Selembar surat berada di tangan Leandra. Itu adalah apa yang Xaviera tinggalkan di dalam kotak hitam bersama dengan beberapa barang yang pernah ia berikan pada Xaviera sebagai hadiah ulang tahun sahabatnya itu.
Leandra menyiapkan hatinya, ia membuka lipatan kertas putih itu lalu kemudian mulai membacanya dari bagian teratas. Leandra jelas mengenali tulisan tangan Xaviera, sahabatnya itu sering mengerjakan tugas untuknya, jadi sebagian banyak buku tugasnya diisi oleh tulisan Xaviera.
Aku tidak pernah berharap kau sampai membuka surat ini, Lea. Karena itu artinya aku telah sangat mengecewakanmu.
Lea, maafkan aku. Pada akhirnya aku menjadi salah satu orang yang menyakitimu. Sungguh, Lea, aku tidak ingin pergi dengan cara seperti ini. Namun, aku tidak bisa mengatasi rasa sakitku sendiri, Lea. Aku berpikir mati adalah cara mengakhiri semuanya.
Maafkan aku, Lea. Maafkan aku pergi dengan cara yang sangat kau benci. Lea, aku berharap kau bisa hidup bahagia.
Terima kasih telah menjadi salah satu lilin yang menerangiku. Terima kasih telah menjadi seseorang yang begitu berarti untukku. Dan terima kasih telah menyayangiku.
Lea, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu, tapi aku tidak mampu melakukannya. Maafkan aku, Lea.
Hiduplah dengan baik, Lea. Aku tahu kau bisa melalui semuanya dengan baik. Genggamlah dunia di tanganmu, bersinarlah tanpa meredupkan cahaya orang lain. Tetaplah menjadi Lea yang aku kenal. Gadis manis dengan sejuta kebaikan di dalam dirinya.
Aku sangat mencintaimu, Lea. Bertemu denganmu adalah keberuntungan bagiku. Sekali lagi maafkan aku, Lea. Tolong jangan membenciku.
Xaviera, sahabatmu.
Mata Leandra telah sampai ke baris terbawah dari surat itu. Tidak ada ekspresi yang terlihat di mata Leandra selain sorot dingin yang membekukan.
Hati Leandra begitu terluka, tapi tidak ada air mata yang keluar dari netra coklatnya. Ia seperti seorang manusia berdarah dingin.
Leandra kembali melipat selembar kertas di tangannya. Ia ingin memaki, tapi tidak ada kata yang keluar dari mulutnya. Ia tahu, meski ia berteriak kencang sekalipun Xaviera tidak akan pernah kembali padanya.
Leandra benar-benar tidak mengerti bagaimana cara orang lain menyayanginya, kenapa mereka semua pergi dengan cara yang sama? Apakah meninggalkannya seperti ini merupakan bentuk kasih sayang mereka?
Apa yang begitu sulit untuk Xaviera ceritakan padanya? Apa yang telah mendorong Xaviera hingga wanita itu mengakhiri hidupnya? Apa yang telah membuat Xaviera yang ia kenal kuat menjadi tidak berdaya? Apa yang membuat Xaviera yang ia kenal cerdas menjadi tidak memiliki akal?
Berbagai pertanyaan muncul di benak Leandra, semakin ia pikirkan kepalanya semakin sakit.
Satu tangan Leandra terangkat, wanita itu memegangi kepalanya yang seperti ingin pecah. Kepergian Xaviera terlalu mengejutkan baginya.
Terakhir ia bertemu dengan Xaviera, sahabatnya itu tampak sangat bahagia. Ia bercerita tentang pekerjaannya yang menyenangkan. Tentang kesehariannya yang berjalan dengan baik. Xaviera tidak terlihat seperti seseorang yang memiliki masalah.
Atau mungkin ia yang tidak benar-benar bisa melihat ada sesuatu yang Xaviera sembunyikan darinya? Atau mungkin dirinya yang terlalu sibuk sehingga tidak tahu bahwa sesuatu terjadi pada Xaviera? Atau mungkin dirinya yang tidak memiliki waktu luang sehingga Xaviera sulit untuk bercerita padanya?
Leandra menyalahkan dirinya. Andai saja ia lebih peka, andai saja ia bisa meluangkan waktunya lebih banyak untuk Xaviera mungkin ceritanya akan berbeda. Mungkin saja Xaviera bisa berbagi rasa sakit padanya. Mungkin saja Xaviera tidak akan mengakhiri hidupnya.
Perasaan bersalah menyerang Leandra. Seharusnya ia berada di sisi Xaviera ketika Xaviera kesakitan. Bagaimana ia bisa mengaku pada dunia bahwa ia sahabat Xaviera saat ia sendiri tidak ada di sebelah Xaviera untuk membantu wanita itu mengatasi masalahnya?
Sebuah pisau tak kasat mata membelah jantung Leandra, rasa sakit yang tak tertahankan dirasakan olehnya.
Namun, sekali lagi tidak ada air mata yang keluar dari mata Leandra. Bahkan benda mati pun tidak boleh melihat kelemahannya.
Suara ketukan pintu dari luar bersamaan dengan nama Leandra yang disebutkan terdengar di telinga Leandra.
"Lean! Buka pintunya! Jangan membuatku cemas. Atau aku akan mendobrak pintu ini!" Suara manajer Leandra terdengar cemas.
Leandra bangkit dari sofa, ia melangkah menuju ke pintu kamarnya dan membuka pintu itu.
Saat pintu terbuka, manajer Leandra menerjang Leandra dengan pelukan. "Kenapa kau lama sekali membuka pintu? Kau membuatku merasa sangat takut, Lean." Wanita itu bersuara cemas.
Manajer Leandra mungkin tidak begitu lama mengenal Leandra dibandingkan dengan Xaviera, tapi wanita itu juga sangat menyayangi Leandra.
"Kau tidak melakukan sesuatu yang bodoh, kan?" Alice melepaskan pelukannya dari tubuh Leandra kemudian memeriksa tubuh Leandra.
"Kenapa kau kembali?" tanya Leandra.
"Aku akan tinggal di sini untuk beberapa hari." Manajer Leandra merasa terlalu riskan meninggalkan Leandra sendirian di saat seperti ini.
Seseorang bisa melakukan hal buruk ketika mengalami rasa kehilangan yang menyakitkan. Alice juga tahu ini yang kedua kalinya kisah seperti ini dialami oleh Leandra.
Kasus bunuh diri ayah Leandra pernah menjadi berita yang sangat hangat di Meksiko. Bahkan saat ini beberapa orang mungkin masih memperbincangkannya. Ayah Leandra pergi di usia yang masih cukup muda, saat kejayaan berada tepat dalam genggamannya.
"Aku baik-baik saja, Alice." Leandra tidak ingin merepotkan manajernya. Ia juga tidak akan melakukan hal bodoh. Cukup orang-orang yang ia cintai pergi dengan cara yang salah. Ia tidak akan mencatat sejarah yang sama.
"Aku tahu kau tidak baik-baik saja, Leandra. Kau bisa membohongi dunia, tapi tidak denganku. Meski kau mengusirku aku tidak akan pergi," tegas Alice.
"Kalau begitu terserah kau saja." Leandra kemudian melangkah kembali menuju ke sofa.
Alice mengikuti Leandra, ia melihat ke kotak hitam yang sudah terbuka. "Aku akan membuatkanmu makanan. Sejak pagi kau belum makan. Kesehatanmu akan menurun jika kau tidak mengkonsumsi apapun."
"Lakukan apapun yang ingin kau lakukan, Alice." Leandra berkata acuh tak acuh.
Alice melihat Leandra sekali lagi sebelum akhirnya ia meninggalkan Leandra dan pergi ke dapur.
Leandra kembali melanjutkan kegiatannya, melihat barang-barang yang ada di kotak. Perhiasan yang ia berikan pada Xaviera tahun lalu ada di dalam sana. Serta beberapa foto-foto Xaviera dan Leandra juga ada di sana.
Selain itu ada juga buku catatan di sana, tampaknya itu adalah catatan harian Xaviera.
Leandra meraih buku itu, ia membukanya. Tidak ada banyak hal yang tertulis di dalam sana selain beberapa kata-kata di setiap lembarnya.
Aku mencintainya, sangat mencintainya. Lembar pertama diisi dengan kata-kata itu. Lalu Leandra beralih pada lembar berikutnya.
Semua yang tertulis di sana tentang perasaan Xaviera untuk seorang pria. Tentang kebahagiaan Xaviera yang hanya digambarkan dengan beberapa kata.
Namun, pada halaman-halaman terakhir catatan itu tidak ada lagi kebahagiaan yang tertulis di sana.
Aku mencintai pria yang seharusnya tidak aku cintai. Pria yang tidak akan pernah bisa aku miliki. Semua salahku.
Leandra kini mulai mengetahui apa yang tidak bisa Xaviera ceritakan padanya. Tentang rasa sakit yang tak tertahankan yang dirasakan oleh Xaviera. Dan lagi-lagi itu kisah yang sama dengan ayahnya, tentang cara mencintai yang salah.
Leandra mengerti kenapa Xaviera tidak mampu bercerita padanya tentang hal ini karena Xaviera tahu benar bahwa ia sangat membenci hal-hal semacam ini.
Aku kehilangannya, kehilangan milikku yang berharga.
Maafkan aku yang telah menjadi noda dalam hidupmu. Maafkan aku yang dengan tidak tahu malu berani mencintaimu. Maafkan aku.
Aku pergi... Kau sudah tidak menginginkanku lagi... Aku akan segera bertemu dengan malaikat kecil yang juga tidak kau inginkan. Terima kasih untuk cerita yang begitu indah. Aku akan mengenangnya selamanya. Aku mencintaimu, dan akan selalu mencintaimu.
Lembar berikutnya tidak ada lagi tulisan tangan Xaviera. Cerita cinta Xaviera berakhir di sana.
Cinta, ia kehilangan orang yang ia sayangi karena cinta itu lagi. Betapa mengerikannya cinta, entah sudah berapa nyawa yang ia renggut.
Leandra semakin membenci cinta. Perasaan yang harusnya memberikan kebahagiaan itu malah memberikannya lebih banyak duka.
Ponsel Leandra berdering. Leandra segera meraih ponselnya. "Ada apa, Jasmine?"
"Leandra, ada sesuatu yang ingin aku beritahukan padamu. Aku merasa kau perlu mengetahui ini."
"Katakan padaku."
"Satu minggu lalu Xaviera mengalami keguguran."
Leandra diam. Jadi, ternyata ada banyak hal yang tidak ia ketahui tentang Xaviera. Apakah mungkin maksud Xaviera mengenai ia telah kehilangan miliknya yang berharga adalah janin yang ia kandung?
"Xaviera memintaku untuk tidak memberitahumu karena dia tidak ingin membebanimu." Jasmine menambahkan.
"Apakah kau tahu dengan siapa Xaviera berhubungan?" tanya Leandra. Sebelum ini Leandra tidak pernah mengetahui Xaviera memiliki hubungan dengan pria. Yang ia tahu Xaviera hanya ingin mengejar cita-citanya terlebih dahulu.
Xaviera sama sepertinya berambisi, tidak memikirkan cinta sebelum keinginan mereka tercapai. Namun, sepertinya hanya ia yang berjalan sesuai dengan rencananya. Di persimpangan Xaviera berubah pikiran.
"Aku hanya tahu Xaviera pernah menjalin hubungan dengan Adelard Maxwell."
"Adelard Maxwell, maksudmu penerus keluarga Maxwell?"
"Benar."
"Apakah kau memiliki sesuatu yang lain yang ingin kau bicarakan?" tanya Leandra.
"Hanya itu yang ingin aku katakan, Leandra."
"Kalau begitu aku akan menutup panggilan ini."
"Ya."
Setelah itu Leandra memutuskan panggilan dari Jasmine. Ia melihat kembali ke buku catatan Xaviera yang ada di meja. Mungkinkah pria yang tidak menginginkan Xaviera lagi adalah Adelard Maxwell?
Kepala Leandra kini dipenuhi oleh teka-teki. Jika memang Xaviera memutuskan mengakhiri hidupnya karena dicampakan oleh Adelard, maka ia pasti akan membalas untuk Xaviera. Secara tidak langsung Adelard telah membunuh Xaviera.
tbc
"Apakah kau mengenal Adelard Maxwell?" tanya Leandra pada Kevin yang saat ini berada di kediamannya."Apakah yang kau maksud putra bungsu keluarga Maxwell?" Kevin balik bertanya."Benar.""Kenapa kau menanyakan tentang pria itu? Apa kau tertarik padanya?" tanya Kevin hati-hati. Pria ini telah mengenal Leandra untuk waktu yang cukup lama, dan ia belum pernah melihat Leandra tertarik pada pria mana pun.Ada banyak gosip yang menyebar tentang Leandra yang berkencan dengan berbagai pria, tapi semua itu tidak benar.Kevin bahkan tahu bagaimana dinginnya Leandra terhadap lawan jenisnya. Leandra seperti tidak ingin terlibat hubungan apapun dengan pria. Ada banyak pria yang mencoba mendekati
"Leandra, kau perlu istriahat." Alice menatap Leandra khawatir. Sudah tiga hari berlalu dan Leandra bekerja tanpa henti. Wanita itu mempercepat segalanya.Alice pikir Leandra mungkin sedang ingin mengalihkan kesedihannya karena kepergian Xaviera dengan menyibukan diri dalam pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dalam beberapa hari ke depan, dikerjakan oleh Leandra lebih cepat.Jadwal pemotretan, jadwal syuting, Leandra meminta Alice untuk mengaturnya ulang. Leandra berpindah-pindah tempat entah berapa kali dalam sehari. Wanita itu tampak seperti orang yang gila bekerja."Aku akan mengambil libur selama satu minggu ke depan, jadi aku harus menyelesaikan semua pekerjaan dalam minggu-minggu ini," seru Leandra."Kau ing
Pantai, senja dan langit jingga, hal ini bukan sesuatu yang baru bagi Adelard. Entah sudah berapa banyak ia melukis pemandangan indah itu, tapi ia tidak pernah mendapatkan kepuasan. Ia merasa ada yang kurang dari keindahan tiga hal itu.Dan kali ini Adelard tahu apa yang kurang. Ia tidak pernah menemukan model yang tepat untuk mengisi pemandangan itu. Tidak seperti sekarang, Adelard melihat seorang wanita mengenakan dress berwarna putih tanpa lengan yang tengah melihat ke arah matahari tenggelam.Wanita itu tampak begitu menikmati apa yang disuguhkan di depannya. Seolah saat ini tidak ada hal lain yang lebih menarik dari sang surya yang akan kembali ke tempatnya.Adelard tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Ia segera meletakan peralatan melukisnya dan mulai mengabadikan pemandangan s
Po sisa empat hari lagi ya, Gaes. Yang mau ikutan PO bisa wa aku di 085788190001. Kuy, cetakan terbatas.**********"Kau baik-baik saja, Adelard?" Rekan Adelard yang menyusul Adelard bertanya pada Adelard. Pria itu tampak memperhatikan wajah Adelard lalu berpindah ke kaos yang Adelard kenakan."Aku baik-baik saja," balas Adelard. Ia melihat ke kaosnya. "Aku akan mengganti pakaianku.""Baiklah. Aku akan menunggumu di lobi," balas Kane, rekan Adelard. Mereka masih memiliki acara lain setelah makan di restoran. Kane akan membawa Adelard ke sebuah club malam, pria itu telah menyiapkan hadiah sebagai sebuah balasan karena Adelard mau bergabung di pameran yang ia buat.
Hari ini close po ya, Geng. Yang masih mau Sleeping With The Enemy versi cetaknya bisa wa aku 085788190001 yes.********"Leandra Katharina." Adelard menggumamkan nama itu sembari melihat nomor ponsel Leandra yang tertera di layar ponselnya. Senyum tercetak di wajah pria tampan itu tanpa ia sadari.Ia tidak pernah merasa sebahagia ini hanya karena mendapatkan nomor ponsel seorang wanita. Adelard sedikit menertawakan betapa konyolnya ia saat ini.Adelard meletakan ponselnya di meja, tepat di sebelah majalah yang tak pernah ia lihat sebelumnya meski posisi benda
"Kau ingin memesan apa?" tanya Adelard. Ia menatap ke iris mata Leandra yang memikat."Menu utama hari ini saja.""Baiklah kalau begitu," balas Adelard.Ia kemudian memesankan makanan pada pelayan yang berdiri di sebelah Adelard. "Nona, kau mendengarkan ucapanku?" seru Adelard pada pelayan yang pikirannya entah sedang berada di mana sekarang.Wajah pelayan itu tampak terkejut. Ia segera meminta maaf. "Tolong sebutkan lagi pesanan Anda, Tuan."Adelard menyebutkan kembali pesanannnya, lalu setelah itu sang pelayan segera pergi sembari merutuki kebodohannya. Tapi, itu bukan salahnya, salahkan saja wajah pelanggan itu yang terlal
Adelard menunggu Leandra di lobi hotel. Pria itu hari ini tampak mengenakan kaos polos berwarna abu-abu tua serta jaket kulit dipadu dengan celana jeans berwarna hitam dilengkapi dengan sneakers berwarna gelap.Pria itu tampak lebih muda dari umurnya dengan pakaian yang ia kenakan saat ini. Sudah bukan hal aneh lagi jika ia menjadi pusat perhatian hanya dengan pakaian santainya itu.Menunggu beberapa menit, Adelard menemukan sosok Leandra yang saat ini keluar dari lift. Senyum di wajah Adelard mengembang. Saat ini Leandra mengenakan dress pas badan berwarna hitam dipadu dengan coat berwarna senada berbenturan dengan kulitnya yang seputih salju.Rambut cokelat gelap Leandra dibiarkan tergerai dengan indah. Wajahnya disapu dengan
“Tuan Muda, Anda datang.” Seorang pria paruh baya menyambut kedatangan Adelard. Mata pria itu beralih pada Leandra. Selama ia menjaga villa itu tidak pernah ada wanita yang dibawa ke sana oleh tuan mudanya.“Apa kabar, Paman John?” Adelard sedikit berbasa-basi.“Saya sangat baik, Tuan.”“Ah, benar, perkenalkan ini Leandra.” Adelard memperkenalkan Leandra pada Jhon.Keduanya kemudian saling menyapa dengan sopan. “Aku dan Leandra akan berada di sini untuk beberapa waktu, Paman. Paman bisa pergi sekarang, aku akan menghubungimu jika aku membutuhkan sesuatu.”“Baik, Tuan muda. Kalau begitu saya permisi.” Jhon kemudian meninggalkan villa.“Leandra, ayo masuk.” Adelard mengajak Leandra untuk masuk ke dalam villa bernuansa putih itu.Mungkin sudah sepuluh tahun lamanya Adelard tidak mengunjungi tempat ini. Biasanya ketika
Hari ini semua anggota keluarga Maxwell telah berkumpul di kediaman ayah Adelard. Di sana juga ada Alvaro yang telah keluar dari rumah sakit satu minggu lalu. Pria itu sudah mulai beraktivitas. Leandra tidak lagi membenci Alvaro. Ia sudah mengetahui dari Adelard bahwa Alvaro sangat mencintai Xaviera dan tidak pernah berniat menyakiti Xaviera. “Malam ini aku ingin memberitahukan pada kalian semua bahwa aku dan Leandra akan segera menikah.” Adelard memberitahu keluarga besarnya. Kali ini kakek dan nenek Adelard benar-benar menerima Leandra. Ia sudah cukup sadar atas apa yang mereka perbuat pada cucu tertua mereka dan tidak ingin mengulangi hal yang sama lagi.“Selamat untuk kalian berdua.” Ayah Adelard ikut senang untuk putranya. Anggota keluarga Maxwell yang lain juga memberikan selamat.Kali ini orang-orang itu tidak bisa lagi meremehkan Leandra karena mereka sudah tahu siapa sebenarnya Leandra. “Dan satu lagi, saat ini
Leandra berjemur di taman rumah sakit. Wanita itu kini mengenakan pakaian rumah sakit dengan infus di tangannya. Ia duduk sembari memperhatikan beberapa orang di taman itu. Leandra memegangi perutnya, ia masih tidak menyangka ada malaikat kecil di dalam tubuhnya.“Kita akan menjalani hidup dengan bahagia, Sayang. Jika ayahmu tidak menginginkanmu nanti maka kau akan memiliki ibu di sisimu yang akan mencintaimu dengan sepenuh hati.” Leandra bicara dengan lembut pada anaknya.Leandra sudah memutuskan, ia akan memberitahu Adelard mengenai janin yang ia kandung. Ia tidak tahu apakah Adelard akan menginginkan anak itu atau tidak, tapi apapun tindakan Adelard ia tetap akan melahirkan anaknya.Di sisi lain taman, Adelard menyaksikan Leandra yang duduk di bangku taman. Ia tidak tahu sama sekali jika Leandra dirawat di rumah sakit. Ia tidak pernah memerintahkan pengawalnya untuk memberikan kabar mengenai Leandra. Ia hanya ingin pengawalnya menjaga Leandr
Adelard benar-benar muak melihat sandiwara Sandra. Ia menunjukan rekaman pada Sandra. “Bisa kau jelaskan padaku apa maksud semua ini?”Wajah Sandra memucat. Sial! Ia benar-benar tertangkap tangan. “Aku, aku tidak melakukan apapun. Sungguh.”Adelard tidak percaya bahwa Sandra akan menyangkal sampai akhir. “Kenapa kau melakukan ini pada Kak Alvaro? Dia suamimu!” Sandra benci dengan semua orang yang ada di ruangan ini. Mereka semua menyalahkannya padahal di sini Alvaro lah yang menyebabkan ia seperti ini. Raut wajah Sandra berubah drastis. Kini ia menunjukan sisi iblis di dalam dirinya yang tersimpan dengan rapi. Wanita itu tertawa sumbang. “Kau bertanya kenapa aku melakukan ini? Itu semua karena kakakmu adalah pria bajingan! Dia mengkhianatiku dengan mantan kekasihmu, Xaviera! Dia bahkan memiliki hampir memiliki anak dengan pelacur itu!” Sandra tidak lagi bersandiwara. Semua orang juga sudah melihat wajahnya yang as
Adelard kembali ke apartemennya dengan selamat. Pria itu menyetir dalam keadaan setengah sadar. Dan ia cukup beruntung karena tidak mengalami hal buruk.Ketika ia keluar dari lift, ia berjalan terhuyung lalu terjatuh di lantai.“Adelard!” Leandra yang menunggu Adelard segera berlari ke arah Adelard. Bau alkohol tercium kuat dari tubuh Adelard. Adelard mengangkat wajahnya, menatap Leandra dengan tatapan terluka dan hancur. “Lepaskan aku!”“Biar aku bantu. Ayo berdiri.”“Kenapa kau datang ke sini? Apa kau ingin melihat bagaimana aku hancur karenamu? Apa kau tidak puas jika tidak menyaksikan dengan kedua matamu?” Adelard meluapkan kemarahannya.Leandra menggigit bibirnya, hatinya begitu sakit sekarang. Dahulu ia memang ingin melihat Adelard hancur, tapi sekarang ia tidak menginginkan itu. “Ayo berdiri.”“Kenapa kau begitu kejam padaku, Leandra. Aku mencintaimu. Aku sangat ingin m
Sandra mengemudikan mobilnya menuju ke makam Xaviera. Wanita itu masih menyimpan kebencian pada Xaviera bahkan setelah Xaviera tiada. Ia keluar dari mobilnya, menatap makam Xaviera dingin. “Kau seharusnya tidak pernah hadir dalam hidupku dengan Alvaro, Xaviera. Karena kau aku bahkan harus menyingkirkan suamiku sendiri. Kau lah yang harus disalahkan atas apa yang menimpa Alvaro saat ini.” Sandra menyalahkan Xaviera.“Aku tidak pernah dikalahkan oleh orang lain, dan aku benci kekalahan. Sekarang aku sudah menang dari kalian berdua. Aku berhasil menyingkirkan kau dan Alvaro.” Ia berkata dengan bangga. Sandra terbiasa dijadikan ratu sejak kecil. Dimanja oleh orangtuanya membuat ia memiliki kepribadian yang buruk. Namun, ia menyembunyikan semua kepribadiannya itu dengan baik. Ia membuat semua orang melihatnya sebagai putri dari keluarga kaya raya yang memiliki hati yang lembut dan bersih. Tidak ada yang tahu betapa kotor dan liciknya Sandra.
Leandra menatap Alvaro yang saat ini terbaring tak berdaya di ranjang. Ia memang tidak ingin melihat Alvaro lagi, tapi ia juga merasa sakit melihat Alvaro seperti ini, itu semua karena Alvaro adalah orang yang penting bagi Adelard. Leandra memeluk Adelard, entah bagaimana ia harus menghibur pria itu. “Tidak apa-apa menangis jika kau sedih, Adelard.” Leandra tahu Adelard menahan air matanya sejak tadi.Ucapan Leandra membuat Adelard tidak bisa membendung air matanya lagi. Pria itu menangis dalam diam untuk beberapa saat, mengeluarkan rasa sakit di dalam hatinya yang begitu menyiksanya.Setelah beberapa saat, Adelard berhenti menangis. Namun, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ia hanya melihat wajah kakaknya yang terdapat beberapa luka di sana.Beberapa alat kedokteran menempel di tubuh kakaknya. Ia tidak pernah menyangka sama sekali bahwa ia akan melihat kakaknya dalam kondisi tidak berdaya seperti ini.Adelard menjaga kakaknya sampai pag
Leandra berada di sebuah studio tempat proses casting tengah berlangsung. Di depannya ada sutradara, produser serta penulis novle yang karyanya akan difilm kan. Leandra selalu mengambil jalur yang adil untuk sebuah peran. Ia sering mendapatkan tawaran menjadi pemeran utama tanpa harus melakukan casting, tapi Leandra tidak ingin ada orang lain yang mengkritiknya, jadi ia mengambil jalur yang juga dilalui oleh orang banyak. Meski pada kenyataannya orang-orang masih saja tidak menyukainya dan menyebutnya mendapatkan peran penting dalam sebuah film karena ia memiliki seseorang di balik layar. Leandra telah selesai memerankan karakter wanita yang memiliki watak tidak jauh berbeda dengannya.“Sudah aku katakan, Leandra sangat cocok untuk karakter dari novelku. Dia benar-benar melebihi perkiraanku.” Penulis novel merasa sangat puas dengan akting Leandra. Sejak awal ia sudah mengatakan pada produser dan sutradara bahwa ingin Leandra yang menjadi peme
Pembicaraan Alvaro dan Leandra kemarin belum selesai, jadi Alvaro meminta untuk bertemu dengan Leandra lagi.“Apa lagi yang ingin Anda bicarakan?” Lendra menatap Alvaro dingin. “Pembicaraan kita belum selesai kemarin, Leandra.” Alvaro tidak tersinggung dengan sikap Leandra, ia memang pantas mendapatkannya karena telah membuat Xaviera mengakhiri hidupnya. “Adelard tidak terlibat apa-apa dalam kematian Xaviera. Aku harap kau tidak mempermainkan perasaannya.”“Anda ternyata sangat menyayangi adik Anda. Lalu bagaimana dengan Xaviera, apakah Anda pernah berpikir bagaimana perasaannya dipermainkan oleh Andra?”“Leandra, aku tidak pernah mempermainkan Xaviera. Aku mencintainya.”“Omong kosong! Jika Anda mencintai Xaviera maka Anda tidak akan mendorong Xaviera pada kematian. Apakah Anda pikir Xaviera adalah wanita yang bisa Anda datangi sesuka hati lalu dibuang ketika tidak dibutuhkan lagi! Jika itu
Leandra pergi ke sebuah bar yang ada di pusat kota. Apa yang ia ketahui hari ini membuat ia merasa buruk. Ternyata selama ini ia telah salah menilai Adelard. Bukan Adelard pria yang membuat Xaviera bunuh diri, tapi Alvaro.Ia telah membenci seseorang yang salah selama ini. Ia nyaris saja melakukan hal yang sama seperti yang Alvaro lakukan pada sahabatnya.Kini Leandra benar-benar mengerti kenapa Xaviera tidak pernah menceritakan apapun padanya mengenai kisah cintanya. Itu karena Xaviera mencintai suami wanita lain. Dan hubungan keduanya disembunyikan.Leandra kini tidak tahu harus menyalahkan siapa. Xaviera tidak seharusnya jatuh cinta pada Alvaro yang sudah memiliki keluarga. Sejak awal Alvaro sudah tidak bisa ia miliki sepenuhnya, tapi Xaviera masih terus menjalin hubungan dengan pria itu.Xaviera merupakan wanita yang sangat cerdas, Leandra tahu benar hal itu. Namun, kenapa Xaviera harus memilih menjadi orang ketiga di dalam hubungan orang lain?Tidak aka