Share

Bab 186. Kematian Tak Wajar

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2025-02-16 00:33:34

Pagi hari seperti biasa Naura sarapan bersama Mela di meja makan.

Meskipun putrinya tidak bercerita, tetapi Mela tahu kalau Naura menyembunyikan sesuatu.

Apa lagi rumor bahwa hubungan Naura dan Arjuna yang memburuk di kalangan para pekerja semakin menyebar.

"Bagaimana pekerjaanmu akhir-akhir ini?" tanya Mela berbasa-basi.

Naura tersenyum tipis. "Semuanya baik, beberapa waktu lalu sempat terjadi masalah namun telah normal kembali."

"Istirahatkan tubuhmu jika lelah, jangan memaksanya terlalu keras, sayang," ucap Mela penuh kekhawatiran.

Naura tersenyum lagi. "Tentu, ibu tidak perlu khawatir."

"Bagaimana dengan Arjuna?" tanya Mela, mengeluarkan pertanyaan utamanya.

Senyum di bibir Naura perlahan menghilang. "Arjuna? Dia baik, ada apa?"

Mela menggeleng pelan. "Bukan tentang Arjuna secara langsung, tetapi ini antara kamu dan Arjuna. Bagaimana hubungan kalian?"

Pandangan mata Naura sedikit turun. "Baik."

Mela memperhatikan dalam raut wajah Naura yang mendadak layu, kemudian meletakkan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wiwin Winarsih
putra mahkota adalah..wajendra..zafir wajendra...yg melakukan nya..dn yg bekerjsama dg diandra adalah zafir bukan althaf..kedua nya cinta mati sma naura..diandra.zafir dn althaf..mereka ingin naira dn arjuna berpisah.makanya arjuna..pura2 sprti itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 187. Takut Terulang Kembali

    Banyak orang-orang besar dunia yang menghadiri Mansion Bara, seperti presiden atau raja negara maju, lalu selebritis dan kumpulan orang-orang terkaya di dunia, baik yang dicatat secara terbuka pada media atau yang tidak. Di tengah lamunannya, Naura tidak sengaja menangkap sosok Diandra. Dengan cepat matanya melirik ke arah lain, Naura tidak berminat untuk berbicara dengan wanita itu. Apa lagi saat ini banyak media yang datang, interaksi mereka pasti menjadi camilan media.Tetapi di luar harapannya, Diandra justru melangkah menghampirinya dan menyapa ramah. "Selamat pagi nyonya Tirta," ucapnya, membuat Naura mau tidak mau menatapnya. Naura tersenyum tipis. "Pagi, nona Diandra." "Apa Anda melihat Aran?" tanya Diandra tanpa malu, membuat Naura menatapnya dingin. "Maksud Anda tunangan saya?" balas Naura, menekankan kata 'tunangan', membuat Diandra sekilas menyimpan siluet tajam.Belum sempat Diandra menjawab, dari arah belakang mereka muncul Arjuna. Menyadari tatapan Naura yang ber

    Last Updated : 2025-02-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 188. Damian, Pacar Nona Kate

    Kate sibuk mengutak-atik layar iPad-nya, dia bahkan tetap mengurus pekerjaan meskipun sedang berada di rumah duka. Tak lama tiba-tiba sebuah datang menghampirinya sambil membawa sebotol minuman soda. "Untukmu," ucap pemilik tangan tersebut. Kate mengangkat pandangannya, lalu mendapati sosok Damian yang menyodorkan botol soda. "Tanganku bisa copot jika kamu tidak segera mengambil botol ini sekarang," ucap Damian, membuat Kate mengerutkan keningnya dan mau tidak mau menerima botol soda Damian. Damian tersenyum tipis. "Luar biasa, bahkan di rumah duka pun kau masih sanggup bekerja. Nyonya Tirta benar-benar mempekerjakan robot." Kate mendengus tipis. "Terima kasih, tuan Damian." Lalu meletakkan botol soda itu di kursi sebelahnya. Damian menghela napas tipis. "Kamu harus belajar hidup seperti manusia biasa, aku tidak pernah melihatmu bersantai sejak awal kita bertemu." Kate menaikkan alis kirinya, menatap Damian heran. "Benarkah?" Nadanya terdengar menjengkelkan di kup

    Last Updated : 2025-02-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 189. Berbaikan?

    Naura dan Aimee kembali masuk ke dalam ruang duka, kali ini dirinya mengambil posisi yang lebih jauh dari lokasi Arjuna dan Diandra. Sedangkan Aimee hanya mengikutinya, Naura pun membiarkan hal itu terjadi karena merasa Aimee adalah teman bicara yang baik. "Banyak sekali tokoh besar di sini," ucap Aimee, membuat Naura menoleh padanya dan tersenyum tipis. "Tuan Bara memang konglomerat besar urutan keempat di negara ini, tidak mengherankan," balas Naura sambil memperhatikan peti tuan Bara yang mulai ditutup. "Apa keluarga sembilan pilar negara selalu memiliki keterkaitan satu sama lain baik dari sisi politik dan bisnis?" tanya Aimee penasaran. Naura menggeleng. "Tidak seluruhnya dan tidak diwajibkan harus bekerja sama. Presiden memberi sembilan penghormatan keluarga penguasa secara langsung karena memang dianggap mampu menopang laju negara dalam berbagai aspek. Tiap keluarga memiliki jenis bisnis atau peran yang berbeda, namun sebagian besar mereka adalah pebisnis."Kemudian Naura

    Last Updated : 2025-02-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 190. Phantom | Hanya Aku, Arjuna

    Naura melangkah masuk ke gedung kantor Tirta seperti biasa, namun begitu tiba di ruangannya dia segera menghempaskan punggungnya ke kursi kerja. Althaf menyadari hal itu, lalu bertanya,"Apa ada sesuatu yang buruk di ruang duka tadi?"Naura menjawab dengan mata terpejam. "Beberapa."Althaf mengerutkan keningnya khawatir. "Ada apa?" Naura membuka matanya, lalu melirik Althaf sekilas. "Beberapa dari mereka berbicara bahwa kematian tuan Bara tidak wajar.""Maksudnya... Dibunuh?" tanya Althaf ragu. Naura mengangguk. "Kemungkinan besar seperti itu, bagaimana menurutmu?"Althaf menaikkan alis kirinya. "Aku bahkan tidak mengenal tuan Bara, dia pebisnis?"Naura mengangguk lagi. "Iya, bahkan seharusnya dia tidak memiliki musuh yang begitu banyak dan serius sampai mengancam nyawa. Tuan Bara adalah pebisnis konglomerat yang jujur, bahkan di antara sembilan keluarga, keluarga Bara yang memiliki tingkat 'kebersihan' tertinggi.""Apa karena itu?" balas Althaf, lalu melanjutkan,"Semakin besar caha

    Last Updated : 2025-02-16
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 191. Gedung Pernikahan

    Sesuai dengan pembicaraannya dan Aimee kemarin, wanita itu benar-benar menepati janjinya untuk menemani Naura memeriksa lokasi gedung pernikahan. "Apa tidak ada lahan parkir tambahan di sini? Menurut firasatku mobil-mobil para elite dunia tidak akan benar-benar tertampung semua," tanya Aimee, wanita itu tidak hanya menemani, tetapi juga membantu Naura dalam menilai dan berpendapat. Pemandu yang telah dikirim Arjuna untuk menemani kegiatan mereka pun menggeleng pelan. "Tuan Renjana berkata tidak semua tamu akan datang menggunakan mobil, nyonya. Khususnya tamu-tamu dari negara luar, gedung ini sudah lengkap dengan rooftop sebagai parkiran helikopter." "Bagaimana?" tanya Aimee pada Naura. Naura mengangguk singkat. "Aku setuju, lalu bagaimana dengan pintu masuk utamanya?"Pemandu itu tersenyum tipis. "Dari pengrajinnya sendiri pun belum memulai proses pemolesan, nyonya. Mereka menunggu kabar dari tuan Renjana, sementara beliau memilih untuk menyerahkan pilihannya pada Anda."Kemudian

    Last Updated : 2025-02-17
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 192. Sandiwara Kate-Damian

    Suasana Mansion Tirta kembali lengang saat langit menggelap. Kate meninggalkan Mansion tersebut setelah Naura benar-benar beristirahat. Sepanjang perjalanan menuju tempat pertemuannya dengan Damian, wanita itu hanya diam dengan tatapan yang lelah. Kate khawatir masalah ini akan merepotkan Damian, dia tidak ingin menyeret orang lain ke dalam kesulitan hidupnya. Sampai di restoran bintang empat Jakarta, Kate bergegas turun dari mobilnya dan melangkah masuk. Matanya menyapu seluruh bagian restoran ke kanan dan kiri untuk mencari sosok Damian. Hingga tak lama dari arah depan ada satu tangan yang melambai untuknya, pria itu tersenyum ramah ke arahnya, menunggu dengan tenang. Kate mendekat ke meja tersebut dan tersenyum simpul. "Mohon maaf jika Anda menunggu lama."Damian mengangguk singkat. "Aku juga baru datang." Mendengar hal itu Kate tahu Damian berbohong, karena di atas meja mereka sekarang sudah ada dua gelas kosong. "Jadi... Ada apa, nona Kate?" tanya Damian, tatapan mereka b

    Last Updated : 2025-02-17
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 193. Kamu Baik-Baik Saja?

    Satu hari setelah pertemuan canggung penuh perasaan yang tak pernah Kate kenali dengan Damian, wanita itu mulai terlihat lebih gelisah. Seperti sekarang, ini pertama kalinya dia meminta izin kembali lebih cepat dengan raut wajah gelisah. "Nyonya, seluruh berkas sudah saya letakkan di atas meja dan file yang Anda butuhkan telah saya kirim ke email Anda," ucap Kate, wanita itu berdiri seperti patung di depan Naura. Naura mengangguk tanpa menoleh sedikitpun dari layar monitor. "Baiklah, terima kasih banyak Kate."Kate mengangguk, kemudian kepalanya sedikit menunduk, jari-jarinya bermain gelisah. "Nyonya...."Naura hanya mengangkat kedua alisnya sebagai respon, kedua tangannya masih sibuk mengetik sesuatu di keyboard. Setelah menunggu beberapa detik, Naura masih belum juga mendengar apa yang ingin disampaikan Kate. Matanya melirik bingung ke arah Kate, saat mendapati wanita itu berdiri kaku seperti patung, Naura mulai menaruh perhatian penuh pada Kate. "Ada apa?" tanya Naura bingun

    Last Updated : 2025-02-17
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 194. Untukmu, Terima Saja

    "Apa ada kotak P3K di sini?" tanya Damian, melirik ibu Kate. Ibu Kate mengerutkan keningnya. "Untuk ap--""Ada." Kate menyela, membuat Damian kembali menatapnya. "Bisa berdiri?" tanya Damian. Kate mengangguk kecil dan berdiri, lalu membawa Damian ke dalam kamarnya diikuti sang ibu. "Apa perlu diobati segitunya? Itu hanya luka kecil," ucap sang ibu, lalu melanjutkan,"Maafkan ya, nak Damian. Kate merepotkan."Kate hanya diam dan duduk selagi Damian sibuk memilih obat di kotak P3K-nya. Damian tersenyum. "Tidak masalah, tante. Sekecil apa pun lukanya jika dibiarkan maka akan berisiko menjadi parah." Ibu Kate tersenyum dalam mendengarnya. "Baiklah, kalau begitu aku memeriksa makan malam di dapur dulu, ya." Kemudian matanya melirik Kate. "Jika sudah selesai cepat turun."Kate mengangguk kecil. "Iya."Sepeninggalan ibu Kate, Damian perlahan tersenyum dan tertawa tipis. "Apa kamu mengalami ini setiap hari? Ah--maaf, maksudku--""Iya, jangan meledekku!" Potong Kate sambil melototinya ke

    Last Updated : 2025-02-17

Latest chapter

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 204. Kekuatan Phantom

    "Sebenarnya ini... Ada apa? Naura menghilang?" Suara Mela yang khawatir terdengar, membuat semuanya menoleh ke ambang pintu. Kate dengan cepat menghampiri Mela. "Nyonya, Anda--""Naura...." gumam Mela sambil meletakkan tangan kanannya di atas dada sebagai bentuk takut dan khawatir. "Aku akan mencarinya, ibu." Arjuna berusaha menenangkan Mela. Kedua mata Mela mulai berkaca-kaca, matanya menatap Arjuna. "Putriku... Putriku dalam bahaya...." Lalu perlahan tubuhnya mulai berdiri tidak stabil. Kate dengan sigap menahan tubuh Mela bersama pelayan pribadinya. "Cepat, bawa nyonya besar ke kamar."Begitu Mela pergi, mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke Mansion Renjana. Arjuna tetap menjalankan mobil dengan kecepatan yang sama, matanya menatap tajam ke sekitar. Phantom. Dia tidak akan mengizinkan mereka mengambil wanitanya.Kali ini Arjuna tidak akan menahan diri, karena mereka sendirilah yang telah melanggar perjanjian. Mereka berjanji tidak akan menyentuh Naura jika A

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 203. Kursi Penguasa

    Arjuna berlari cepat menuju mobilnya, seluruh pelayan menatap heran ke arahnya.Selain karena hujan dan petir, malam itu terasa sangat mencekam untuk Arjuna karena ini menyangkut keselamatan Naura. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tak masuk akal, kedua tangannya mencengkeram kuat stir mobil. Sampai di Mansion Tirta, Arjuna turun tanpa peduli guyuran air hujan. Seluruh pelayan dibuat terkejut oleh kehadiran Arjuna, sampai akhirnya Mela muncul. "Ada apa ini?" tanya Mela khawatir begitu mendapati sosok Arjuna yang basah karena hujan. "Di mana Naura, bu?" tanya Arjuna cepat. Mela mengerutkan keningnya bingung. "Naura... Dia ada di ruang kerja. Ada apa, nak?"Arjuna tetap terlihat sangat khawatir. "Apa ibu baik-baik saja?" Mela mengangguk kebingungan. "Iya... Aku baik-baik saja, ada ap--""Perketat keamanan Mansion, bu." Potong Arjuna, lalu melangkah cepat menuju ruang kerja Arjuna. Mela masih mematung bingung di posisinya, hingga tak lama Kate dan Damian muncul. "Nyon

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 202. Terungkap

    Kate tiba di studio kerja pribadinya, kemudian meletakkan tas dan mulai menyalakan mesin komputer. Sesuai perintah Naura, wanita itu meneliti rekaman CCTV yang diberikan atasannya. Tatapan Kate berubah tajam, sesekali menyipit untuk mendeteksi keanehan di rekaman. Tetapi seperti yang Naura katakan, dia juga tidak berhasil menemukan keanehan, kecuali saat adegan penusukan Arjuna. "Di mana bagian yang salah?" gumam Kate sambil terus memaju mundurkan kursor. Tak lama suara dering ponselnya terdengar, Kate berdecak kesal karena pekerjaannya terganggu. Dengan malas dia meraih tas-nya dan mengeluarkan ponsel, namun saat melihat nama kontak yang menghubunginya, amarahnya seketika menghilang. "Iya, tuan Damian? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Kate, matanya kembali menatap layar komputer lagi. "Mengantarkan obat? Terima kasih banyak, namun saya baik-baik saja." Kate melirik sekilas ke arah ponselnya begitu mendengar Damian hendak mengantarkan obat. Mendengar Damian yang sepertinya tid

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 201. Terhubung

    Tepat setelah kepergian Naura dari ruangannya, Arjuna mendorong kasar tubuh Diandra agar menjauh. Diandra hanya tersenyum dan memperhatikan sosok Arjuna yang semakin suram. Pria itu bangun dari duduknya dan melangkah menuju cincin pertunangannya dengan Naura yang telah tergeletak dingin di lantai. Kedua sudut alisnya menyatu dalam, sedangkan mata hijau emerald-nya mendingin luar biasa. "Ini untuk kebaikannya," ucap Diandra dari arah belakang. Arjuna menoleh dingin sekilas, lalu menatap cincin di genggamannya lagi. Perasaan bersalah, merasa tidak berguna, marah, sedih, dan kecewa bercampur satu. "Kamu harus memilih, Arjuna. Cinta atau kesejahteraan Renjana, kamu sudah memilih pilihan yang tepat." Suara Diandra kembali menari di telinga Arjuna. Arjuna mengepalkan kedua tangannya, meremas cincin itu, lalu menyimpannya ke dalam saku. Tanpa berbicara apa pun, pria itu langsung melangkah keluar dengan acuh sambil membanting pintu. BRAK! Diandra hanya tersenyum dingin, kepalanya m

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 200. Hancur

    Di hari yang berbeda, sebelumnya Naura sempat menerima panggilan dari Helena. Wanita itu menanyakan kabarnya sampai akhirnya mereka menjadwalkan pertemuan. Setelah selesai bersiap, wanita itu bergegas pergi mengunjungi Mansion Renjana setelah beberapa minggu tak menginjakkan kaki di sana. Sampai di Mansion Renjana, Naura turun dan langsung melihat sosok Helena yang menunggunya di pintu masuk utama. Seperti biasa, Naura akan tersenyum dan memeluk Helena. Kemudian menyerahkan bingkisan yang ia bawa. "Bagaimana kabar ibu?" tanya Naura hangat. Helena tersenyum lembut. "Tentu saja sangat baik." Mata mereka bertemu, Naura diam-diam mencari sesuatu di tatapan Helena. Helena memang menatap dan tersenyum padanya dengan lembut, namun Naura masih dapat dengan mudah siluet kesedihan. "Ayo, masuk sayang." Ajak Helena, kemudian mereka masuk beriringan. Tetapi sebelum itu, Naura sempat menoleh dan melihat mobil asing terparkir di halaman depan Mansion. "Apa ada tamu, bu?" tanya Naura. Se

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 199. Hutang dan Tumbal

    Arjuna turun dari mobilnya begitu tiba di penjara yang dihuni Ronald, Damian dan Aimee mengikutinya dari belakang. Seorang petugas segera mengarahkannya ke dalam sel Ronald, sesuai permintaan Ronald sendiri. Begitu pintu sel dibuka, sosok Ronald yang tengah duduk santai di atas kursi lipat sambil menonton televisi pun menoleh. "Kau, ya?" ucap Ronald, lalu berdiri dan memutar kursi lipatnya menghadap mereka."Duduklah di mana saja karena tidak ada kursi lain di sini," ujar Ronald, membuat tiga orang dewasa itu akhirnya duduk di lantai seperti anak kecil yang akan memulai pelajaran bersama sang guru. "Bagaimana kabar Anda?" tanya Arjuna, mengulurkan tangan kanannya. Saat matanya bertemu dengan mata cokelat Ronald, pria itu tidak bisa menahan ingatannya tentang Naura. Meskipun berbeda ibu, mata mereka benar-benar memiliki bentuk dan keindahan yang sama. "Seperti yang kau lihat," jawab Ronald acuh, lalu membalas uluran tangan Arjuna. Arjuna mengangguk singkat, lalu matanya tidak s

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 198. Penyelidikan

    Suasana serius menyelimuti ruang kerja Arjuna. Pria itu duduk di kursinya, menatap datar Damian dan Aimee bergantian. "Waktu kita tidak banyak, mereka pasti menunggumu keputusanmu," ucap Aimee sambil bersandar di meja kerja Damian. Damian mengangguk setuju. "Jika dalam kurun waktu yang telah mereka tentukan kita masih belum membuat keputusan, aku yakin sang putra mahkota itu benar-benar akan turun tangan langsung."Tidak langsung menjawab, Arjuna hanya menatap rekan serta sepupunya dengan tatapan yang sama seperti sebelumnya."Bagaimana kabar dari putri tuan Bara?" tanya Arjuna, memilih untuk fokus pada jalan keluar dibanding kekhawatiran. "Tidak ada jawaban apa pun, sepertinya beberapa petinggi di sana yang telah mengetahui masalah ini mulai merasa waspada," jawab Damian. Aimee mengangguk setuju. "Mereka berusaha menghindari masalah besar yang jelas sangat berbahaya seperti Phantom.""Lalu apa ada kemungkinan lain dari hasil penyelidikan?" tanya Arjuna lagi, kali ini melirik Aime

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 197. Hutang Untuk Putra Mahkota

    Seperti biasa, pagi ini Naura sudah sibuk di meja kerjanya. Namun berbeda dari biasanya yang sibuk menatap layar monitor dengan tangan yang mengetik kesana kemari, Naura kini hanya termenung di meja kerjanya. Matanya sesekali memperhatikan halaman yang sama sejak awal dirinya duduk di kursi kerja, email Phantom. Setelah merenung cukup lama, akhirnya Naura membetulkan kembali posisi duduknya dan membalas email tersebut. Dia setuju untuk bertemu. Tak perlu waktu lama, bahkan kurang dari satu menit, email-nya sudah dibalas. Naura spontan berdiri, lalu meneruskan link lokasi yang dikirim oleh email tersebut pada Kate. "Bersiap, kita pergi sekarang." Kemudian dia melirik ke arah Kate. "Lacak lokasi itu."Kate mengangguk cepat, tangannya pun dengan gesit melaksanakan perintah Naura. Tak butuh waktu lama, Kate pun membalas,"Sudah, nyonya."Mereka bertiga masuk ke dalam mobil, kali ini Althaf yang menyetir. "Anda menerima tawaran pertemuan itu?" tanya Kate dari kursi depan. Naura men

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 196. Puzzle

    Naura beranjak bangun dari duduknya, bibirnya masih tersenyum tipis ke arah Ronald meski tatapannya sudah sangat lelah. "Kalau begitu aku kembali dulu, jaga kesehatanmu, kak," ucap Naura. Ronald hanya mengangguk singkat, namun saat Naura berjalan melewatinya, pria itu menoleh dan berbicara. "Pastikan tidak ada kursi penguasa yang bergeser, Naura."Naura berhenti dan ikut menoleh, kemudian dia mengangguk. "Aku mengerti."Saat dirinya hendak melanjutkan langkah, suara Ronald lagi-lagi menghentikan gerakannya. "Dan...."Naura hanya menatap Ronald yang kini telah memunggunginya, menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya. "Jaga kesehatanmu juga." Naura tersenyum tipis, lalu menatap lurus lagi ke depan. "Iya, terima kasih banyak." Setelahnya ia benar-benar melangkah keluar dari ruang pertemuan tertutup. "Sudah?" tanya Althaf yang sejak awal menunggu di luar. Naura mengangguk. "Ya, ayo kembali.""Bagaimana?" tanya Althaf sembari keduanya berjalan beriringan. "Ini tentang hutang Tirta

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status