Terhitung sudah satu bulan Lauryn dianggap sudah mati oleh keluarga William. Kehidupan keluarga itu berjalan dengan baik seperti biasanya. Tidak ada yang berubah, karena pada kenyataannya Lauryn tidak pernah menjadi anggota keluarga itu.
Nyonya Eddelia, istri Alexander William, merasa hari-harinya semakin indah. Rasa tercekik yang membelenggunya selama 24 tahun ini telah lenyap. Sekarang wanita itu bisa bersantai tanpa harus memikirkan kekurangannya.
Ia tahu suaminya memiliki banyak wanita simpanan untuk bersenang-senang, sebagai seorang istri ia merasa hancur. Namun, ia tidak bisa melarang suaminya karena jika ia melakukan hal itu maka ia akan dilemparkan ke jalanan.
Lebih dari sebuah kehidupan mewah, Eddellia memikirkan harga dirinya. Ia tidak akan membuat orang-orang membicarakannya karena ia dibuang begitu saja oleh Alexander.
Satu-satunya pilihan agar ia tetap aman pada posisinya adalah dengan menjadi istri yang penurut dan tidak ikut campur atas apa yang dilakukan suaminya di luar rumah. Pada akhirnya sang suami akan tetap kembali ke rumah setelah puas bermain-main di luar.
Selain itu suaminya juga memegang prinsip bahwa ia tidak akan pernah mengambil istri lagi. Ia juga tidak akan membiarkan wanita simpanannya melahirkan anak.
Namun, hanya ada satu wanita yang dibiarkan oleh pria itu untuk melahirkan anaknya, dan itu adalah Luna, seorang pelayan yang memiliki wajah seindah dewi.
Memikirkan tentang kemungkinan posisinya akan diambil oleh Luna membuat Eddelia tertekan dan tidak bisa tidur dengan tenang, tapi lagi-lagi suaminya memberikan jawaban yang membuat ia sedikit merasa lebih baik. Bahwa ia membiarkan Luna melahirkan anaknya karena ingin memanfaatkan anak Luna agar mempermudahkan jalan bagi Irene, putrinya.
Eddelia sangat menyayangi Irene. Putrinya adalah hartanya yang paling berharga. Demi masa depan Irene, Eddelia menahan kebenciannya selama berpuluh-puluh tahun. Barulah setelah Luna tewas dan suaminya memberi perintah untuk membunuh Lauryn, ia bisa merasakan kembali ketenangan dalam hidupnya.
Eddelia memainkan cairan berwana merah di dalam gelanya. Itu terlihat seperti ruby yang tengah menari-nari di sana.
Hari-harinya benar-benar indah sekarang. Ia merasakan banyak kebahagiaan setelah Lauryn tewas. Putrinya akan melahirkan cucu untuknya. Hanya tinggal menunggu tujuh bulan lagi.
Dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, Irene akan menikah dengan Lorenzo.
Memiliki menantu yang bisa menjaga putrinya dengan baik itu sesuatu yang melegakan untuk seorang ibu, begitu juga dengan Eddelia.
Lorenzo merupakan CEO dari sebuah perusahaan perhiasan yang sudah menguasai pasar dunia. Keluarga Lorenzo sendiri termasuk keluarga terkaya di benua itu. Kekayaan mereka melebihi kekayaan Alexander William. Dengan seseorang seprti Lorenzo di sisi putrinya, ia akan merasa tenang.
Ditambah Lorenzo begitu mencintai putrinya. Hal itu terbukti dari Lorenzo yang tidak tergoda sama sekali pada Lauryn. Meski benci, Eddelia harus mengakui bahwa kecantikan Lauryn mengalahkan putrinya. Lauryn mewarisi kecantikan itu dari ibunya, Luna.
"Suamiku, kau sudah kembali." Eddelia meletak gelas wine nya di atas meja, lalu ia menghampiri suaminya, Alexander William yang masih tampak sangat muda dan bugar di usianya yang sudah 50 tahun lebih.
Eddelia melepaskan jas suaminya, menyampirkannya di lengannya. Kemudian ia membuka dasi sang suami. "Aku akan menyiapkan air mandianmu, tunggu sebentar."
"Ya." Alexander duduk di sofa. Suasana hatinya tidak begitu baik, tapi ia tidak melampiaskannya dengan ledakan amarah padao rang-orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan penyebab suasana hatinya yang buruk.
Dua hari lalu ia menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh seorang pesaing bisnisnya, tapi bukan hanya ia menghabiskan cukup banyak uang, pembunuh bayaran itu juga gagal membunuh saingan bisnisnya yang menyebabkan ia kalah dalam proposal bisnis bernilai jutaan dolar.
Alangkah bagusnya jika Lauryn masih hidup. Lauryn tidak pernah gagal dalam setiap misi yang ia perintahkan.
Alexander mendesah pelan. Jika saja Luna tidak pergi begitu cepat, maka ia pasti bisa membiarkan Lauryn tetap hidup. Ia masih bisa mengendalikan Lauryn sesuai kemauannya. Akan tetapi, sayangnya Luna tidak mengizinkan ia lebih lama menggunakan putri mereka untuk memuaskan ambisinya.
Jika saja Irene memiliki setengah saja kemampuan dari Lauryn, maka ia tidak akan begitu sakit kepala sekarang. Sayang sekali, Irene hanyalah putrinya yang angkuh dan manja. Meski begitu ia sangat menyayangi Irene. Ia juga tidak akan tega mengirim Irene ke tempat pembunuh bayaran berbahaya untuk belajar seperti Lauryn.
Sekarang setelah kepergian Lauryn, ia harus melakukan semuanya sendirian dengan jaminan belum tentu berhasil seratus persen.
Namun, Alexander tidak menyesali keputusannya untuk membunuh Lauryn. Ia tahu jenis manusia seperti apa Lauryn itu. Lebih berbahaya dari sebuah bom yang bisa meledak kapan saja.
Bagi Alexander, Lauryn merupakan ancaman terbesar dalam hidupnya yang bisa menghancurkan ia kapan saja. Lauryn memiliki semua rahasia yang ia simpan. Alexander yakin ia sudah menghapus semua bukti tenang ia yang memerintahkan Lauryn untuk berbagai pekerjaan, tapi ia tidak begitu yakin dengan Lauryn. Bisa saja putrinya itu memiliki bukti berbagai kejahatannya.
Kematian memang yang paling ampuh untuk membungkam mulut Lauryn.
Ia juga tidak ingin Lauryn mengetahui rahasia besar yang ia simpan dan tidak diketahui oleh Lauryn sama sekali. Tentang bagaimana ibunya berakhir koma. Benar, itu adalah karena perbuatannya.
Ketika Lauryn berusia enam tahun, ia sudah berniat untuk mengirim Lauryn ke kelompok pembunuh bayaran, tapi Luna tidak menyetujuinya. Hingga ia dan Luna bertengkar. Ia mendorong Luna hingga kepala Luna membentur siku meja.
Siapa yang menyangka jika benturan itu akan menyebabkan Luna mengalami luka yang parah, di mana Luna akan berada dalam keadaan vegetatif entah untuk berapa lama.
"Suamiku, air mandianmu sudah siap." Suara lembut Eddelia membawa kembali Alexander dalam kesadaran.
Alexander bangkit dari tempat duduknya. Ia segera melangkah menuju ke kamar mandi dan berendam di dalam bak mandi yang sudah diberi minyak esensial lavender oleh Eddelia.
Eddelia sangat tahu cara merawat suaminya dengan baik. Wanita itu membuat perasaan Alexander lebih baik dari sebelumnya hanya dengan berendam air hangat.
Sebuah helikopter bergerak turun, lepas landas di atas rerumputan. Dalam jarak sepuluh meter di depannya terdapat ratusan mayat yang tergeletak di tanah dengan mata yang terbuka. Mereka tidak mati dalam damai. Reiner melihat dari kaca helikopter. Di tangannya ia memegang sebuah gelas yang berisi wine.
Seolah ia sedang melihat sebuah pertunjukan yang menyenangkan untuknya.
Darah membasahi tanah seperti hujan. Bau amis yang sangat kuat menyatu dengan udara. Reiner keluar dari helikopter, segera ia diterjang oleh bau darah.
Pria-pria berjas yang berjumlah puluhan orang segera berbaris rapi kemudian menundukan kepala mereka memberi hormat.
"Tuan semuanya sudah dibereskan." Seorang pria melapor pada Reiner yang merupakan pemimpin kelompok mereka.
"Di mana bajingan Ryuji Antonio?" Mata Reiner menyapu pemandangan yang terlihat biasa di matanya. Ia telah melihat lebih banyak mayat seperti ini sebelumnya.
"Di ada di sana, Tuan." Pria itu menunjuk ke arah sebuah bangunan berlantai satu yang merupakan markas dari kelompok orang-orang yang telah menyinggung Reiner.
Reiner melangkah menuju ke markas. Ia melewati mayat-mayat di bawah kakinya. Siapa yang berani berurusan dengannya, maka hanya kematian yang akan pantas untuk mereka.
Di dalam markas tidak berbeda jauh dengan di luar, mayat-mayat bergeletakan di lantai dengan darah yang mengalir dari tubuh mereka.
Bawahan Reiner membuka pintu, Reiner masuk ke dalam ruangan yang di dalamnya terdapat seorang pria yang tergeletak dengan kedua tangan dan kaki yang terikat.
Reiner telah memberi perintah pada tangan kanannya untuk membiarkan pemimpin kelompok itu tetap hidup. Ia akan mengurus pria itu sendirian.
"Ryuji Antonio." Reiner mengangkat wajah pria berdarah Jepang-Amerika itu dengan ujung sepatunya. Terdapat nada ejekan di dalam panggilan Reiner.
Wajah Ryuji tidak terlihat baik. Beberapa luka menghiasi wajah pria bermata sipit itu. "Lepaskan aku, Tuan Dominic." Pria itu memelas. Ia terlihat menyedihkan, berharap bahwa Reiner akan iba padanya dan membebaskannya.
"Aku tidak pernah melepaskan orang-orang yang sudah terlalu lancang padaku, Tuan Antonio." Reiner membalas dengan suara dingin yang menusuk.
Sebelumnya ia sudah memperingati pria itu untuk tidak mengganggu wilayahnya, tapi Ryuji dengan sombongnya mengabaikan peringatannya. Pria itu bukan hanya mencoba memasuki wilayahnya, tapi juga membunuh beberapa orang-orangnya.
Reiner memiliki prinsip mata dibayar dengan mata. Siapa saja yang melukai orang-orangnya harus menerima konsekuensinya.
Ia tidak akan menjadi mafia nomor satu di dunia jika ia memiliki banyak belas kasih pada orang lain. Satu-satunya alasan orang lain takut padanya adalah bahwa ia pria yang kejam dan tidak akan pernah ragu dalam mengambil tindakan.
"Tuan, ampuni aku. Aku tidak akan pernah muncul lagi di depan Anda." Ryuji menyadari kesalahannya seratus persen. Awalnya ia pikir orang-orang yang bergerak di bisnis bawah tanah terlalu melebih-lebihkan tentang Reiner.
Namun, setelah melihat bagaimana orang-orangnya tewas dalam baku tembak melawan kelompok Reiner, ia sadar sepenuhnya bahwa tidak ada yang berlebihan tentang Reiner. Jika anggota kelompoknya saja memiliki kemampuan yang baik, apalagi pemimpinnya.
Kaki Reiner menginjak wajah Ryuji kemudian ia berkata, "Pengampunanmu hanyalah kematian, Tuan Antonio. Bergabunglah dengan orang-orangmu di neraka!"
Reiner mengeluarkan pistol kesayangannya. Kemudian ia menarik pelatuk dan menekan trigger, peluru melesat seperti kilat. Bersarang dan berputar di kepala Ryuji. Hari ini adalah batas akhir hidup Ryuji.
Usai melenyapkan Ryuji, Reiner melangkah kembali menuju ke helikopternya. Ia masuk ke dalam sana dan memerintahkan pilotnya untuk segera pergi.
Reiner tidak tahan mencium bau darah para pecundang. Orang-orang itu hanya menghabiskan udara di dunia ini dengan percuma, dan menyia-nyiakan tanah saat mati.
Setelah Reiner pergi, orang-orangnya segera mengurus mayat-mayat yang bergelimpangan. Reiner pernah berkata pada tangan kanannya ketika pria itu bertanya harus diapakan mayat-mayat yang tewas karena mereka.
Dan jawaban Reiner adalah sampah harus dihancurkan sepenuhnya, jika tidak mereka akan mencemari lingkungan.
tbc
Mata Lauryn segera terbuka ketika ia merasakan seseorang mendekat ke arah pintu. Ia berada di tempat asing, jadi kewaspadaannya meningkat.Pintu terbuka, sosok pria yang sudah dua minggu tidak ia lihat berada di sana."Kau belum tidur?" Reiner melangkah mendekati Lauryn. Setelah melakukan pemberatasan terhadap sekumpulan sampah, Reiner terbang kembali ke kediamannya.Dua minggu ini ia mengurusi bisnisnya di luar negeri, setelah itu ia pergi ke Chicago untuk membunuh Ryuji. Ia tidak bisa berada lebih lama lagi dari Lauryn, jadi ia memutuskan untuk kembali secepatnya. Setelah beberapa jam penerbangan, ia sampai di kediamannya pada jam 3 pagi.Selama ia tidak ada di dekat Lauryn, ia selalu memantau keadaan Lauryn dari sahabatnya yang men
Reiner dan Lauryn duduk saling berhadapan. Di depan mereka terdapat hidangan sarapan yang dibuat oleh koki yang dipekerjakan khusus oleh Reiner."Apa yang akan kau lakukan hari ini?" tanya Reiner sembari mengiris sarapannya yang ada di piring. Ia yakin Lauryn pasti akan keluar rumah hari ini."Apa aku harus melapor semua kegiatanku padamu." Lauryn membalas tidak senang. Apa tidak cukup bagi Reiner menanamkan chip di tubuhnya saja? Kenapa ia juga harus melapor setiap kegiatannya pada pria itu. Ia merasa lebih buruk dari tahanan.Ketika ia menerima perintah dari ayahnya, ia tidak harus melapor apa saja yang ia lakukan. Yang terpenting bagi ayahnya hanyalah hasil. Tentang cara, ayahnya tidak peduli."Kau milikku, Lauryn. Dan kau harus me
Reiner hadir di ruang rapat lima menit sebelum pertemuan di mulai. Ia berjalan ke ruang koferensi diikuti oleh asistennya.Rapat dimulai, Reiner menerima berkas yang diberikan oleh asistennya. Ia membaca berkas itu dari halaman satu hingga ke akhir halaman. Setelah itu ia mendengarkan laporan yang disampaikan oleh eksekutif dari masing-masing depertemen.Selama waktu rapat berjalan, Reiner tidak bersuara. Ia hanya mendengarkan dengan cermat. Hingga akhirnya rapat itu berakhir."Pak Reiner, apakah ada sesuatu yang ingin Anda tambahkan?" tanya asiseten Reiner."Tidak ada." Reiner puas dengan laporan dari petinggi di perusahaannya.Para eksekutif bernapas lega. Syukurlah CEO mereka puas
Kaki Lauryn melangkah meninggalkan restoran ketika ia sudah memastikan Irene menyesap minuman yang sudah ia bubuhkan obat penggugur kandungan.Hanya tingga menunggu beberapa saat lagi maka Irene akan kehilangan janinnya.Ketika Lauryn masuk ke dalam Audi R8 nya, Irene mulai merasa sakit yang teramat pada perutnya. Bahkan gelas yang ia pegang jatuh ke lantai karena rasa sakit yang tidak tertahankan.Wajahnya yang dipoles dengan make up kini tampak pucat. Lorenzo segera berdiri dari tempat duduknya. Ia terlihat sangat cemas. "Sayang, ada apa?" tanya Lorenzo."Perutku sakit." Irene berkata lirih. Keringat dingin muncul dari pori-pori kulitnya."Aku akan membawamu ke rumah sakit." Lorenz
Satu jam berlalu, Reiner telah menyelesaikan rapat melalui video. Pria itu tidak keluar dari ruang kerjanya, ia masih memiliki satu pekerjaan lain.Ponsel Reiner berdering, panggilan dari Luke masuk. Ia segera menjawab telepon dari tangan kanannya itu. Luke memang selalu tepat waktu, ia mengatakan pada Luke untuk memberinya kabar setelah ia menyelesaikan pekerjaannya. Dan pria itu menghubunginya hanya beberapa detik setelah rapat selesai."Tuan, saya sudah memeriksa ke mana saja Nyonya Lauryn pergi. Hari ini Nyonya Lauryn mengunjungi beberapa tempat. Pagi sekali ia mengunjungi sebuah tempat yang sudah terbakar habis, setelah itu ia pergi ke tempat lain dan menyewa tempat itu. Berikutnya Nyonya Lauryn pergi ke tempat penjual komputer di pasar gelap, ia kembali ke tempat yang ia sewa lalu keluar lagi dan pergi ke mall. Di sana Nyonya
Jam lima pagi Lauryn terjaga dari tidurnya. Ia keluar dari kamar dengan pakaian olahraga dan mulai berlari di tepi pantai. Ia sudah lama tidak berolahraga karena harus memulihkan tubuhnya terlebih dahulu.Lauryn sangat mengetahui bahwa kesehatan adalah aset terpenting yang harus dimiliki oleh manusia.Saat Lauryn masih terus berlari, Reiner terjaga dari tidurnya tanpa Lauryn di sisinya. Pria yang bertelanjang dada itu duduk di tepi ranjang setelah beberapa saat mengumpulkan kesadarannya.Reiner meraih ponselnya. Membuka sebuah aplikasi yang menunjukan keberadaan Lauryn. Setelah mendapatkan posisi Lauryn, Reiner melangkah menuju ke balkon dan berdiri di sana.Kedua tangan Reiner berpegangan pada pagar balkon. Mata elangnya yang tajam m
Ponsel Alexander berdering, asistennya segera menyerahkan ponsel itu pada Alexander. "Pak, Presiden menghubungi Anda."Alexander mengerutkan keningnya. Kenapa Presiden negara itu menghubunginya di pagi hari seperti ini? Tidak ingin membuat orang nomor satu di negara itu menunggu lebih lama, Alexander segera menjawab panggilan itu."Selamat pagi, Pak Presiden." Alexander menyapa ramah. Ia tahu Presiden Galleo tidak begitu menyukainya karena ia menggunakan ancaman untuk membuat pria itu menyetujui proyek tower seratus lantai yang akan ia bangun tahun depan."Kau benar-benar pengkhianat, Alexander!" Suara marah terdengar dari seberang sana.Kening Alexander semakin berkerut. "Apa maksud ucapan Anda, Pak Presiden?" Ia benar-benar
Pukul tiga pagi Reiner baru kembali ke rumahnya. Pria itu terlihat lelah, tapi ketika ia melihat Lauryn berada di atas ranjang. Semua rasa lelah itu hilang. Senyum tampak di wajah Reiner. Hatinya menghangat saat ia memandangi Lauryn lebih lama lagi.Ekspresi wajahnya tampak lembut. Sebuah ekspresi yang hanya akan terlihat ketika Reiner memandangi Lauryn.Tidak ingin mengganggu tidur Lauryn, Reiner pergi ke kamar mandi. Pria itu berendam sejenak di air hangat. Setelah beberapa saat ia keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya.Kemudian ia mengenakan t-shirt berwarna putih dipadu dengan celana santai berwarna hitam. Reiner naik ke atas ranjang, ia menarik Lauryn ke dalam pelukannya.Lauryn jelas merasakan kehadiran Reiner. Namun,
Hari ini Lauryn tampak seperti putri dari negeri dongeng dengan gaun putih yang ia kenakan. Di atas kepalanya terdapat mahkota kecil bertahtakan berlian.Di sebelahnya Reiner tampak gagah dengan setelah jas berwarna hitam yang ia kenakan. Pria yang jarang tersenyum itu kini memperlihatkan senyumannya di depan semua orang.Di aula yang didominasi warna emas itu, Lauryn dan Reiner melangsungkan pernikahan mereka. Mengucapkan janji suci pernikahan yang tidak akan pernah mereka langgar.Tamu-tamu yang hadir di sana ikut bersuka cita untuk kedua mempelai. Mereka semua menikmati pesta mewah bak pernikahan putra raja itu.Setelah berjam-jam, acara selesai. Reiner membawa Lauryn ke kamar pengantin mereka.“Kau lelah?” tanya Reiner.Lauryn menganggukan kepalanya. “Aku merasa sedikit lelah. Mungkin itu karena kehamilanku.”“Seharusnya kau bicara jika kau lelah.”“Tidak apa-apa. Aku bisa menahanny
Mata Lauryn tertuju pada dua mayat yang berada beberapa meter dari keberadaannya saat ini. Kematian Alexander sudah menuntaskan segala dendam di dalam hatinya. Pria seperti Alexander tidak bisa dibiarknan hidup lebih lama karena akan ada lebih banyak orang yang terluka karenanya.Tidak berlama-lama Lauryn mengalihkan pandangannya. Ia tidak akan melihat ke belakang lagi sama seperti dendamnya yang sudah terbalaskan. Sekarang ia bisa menata masa depannya tanpa bayang-bayang dendam yang mengotori hatinya.Lauryn membukakan pintu mobil untuk Reiner, lalu setelahnya ia masuk ke dalam mobil. Membawa mobilnya menuju ke rumah sakit.Noah segera menangani Reiner ketika Reiner sampai. Ia mengeluarkan peluru dari lengan Reiner dan mengatasi luka Reiner.
Alexander sudah tidak lagi datang ke perusahaannya seperti biasa. Saat ini posisinya sudah digantikan oleh orang lain yang dahulu perusahaannya pernah ia hancurkan.Namun, Alexander masih belum akan mengaku kalah pada Lauryn. Jika ia tidak bisa membunuh Lauryn, maka jangan panggil ia Alexander.Saat ini bukan Lauryn yang akan Alexander bereskan, tapi Janice. Wanita itu telah bersekongkol dengan Lauryn untuk menyingkirkannya dari perusahaan yang ia bangun.Ia tidak akan pernah membiarkan Janice hidup dengan tenang setelah mengusiknya."Lakukan sesuai perintahku," seru Alexander pada Ellios."Baik, Tuan." Ellios menundukan kepalanya, lalu pria itu meninggalkan kediaman Alexander.
Irene melajukan mobilnya menuju ke apartemennya yang merupakan hadiah ulang tahun dari ibunya. Hanya tempat itu yang sekarang bisa ia datangi. Rumah ayahnya sudah tidak bisa ia sebut rumah lagi. Tidak ada kedamaian di dalam sana.Sampai di apartemennya, Irene mengerutkan keningnya karena pintu apartemen yang tidak dikunci. Hanya ia dan Lorenzo yang memiliki kunci apartemen, jadi pasti Lorenzo yang ada di dalam apartemen.Irene membuka pintu. Ketika ia masuk, ia disambut dengan adegan menjijikan di atas sofa. Pria yang setengah mati ia cintai berada di atas tubuh seorang wanita. Keduanya tidak mengenakan pakaian apapun."LORENZO!" Irene meraung. Wajahnya merah padam."Irene!" Lorenzo terkejut. Ia segera turun dari tubuh selingkuhannya.
Satu bulan berlalu. Lauryn telah keluar dari rumah sakit, tapi wanita itu harus terus memeriksakan dirinya untuk memantau kondisinya.Ia dilarang oleh Reiner untuk melakukan banyak aktivitas, selain itu jika Lauryn ingin keluar Lauryn harus ditemani oleh penjaga. Saat ini kondisi Lauryn belum pulih sepenuhnya, akan sulit bagi Lauryn untuk melindungi dirinya.Selama dua minggu ini Lauryn memantau perkembangan perusahaan Alexander melalui pemberitaan media.Ia pikir ini sudah saatnya untuk mengambil alih perusahaan Alexander. Pria itu sudah mengalami banyak kekalahan, dan orang-orang telah meremehkan kemampuannya.Lauryn mengeluarkan ponselnya. Ia menghubungi Janice. "Ini saatnya untuk mengambil alih perusahaan Alexander."
Reiner membuka matanya pada pukul enam pagi. Ia terlelap di sebelah tempat tidur Lauryn dengan tangan yang tidak pernah melepaskan genggamannya pada tangan Lauryn."Selamat pagi, Lauryn." Reiner menyapa Lauryn. Menyapa Lauryn merupakan hal yang tidak pernah ia lewatkan."Selamat pagi, Reiner." Bulu mata lentik Lauryn bergerak, kelopak matanya yang sudah hampir dua minggu tertutup kini terbuka. Iris biru tenangnya kini terlihat lagi.Reiner membeku sejenak, ia harap ini bukan mimpi. Ia tidak ingin dihempaskan oleh kenyataan karena dirinya yang berharap terlalu tinggi.Senyum tampak di wajah pucat Lauryn. "Apakah aku sudah membuatmu menunggu terlalu lama?" tanya Lauryn.Suara yang Rein
Alexander merasa muak saat pencari berita menyerangnya dengan berbagai pertanyaan seputar rumah tangganya. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, ia hanya menembus kerumunan lalu masuk ke dalam mobilnya.Di dalam mobil, Alexander merasa terkekang oleh dasi di lehernya. Ia menarik dasi di lehernya hingga dasi yang tadinya rapi menjadi menggantung longgar di lehernya.Alexander seperti tercekik. Ia sangat benci situasi di mana ia sulit bernapas seperti sekarang.Ellios segera melajukan mobil, ia membawa Alexander menuju ke depan kantor Reiner. Ia mengetahui bahwa hari ini Reiner datang ke kantor. Menunggu beberapa saat mobil Reiner keluar dari gerbang perusahaan.Ellios mengejar mobil Reiner. Ia menyalip kemudian mobil Reiner berhenti menda
Satu minggu berlalu, terhitung sudah sepuluh hari Lauryn berada dalam kondisi koma. Ia masih tampak betah dalam tidurnya yang sangat lelap.Sementara itu Reiner telah mendapatkan beberapa hal dalam waktu satu minggu. Ia mendapati bahwa istri Alexander William memiliki hubungan terlarang dengan seorang pria muda.Sementara itu ia juga sudah berhasil menekan perusahaan Alexander hingga Alexander mengalami penurunan harga sama ratusan poin. Alexander meminta bantuan pada banyak orang, tapi tidak ada yang bisa membantunya karena tekanan dari Reiner.Dan kemarin Reiner mengirim seorang wanita untuk menggoda Lorenzo. Saat ini hidup Lorenzo sudah hancur, jadi Lorenzo pasti membutuhkan hiburan.Hari ini Reiner akan membuat Eddelia dan Alexand
Orangtua Reiner tiba di rumah sakit. Beberapa jam lalu mereka menerima panggilan dari Reiner yang memberitahukan tentang Lauryn yang mengalami kecalkaan dan sekarang berada dalam keadaan koma.Tanpa banyak berpikir orangtua Reiner memutuskan untuk melakukan penerbangan ke Meksiko. Saat ini putra mereka pasti sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya.Sulit untuk melewati masa-masa seperti ini sendirian, dan orangtua Reiner tidak ingin membiarkan putranya sendirian.Ini merupakan pertama kali bagi mereka menjenguk seseorang yang berada dalam keadaan koma. Tidak ada banyak hal yang bisa mereka lakukan selain memandangi Lauryn yang menutup mata."Kau sudah makan, Reiner?" tanya Ibu Reiner pada putranya yang duduk di kursi