Suara deburan ombak yang membentur tebing batu menyentak kesadaran Lauryn. Wanita yang tergeletak di tepi tebing itu membuka matanya perlahan.
Cahaya matahari yang menyilaukan menyapa penglihatannya, membuat ia sedikit menyipit karena tidak siap menerima serangan langsung sinar sang surya.
Setelah bisa menguasai dirinya, Lauryn mencoba untuk duduk. Ia mengernyit saat ia menyadari bahwa sekarang ia berada di tepi tebing. Ia ingat dengan jelas bahwa terakhir ia berada di ruang kerja ayahnya.
Ah, benar. Ketika ia baru masuk ke dalam ruangan itu, ia tiba-tiba saja dibekap menggunakan sapu tangan. Ia tahu dengan jelas siapa pelakunya.
"Kau sudah sadar, Lauryin." Suara angkuh itu membuat pandangan Lauryn teralih.
Lauryn mendengus kasar. Ia menatap ke arah wanita yang pernampilan berani di depannya. Wanita itu adalah kakaknya sendiri, Irene.
Di sebelah Irene ada seorang pria yang tidak lain adalah tunangan Lauryn. Di belakang mereka ada enam orang pria bertubuh kekar yang merupakan orang-orang Irene.
"Apa maksud dari semua ini, Irene?!" Lauryn mencoba untuk berdiri tapi tubuhnya masih terlalu lemah karena pengaruh obat bius yang belum hilang sepenuhnya.
Dor! Lauryn kembali terduduk saat peluru menembus pahanya. Rasa sakit menyebar sampai ke kepalanya. Mata Lauryn menangkap senyuman sinis yang tercetak di wajah Irene.
"Hari ini kau akan mati, Lauryn." Irene bersuara dingin.
"Kau pikir semudah itu melenyapkanku!" Lauryn mengejek Irene. Jika saja saat ini kondisi tubuhnya tidak lemah, percayalah ia pasti akan bertarung dengan delapan orang di depannya.
Lauryn merupakan pembunuh bayaran terlatih yang menguasai berbagai jenis senjata dan bela diri. Hanya membunuh delapan orang saja itu hal mudah. Namun, Irene mengetahui kemampuannya dengan jelas sehingga Irene menggunakan cara ini untuk menyingkirkannya.
Licik!
Irene sangat membenci keangkuhan Lauryn. Ia sudah menunggu hari ini begitu lama. Akhirnya ia bisa melenyapkan Lauryn, dan tentu saja itu atas izin ayahnya.
Tangan Irene menekan trigger pistolnya lagi, sebuah peluru melesat cepat. Kali ini bersarang di bahu Lauryn. "Kau benar-benar angkuh, Lauryn. Ckck, kau pikir kau sangat hebat, hm? Kau salah besar, Lauryn. Jika Ayah tidak membutuhkan tenagamu maka aku pasti sudah melenyapkanmu sejak dulu," seru Irene sinis.
"Jadi, sekarang Ayah sudah tidak membutuhkan tenagaku lagi, itulah kenapa kau mencoba untuk menyingkirkanku." Lauryn menyimpulkan dari ucapan Irene.
"Benar. Ayah sudah memiliki segalanya. Sekarang kau sudah tidak berguna. Selain itu ibumu juga sudah tewas. Ayah tidak akan bisa mengendalikanmu jika kau tahu kebenarannya."
"Apa?!" Lauryn kini tampak marah. Matanya terlihat penuh dengan emosi.
Suara tawa mengejek terdengar di telinga Lauryn. "Ya, Ibumu sudah meninggal satu minggu lalu. Kau benar-benar malang, Lauryn. Bahkan kau tidak tahu di mana ibumu di makamkan." Irene benar-benar bahagia hari ini karena ia bisa melepaskan semua kebenciannya pada Lauryn.
"Bajingan! Kalian semua sudah mempermainkanku," desis Lauryn dengan mata berkaca-kaca. Ia mencoba untuk bangkit lagi dengan susah payah.
Satu tembakan lagi dilepaskan oleh Irene. Kini paha Lauryn yang lain yang tertembak.
"Sejak lahir kau sudah ditakdirkan untuk menjadi boneka, Lauryn. Yang bisa dipermainkan dan diatur sesuka hati. Ckck, Ayah memanfaatkanmu, mengancam menggunakan ibumu yang penyakitan. Setelah itu Ayah menjodohkanmu dengan pria yang bisa mengendalikanmu jika suatu hari nanti kau memberontak. Asal kau tahu, Lorenzo adalah kekasihku." Irene menatap pria di sebelahnya dengan menggoda. Tampaknya jika tidak ada orang di sana, Irene dan Lorenzo mungkin sudah bercinta dengan keras.
Sayangnya Lauryn tidak peduli dengan Lorenzo. Ia menerima pertunangan dengan Lorenzo karena tekanan dari ayahnya. Mana mungkin Lauryn menyukai pria yang menganggap dirinya paling tampan di dunia ini.
Bukannya cemburu, Lauryn malah merasa jijik.
"Hari ini aku sedang bahagia karena aku sedang mengandung anak Lorenzo. Oleh karena itu aku memberikan kau dua pilihan, meloncat dari tebing atau mati di tanganku." Irene jelas bukan memberikan pilihan. Dua-duanya akan menyebabkan kematian untuk Lauryn.
Namun, daripada mati di tangan Irene. Ia lebih memilih untuk melompat ke laut
"Ingat ini baik-baik, Irene. Aku pasti akan menagih semuanya. Jika aku harus menjadi hantu, aku pasti akan menghantui kalian semua," seru Lauryn penuh kebencian.
Irene tertawa mengejek, menganggap ucapan Lauryn hanyalah lelucon.
Lauryn menjatuhkan tubuhnya ke lautan yang ada di bawah tebing. Hari ini jika ia bisa selamat, ia pasti akan membalas dendam pada keluarganya.
Tubuh Lauryn tenggelam. Ia mencoba untuk berenang tapi tembakan di paha dan bahunya membuatnya mustahil untuk melakukan hal itu.
Pada akhirnya ia semakin dalam masuk ke lautan. Lauryn tidak akan bisa balas dendam. Hari ini ia mati karena kekejaman keluarganya.
Ia telah melakukan banyak hal untuk ayahnya, tapi pada akhirnya ayahnya memerintahkan pembunuhan padanya.
Lauryn tahu tidak ada yang menyayanginya di keluarganya, tapi tetap saja menyingkirkannya setelah semua yang ia lakukan itu terlalu keji mengingat mereka masih berhubungan darah.
***
Sepasang mata elang Reiner tertuju pada sosok wanita yang mengapung beberapa puluh meter dari keberadaannya saat ini.
Pria yang tengah berdiri di dek kapal pesiarnya itu mengambil teropong jarak jauh yang berada di dekatnya. Kini pandangannya lebih jelas, dan ia bisa melihat tato yang menarik perhatiannya.
Biasanya Reiner akan mengabaikan hal-hal seperti ini. Ia tidak begitu peduli pada hidup orang lain. Meski ia bisa membantu, ia akan tetap mengabaikannya, kecuali jika ada sesuatu yang menguntungkannya.
Namun, kali ini berbeda. Ia memerintahkan tangan kanannya untuk menyuruh pengemudi kapal pesiarnya agar bergerak ke arah wanita yang mengapung yang tadi ia lihat.
Seringai tampak di wajah tampan pria itu. "Kita bertemu lagi, Nona Mawar Hitam."
Setelah cukup dekat, Reiner terjun ke lautan. Ia menggapai tubuh wanita yang ia sebut Nona Mawar Hitam, lalu membalikan tubuh wanita itu.
Mata gelap Reiner terlihat seperti akan membakar wanita di dalam pelukannya itu. Reiner memiliki dendam yang mungkin bisa disebut juga sebagai obsesi tersendiri pria itu.
Bertahun-tahun lamanya ia mencari wanita yang sudah menipunya. Membuat ia kehilangan proyek bernilai jutaan dolar.
Reiner tidak akan memaafkan siapapun yang merugikannya meski itu hanya satu sen saja. Namun, wanita di dalam dekapannya tidak hanya merugikannya tapi juga membuat harga dirinya sebagai seorang pemimpin sebuah organisasi bawah tanah terbesar di dunia terinjak-injak.
Ia ditipu, lalu kemudian ia ditinggalkan di atas ranjang sendirian. Reiner tidak menyangka sama sekali, jika wanita yang memiliki tato mawar hitam di pinggangnya itu ternyata bukan penari tiang biasa, tapi merupakan ular betina yang licin.
Malam itu untuk pertama kalinya Reiner gagal mendapatkan apa yang ia inginkan. Melihat wanita itu berjoget di tiang membuat hasrat seksual Reiner bangkit. Namun, sialnya ia tidak bisa menikmati tubuh wanita itu karena sebelum ia menyetubuhi wanita itu ia sudah lebih dahulu tidak sadarkan diri.
Sejak saat itu Reiner mencari si wanita penipu yang sudah meninggalkannya seperti pelacur pria. Sial! Saat memikirkan itu, Reiner pasti ingin menghancurkan dunia. Bangun dalam keadaan telanjang sendirian, hal seperti itu tidak pernah ada dalam kamus hidupnya.
Biasanya dirinya yang akan meninggalkan wanita jalang setelah ia melepaskan gairah seksualnya. Dan juga ia tidak akan pernah membiarkan wanita mana pun tidur di sebelahnya.
Sungguh menggelikan, ia seorang yang sangat ditakuti oleh dunia malah diejek oleh seorang wanita.
Reiner bersumpah, jika ia menemukan nona Mawar Hitam itu, ia pasti akan membuat perhitungan. Ia akan meminta ganti rugi atas semua kerugiannya. Selain itu ia juga akan membuat wanita itu membayar karena sudah meninggalkannya begitu saja.
Dan hari ini sumpah itu akan ia laksanakan. Akhirnya ia menemukan wanita yang ia cari. Ralat, mungkin bukan ia yang menemukan melainkan wanita itu yang datang sendiri padanya.
"Kau tidak akan bisa kabur lagi dariku, Nona Mawar Hitam." Itu sumpah Reiner. Ia akan memenjarakan wanita di depannya dalam penjara emas miliknya.
Tak akan ia beri sedikit saja celah yang bisa membuat ia ditinggal lagi seperti sesuatu yang tidak berharga. Jika perlu ia akan menggunakan rantai dan borgol.
Lauryn membuka matanya. Rasa sakit menyentaknya. Perlahan kelopak matanya terbuka, menampilkan permata birunya yang sedingin gunung es. Lauryn mengedarkan pandangannya.Aku tidak mati. Lauryn tahu dengan jelas, neraka tidak mungkin seperti ini.Namun, di mana ia sekarang? Ia tidak mengenali tempat ini. Jelas, bukan kediamannya atau kediaman ayahnya.Mengingat tentang ayahnya, tangan Lauryn tiba-tiba terkepal. Kukunya menancap ke telapak tangannya hingga menyebabkan luka.Tuhan telah berbaik hati padanya karena membiarkannya hidup, Lauryn tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan ini. Lihat apa yang akan ia lakukan pada ayah dan saudari tirinya serta beberapa orang lain yang telah terlibat dalam pengkhianatan terhadap diriny
"Lauryn Athenna." Reiner mengulangi lagi nama wanita yang selalu ia sebut Nona Mawar Hitam. Dan sekarang ia sudah mengetahu nama asli wanita itu."Data pribadimu tidak ada di pencarian penduduk negara ini." Reiner telah mencari nama Lauryn, tapi ia tidak menemukannya."Alexander William telah menghapus semua data tentangku. Kau tidak akan pernah bisa menemukannya.""Ah, seperti itu. Alexander William rupanya bekerja dengan sangat rapi. Pria itu menyembunyikanmu seolah kau tidak pernah ada di dunia ini." Reiner sedikit mengetahui tentang Alexander, pria itu perusahaan perhotelan yang terkenal di Amerika. Ia termasuk dalam seratus orang terkaya di benua Amerika.Namun, seorang Alexander tidak seharusnya menyinggungnya. Pria itu sama saj
Terhitung sudah satu bulan Lauryn dianggap sudah mati oleh keluarga William. Kehidupan keluarga itu berjalan dengan baik seperti biasanya. Tidak ada yang berubah, karena pada kenyataannya Lauryn tidak pernah menjadi anggota keluarga itu.Nyonya Eddelia, istri Alexander William, merasa hari-harinya semakin indah. Rasa tercekik yang membelenggunya selama 24 tahun ini telah lenyap. Sekarang wanita itu bisa bersantai tanpa harus memikirkan kekurangannya.Ia tahu suaminya memiliki banyak wanita simpanan untuk bersenang-senang, sebagai seorang istri ia merasa hancur. Namun, ia tidak bisa melarang suaminya karena jika ia melakukan hal itu maka ia akan dilemparkan ke jalanan.Lebih dari sebuah kehidupan mewah, Eddellia memikirkan harga dirinya. Ia tidak akan membuat orang-orang membicarakannya
Mata Lauryn segera terbuka ketika ia merasakan seseorang mendekat ke arah pintu. Ia berada di tempat asing, jadi kewaspadaannya meningkat.Pintu terbuka, sosok pria yang sudah dua minggu tidak ia lihat berada di sana."Kau belum tidur?" Reiner melangkah mendekati Lauryn. Setelah melakukan pemberatasan terhadap sekumpulan sampah, Reiner terbang kembali ke kediamannya.Dua minggu ini ia mengurusi bisnisnya di luar negeri, setelah itu ia pergi ke Chicago untuk membunuh Ryuji. Ia tidak bisa berada lebih lama lagi dari Lauryn, jadi ia memutuskan untuk kembali secepatnya. Setelah beberapa jam penerbangan, ia sampai di kediamannya pada jam 3 pagi.Selama ia tidak ada di dekat Lauryn, ia selalu memantau keadaan Lauryn dari sahabatnya yang men
Reiner dan Lauryn duduk saling berhadapan. Di depan mereka terdapat hidangan sarapan yang dibuat oleh koki yang dipekerjakan khusus oleh Reiner."Apa yang akan kau lakukan hari ini?" tanya Reiner sembari mengiris sarapannya yang ada di piring. Ia yakin Lauryn pasti akan keluar rumah hari ini."Apa aku harus melapor semua kegiatanku padamu." Lauryn membalas tidak senang. Apa tidak cukup bagi Reiner menanamkan chip di tubuhnya saja? Kenapa ia juga harus melapor setiap kegiatannya pada pria itu. Ia merasa lebih buruk dari tahanan.Ketika ia menerima perintah dari ayahnya, ia tidak harus melapor apa saja yang ia lakukan. Yang terpenting bagi ayahnya hanyalah hasil. Tentang cara, ayahnya tidak peduli."Kau milikku, Lauryn. Dan kau harus me
Reiner hadir di ruang rapat lima menit sebelum pertemuan di mulai. Ia berjalan ke ruang koferensi diikuti oleh asistennya.Rapat dimulai, Reiner menerima berkas yang diberikan oleh asistennya. Ia membaca berkas itu dari halaman satu hingga ke akhir halaman. Setelah itu ia mendengarkan laporan yang disampaikan oleh eksekutif dari masing-masing depertemen.Selama waktu rapat berjalan, Reiner tidak bersuara. Ia hanya mendengarkan dengan cermat. Hingga akhirnya rapat itu berakhir."Pak Reiner, apakah ada sesuatu yang ingin Anda tambahkan?" tanya asiseten Reiner."Tidak ada." Reiner puas dengan laporan dari petinggi di perusahaannya.Para eksekutif bernapas lega. Syukurlah CEO mereka puas
Kaki Lauryn melangkah meninggalkan restoran ketika ia sudah memastikan Irene menyesap minuman yang sudah ia bubuhkan obat penggugur kandungan.Hanya tingga menunggu beberapa saat lagi maka Irene akan kehilangan janinnya.Ketika Lauryn masuk ke dalam Audi R8 nya, Irene mulai merasa sakit yang teramat pada perutnya. Bahkan gelas yang ia pegang jatuh ke lantai karena rasa sakit yang tidak tertahankan.Wajahnya yang dipoles dengan make up kini tampak pucat. Lorenzo segera berdiri dari tempat duduknya. Ia terlihat sangat cemas. "Sayang, ada apa?" tanya Lorenzo."Perutku sakit." Irene berkata lirih. Keringat dingin muncul dari pori-pori kulitnya."Aku akan membawamu ke rumah sakit." Lorenz
Satu jam berlalu, Reiner telah menyelesaikan rapat melalui video. Pria itu tidak keluar dari ruang kerjanya, ia masih memiliki satu pekerjaan lain.Ponsel Reiner berdering, panggilan dari Luke masuk. Ia segera menjawab telepon dari tangan kanannya itu. Luke memang selalu tepat waktu, ia mengatakan pada Luke untuk memberinya kabar setelah ia menyelesaikan pekerjaannya. Dan pria itu menghubunginya hanya beberapa detik setelah rapat selesai."Tuan, saya sudah memeriksa ke mana saja Nyonya Lauryn pergi. Hari ini Nyonya Lauryn mengunjungi beberapa tempat. Pagi sekali ia mengunjungi sebuah tempat yang sudah terbakar habis, setelah itu ia pergi ke tempat lain dan menyewa tempat itu. Berikutnya Nyonya Lauryn pergi ke tempat penjual komputer di pasar gelap, ia kembali ke tempat yang ia sewa lalu keluar lagi dan pergi ke mall. Di sana Nyonya
Hari ini Lauryn tampak seperti putri dari negeri dongeng dengan gaun putih yang ia kenakan. Di atas kepalanya terdapat mahkota kecil bertahtakan berlian.Di sebelahnya Reiner tampak gagah dengan setelah jas berwarna hitam yang ia kenakan. Pria yang jarang tersenyum itu kini memperlihatkan senyumannya di depan semua orang.Di aula yang didominasi warna emas itu, Lauryn dan Reiner melangsungkan pernikahan mereka. Mengucapkan janji suci pernikahan yang tidak akan pernah mereka langgar.Tamu-tamu yang hadir di sana ikut bersuka cita untuk kedua mempelai. Mereka semua menikmati pesta mewah bak pernikahan putra raja itu.Setelah berjam-jam, acara selesai. Reiner membawa Lauryn ke kamar pengantin mereka.“Kau lelah?” tanya Reiner.Lauryn menganggukan kepalanya. “Aku merasa sedikit lelah. Mungkin itu karena kehamilanku.”“Seharusnya kau bicara jika kau lelah.”“Tidak apa-apa. Aku bisa menahanny
Mata Lauryn tertuju pada dua mayat yang berada beberapa meter dari keberadaannya saat ini. Kematian Alexander sudah menuntaskan segala dendam di dalam hatinya. Pria seperti Alexander tidak bisa dibiarknan hidup lebih lama karena akan ada lebih banyak orang yang terluka karenanya.Tidak berlama-lama Lauryn mengalihkan pandangannya. Ia tidak akan melihat ke belakang lagi sama seperti dendamnya yang sudah terbalaskan. Sekarang ia bisa menata masa depannya tanpa bayang-bayang dendam yang mengotori hatinya.Lauryn membukakan pintu mobil untuk Reiner, lalu setelahnya ia masuk ke dalam mobil. Membawa mobilnya menuju ke rumah sakit.Noah segera menangani Reiner ketika Reiner sampai. Ia mengeluarkan peluru dari lengan Reiner dan mengatasi luka Reiner.
Alexander sudah tidak lagi datang ke perusahaannya seperti biasa. Saat ini posisinya sudah digantikan oleh orang lain yang dahulu perusahaannya pernah ia hancurkan.Namun, Alexander masih belum akan mengaku kalah pada Lauryn. Jika ia tidak bisa membunuh Lauryn, maka jangan panggil ia Alexander.Saat ini bukan Lauryn yang akan Alexander bereskan, tapi Janice. Wanita itu telah bersekongkol dengan Lauryn untuk menyingkirkannya dari perusahaan yang ia bangun.Ia tidak akan pernah membiarkan Janice hidup dengan tenang setelah mengusiknya."Lakukan sesuai perintahku," seru Alexander pada Ellios."Baik, Tuan." Ellios menundukan kepalanya, lalu pria itu meninggalkan kediaman Alexander.
Irene melajukan mobilnya menuju ke apartemennya yang merupakan hadiah ulang tahun dari ibunya. Hanya tempat itu yang sekarang bisa ia datangi. Rumah ayahnya sudah tidak bisa ia sebut rumah lagi. Tidak ada kedamaian di dalam sana.Sampai di apartemennya, Irene mengerutkan keningnya karena pintu apartemen yang tidak dikunci. Hanya ia dan Lorenzo yang memiliki kunci apartemen, jadi pasti Lorenzo yang ada di dalam apartemen.Irene membuka pintu. Ketika ia masuk, ia disambut dengan adegan menjijikan di atas sofa. Pria yang setengah mati ia cintai berada di atas tubuh seorang wanita. Keduanya tidak mengenakan pakaian apapun."LORENZO!" Irene meraung. Wajahnya merah padam."Irene!" Lorenzo terkejut. Ia segera turun dari tubuh selingkuhannya.
Satu bulan berlalu. Lauryn telah keluar dari rumah sakit, tapi wanita itu harus terus memeriksakan dirinya untuk memantau kondisinya.Ia dilarang oleh Reiner untuk melakukan banyak aktivitas, selain itu jika Lauryn ingin keluar Lauryn harus ditemani oleh penjaga. Saat ini kondisi Lauryn belum pulih sepenuhnya, akan sulit bagi Lauryn untuk melindungi dirinya.Selama dua minggu ini Lauryn memantau perkembangan perusahaan Alexander melalui pemberitaan media.Ia pikir ini sudah saatnya untuk mengambil alih perusahaan Alexander. Pria itu sudah mengalami banyak kekalahan, dan orang-orang telah meremehkan kemampuannya.Lauryn mengeluarkan ponselnya. Ia menghubungi Janice. "Ini saatnya untuk mengambil alih perusahaan Alexander."
Reiner membuka matanya pada pukul enam pagi. Ia terlelap di sebelah tempat tidur Lauryn dengan tangan yang tidak pernah melepaskan genggamannya pada tangan Lauryn."Selamat pagi, Lauryn." Reiner menyapa Lauryn. Menyapa Lauryn merupakan hal yang tidak pernah ia lewatkan."Selamat pagi, Reiner." Bulu mata lentik Lauryn bergerak, kelopak matanya yang sudah hampir dua minggu tertutup kini terbuka. Iris biru tenangnya kini terlihat lagi.Reiner membeku sejenak, ia harap ini bukan mimpi. Ia tidak ingin dihempaskan oleh kenyataan karena dirinya yang berharap terlalu tinggi.Senyum tampak di wajah pucat Lauryn. "Apakah aku sudah membuatmu menunggu terlalu lama?" tanya Lauryn.Suara yang Rein
Alexander merasa muak saat pencari berita menyerangnya dengan berbagai pertanyaan seputar rumah tangganya. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, ia hanya menembus kerumunan lalu masuk ke dalam mobilnya.Di dalam mobil, Alexander merasa terkekang oleh dasi di lehernya. Ia menarik dasi di lehernya hingga dasi yang tadinya rapi menjadi menggantung longgar di lehernya.Alexander seperti tercekik. Ia sangat benci situasi di mana ia sulit bernapas seperti sekarang.Ellios segera melajukan mobil, ia membawa Alexander menuju ke depan kantor Reiner. Ia mengetahui bahwa hari ini Reiner datang ke kantor. Menunggu beberapa saat mobil Reiner keluar dari gerbang perusahaan.Ellios mengejar mobil Reiner. Ia menyalip kemudian mobil Reiner berhenti menda
Satu minggu berlalu, terhitung sudah sepuluh hari Lauryn berada dalam kondisi koma. Ia masih tampak betah dalam tidurnya yang sangat lelap.Sementara itu Reiner telah mendapatkan beberapa hal dalam waktu satu minggu. Ia mendapati bahwa istri Alexander William memiliki hubungan terlarang dengan seorang pria muda.Sementara itu ia juga sudah berhasil menekan perusahaan Alexander hingga Alexander mengalami penurunan harga sama ratusan poin. Alexander meminta bantuan pada banyak orang, tapi tidak ada yang bisa membantunya karena tekanan dari Reiner.Dan kemarin Reiner mengirim seorang wanita untuk menggoda Lorenzo. Saat ini hidup Lorenzo sudah hancur, jadi Lorenzo pasti membutuhkan hiburan.Hari ini Reiner akan membuat Eddelia dan Alexand
Orangtua Reiner tiba di rumah sakit. Beberapa jam lalu mereka menerima panggilan dari Reiner yang memberitahukan tentang Lauryn yang mengalami kecalkaan dan sekarang berada dalam keadaan koma.Tanpa banyak berpikir orangtua Reiner memutuskan untuk melakukan penerbangan ke Meksiko. Saat ini putra mereka pasti sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya.Sulit untuk melewati masa-masa seperti ini sendirian, dan orangtua Reiner tidak ingin membiarkan putranya sendirian.Ini merupakan pertama kali bagi mereka menjenguk seseorang yang berada dalam keadaan koma. Tidak ada banyak hal yang bisa mereka lakukan selain memandangi Lauryn yang menutup mata."Kau sudah makan, Reiner?" tanya Ibu Reiner pada putranya yang duduk di kursi