Home / Rumah Tangga / Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu / Bab 56. Merubah Peraturan Untukmu

Share

Bab 56. Merubah Peraturan Untukmu

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2024-11-24 19:00:26

Tiap bangsawan telah berada di atas kudanya masing-masing, kuda Arjuna berada di samping Naura persis.

Saat ini Perdana Menteri yang berperan sebagai tangan kanan raja tengah menjelaskan peraturan dari event berkuda tahun ini.

Pihak kerajaan telah memasang pita dengan warna-warna tertentu. Tiap warna memiliki jumlah poinnya sendiri.

Pita merah bernilai sepuluh poin, pita hijau tiga puluh poin, pita ungu lima puluh poin, dan terakhir pita dengan warna emas bernilai seratus poin.

Saat raja menembakkan pistol ke udara, maka acara berkuda berarti telah dimulai.

Naura mengendarai kudanya memasuki hutan, Arjuna menyusul kecepatan wanita itu. Mereka beriringan memasuki hutan.

"Pita merah!" ucap Naura, bibirnya tersenyum melihat pita biru di dahan pohon.

Selagi Naura mengambil pita yang baru saja ia lihat, Arjuna terus melangkah maju untuk mengambil pita miliknya di tempat lain.

Pria itu bergerak seolah telah hafal di mana letak para pita.

"Tunggu di sini," ucap Arjuna.

Naura hanya me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eita Mohamad
Nasib baik arjuna dtg
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 57. Gairah Di Tengah Deras Hujan

    "Terima kasih," ucap Naura saat Arjuna menggendongnya. Naura mengutuk tanah licin yang membuatnya terjatuh, kedua kakinya terasa sangat lemas sekarang. Dengan hati-hati pria itu meletakkan tubuhnya kembali di tanah dan bersandar pada batang pohon besar. "Bagaimana bisa kamu kemari?" tanya Arjuna bingung, raut wajahnya terlibat khawatir. Naura balas menatap bingung. "Petunjuknya mengarah kemari, bukan?" Arjuna menggeleng. "Ini area terlarang, Naura. Banyak hewan buas yang berkeliaran di sini." Naura tertegun, area terlarang? Lalu mengapa papan petunjuknya mengarah kemari?"Apa ada bagian tubuhnya yang sakit?" tanya Arjuna, berusaha memastikan bahwa Naura baik-baik saja.Naura menggeleng. "Aku hanya terkejut, tapi... Kaki memang cukup sakit."Arjuna melirik kaki Naura, kemudian perlahan melepas sepatu Naura. "Supaya tidak kaku," ucap Arjuna, lalu duduk di samping Naura setelah selesai melepaskan sepatu. "Tangan," ujar Arjuna lagi, tangan kanannya bergerak mencari sapu tangan di

    Last Updated : 2024-11-25
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 58. Akhir Elizabeth Ralpheon

    Suasana yang seharusnya meriah kini menjadi tegang karena Arjuna dan Naura belum juga keluar dari hutan. Raja telah memerintahkan seluruh prajurit untuk menyusuri area berkuda, tapi tidak ada yang berhasil menemukan mereka. Helena pucat pasih, kedua tangannya mencengkeram ujung pakaiannya dengan gelisah. "Tenang, bibi. Arjuna dan nona Naura pasti akan segera kembali." William menghampiri bibinya dan memeluk wanita itu hangat. "Sudah kalian periksa di luar area berkuda?" tanya Catharina yang berada di samping William. Kepala prajurit keamanan itu menggeleng. "Belum, yang mulia. Tetapi sebagian dari kami sudah ada yang bergerak ke arah sana, sebentar lagi pasti akan muncul laporan."Catharina mengangguk singkat, putri Mahkota itu terlihat sangat gelisah seperti Helena dan yang lain. "Di mana Damian?" tanya William setelah menyadari tidak melihat Damian sejak hujan muncul. Catharina terdiam, benar juga. Di mana tangan kanan Arjuna itu? "Mereka pasti sudah bergerak mencari empu-ny

    Last Updated : 2024-11-26
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 59. Restu Pernikahan Dari Tirta

    Setelah pergelangan kaki Naura diobati dan puas bercengkerama dengan yang lain, Arjuna, Naura, dan Helena bergegas untuk kembali ke Indonesia. "Pukul saja wajah tampannya jika dia bersikap tidak sopan padamu di masa depan, nona." William terkekeh saat mengatakan ini di detik perpisahan mereka. Setelah dua hingga tiga kalimat perpisahan hangat lainnya, mereka pun bergegas naik ke pesawat. Meskipun Naura merasa lega karena seluruh masalahnya di negara ini telah berakhir, tetapi ia juga sedih karena harus berpisah dengan penghuni Mansion perdana menteri dan pasangan baru menikah itu. Begitu berhasil tiba di Indonesia dengan selamat, tidak ada percakapan panjang yang bermutu. Mereka semua bergegas menuju kamar masing-masing dan beristirahat. Helena memberikan pelukan hangat bergantian untuk Arjuna dan Naura sebelum melenggang pergi ke kamarnya. Jam telah menunjukkan pukul setengah satu malam, Naura pun tidak banyak melakukan kegiatan lain setelah membersihkan diri dan dengan tenang

    Last Updated : 2024-11-26
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 60. Nona, Tirta Menjemput Anda!

    Naura membuka matanya, untuk pertama kalinya setelah berhasil mendapatkan kesadaran penuh, ia tersenyum. Kedua matanya melirik ke jari manis miliknya, cincin dengan berlian hijau emerald itu masih terpasang sejak semalam. Naura bangkit dari tidurnya menuju kamar mandi, namun belum sempat ia masuk suara ketukan pintu yang terburu-buru terdengar. "Tunggu di situ," ucap Naura, kemudian dengan cepat mencuci wajahnya dan baru membuka pintu. "Ada apa?" tanya Naura begitu melihat raut wajah pucat Kate. "Tirta datang menjemput Anda, nona," jawab Kate cepat. Wajah Naura ikut menegang, kemudian kakinya dengan cepat berlari ke arah jendela. Naura memancingkan kedua matanya begitu melihat asisten pribadi Ronald, Leon sedang berbicara dengan Damian dan Arjuna."Nona, apa yang harus kita lakukan?" tanya Kate sambil menyodorkan mantel ke arah Naura. Naura mengambil mantel tersebut dan menggunakannya, kemudian dia melangkah keluar sambil berkata,"Hadapi, apa lagi?"Sementara Arjuna, pria itu

    Last Updated : 2024-11-27
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 61. Setuju Atau Menjauh Dari Arjuna

    "Kamu masih punya nyali untuk bertanya?" Sausan menatap tajam Naura, dia sedikit terganggu melihat Naura tetap tenang meskipun baru saja disiram air. Naura menaikkan alis kirinya sekilas, kemudian melirik Ronald. "Jadi ada apa?" Ronald melempar surat kabar internasional ke arah Naura, adegan ini mengingatkan Naura saat kakaknya murka mengenai Evelyn satu tahun yang lalu. "Itu kasus yang sangat memalukan, Naura," ucap Ronald. Naura menatap sekilas surat kabar tersebut, isinya adalah insiden di Belanda beberapa waktu lalu, saat Diandra menjebaknya menggunakan obat terlarang. "Bukankah pihak kerajaan juga sudah mengklarifikasinya? Aku dijebak," jawab Naura tenang. "Tapi seharusnya kamu bisa melindungi diri, tidak dengan bodoh terjebak hal konyol seperti itu. Tubuhmu tersebar jelas di media sambil membawa nama Tirta, ya Tuhan..." Sausan membalas tajam, kemudian menghela napas gusar sambil menggeleng pelan. "Lalu kalian ingin aku melakukan apa? Renjana juga sudah memblokir seluruh b

    Last Updated : 2024-11-27
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 62. Darah Lebih Kental Dari Air

    "Belum ada tanda-tanda ia kembali?" tanya Arjuna, ia duduk di meja kerjanya dengan perasaan gelisah. Damian menggeleng. "Belum, mau coba aku telepon lagi?" Arjuna menghela napas gusar, tidak menjawab. Sekarang sudah jam delapan malam, tapi Naura belum juga kembali sejak pagi. Arjuna sudah mencoba untuk menghubungi wanita itu, panggilan suara, pesan, bahkan email, namun tak satupun yang mendapatkan balasan. "Apa Tirta mencoba untuk mengambil 'nona' mereka kembali setelah membuangnya?" ucap Damian sambil menuangkan air ke gelasnya. Arjuna tidak menjawab lagi, raut wajahnya sudah sangat buruk. Sebenarnya apa yang ingin Tirta lakukan? Tidak ada perasaan baik sedikitpun tiap kali menerka-nerka. "Apa Kate sudah menjawab pesanmu?" tanya Arjuna, mata hijau emerald itu berubah sangat dingin dan tajam, tidak sehangat biasanya. Damian menggeleng. "Belum juga." Arjuna melempar map kosong di atas mejanya ke sembarang arah dengan frustasi. Pria itu bangkit dari duduknya dan berjal

    Last Updated : 2024-11-29
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 63. Tirta Meminta Mahar

    "Kita sudah sampai," ucap Damian begitu mobil mereka berhenti di halaman depan Mansion Tirta. Seorang pelayan membukakan pintu mobil Arjuna, pria itu segera turun dengan ekspresi datar seperti biasa. Di hadapannya, Leon telah berdiri dengan senyum siap menyambut. "Selamat datang, tuan Renjana. Suatu kehormatan dapat--" "Di mana tuan Tirta?" Potong Arjuna. Tanpa merasa tersinggung, Leon mengangguk. "Mari ikuti saya, tuan Renjana. Tuan Tirta telah menunggu Anda di ruang tengah." Arjuna segera mengikuti langkah Leon tanpa bicara yang kemudian disusul Damian. "Tuan Renjana, selamat datang." Suara Sausan khas wanita paruh baya terdengar, wanita itu segera bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangan ke arah Arjuna. Arjuna membalas singkat sambil mengangguk, kemudian duduk tanpa peduli sudah dipersilahkan atau belum. "Kami mohon maaf sekali karena kemarin menjemput Naura secara tiba-tiba, selain itu kami juga sangat berterima kasih soal--" "Di mana Naura?" Arjuna memotong ka

    Last Updated : 2024-11-29
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 64. Kamu Memiliki Rencana Sedang Aku Hanya Memilikimu

    "Apa ini yang dinamakan menolak bertemu seseorang?" tanya Arjuna, matanya menatap tajam Sausan dan Ronald sambil dengan lembut meraih lengan kanan Naura yang berlumuran darah. Arjuna mengernyitkan dahinya saat membuang pecahan gucci tersebut, kemudian melepas dasinya dan mengikatkannya di telapak tangan Naura untuk mencegah lebih banyak darah yang keluar. Sausan mengepalkan kedua tangannya, wajahnya terlihat cemas dan marah di waktu yang sama. Sementara Ronald masih memasang wajah datar. "Kemari, Naura." Ronald memerintahkan Naura untuk menjauh dari Arjuna. Naura menatap dingin Ronald, saat Naura hendak menjawab, Arjuna sudah lebih dulu menahan lengan Naura. "Aku menginginkan Naura," ucap Arjuna, membuat Naura menoleh khawatir ke arahnya. Arjuna melirik Naura sekilas, raut wajahnya masih tetap terlihat tenang meskipun di dalam hatinya dia ingin sekali menghancurkan Mansion Tirta. "Hanya kepemilikan di perusahaan minyak bumi, bukan?" tanya Arjuna, lalu menatap surat kont

    Last Updated : 2024-11-29

Latest chapter

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 259. Zafir Memukul Untuk Naura

    "Mama papa keren! Keren! Itu mama papa Zevan!" Suara riang anak kecil terdengar begitu musik dansa berhenti. Naura menggenggam erat tangan Zafir, sementara tangannya yang lain memegang bahu pria itu. Zafir pun sama, dia merangkul erat pinggang rampung Naura dan tangan wanita itu. Keduanya saling tatap, Naura masih menatapnya penuh kebencian. Zafir lagi-lagi tidak keberatan.Zevan berlari lincah ke arah mereka, membuat Naura tersadar dan segera melepas pegangannya dari Zafir. "Mama! Mama cantik sekali!" Puji Zevan dengan senyum lebar, membuat Naura tak bisa menahan senyum. "Jangan berlari lagi, Zevan." Naura mencubit hidung anak itu. Tak lama suara tepuk tangan mulai terdengar, lalu menjadi jauh lebih ramai dan meriah dibandingkan tepuk tangan dansa sebelumnya. Naura mulai sadar dan memperhatikan sekitar, semua orang menatap mereka dengan senyuman. Konyol, ini konyol. Saat hendak memutuskan untuk pergi, tiba-tiba saja tak jauh dari posisi mereka terdengar suara teriakan wanit

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 258. Benci dan Cinta

    "Bagaimana?" tanya Naura saat mereka telah tiba di balkon. Keduanya berdiri bersebelahan, mata masing-masing memperhatikan pemandangan danau di depan. Langit semakin menggelap, udara pun semakin terasa dingin. "Seperti yang Anda lihat," jawab Tiara, kedua tangannya memijit ringan keningnya bersamaan. Naura kali ini memilih diam, Tiara pasti akan mulai mencurahkan seluruh perasaannya seperti panggilan telefon mereka semalam. "Saya tidak mengerti lagi kenapa pria itu semakin berani, wanita itu juga tak ada malunya. Saya baru pergi sehari namun keadaan Mansion sudah banyak berubah, pelayan lebih patuh pada mereka dibanding saya. Beruntung saya cepat kembali, jika tidak maka semuanya akan semakin sulit. Wanita itu, dia berlagak seperti nyonya rumah."Naura tersenyum tipis. "Lalu? Apa yang Anda lakukan?""Tentu saja saya tidak tinggal diam, saya menggunakan saran Anda. Lambat waktu, saya kini memahami betapa berharganya posisi saya," jawab Tiara, matanya seolah memandang jauh sesuatu

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 257. Tamparan Untuk Tiara

    "Boleh saya tahu nama Anda, nona?" tanya salah satu kepala keluarga saat Tiara dan Jovan telah berkumpul bersama mereka. Sela melingkarkan tangannya erat di lengan Jovan, berusaha sembunyi pada pria itu karena malu. Sosoknya yang mungil dan wajah cantik manisnya sekilas membuat semua orang menganggapnya gemas. Naura hanya diam memperhatikan, dia merasa lucu karena Jovan benar-benar berani membawa selingkuhannya lagi setelah keributan di mega grand opening Zafir. Berbeda dengan Jovan yang tersenyum, Tiara justru hanya memasang raut wajah datar. Meskipun tidak saling bicara, Naura tahu bahwa saat ini Tiara tengah mengatur emosinya setengah mati. "Kemari, tidak perlu takut. Ada aku," ucap Jovan lembut pada Sela, seketika membuat semua orang saling tatap dan menatap penasaran ke arah Tiara. "Mama... Kenapa tante itu murung?" tanya Zevan tiba-tiba, menggoyangkan kecil genggaman tangan mereka. Naura menoleh, lalu tersenyum tipis. "Dengar, Zevan. Jika kamu dewasa nanti, jangan pernah

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 256. Jadilah Pria Sejati

    "Mama!" Zevan tersenyum riang ke arahnya, membuat Naura tak memiliki pilihan lain selain membalas senyumannya. Naura mengelus kepala Zevan lembut. "Jangan berlari seperti tadi lagi, ya. Berbahaya."Zevan mengangguk. "Kalau begitu Zevan harus menggandeng tangan mama!" ucapnya sambil meraih tangan Naura. Tak lama, dari kejauhan Naura melihat sosok Zafir yang melangkah ke arahnya. Pria itu tersenyum, setelah tiba tepat di hadapan Naura, Zafir menarik lembut anaknya. "Maafkan anakku, nyonya. Dia sepertinya sangat menyukai nyonya," ujarnya. "Anda membiarkan anak sendiri lepas berlarian itu sangat berbahaya, tuan Wajendra. Lain kali tolong lebih diperhatikan." Kalimat Naura mengandung sindiran yang tersirat untuk Zafir. Tetapi seolah tak mengerti, Zafir hanya terkekeh dan membalas santai. "Kalau Anda sebegitu khawatirnya dengan Zevan, mengapa tidak Anda saja yang menggandengnya? Putra saya juga sepertinya memiliki selera yang cukup bagus, jarang sekali ia bersedia disentuh oleh semba

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 255. Sarapan Panas Keluarga Bara

    Setelah semalam puas bercerita pada Naura, Tiara kini perlu kembali pada realita kehidupannya. Wanita itu menatap datar dirinya sendiri di cermin sebelum akhirnya berdiri dan melangkah keluar kamar. Dia menuruni tangga dengan tenang, kupingnya menangkap suara tawa bahagia milik suami dan kekasih gelapnya. Tiba di ruang makan, kedua sudut alis Tiara sedikit menyatu saat melihat Jovan berani mendudukkan wanita itu satu meja dengan ibunya. Meskipun hubungan Tiara dan ibunya sendiri pun tidak begitu baik, tetapi tidak sampai saling membenci. "Selamat pagi, nyonya Bara." Sela menyapa ramah Tiara dari kursinya, sedangkan Tiara hanya melirik singkat tanpa membalas. Dia duduk dengan tenang di kursi utama meja makan, kemudian menatap dingin suaminya. "Sejak kapan keluarga ini bertindak seenaknya?'Jovan yang awalnya tidak melirik Tiara sedikitpun menoleh ke istrinya, seluruh mata kita tertuju padanya. Ibu Tiara, sang nyonya besar Bara hanya diam dan terus menikmati makanannya. Wanita i

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 254. Bouquet Bunga

    Naura baru saja selesai mengurus pekerjaannya, dia kini duduk di hadapan meja rias setelah usai membersihkan diri. Di tengah ini, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Naura menoleh sekilas, itu pasti bukan Kate karena wanita itu sudah berpamitan saat dirinya mandi. "Masuk," jawab Naura. Tak lama pintu terbuka, sesuai dugaannya, yang mengetuk adalah pelayan Mansion. "Ada apa?" tanya Naura sambil menyisir rambutnya. "Ada kiriman bouquet bunga, nyonya. Saya sudah memerintahkan mereka untuk meletakkannya di ruang tengah." Naura menaikkan alis kirinya sekilas, lalu dia segera berdiri dan melangkah menuju ruang tengah.Bibirnya tersenyum samar, Naura menebak bunga itu adalah pemberian Arjuna. Sampai di ruang tengah, Naura tersenyum tipis. Bouquet mawar putih besar bersandar jelas di sofa ruangannya. Tak lama ponselnya berdering, panggilan dari Arjuna masuk. "Bagaimana, apa kau suka?" tanya Arjuna begitu sambungan mereka terhubung. Naura menyentuh lembut kelopak bunga mawar t

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 253. Rumah Tangga Keluarga Bara

    "Pergi lalu datang tiba-tiba, memalukan! Kini kamu menampar Sela hanya karena masalah ringan? Tidak puaskah kamu bertingkah hingga membuat masalah internal kita tersebar?!" Jovan menatap muak ke arah istrinya, lalu menarik Sela ke dalam pelukannya. "Sudah marahnya?" tanya Tiara tenang, menatap datar suami serta orang ketiga di pernikahannya. Melihat respon Tiara yang cukup berbeda dari sebelumnya, keduanya pun sempat tertegun. Tiara tidak mempedulikan ekspresi mereka, dia segera melirik Sela sekilas dan kembali menatap Jovan. "Ajari kekasihmu untuk tidak menyentuh sesuatu yang bukan miliknya. Kedepannya aku tidak akan mentoleransi kesalahan seperti ini lagi, bahkan aku tidak ragu mengusir kalian dari sini." Tegas Tiara, lalu melangkah melewati Jovan dan Sela. Diam-diam hatinya kembali berdenyut sambil berdarah, tetapi dia mengingat pesan Naura dan kembali membulatkan keberanian. Jovan dan Sela menatap heran ke arah Tiara, kenapa wanita itu tidak mengamuk dan pecah seperti sebel

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 252. Tidak. Tidak Pernah Berubah

    Naura duduk berhadapan dengan Zafir di ruang tengah Tirta. Zafir benar-benar terlihat santai, pria itu selalu tersenyum setiap kali mata mereka bertemu. Naura hanya diam dan memasang raut wajah tidak bersahabat, dia tidak mengerti mengapa Zafir bergerak lebih agresif dibandingkan sebelumnya. "Apa kamu sudah menerima email yang pihak kami kirim?" tanya Zafir, membuka pembicaraan. Naura tanpa ekspresi menjawab. "Ya, tapi aku tidak bisa menyetujuinya.""Kenapa?" tanya Zafir. Naura mengerutkan keningnya. "Anda lah yang kenapa, bukankah dulu yang membatalkan semuanya adalah Anda?"Zafir mengangguk ringan. "Itu benar, tetapi aku akui itu adalah sebuah kesalahan. Tidak seharusnya aku memutuskan hubungan dua keluarga begitu saja. Wajendra dan Tirta sudah berhubungan sangat lama, namun kemarin emosiku sedang sangat tidak stabil, aku minta maaf. Tujuanku kemari hanya ingin mengembalikan semuanya seperti semula, aku tidak ingin mengecewakan upaya para senior keluarga di masa lalu."Naura me

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 251. Kerjasama Kembali Wajendra-Tirta

    "Terima kasih banyak, nyonya Tirta. Maaf... Aku merepotkanmu. Sejujurnya aku merasa sangat malu." Tiara tersenyum lemah ke arah Naura, mereka berdua berdiri di halaman depan Mansion Tirta. Setelah diskusi serta diiringi dorongan semangat dari Naura, Tiara pun berani melangkah kembali ke Mansion Bara. Meskipun rasa takut dan gugup menggerogotinya, pada akhirnya dia tidak bisa menghindar dari takdirnya sebagai kepala keluarga. "Bukan masalah besar, terkadang perempuan memang tidak memiliki tempat untuk kembali di situasi seperti ini," jawab Naura, sekali lagi dia mulai mengingat kepingan masa sulitnya. "Saya tidak tahu harus bagaimana berterima kasih pada Anda, jika--""Berjanjilah pada saya untuk menjadi pemenang di masalah ini. Setelah selesai, Anda baru bisa memikirkan bagaimana caranya berterima kasih pada saya." Potong Naura, kembali memberikan dorongan pada Tiara. Tiara tertegun, lalu ia mengangguk mantap. "Tentu." Setelahnya, Tiara masuk ke dalam mobil yang diperintahkan N

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status