Share

Bab 181. Gelombang Gelisah

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-10 13:40:31

Sehari setelah kejadian tidak mengenakkan kemarin, Naura kini kembali fokus bekerja.

Wanita itu membuang paksa berbagai macam perasaan mengganggu di sekitarnya, kewajibannya pada perusahaan harus lebih diutamakan.

Meskipun tak dapat dipungkiri perasaan bingung dan khawatirnya pada Arjuna, dia tidak memiliki pilihan lain selain fokus.

"Sudah sampai mana?" tanya Naura pada Althaf yang sibuk memilih tumpukkan kertas dokumen perusahaan di meja sofa tengah ruangan.

"Sebentar, aku perlu memisahkan beberapa," jawab Althaf cepat, tangannya bergerak lincah memilah-milah dokumen.

Naura kembali menatap layar monitornya, perempuan itu mendadak bekerja jauh lebih cepat dari biasanya.

Gerakannya gesit, seolah ia adalah robot pekerja. Sepertinya perasaan patah hati sangat membakar jiwa bekerja Naura.

"Ini," ujar Althaf sambil menyerahkan beberapa lembar kertas dokumen.

"Terima kasih," jawab Naura cepat, lalu mulai memeriksanya.

Althaf menatap Naura dengan kening terlipat. Bukankah semangat
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
MamaheHangga
lama bgt kag update nya
goodnovel comment avatar
Wiwin Winarsih
tak liat bolak balek blm update jg thor
goodnovel comment avatar
Fransiska Yulianu
kayaknya sekelas Arjuna ga mudah dimanipulasi deh, aku msh berharap bisa baca kecerdikan Arjuna
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 182. Ada Apa Dengan Kita?

    Naura dengan cepat mengalihkan pandangannya. Jantungnya berdegup cepat diam-diam, ah... Seharusnya dia tidak melihat ini. Ketika Naura hendak beranjak menjauh, suara Diandra yang menyapa ramah terdengar. "Hai, Naura benar?" Naura diam-diam menggigit bibir dalamnya, lalu menatap ke arah mereka lagi dan tersenyum tipis. Arjuna tampak biasa saja meskipun pria itu telah melihat Naura, seolah tak ada sesuatu yang penting. "Nona Diandra?" balas Naura, berusaha tersenyum. "Mengapa Anda seperti menghindari kami? Anda baik-baik saja?" tanya Diandra, bibirnya tersenyum ramah ke arah Naura. Sosok 'gila' wanita itu di penjara beberapa waktu lalu seolah tak pernah ada. Naura mengerutkan keningnya, menatap Diandra langsung dengan sorot mata dinginnya. "Maaf, menghindar? Tidak, sepertinya Anda salah paham. Saya bahkan baru menyadari kehadiran Anda berdua di sini, karena sibuk mencari seseorang," jawab Naura sambil tersenyum formal. Diandra melirik Arjuna. "Apa Anda mencari Aran?" Naura di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 183. Dua Insan Gelisah

    "Ada apa?" Damian melirik sosok Arjuna yang bersandar pada kursi mobil belakang melalui spion dalam. Arjuna hanya menggeleng singkat sambil memejamkan mata, seolah tengah memberi peringatan pada semua orang untuk tidak mengganggunya. Damian tersenyum tipis sambil memakai seat belt mobil. "Kamu menyesal?" Hening sejenak, sampai akhirnya Arjuna kembali membuka kedua matanya. Mata hijau emerald itu seolah memancarkan cahaya dingin. "Apa dia pria yang sempat kau ceritakan?" tanya Arjuna, membuat Damian menaikkan alis kirinya sekilas. "Maksudmu Althaf? Aku dengar dia adalah tangan kanan baru nyonya Tirta sekarang," jawabnya dengan nada meledek Arjuna. Arjuna kembali memejamkan matanya. "Lalu kenapa? Menilai dari portofolio, pria itu cukup kompeten." Damian terkekeh. "Benar, bagaimana dia juga kompeten dalam memikat hati wanita?"Arjuna mengerutkan keningnya dalam, mulai mengerti maksud Damian. Hingga tak lama ia kembali membuka kedua matanya. "Terus awasi Naura, pastikan pihak-pih

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 184. Aku Tetap Mencintainya

    Selesai dari kejadian tidak membingungkan kemarin antara dirinya dan Arjuna, Naura kini kembali beraktivitas seperti biasa. Tetapi di penghujung minggu ini dia memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas di luar Mansion, wanita itu mengurus pekerjaannya dari ruang kerja pribadinya. Meskipun telah berusaha keras untuk fokus, kepala Naura selalu lagi dan lagi mengingat kejadian kemarin. Tak jarang matanya teralihkan pada cincin pertunangan mereka, lalu ia akan menggelengkan kepala untuk menyadarkan pikirannya kembali fokus. Di tengah kesibukannya, ketukan pintu terdengar. Tanpa melirik pun Naura tahu siapa yang datang, Althaf. Berbeda dengan Kate, wanita itu akan bicara meminta izin setelah mengetuk. Sementara Althaf, dia hanya akan mengetuk dan menunggu jawaban tanpa bertanya. "Masuk," ucap cepat. Pintu ruangan kerjanya terbuka, tanpa Naura ketahui Althaf masuk dengan membawa nampan berisi sepotong cheesecake. "Untukmu," ujar Althaf setelah meletakkan piring kecil cheesecake di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 185. Sang Putra Mahkota

    Kate melangkah seperti biasa di koridor megah Mansion Tirta menuju ruang kerja Naura. Langit sudah gelap, dia baru saja kembali dari kantor untuk mengambil beberapa dokumen yang tertinggal. Kate mengetuk pintu ruang kerja Naura. "Nyonya, saya Kate." Tetapi sudah diulang sebanyak tiga kali tetap tidak mendapatkan jawaban apa pun. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk masuk, dengan hati-hati membuka pintu ruangan Naura dan mendapati atasannya duduk dengan mata terpejam. Kate tersenyum tipis, kemudian mencari selimut tipis di pojok ruangan dan memakaikannya pada Naura. Dengan telaten dia mematikan seluruh barang elektronik seperti komputer, iPad, dan ponsel. Dia sudah melayani Naura delapan tahun lebih dan di penghujung tahun ini adalah tahun kesembilannya. Kate tidak pernah menyesal untuk mengikuti langkah Naura. Meskipun awalnya dia berasal di bawah naungan Wajendra, tetapi dia memilih mengundurkan diri begitu Naura bercerai dengan Zafir. Jangan ragukan lagi keloyalan Kate sebaga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 186. Kematian Tak Wajar

    Pagi hari seperti biasa Naura sarapan bersama Mela di meja makan. Meskipun putrinya tidak bercerita, tetapi Mela tahu kalau Naura menyembunyikan sesuatu.Apa lagi rumor bahwa hubungan Naura dan Arjuna yang memburuk di kalangan para pekerja semakin menyebar. "Bagaimana pekerjaanmu akhir-akhir ini?" tanya Mela berbasa-basi. Naura tersenyum tipis. "Semuanya baik, beberapa waktu lalu sempat terjadi masalah namun telah normal kembali." "Istirahatkan tubuhmu jika lelah, jangan memaksanya terlalu keras, sayang," ucap Mela penuh kekhawatiran. Naura tersenyum lagi. "Tentu, ibu tidak perlu khawatir.""Bagaimana dengan Arjuna?" tanya Mela, mengeluarkan pertanyaan utamanya. Senyum di bibir Naura perlahan menghilang. "Arjuna? Dia baik, ada apa?"Mela menggeleng pelan. "Bukan tentang Arjuna secara langsung, tetapi ini antara kamu dan Arjuna. Bagaimana hubungan kalian?"Pandangan mata Naura sedikit turun. "Baik."Mela memperhatikan dalam raut wajah Naura yang mendadak layu, kemudian meletakkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 187. Takut Terulang Kembali

    Banyak orang-orang besar dunia yang menghadiri Mansion Bara, seperti presiden atau raja negara maju, lalu selebritis dan kumpulan orang-orang terkaya di dunia, baik yang dicatat secara terbuka pada media atau yang tidak. Di tengah lamunannya, Naura tidak sengaja menangkap sosok Diandra. Dengan cepat matanya melirik ke arah lain, Naura tidak berminat untuk berbicara dengan wanita itu. Apa lagi saat ini banyak media yang datang, interaksi mereka pasti menjadi camilan media.Tetapi di luar harapannya, Diandra justru melangkah menghampirinya dan menyapa ramah. "Selamat pagi nyonya Tirta," ucapnya, membuat Naura mau tidak mau menatapnya. Naura tersenyum tipis. "Pagi, nona Diandra." "Apa Anda melihat Aran?" tanya Diandra tanpa malu, membuat Naura menatapnya dingin. "Maksud Anda tunangan saya?" balas Naura, menekankan kata 'tunangan', membuat Diandra sekilas menyimpan siluet tajam.Belum sempat Diandra menjawab, dari arah belakang mereka muncul Arjuna. Menyadari tatapan Naura yang ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 188. Damian, Pacar Nona Kate

    Kate sibuk mengutak-atik layar iPad-nya, dia bahkan tetap mengurus pekerjaan meskipun sedang berada di rumah duka. Tak lama tiba-tiba sebuah datang menghampirinya sambil membawa sebotol minuman soda. "Untukmu," ucap pemilik tangan tersebut. Kate mengangkat pandangannya, lalu mendapati sosok Damian yang menyodorkan botol soda. "Tanganku bisa copot jika kamu tidak segera mengambil botol ini sekarang," ucap Damian, membuat Kate mengerutkan keningnya dan mau tidak mau menerima botol soda Damian. Damian tersenyum tipis. "Luar biasa, bahkan di rumah duka pun kau masih sanggup bekerja. Nyonya Tirta benar-benar mempekerjakan robot." Kate mendengus tipis. "Terima kasih, tuan Damian." Lalu meletakkan botol soda itu di kursi sebelahnya. Damian menghela napas tipis. "Kamu harus belajar hidup seperti manusia biasa, aku tidak pernah melihatmu bersantai sejak awal kita bertemu." Kate menaikkan alis kirinya, menatap Damian heran. "Benarkah?" Nadanya terdengar menjengkelkan di kup

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 189. Berbaikan?

    Naura dan Aimee kembali masuk ke dalam ruang duka, kali ini dirinya mengambil posisi yang lebih jauh dari lokasi Arjuna dan Diandra. Sedangkan Aimee hanya mengikutinya, Naura pun membiarkan hal itu terjadi karena merasa Aimee adalah teman bicara yang baik. "Banyak sekali tokoh besar di sini," ucap Aimee, membuat Naura menoleh padanya dan tersenyum tipis. "Tuan Bara memang konglomerat besar urutan keempat di negara ini, tidak mengherankan," balas Naura sambil memperhatikan peti tuan Bara yang mulai ditutup. "Apa keluarga sembilan pilar negara selalu memiliki keterkaitan satu sama lain baik dari sisi politik dan bisnis?" tanya Aimee penasaran. Naura menggeleng. "Tidak seluruhnya dan tidak diwajibkan harus bekerja sama. Presiden memberi sembilan penghormatan keluarga penguasa secara langsung karena memang dianggap mampu menopang laju negara dalam berbagai aspek. Tiap keluarga memiliki jenis bisnis atau peran yang berbeda, namun sebagian besar mereka adalah pebisnis."Kemudian Naura

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16

Bab terbaru

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 205. Tenang

    Naura membuka matanya cepat begitu mendapatkan kesadaran. Tubuhnya seolah tersentak kaget, keringat dingin membasahi pelipisnya. "Kamu baik-baik saja?" Suara Althaf yang lembut dan hangat terdengar, membuat Naura menoleh cepat dan mendapati sosok pria itu yang bersandar di jendela ruangan. Angin lembut menerpa wajahnya, membuat rambut hitam pria itu menari indah. Matanya yang cokelat pun selalu berhasil menyalurkan kehangatan. Naura tidak menjawab, matanya langsung sibuk memperhatikan sekelilingnya. Ini di mana? Jelas sekali bukan bagian dari Mansion Tirta. Tatapannya bergeser pada cermin, Naura tertegun saat melihat dirinya kini sudah memakai dress putih polos. Pakaian yang ia gunakan sebelum sadarkan diri di sini adalah kemeja kerja, namun entah bagaimana sekarang berubah?Banyak sekali pikiran kasar yang menumpuk di kepala Naura. Dia masih belum bisa mencerna, terakhir kali mengingat bahwa dirinya sadar adalah setelah mengangkat panggilan Kate. Berikutnya dia memakan cheesec

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 204. Kekuatan Phantom

    "Sebenarnya ini... Ada apa? Naura menghilang?" Suara Mela yang khawatir terdengar, membuat semuanya menoleh ke ambang pintu. Kate dengan cepat menghampiri Mela. "Nyonya, Anda--""Naura...." gumam Mela sambil meletakkan tangan kanannya di atas dada sebagai bentuk takut dan khawatir. "Aku akan mencarinya, ibu." Arjuna berusaha menenangkan Mela. Kedua mata Mela mulai berkaca-kaca, matanya menatap Arjuna. "Putriku... Putriku dalam bahaya...." Lalu perlahan tubuhnya mulai berdiri tidak stabil. Kate dengan sigap menahan tubuh Mela bersama pelayan pribadinya. "Cepat, bawa nyonya besar ke kamar."Begitu Mela pergi, mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke Mansion Renjana. Arjuna tetap menjalankan mobil dengan kecepatan yang sama, matanya menatap tajam ke sekitar. Phantom. Dia tidak akan mengizinkan mereka mengambil wanitanya.Kali ini Arjuna tidak akan menahan diri, karena mereka sendirilah yang telah melanggar perjanjian. Mereka berjanji tidak akan menyentuh Naura jika A

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 203. Kursi Penguasa

    Arjuna berlari cepat menuju mobilnya, seluruh pelayan menatap heran ke arahnya.Selain karena hujan dan petir, malam itu terasa sangat mencekam untuk Arjuna karena ini menyangkut keselamatan Naura. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tak masuk akal, kedua tangannya mencengkeram kuat stir mobil. Sampai di Mansion Tirta, Arjuna turun tanpa peduli guyuran air hujan. Seluruh pelayan dibuat terkejut oleh kehadiran Arjuna, sampai akhirnya Mela muncul. "Ada apa ini?" tanya Mela khawatir begitu mendapati sosok Arjuna yang basah karena hujan. "Di mana Naura, bu?" tanya Arjuna cepat. Mela mengerutkan keningnya bingung. "Naura... Dia ada di ruang kerja. Ada apa, nak?"Arjuna tetap terlihat sangat khawatir. "Apa ibu baik-baik saja?" Mela mengangguk kebingungan. "Iya... Aku baik-baik saja, ada ap--""Perketat keamanan Mansion, bu." Potong Arjuna, lalu melangkah cepat menuju ruang kerja Arjuna. Mela masih mematung bingung di posisinya, hingga tak lama Kate dan Damian muncul. "Nyon

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 202. Terungkap

    Kate tiba di studio kerja pribadinya, kemudian meletakkan tas dan mulai menyalakan mesin komputer. Sesuai perintah Naura, wanita itu meneliti rekaman CCTV yang diberikan atasannya. Tatapan Kate berubah tajam, sesekali menyipit untuk mendeteksi keanehan di rekaman. Tetapi seperti yang Naura katakan, dia juga tidak berhasil menemukan keanehan, kecuali saat adegan penusukan Arjuna. "Di mana bagian yang salah?" gumam Kate sambil terus memaju mundurkan kursor. Tak lama suara dering ponselnya terdengar, Kate berdecak kesal karena pekerjaannya terganggu. Dengan malas dia meraih tas-nya dan mengeluarkan ponsel, namun saat melihat nama kontak yang menghubunginya, amarahnya seketika menghilang. "Iya, tuan Damian? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Kate, matanya kembali menatap layar komputer lagi. "Mengantarkan obat? Terima kasih banyak, namun saya baik-baik saja." Kate melirik sekilas ke arah ponselnya begitu mendengar Damian hendak mengantarkan obat. Mendengar Damian yang sepertinya tid

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 201. Terhubung

    Tepat setelah kepergian Naura dari ruangannya, Arjuna mendorong kasar tubuh Diandra agar menjauh. Diandra hanya tersenyum dan memperhatikan sosok Arjuna yang semakin suram. Pria itu bangun dari duduknya dan melangkah menuju cincin pertunangannya dengan Naura yang telah tergeletak dingin di lantai. Kedua sudut alisnya menyatu dalam, sedangkan mata hijau emerald-nya mendingin luar biasa. "Ini untuk kebaikannya," ucap Diandra dari arah belakang. Arjuna menoleh dingin sekilas, lalu menatap cincin di genggamannya lagi. Perasaan bersalah, merasa tidak berguna, marah, sedih, dan kecewa bercampur satu. "Kamu harus memilih, Arjuna. Cinta atau kesejahteraan Renjana, kamu sudah memilih pilihan yang tepat." Suara Diandra kembali menari di telinga Arjuna. Arjuna mengepalkan kedua tangannya, meremas cincin itu, lalu menyimpannya ke dalam saku. Tanpa berbicara apa pun, pria itu langsung melangkah keluar dengan acuh sambil membanting pintu. BRAK! Diandra hanya tersenyum dingin, kepalanya m

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 200. Hancur

    Di hari yang berbeda, sebelumnya Naura sempat menerima panggilan dari Helena. Wanita itu menanyakan kabarnya sampai akhirnya mereka menjadwalkan pertemuan. Setelah selesai bersiap, wanita itu bergegas pergi mengunjungi Mansion Renjana setelah beberapa minggu tak menginjakkan kaki di sana. Sampai di Mansion Renjana, Naura turun dan langsung melihat sosok Helena yang menunggunya di pintu masuk utama. Seperti biasa, Naura akan tersenyum dan memeluk Helena. Kemudian menyerahkan bingkisan yang ia bawa. "Bagaimana kabar ibu?" tanya Naura hangat. Helena tersenyum lembut. "Tentu saja sangat baik." Mata mereka bertemu, Naura diam-diam mencari sesuatu di tatapan Helena. Helena memang menatap dan tersenyum padanya dengan lembut, namun Naura masih dapat dengan mudah siluet kesedihan. "Ayo, masuk sayang." Ajak Helena, kemudian mereka masuk beriringan. Tetapi sebelum itu, Naura sempat menoleh dan melihat mobil asing terparkir di halaman depan Mansion. "Apa ada tamu, bu?" tanya Naura. Se

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 199. Hutang dan Tumbal

    Arjuna turun dari mobilnya begitu tiba di penjara yang dihuni Ronald, Damian dan Aimee mengikutinya dari belakang. Seorang petugas segera mengarahkannya ke dalam sel Ronald, sesuai permintaan Ronald sendiri. Begitu pintu sel dibuka, sosok Ronald yang tengah duduk santai di atas kursi lipat sambil menonton televisi pun menoleh. "Kau, ya?" ucap Ronald, lalu berdiri dan memutar kursi lipatnya menghadap mereka."Duduklah di mana saja karena tidak ada kursi lain di sini," ujar Ronald, membuat tiga orang dewasa itu akhirnya duduk di lantai seperti anak kecil yang akan memulai pelajaran bersama sang guru. "Bagaimana kabar Anda?" tanya Arjuna, mengulurkan tangan kanannya. Saat matanya bertemu dengan mata cokelat Ronald, pria itu tidak bisa menahan ingatannya tentang Naura. Meskipun berbeda ibu, mata mereka benar-benar memiliki bentuk dan keindahan yang sama. "Seperti yang kau lihat," jawab Ronald acuh, lalu membalas uluran tangan Arjuna. Arjuna mengangguk singkat, lalu matanya tidak s

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 198. Penyelidikan

    Suasana serius menyelimuti ruang kerja Arjuna. Pria itu duduk di kursinya, menatap datar Damian dan Aimee bergantian. "Waktu kita tidak banyak, mereka pasti menunggumu keputusanmu," ucap Aimee sambil bersandar di meja kerja Damian. Damian mengangguk setuju. "Jika dalam kurun waktu yang telah mereka tentukan kita masih belum membuat keputusan, aku yakin sang putra mahkota itu benar-benar akan turun tangan langsung."Tidak langsung menjawab, Arjuna hanya menatap rekan serta sepupunya dengan tatapan yang sama seperti sebelumnya."Bagaimana kabar dari putri tuan Bara?" tanya Arjuna, memilih untuk fokus pada jalan keluar dibanding kekhawatiran. "Tidak ada jawaban apa pun, sepertinya beberapa petinggi di sana yang telah mengetahui masalah ini mulai merasa waspada," jawab Damian. Aimee mengangguk setuju. "Mereka berusaha menghindari masalah besar yang jelas sangat berbahaya seperti Phantom.""Lalu apa ada kemungkinan lain dari hasil penyelidikan?" tanya Arjuna lagi, kali ini melirik Aime

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 197. Hutang Untuk Putra Mahkota

    Seperti biasa, pagi ini Naura sudah sibuk di meja kerjanya. Namun berbeda dari biasanya yang sibuk menatap layar monitor dengan tangan yang mengetik kesana kemari, Naura kini hanya termenung di meja kerjanya. Matanya sesekali memperhatikan halaman yang sama sejak awal dirinya duduk di kursi kerja, email Phantom. Setelah merenung cukup lama, akhirnya Naura membetulkan kembali posisi duduknya dan membalas email tersebut. Dia setuju untuk bertemu. Tak perlu waktu lama, bahkan kurang dari satu menit, email-nya sudah dibalas. Naura spontan berdiri, lalu meneruskan link lokasi yang dikirim oleh email tersebut pada Kate. "Bersiap, kita pergi sekarang." Kemudian dia melirik ke arah Kate. "Lacak lokasi itu."Kate mengangguk cepat, tangannya pun dengan gesit melaksanakan perintah Naura. Tak butuh waktu lama, Kate pun membalas,"Sudah, nyonya."Mereka bertiga masuk ke dalam mobil, kali ini Althaf yang menyetir. "Anda menerima tawaran pertemuan itu?" tanya Kate dari kursi depan. Naura men

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status