menyaksikan Leandra yang duduk di bangku taman. Ia tidak tahu sama sekali jika Leandra dirawat di rumah sakit. Ia tidak pernah memerintahkan pengawalnya untuk memberikan kabar mengenai Leandra. Ia hanya ingin pengawalnya menjaga Leandr
Adelard benar-benar muak melihat sandiwara Sandra. Ia menunjukan rekaman pada Sandra. “Bisa kau jelaskan padaku apa maksud semua ini?”Wajah Sandra memucat. Sial! Ia benar-benar tertangkap tangan. “Aku, aku tidak melakukan apapun. Sungguh.”Adelard tidak percaya bahwa Sandra akan menyangkal sampai akhir. “Kenapa kau melakukan ini pada Kak Alvaro? Dia suamimu!” Sandra benci dengan semua orang yang ada di ruangan ini. Mereka semua menyalahkannya padahal di sini Alvaro lah yang menyebabkan ia seperti ini. Raut wajah Sandra berubah drastis. Kini ia menunjukan sisi iblis di dalam dirinya yang tersimpan dengan rapi. Wanita itu tertawa sumbang. “Kau bertanya kenapa aku melakukan ini? Itu semua karena kakakmu adalah pria bajingan! Dia mengkhianatiku dengan mantan kekasihmu, Xaviera! Dia bahkan memiliki hampir memiliki anak dengan pelacur itu!” Sandra tidak lagi bersandiwara. Semua orang juga sudah melihat wajahnya yang as
Adelard kembali ke apartemennya dengan selamat. Pria itu menyetir dalam keadaan setengah sadar. Dan ia cukup beruntung karena tidak mengalami hal buruk.Ketika ia keluar dari lift, ia berjalan terhuyung lalu terjatuh di lantai.“Adelard!” Leandra yang menunggu Adelard segera berlari ke arah Adelard. Bau alkohol tercium kuat dari tubuh Adelard. Adelard mengangkat wajahnya, menatap Leandra dengan tatapan terluka dan hancur. “Lepaskan aku!”“Biar aku bantu. Ayo berdiri.”“Kenapa kau datang ke sini? Apa kau ingin melihat bagaimana aku hancur karenamu? Apa kau tidak puas jika tidak menyaksikan dengan kedua matamu?” Adelard meluapkan kemarahannya.Leandra menggigit bibirnya, hatinya begitu sakit sekarang. Dahulu ia memang ingin melihat Adelard hancur, tapi sekarang ia tidak menginginkan itu. “Ayo berdiri.”“Kenapa kau begitu kejam padaku, Leandra. Aku mencintaimu. Aku sangat ingin m
Sandra mengemudikan mobilnya menuju ke makam Xaviera. Wanita itu masih menyimpan kebencian pada Xaviera bahkan setelah Xaviera tiada. Ia keluar dari mobilnya, menatap makam Xaviera dingin. “Kau seharusnya tidak pernah hadir dalam hidupku dengan Alvaro, Xaviera. Karena kau aku bahkan harus menyingkirkan suamiku sendiri. Kau lah yang harus disalahkan atas apa yang menimpa Alvaro saat ini.” Sandra menyalahkan Xaviera.“Aku tidak pernah dikalahkan oleh orang lain, dan aku benci kekalahan. Sekarang aku sudah menang dari kalian berdua. Aku berhasil menyingkirkan kau dan Alvaro.” Ia berkata dengan bangga. Sandra terbiasa dijadikan ratu sejak kecil. Dimanja oleh orangtuanya membuat ia memiliki kepribadian yang buruk. Namun, ia menyembunyikan semua kepribadiannya itu dengan baik. Ia membuat semua orang melihatnya sebagai putri dari keluarga kaya raya yang memiliki hati yang lembut dan bersih. Tidak ada yang tahu betapa kotor dan liciknya Sandra.
Leandra menatap Alvaro yang saat ini terbaring tak berdaya di ranjang. Ia memang tidak ingin melihat Alvaro lagi, tapi ia juga merasa sakit melihat Alvaro seperti ini, itu semua karena Alvaro adalah orang yang penting bagi Adelard. Leandra memeluk Adelard, entah bagaimana ia harus menghibur pria itu. “Tidak apa-apa menangis jika kau sedih, Adelard.” Leandra tahu Adelard menahan air matanya sejak tadi.Ucapan Leandra membuat Adelard tidak bisa membendung air matanya lagi. Pria itu menangis dalam diam untuk beberapa saat, mengeluarkan rasa sakit di dalam hatinya yang begitu menyiksanya.Setelah beberapa saat, Adelard berhenti menangis. Namun, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ia hanya melihat wajah kakaknya yang terdapat beberapa luka di sana.Beberapa alat kedokteran menempel di tubuh kakaknya. Ia tidak pernah menyangka sama sekali bahwa ia akan melihat kakaknya dalam kondisi tidak berdaya seperti ini.Adelard menjaga kakaknya sampai pag
Leandra berada di sebuah studio tempat proses casting tengah berlangsung. Di depannya ada sutradara, produser serta penulis novle yang karyanya akan difilm kan. Leandra selalu mengambil jalur yang adil untuk sebuah peran. Ia sering mendapatkan tawaran menjadi pemeran utama tanpa harus melakukan casting, tapi Leandra tidak ingin ada orang lain yang mengkritiknya, jadi ia mengambil jalur yang juga dilalui oleh orang banyak. Meski pada kenyataannya orang-orang masih saja tidak menyukainya dan menyebutnya mendapatkan peran penting dalam sebuah film karena ia memiliki seseorang di balik layar. Leandra telah selesai memerankan karakter wanita yang memiliki watak tidak jauh berbeda dengannya.“Sudah aku katakan, Leandra sangat cocok untuk karakter dari novelku. Dia benar-benar melebihi perkiraanku.” Penulis novel merasa sangat puas dengan akting Leandra. Sejak awal ia sudah mengatakan pada produser dan sutradara bahwa ingin Leandra yang menjadi peme
Pembicaraan Alvaro dan Leandra kemarin belum selesai, jadi Alvaro meminta untuk bertemu dengan Leandra lagi.“Apa lagi yang ingin Anda bicarakan?” Lendra menatap Alvaro dingin. “Pembicaraan kita belum selesai kemarin, Leandra.” Alvaro tidak tersinggung dengan sikap Leandra, ia memang pantas mendapatkannya karena telah membuat Xaviera mengakhiri hidupnya. “Adelard tidak terlibat apa-apa dalam kematian Xaviera. Aku harap kau tidak mempermainkan perasaannya.”“Anda ternyata sangat menyayangi adik Anda. Lalu bagaimana dengan Xaviera, apakah Anda pernah berpikir bagaimana perasaannya dipermainkan oleh Andra?”“Leandra, aku tidak pernah mempermainkan Xaviera. Aku mencintainya.”“Omong kosong! Jika Anda mencintai Xaviera maka Anda tidak akan mendorong Xaviera pada kematian. Apakah Anda pikir Xaviera adalah wanita yang bisa Anda datangi sesuka hati lalu dibuang ketika tidak dibutuhkan lagi! Jika itu
Leandra pergi ke sebuah bar yang ada di pusat kota. Apa yang ia ketahui hari ini membuat ia merasa buruk. Ternyata selama ini ia telah salah menilai Adelard. Bukan Adelard pria yang membuat Xaviera bunuh diri, tapi Alvaro.Ia telah membenci seseorang yang salah selama ini. Ia nyaris saja melakukan hal yang sama seperti yang Alvaro lakukan pada sahabatnya.Kini Leandra benar-benar mengerti kenapa Xaviera tidak pernah menceritakan apapun padanya mengenai kisah cintanya. Itu karena Xaviera mencintai suami wanita lain. Dan hubungan keduanya disembunyikan.Leandra kini tidak tahu harus menyalahkan siapa. Xaviera tidak seharusnya jatuh cinta pada Alvaro yang sudah memiliki keluarga. Sejak awal Alvaro sudah tidak bisa ia miliki sepenuhnya, tapi Xaviera masih terus menjalin hubungan dengan pria itu.Xaviera merupakan wanita yang sangat cerdas, Leandra tahu benar hal itu. Namun, kenapa Xaviera harus memilih menjadi orang ketiga di dalam hubungan orang lain?Tidak aka