Mata Lauryn segera terbuka ketika ia merasakan seseorang mendekat ke arah pintu. Ia berada di tempat asing, jadi kewaspadaannya meningkat.
Pintu terbuka, sosok pria yang sudah dua minggu tidak ia lihat berada di sana.
"Kau belum tidur?" Reiner melangkah mendekati Lauryn. Setelah melakukan pemberatasan terhadap sekumpulan sampah, Reiner terbang kembali ke kediamannya.
Dua minggu ini ia mengurusi bisnisnya di luar negeri, setelah itu ia pergi ke Chicago untuk membunuh Ryuji. Ia tidak bisa berada lebih lama lagi dari Lauryn, jadi ia memutuskan untuk kembali secepatnya. Setelah beberapa jam penerbangan, ia sampai di kediamannya pada jam 3 pagi.
Selama ia tidak ada di dekat Lauryn, ia selalu memantau keadaan Lauryn dari sahabatnya yang menangani Lauryn. Ia juga melihat apa saja yang Lauryn lakukan melalui kamera pengintai yang terletak di setiap bagian kediamannya. Bahkan ia juga meletakannya di kamar rawat Lauryn.
Reiner terdengar cukup gila memang, tapi ia melakukan itu semua agar ia bisa melihat Lauryn ketika ia ingin.
"Tidak. Aku terjaga." Lauryn menjawab singkat. Wanita itu sudah mengubah posisi berbaringnya dengan duduk.
Penciumannya yang tajam berhasil mencium bau darah dari tubuh Reiner, entah apa saja yang sudah dilakukan oleh pria ini di luar sana. Lauryn tidak begitu peduli, dan ia tidak ingin memikirkannya lebih jauh. Ia tidak akan mencampuri urusan Reiner.
Tanpa aba-aba, Reiner mendekatkan wajahnya ke wajah Lauryn, kemudian ia mencium wanita itu menuntut. Tangannya menekan tengkuk Lauryn agar ia bisa lebih memperdalam ciumannya.
Sesekali Reiner akan menggigiti bibir Lauryn. Ia telah menahan dirinya selama dua minggu ini karena kondisi Lauryn yang tidak begitu baik. Akan tetapi, saat ini berbeda, Lauryn sudah membaik.
Lauryn tidak ingin membalas ciuman Reiner, tapi lama kelamaan ia tidak bisa menahan gairahnya, ia membalas ciuman itu sama baiknya. Keduanya terlihat seperti orang yang begitu rakus. Saling bertukar saliva tanpa rasa jijik sedikit pun.
Sudut bibir Reiner terangkat, membuat seringaian iblis yang mengerikan. Pria ini benar-benar tahu caranya tersenyum dengan baik. Meski mengerikan ia tetap terlihat tampan dan menawan.
Tangan Reiner menyusup masuk ke dalam gaun tidur yang Lauryn kenakan. Bermain-main dengan perutnya yang datar dan langsing lalu menyentuh payudaranya.
Lauryn sudah merasakan banyak sentuhan pria selama ia melakukan tugas, ia tidak begitu peduli pada tubuhnya yang ia pikirkan hanyalah keberhasilan dari pekerjaannya. Namun, sentuhan Reiner berbeda. Pria itu berhasil membangkitkan gairahnya. Sengatan listrik terasa ketika kulit pria itu bertemu dengan kulitnya.
Selain berhasil mengacaukan ketenangannya, Reiner juga bisa membuatnya bergairah, itulah alasan kenapa ia harus menghindari Reiner. Akan tetapi, takdir membawa ia kembali pada pria itu, dan kini tidak bisa ia hindari lagi.
Ia hanyut dalam api yang diciptakan oleh Reiner. Membakar tubuhnya yang mengkhianatinya ketika berhadapan dengan Reiner.
Entah kapan terjadi, gaun tidur yang ia kenakan sudah terlepas dan berakhir di lantai bersama dengan bra-nya. Lidah Reiner bermain di leher angsanya yang putih mulus. Menghisap di sana hingga meninggalkan jejak kemerahan.
"Kau memang penyihir, Lauryn!" Reiner bergumam pelan. Nafsunya telah sampai ke ubun-ubun.
Setelah empat tahun ia kehilangan nafsu terhadap lawan jenis, akhirnya hari ini ia mendapatkan kembali gairah seksualnya yang lenyap karena Lauryn.
Reiner telah mencoba untuk bercinta dengan beberapa wanita, tapi sialnya ia tidak tertarik sama sekali. Kejantannya seolah tertidur. Dan sekarang kejantanannya sudah tidak seperti putri tidur lagi, dan itu semua karena Lauryn.
Betapa tubuh itu menjadi candu untuknya. Ia hanya menginginkan tubuh itu selama empat tahun ini. Menjadi fantasi liarnya tanpa bisa ia lampiaskan pada wanita mana pun.
Lidah Reiner turun ke payudara Lauryn, ia menjilat dan menghisap di sana. Meninggalkan jejak kepemilikan yang mungkin akan hilang dalam beberapa hari ke depan.
Jari tangan Reiner bergerak masuk ke celana dalam Lauryn, membelai milik Lauryn dengan menggoda. Suara erangan lolos lagi dari mulut Lauryn. Membuat Reiner semakin terbakar oleh gairah.
Celana dalam Lauryn menyusul pakaiannya yang lain. Kini ia sudah benar-benar telanjang. Dan sialnya, Reiner masih mengenakan pakaian yang lengkap. Pria ini membuat ia tampak seperti seorang pelacur. Sialan!
Lidah panas Reiner bergerak ke bagian inti Lauryn. Bermain di sana untuk memuaskan kesenangannya sendiri. Sedangkan tangannya yang tadi ia gunakan untuk keluar masuk di bagian itu kini sudah bergerak melepaskan pakaiannya satu per satu hingga tidak ada yang tersisa sama sekali.
Lauryn menggila, tubuhnya melengkung di atas ranjang. Jemari tangannya mencengkram rambut Reiner kuat. Lauryn benar-benar menyerah di bawah kekuasaan pria itu dalam urusan seks.
Merasa Lauryn sudah sangat basah dan siap untuknya, Reiner mengangkat kedua kaki Lauryn, membukanya cukup lebar agar ia bisa leluasa memasukan kejantanannya di milik Lauryn.
Kabut gairah menutupi kewarasan Lauryn. Yang ia tahu ia harus mendapatkan puncak kepuasaannya.
Tubuh Lauryn menegang saat sesuatu yang besar menerobos masuk ke dalam miliknya. Rasanya tidak begitu nyaman, tapi ia ingin sesuatu itu masuk lebih dalam. Dan ketika daging kenyal itu benar-benar masuk lebih dalam rasa sakit menghantam Lauryn. Rasa sakit ini tidak begitu parah dibandingkan dengan sebuah tembakan, tapi tetap saja rasanya menyakitkan.
Ekspresi wajah Reiner berubah. "Apakah aku adalah pria pertama yang memasukimu?" tanya Reiner. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia rasakan, dan ia ingin memastikannya.
"Apakah ada masalah jika kau adalah pria pertamaku? Jangan terlalu melankolis, aku tidak akan meminta pertanggung jawaban atas kehilangan keperawanan itu," balas Lauryn. Selama 24 tahun ia tidak membiarkan laki-laki manapun memasukinya. Ia selalu membuat para pria itu berakhir dengan tidak sadarkan diri sebelum berhasil mengambil keperawanannya.
Tidak ada alasan khusus bagi Lauryn untuk menjaga keperawanan itu. Ia bukan tipe wanita yang akan menjaga kesuciannya untuk suaminya kelak, pada kenyataannya menikah tidak pernah ada dalam kamus Lauryn.
Ia tidak ingin memiliki hubungan yang pada akhirnya akan membuat ia lemah. Semakin banyak yang ia sayangi makan semakin banyak kelemahan yang bisa membuat ia hancur.
Cukup ibunya saja yang menjadi kelemahan sekaligus kekuatan untuknya. Ia tidak ingin ada yang lain lagi. Itulah sebabnya Lauryn tidak pernah memakai hati ketika ia menjalankan tugas. Bukan hanya itu, ia juga tidak memiliki teman. Lauryn pikir tidak ada teman yang benar-benar setia. Setiap orang memiliki pemikirannya masing-masing, dan begitu juga dengan Lauryn. Orang yang paling dekat dengannya adalah orang yang paling berpotensi menikamnya.
Dan itu sudah ia buktikan, keluarganya melakukan itu padanya. Menikamnya tanpa ampun.
Ia dilahirkan sendiri, hidup sendiri dan juga akan mati sendirian. Begitulah prinsip Lauryn.
"Tidak ada masalah. Aku hanya ingin memberitahumu bahwa rasanya akan sedikit menyakitkan, tapi aku pastikan kau akan menikmati setiap rasa sakit itu." Reiner senang mengetahui bahwa ia merupakan pria pertama untuk Lauryn, tapi ia menyembunyikannya.
Lauryn tidak menjawab. Tak ada rasa sakit yang tidak bisa ia tanggung.
Setelah itu Reiner bergerak lagi. Ia memompa Lauryn dengan kecepatan pasti. Semakin lama semakin dalam. Mengganti rasa sakit dengan kenikmatan. Membawa Lauryn terbang ke atas awan.
Reiner membalik tubuh Lauryn, ia menekuk lutut Lauryn, lalu kembali memasukan kejantanannya, dan mulai bergerak lagi.
Suara erangan keduanya memenuhi setiap sudut kamar itu. Benda mati menjadi saksi bagaimana bergeloranya percintaan panas itu.
Gelombang kenikmatan menyembur dari kejantanan Reiner. Berpindah ke liang Lauryn yang hangat. Bersamaan dengan itu.
Baik Reiner maupun Lauryn, keduanya mencapai puncak kenikmatan mereka. Tubuh keduanya basah dan lengket.
Reiner mendekatkan wajahnya kembali ke wajah Lauryn, kemudian ia melumat bibir Lauryn lagi. Percintaan kali ini terasa luar biasa, tidak ada alasan lain selain wanitanya adalah Lauryn.
Satu ronde tidak cukup memuaskan untuk Reiner. Ia kembali membawa Lauryn ke satu sesi panjang lagi.
Penantian Reiner selama dua minggu terbayarkan dengan sangat baik. Ia mendapatkan kenikmatan tiada tara. Sekali lagi Reiner katakan bahwa tubuh Lauryn adalah candu baginya. Narkotika paling berbahaya yang tidak akan bisa disembuhkan kecuali dengan tubuh itu sendiri.
Sesi panjang itu berakhir. Reiner masih ingin merasakan ia berada di dalam Lauryn lagi, tapi ia menahan itu. Ia masih memiliki waktu seumur hidupnya untuk bercinta dengan Lauryn. Ia tidak perlu menyiksa Lauryn dengan terus melayani kegilaannya pada tubuh Lauryn.
Reiner bukan seorang pria dengan kebutuhan seks berlebih, tapi ketika ia dihadapkan pada tubuh Lauryn, ia seolah tidak ingin berhenti.
Reiner menjatuhkan tubuhnya di sebelah Lauryn, kemudian ia memeluk tubuh lengket Lauryn dan setelahnya ia terlelap. Ia bahkan tidak berpikir bahwa mungkin saja Lauryn akan membunuhnya. Bagimana pun Lauryn jauh melebihi kata mampu untuk membunuh seseorang.
Namun, hal seperti itu memang tidak perlu Reiner takutkan. Lauryn tidak memiliki niat untuk membunuh Reiner, terlebih ia memiliki hutang nyawa pada Reiner. Ia cukup tahu cara membalas budi dengan baik. Ia tidak akan menggigit seseorang yang telah menolongnya.
Ya, meskipun pertolongan Reiner tidak gratis dan imbalasannya adalah hidupnya sendiri.
Napas hangat Reiner berhembus di leher angsa Lauryn. Membuat wanita itu merinding halus. Sialan! Bahkan hanya dengan napas hangatnya saja dia sudah menggoda.
Kesadaran Lauryn kembali dengan cepat. Ia memperingati dirinya sendiri untuk tidak jatuh dalam hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antara wanita dan pria yang memakai hati.
Saat ini ia harus memusatkan pikirannya pada pembalasan dendam pada keluarga William. Dahulu tujuan hidupnya adalah untuk membuat ibunya tetap bernapas, tapi setelah kematian ibunya, tujuannya berganti dengan penghancuran total terhadap keluarga William.
Lauryn menaruh kebencian mendarah daging pada keluarga itu.
Oleh sebab itu, ia tidak boleh terganggu dengan masalah yang tidak berkaitan dengan pembalasan dendamnya.
Selama dua minggu pemulihannya, ia sudah membiarkan keluarga William hidup dengan tenang. Dan besok ia akan memulai pembalasan.
Reiner hanya melarangnya untuk keluar selama dua minggu, jadi tidak ada alasan baginya untuk tetap duduk diam di sana.
tbc
Reiner dan Lauryn duduk saling berhadapan. Di depan mereka terdapat hidangan sarapan yang dibuat oleh koki yang dipekerjakan khusus oleh Reiner."Apa yang akan kau lakukan hari ini?" tanya Reiner sembari mengiris sarapannya yang ada di piring. Ia yakin Lauryn pasti akan keluar rumah hari ini."Apa aku harus melapor semua kegiatanku padamu." Lauryn membalas tidak senang. Apa tidak cukup bagi Reiner menanamkan chip di tubuhnya saja? Kenapa ia juga harus melapor setiap kegiatannya pada pria itu. Ia merasa lebih buruk dari tahanan.Ketika ia menerima perintah dari ayahnya, ia tidak harus melapor apa saja yang ia lakukan. Yang terpenting bagi ayahnya hanyalah hasil. Tentang cara, ayahnya tidak peduli."Kau milikku, Lauryn. Dan kau harus me
Reiner hadir di ruang rapat lima menit sebelum pertemuan di mulai. Ia berjalan ke ruang koferensi diikuti oleh asistennya.Rapat dimulai, Reiner menerima berkas yang diberikan oleh asistennya. Ia membaca berkas itu dari halaman satu hingga ke akhir halaman. Setelah itu ia mendengarkan laporan yang disampaikan oleh eksekutif dari masing-masing depertemen.Selama waktu rapat berjalan, Reiner tidak bersuara. Ia hanya mendengarkan dengan cermat. Hingga akhirnya rapat itu berakhir."Pak Reiner, apakah ada sesuatu yang ingin Anda tambahkan?" tanya asiseten Reiner."Tidak ada." Reiner puas dengan laporan dari petinggi di perusahaannya.Para eksekutif bernapas lega. Syukurlah CEO mereka puas
Kaki Lauryn melangkah meninggalkan restoran ketika ia sudah memastikan Irene menyesap minuman yang sudah ia bubuhkan obat penggugur kandungan.Hanya tingga menunggu beberapa saat lagi maka Irene akan kehilangan janinnya.Ketika Lauryn masuk ke dalam Audi R8 nya, Irene mulai merasa sakit yang teramat pada perutnya. Bahkan gelas yang ia pegang jatuh ke lantai karena rasa sakit yang tidak tertahankan.Wajahnya yang dipoles dengan make up kini tampak pucat. Lorenzo segera berdiri dari tempat duduknya. Ia terlihat sangat cemas. "Sayang, ada apa?" tanya Lorenzo."Perutku sakit." Irene berkata lirih. Keringat dingin muncul dari pori-pori kulitnya."Aku akan membawamu ke rumah sakit." Lorenz
Satu jam berlalu, Reiner telah menyelesaikan rapat melalui video. Pria itu tidak keluar dari ruang kerjanya, ia masih memiliki satu pekerjaan lain.Ponsel Reiner berdering, panggilan dari Luke masuk. Ia segera menjawab telepon dari tangan kanannya itu. Luke memang selalu tepat waktu, ia mengatakan pada Luke untuk memberinya kabar setelah ia menyelesaikan pekerjaannya. Dan pria itu menghubunginya hanya beberapa detik setelah rapat selesai."Tuan, saya sudah memeriksa ke mana saja Nyonya Lauryn pergi. Hari ini Nyonya Lauryn mengunjungi beberapa tempat. Pagi sekali ia mengunjungi sebuah tempat yang sudah terbakar habis, setelah itu ia pergi ke tempat lain dan menyewa tempat itu. Berikutnya Nyonya Lauryn pergi ke tempat penjual komputer di pasar gelap, ia kembali ke tempat yang ia sewa lalu keluar lagi dan pergi ke mall. Di sana Nyonya
Jam lima pagi Lauryn terjaga dari tidurnya. Ia keluar dari kamar dengan pakaian olahraga dan mulai berlari di tepi pantai. Ia sudah lama tidak berolahraga karena harus memulihkan tubuhnya terlebih dahulu.Lauryn sangat mengetahui bahwa kesehatan adalah aset terpenting yang harus dimiliki oleh manusia.Saat Lauryn masih terus berlari, Reiner terjaga dari tidurnya tanpa Lauryn di sisinya. Pria yang bertelanjang dada itu duduk di tepi ranjang setelah beberapa saat mengumpulkan kesadarannya.Reiner meraih ponselnya. Membuka sebuah aplikasi yang menunjukan keberadaan Lauryn. Setelah mendapatkan posisi Lauryn, Reiner melangkah menuju ke balkon dan berdiri di sana.Kedua tangan Reiner berpegangan pada pagar balkon. Mata elangnya yang tajam m
Ponsel Alexander berdering, asistennya segera menyerahkan ponsel itu pada Alexander. "Pak, Presiden menghubungi Anda."Alexander mengerutkan keningnya. Kenapa Presiden negara itu menghubunginya di pagi hari seperti ini? Tidak ingin membuat orang nomor satu di negara itu menunggu lebih lama, Alexander segera menjawab panggilan itu."Selamat pagi, Pak Presiden." Alexander menyapa ramah. Ia tahu Presiden Galleo tidak begitu menyukainya karena ia menggunakan ancaman untuk membuat pria itu menyetujui proyek tower seratus lantai yang akan ia bangun tahun depan."Kau benar-benar pengkhianat, Alexander!" Suara marah terdengar dari seberang sana.Kening Alexander semakin berkerut. "Apa maksud ucapan Anda, Pak Presiden?" Ia benar-benar
Pukul tiga pagi Reiner baru kembali ke rumahnya. Pria itu terlihat lelah, tapi ketika ia melihat Lauryn berada di atas ranjang. Semua rasa lelah itu hilang. Senyum tampak di wajah Reiner. Hatinya menghangat saat ia memandangi Lauryn lebih lama lagi.Ekspresi wajahnya tampak lembut. Sebuah ekspresi yang hanya akan terlihat ketika Reiner memandangi Lauryn.Tidak ingin mengganggu tidur Lauryn, Reiner pergi ke kamar mandi. Pria itu berendam sejenak di air hangat. Setelah beberapa saat ia keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya.Kemudian ia mengenakan t-shirt berwarna putih dipadu dengan celana santai berwarna hitam. Reiner naik ke atas ranjang, ia menarik Lauryn ke dalam pelukannya.Lauryn jelas merasakan kehadiran Reiner. Namun,
"Nyonya, Tuan mengatakan pada Anda untuk bersiap dalam tiga puluh menit. Tuan akan membawa Anda ke suatu tempat." Grace menyampaikan pada Lauryn yang baru saja selesai mandi. Wanita itu tampaknya telah menunggu Lauryn selama beberapa menit.Luaryn mengerti perintah hanya dengan satu kali bicara, ia tidak banyak bertanya pada akhirnya ia akan tahu ke mana Reiner akan membawanya malam ini.Setelah setengah jam, Lauryn keluar dari walk ini closet. Ia mengenakan gaun berwarna hitam dengan potongan dada rendah, pada bagian bawah gaunnya terdapat belahan sampai ke pahanya.Ia mengenakan perhiasan dengan batu permata yang berwarna senada. Rambut indahnya ia sanggul menjadi satu.Ia menuruni anak tangga, dan melihat di bawah Reiner s
Hari ini Lauryn tampak seperti putri dari negeri dongeng dengan gaun putih yang ia kenakan. Di atas kepalanya terdapat mahkota kecil bertahtakan berlian.Di sebelahnya Reiner tampak gagah dengan setelah jas berwarna hitam yang ia kenakan. Pria yang jarang tersenyum itu kini memperlihatkan senyumannya di depan semua orang.Di aula yang didominasi warna emas itu, Lauryn dan Reiner melangsungkan pernikahan mereka. Mengucapkan janji suci pernikahan yang tidak akan pernah mereka langgar.Tamu-tamu yang hadir di sana ikut bersuka cita untuk kedua mempelai. Mereka semua menikmati pesta mewah bak pernikahan putra raja itu.Setelah berjam-jam, acara selesai. Reiner membawa Lauryn ke kamar pengantin mereka.“Kau lelah?” tanya Reiner.Lauryn menganggukan kepalanya. “Aku merasa sedikit lelah. Mungkin itu karena kehamilanku.”“Seharusnya kau bicara jika kau lelah.”“Tidak apa-apa. Aku bisa menahanny
Mata Lauryn tertuju pada dua mayat yang berada beberapa meter dari keberadaannya saat ini. Kematian Alexander sudah menuntaskan segala dendam di dalam hatinya. Pria seperti Alexander tidak bisa dibiarknan hidup lebih lama karena akan ada lebih banyak orang yang terluka karenanya.Tidak berlama-lama Lauryn mengalihkan pandangannya. Ia tidak akan melihat ke belakang lagi sama seperti dendamnya yang sudah terbalaskan. Sekarang ia bisa menata masa depannya tanpa bayang-bayang dendam yang mengotori hatinya.Lauryn membukakan pintu mobil untuk Reiner, lalu setelahnya ia masuk ke dalam mobil. Membawa mobilnya menuju ke rumah sakit.Noah segera menangani Reiner ketika Reiner sampai. Ia mengeluarkan peluru dari lengan Reiner dan mengatasi luka Reiner.
Alexander sudah tidak lagi datang ke perusahaannya seperti biasa. Saat ini posisinya sudah digantikan oleh orang lain yang dahulu perusahaannya pernah ia hancurkan.Namun, Alexander masih belum akan mengaku kalah pada Lauryn. Jika ia tidak bisa membunuh Lauryn, maka jangan panggil ia Alexander.Saat ini bukan Lauryn yang akan Alexander bereskan, tapi Janice. Wanita itu telah bersekongkol dengan Lauryn untuk menyingkirkannya dari perusahaan yang ia bangun.Ia tidak akan pernah membiarkan Janice hidup dengan tenang setelah mengusiknya."Lakukan sesuai perintahku," seru Alexander pada Ellios."Baik, Tuan." Ellios menundukan kepalanya, lalu pria itu meninggalkan kediaman Alexander.
Irene melajukan mobilnya menuju ke apartemennya yang merupakan hadiah ulang tahun dari ibunya. Hanya tempat itu yang sekarang bisa ia datangi. Rumah ayahnya sudah tidak bisa ia sebut rumah lagi. Tidak ada kedamaian di dalam sana.Sampai di apartemennya, Irene mengerutkan keningnya karena pintu apartemen yang tidak dikunci. Hanya ia dan Lorenzo yang memiliki kunci apartemen, jadi pasti Lorenzo yang ada di dalam apartemen.Irene membuka pintu. Ketika ia masuk, ia disambut dengan adegan menjijikan di atas sofa. Pria yang setengah mati ia cintai berada di atas tubuh seorang wanita. Keduanya tidak mengenakan pakaian apapun."LORENZO!" Irene meraung. Wajahnya merah padam."Irene!" Lorenzo terkejut. Ia segera turun dari tubuh selingkuhannya.
Satu bulan berlalu. Lauryn telah keluar dari rumah sakit, tapi wanita itu harus terus memeriksakan dirinya untuk memantau kondisinya.Ia dilarang oleh Reiner untuk melakukan banyak aktivitas, selain itu jika Lauryn ingin keluar Lauryn harus ditemani oleh penjaga. Saat ini kondisi Lauryn belum pulih sepenuhnya, akan sulit bagi Lauryn untuk melindungi dirinya.Selama dua minggu ini Lauryn memantau perkembangan perusahaan Alexander melalui pemberitaan media.Ia pikir ini sudah saatnya untuk mengambil alih perusahaan Alexander. Pria itu sudah mengalami banyak kekalahan, dan orang-orang telah meremehkan kemampuannya.Lauryn mengeluarkan ponselnya. Ia menghubungi Janice. "Ini saatnya untuk mengambil alih perusahaan Alexander."
Reiner membuka matanya pada pukul enam pagi. Ia terlelap di sebelah tempat tidur Lauryn dengan tangan yang tidak pernah melepaskan genggamannya pada tangan Lauryn."Selamat pagi, Lauryn." Reiner menyapa Lauryn. Menyapa Lauryn merupakan hal yang tidak pernah ia lewatkan."Selamat pagi, Reiner." Bulu mata lentik Lauryn bergerak, kelopak matanya yang sudah hampir dua minggu tertutup kini terbuka. Iris biru tenangnya kini terlihat lagi.Reiner membeku sejenak, ia harap ini bukan mimpi. Ia tidak ingin dihempaskan oleh kenyataan karena dirinya yang berharap terlalu tinggi.Senyum tampak di wajah pucat Lauryn. "Apakah aku sudah membuatmu menunggu terlalu lama?" tanya Lauryn.Suara yang Rein
Alexander merasa muak saat pencari berita menyerangnya dengan berbagai pertanyaan seputar rumah tangganya. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, ia hanya menembus kerumunan lalu masuk ke dalam mobilnya.Di dalam mobil, Alexander merasa terkekang oleh dasi di lehernya. Ia menarik dasi di lehernya hingga dasi yang tadinya rapi menjadi menggantung longgar di lehernya.Alexander seperti tercekik. Ia sangat benci situasi di mana ia sulit bernapas seperti sekarang.Ellios segera melajukan mobil, ia membawa Alexander menuju ke depan kantor Reiner. Ia mengetahui bahwa hari ini Reiner datang ke kantor. Menunggu beberapa saat mobil Reiner keluar dari gerbang perusahaan.Ellios mengejar mobil Reiner. Ia menyalip kemudian mobil Reiner berhenti menda
Satu minggu berlalu, terhitung sudah sepuluh hari Lauryn berada dalam kondisi koma. Ia masih tampak betah dalam tidurnya yang sangat lelap.Sementara itu Reiner telah mendapatkan beberapa hal dalam waktu satu minggu. Ia mendapati bahwa istri Alexander William memiliki hubungan terlarang dengan seorang pria muda.Sementara itu ia juga sudah berhasil menekan perusahaan Alexander hingga Alexander mengalami penurunan harga sama ratusan poin. Alexander meminta bantuan pada banyak orang, tapi tidak ada yang bisa membantunya karena tekanan dari Reiner.Dan kemarin Reiner mengirim seorang wanita untuk menggoda Lorenzo. Saat ini hidup Lorenzo sudah hancur, jadi Lorenzo pasti membutuhkan hiburan.Hari ini Reiner akan membuat Eddelia dan Alexand
Orangtua Reiner tiba di rumah sakit. Beberapa jam lalu mereka menerima panggilan dari Reiner yang memberitahukan tentang Lauryn yang mengalami kecalkaan dan sekarang berada dalam keadaan koma.Tanpa banyak berpikir orangtua Reiner memutuskan untuk melakukan penerbangan ke Meksiko. Saat ini putra mereka pasti sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya.Sulit untuk melewati masa-masa seperti ini sendirian, dan orangtua Reiner tidak ingin membiarkan putranya sendirian.Ini merupakan pertama kali bagi mereka menjenguk seseorang yang berada dalam keadaan koma. Tidak ada banyak hal yang bisa mereka lakukan selain memandangi Lauryn yang menutup mata."Kau sudah makan, Reiner?" tanya Ibu Reiner pada putranya yang duduk di kursi