Share

Bab 128. Adat Jawa Tirta

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-28 10:13:40

Setelah penetapan tanggal pernikahan Naura dan Arjuna sepakat akan dilaksanakan pada akhir tahun nanti, keduanya pun semakin sibuk.

Pasalnya tinggal beberapa minggu lagi dan kini mereka harus melaksanakan prosesi adat sebelum menikah dari Tirta.

Naura tiba lebih dulu di kampung halamannya, Jawa Tengah. Wanita itu berangkat dengan muatan terpisah dengan Arjuna.

Di sana ia melewati berbagai macam prosesi calon mempelai wanita yang siap 'dijemput' oleh calon mempelai pria.

Naura harus melewati prosesi luluran, mandi kembang dan sebagainya. Semua itu didampingi oleh Mela, ibunya.

"Cantik," ucap Mela saat memandangi putrinya di cermin, bibirnya tersenyum tipis.

Naura menyentuh tangan Mela yang berada di atas pundaknya lembut.

Naura mengenakan kebaya adat Jawa, rambutnya disanggul dan diberikan hiasan melati serta beberapa perhiasan sederhana berwarna perak.

Dia belum bisa dipaes karena belum memasuki acara pernikahan sungguhan. Tujuan dari prosesi adat ini adalah untuk meminta izin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 129. Weton Naura & Arjuna

    Ceklek!Arjuna mengunci pintu kandang ayam besar tempatnya mengumpulkan ayam. Itu ayam terakhir. Napas pria itu sedikit memburu karena terlalu banyak berlari. Tak lama suara tepuk tangan terdengar nyaring dari belakang, membuatnya menoleh dan melihat semua orang tersenyum ke arahnya. "Rezeki tanpa wates," ucap tetua, dibalas anggukan oleh yang lain. Semuanya berdecak kagum melihat Arjuna berhasil mengumpulkan semua ayam yang dilepas. "Anda mengalahkan rekor mendiang tuan Tirta," ujar tetua lagi, kali ini menggunakan bahasa Indonesia. Sepertinya pria itu mulai luluh dengan Arjuna. Arjuna tersenyum tipis. "Terima kasih banyak, tetua.""Kerja bagus, bintang Renjana!" ucap Damian, lalu menepuk pundak sahabatnya. Arjuna tidak menjawab, dia masih tersenyum seperti sebelumnya. Dia sendiri pun merasa puas dengan hasilnya. Tetua kemudian mengajaknya untuk masuk ke dalam kediaman kembali, yang lain pun segera menyusul. Arjuna menaikkan alis kirinya, ruang tamu besar itu sudah disulap m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 130. Weton Ratu

    "Cocok. Kasilipun 26, weton ratu. Piyambakipun sedaya berjodoh."Kalimat singkat dari tetua membuat semua orang bersorak lega. Naura tersenyum mendengar jawaban itu, kemudian dia menoleh ke arah Arjuna yang ternyata telah menatapnya lebih dulu. "Apa arti dari weton ratu, tetua?" tanya Arjuna setelah menarik pandangannya. "Sesuai namanya, pasangan yang mendapatkan weton tersebut akan hidup seperti seorang ratu atau diratukan dengan harta dan hidup harmonis. Pasangan ini juga sudah ditakdirkan untuk berjodoh sehingga disegani dan dihargai oleh masyarakat," jelas sang tetua. Ditakdirkan untuk berjodoh? Itu kalimat yang sangat menghibur Arjuna. Begitu weton dipastikan cocok, tetua kembali membawa mereka ke prosesi terakhir. Arjuna dan Naura dibawa ke makam para tetua dan leluhur Tirta. Mereka duduk bersimpuh di hadapan makam salah satu tetua yang paling disegani, entah generasi keberapa. "Karena makam mendiang ayah nyonya Tirta berada di Jakarta, maka sebagai gantinya kalian diper

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 131. Sidang Wajendra-Homas

    "Tuan!" Stave masuk dengan napas terengah tanpa mengetuk pintu, tamannya menggenggam selembar kertas dengan keringat dingin. Zafir tidak menjawab, pria itu langsung melirik pada kertas yang Stave pegang. Tanpa diberitahu, dia tahu bahwa itu surat tuntutan pengadilan. "Siapa?" tanya Zafir, menatap layar komputernya kembali seolah menyepelekan laporan tersebut. "Homas," jawab Stave, membuat Zafir kembali menatapnya dengan terkejut."Apa? Berikan padaku!" Desak Zafir tidak sabaran, Stave pun dengan cepat memberikannya. Zafir membaca surat penuntutan Homas untuk Wajendra atas dasar penggelapan dana, ini membuat emosinya bergejolak. Tidak masuk akal."Penggelapan dana? Mereka gila?" ucap Zafir kesal, lalu meremas kertas itu kuat. "Apa hasil dari penyelidikan kita belum menghasilkan apa pun?" tanya Zafir, matanya melirik Stave dingin. Stave menggeleng. "Sampai saat ini masih bersih, tuan. Tidak ada laporan atau catatan sedikitpun mengenai penjualan lahan atas nama Wajendra." "Seharu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 132. Restu Sempurna

    "Kamu bahkan tidak pantas menjadi nyonya Wajendra! Dasar perebut dan peniru! Apa menurutmu dengan meniru mantan menantuku seperti orang bodoh akan memberikanmu kedudukan itu dengan mutlak?!" Malini membalas kalimat tajam Evelyn, wanita paruh baya itu tidak menyangka bahwa anjing jalanan yang ia biarkan masuk ke dalam rumahnya akan menggigit tangannya. Evelyn tidak bisa mengontrol emosinya jika itu berhubungan dengan Naura, namun dia tahu saat ini bukan waktunya untuk mementingkan egonya. Wanita itu menggigit bibir dalamnya, kedua matanya berkaca-kaca menahan tangis. Siapapun yang melihat ini akan terbuai dalam. Tubuhnya masih berusaha berdiri tegak menatap Malini meskipun bahunya terlihat gemetar. "Maafkan aku jika menurut ibu aku gagal menjadi menantu Wajendra. Tetapi ada yang perlu ibu ketahui, aku tidak pernah berbuat keji seperti merebut sesuatu. Saya mencintai Zafir dan melayani Wajendra dengan tulus. Jika tahu ternyata di mata ibu saya akan gagal, saya tidak akan berani men

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 133. Panggilan Misterius Untuk Evelyn

    Suara dentingan sendok garpu dan piring terdengar jelas di ruang makan Wajendra yang sepi. Zafir menatap kosong makanannya sambil terus mengunyah, sementara Evelyn memperhatikan pria itu terus menerus. "Zafir, kamu baik-baik saja?" tanya Evelyn dengan nada yang hati-hati. Zafir mengangkat tatapannya, hanya mengangguk singkat tanpa jawaban. "Bagaimana rasa kue yang aku buatkan tadi pagi?" tanya Evelyn, berusaha menghibur Zafir meskipun ini karena kelicikannya sendiri. "Enak," jawab Zafir tanpa melihat Evelyn. Evelyn mengangguk kecil, lalu mengambil satu potong daging di piringnya dan meletakkannya di piring Zafir. "Apa?" tanya Zafir bingung, kali ini ia menatap Evelyn. "Bukankah kamu menyukai daging yang dimarinasi dengan bumbu barbecue? Makan lah," jawab Evelyn, bibirnya tersenyum lembut. Zafir akhirnya tersenyum tipis meskipun terlihat hambar. Pria itu memakan daging pemberian Evelyn dengan tenang. "Terima kasih," ucapnya saat berhasil menelan. "Aku sangat mengerti perasaa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 134. Mata Bulat, Manis, dan Teduh

    Naura seperti biasa menghabiskan waktunya di Butik. Wanita itu lebih banyak memilih sibuk di butik daripada kantor pusat Tirta. Tak jarang ia membawa pekerjaannya dari kantor ke butik. Tetapi hari ini dia tidak sesibuk biasanya, karena hal itu lah lagi-lagi Felizia mendatanginya. "Bagaimana, enak?" tanya Felizia saat Naura mencicipi cokelat Inggris bawaannya. Naura mengangguk singkat. "Tidak terlalu manis, sesuai seleraku."Felizia terkekeh. "Tentu saja, aku tahu selera sahabatku." Naura hanya menggeleng pelan sambil tersenyum melihat tingkat sahabatnya, tak lama wanita itu kembali memunculkan topik pembicaraan baru. "Kamu sudah tahu kabar terkini dari Wajendra?" tanya Felizia. Naura menaikkan alis kirinya sekilas, dia belum sempat memperhatikan berita akhir-akhir ini. "Kenapa?""Malini ditahan oleh putranya sendiri, mantan suamimu," jawab Felizia, membuat Naura terdiam. Apa? Zafir menahan Malini? Bukankah pria itu sangat menjunjung tinggi ibunya? Felizia menghela napas gusa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 135. Evelyn dan Hans

    Sebelum Felizia meninggalkan butiknya, Naura mengelak spekulasi wanita itu mengenai keterkaitan antara Evelyn dan Hans. Meskipun dia sendiri telah menyadari pria itu mirip dengan Evelyn, Naura memilih tidak ingin mempermasalahkannya. Dia tidak ingin aktivitas bekerja di sekitarnya terganggu oleh hal seperti itu. Melangkah ke ruangannya kembali setelah mengantar Felizia pergi, Naura berpapasan dengan Hans yang ingin membersihkan ruangannya. "Bersihkan saja," ucap Naura, tidak masalah jika pria itu sibuk bekerja di sekitarnya. Hans menurut, dia mengikuti langkah Naura menuju ruangannya. Naura duduk di kursinya, kembali membuka beberapa dokumen di komputer. Hingga tak lama kedua matanya tidak sengaja jatuh pada sosok Hans yang sibuk mengelap meja lain di ruangannya. Memikirkan percakapannya dengan Felizia, Naura pun iseng bertanya. "Kamu mengenal Evelyn Wajendra, Hans?" Hans seketika berhenti dari gerakannya, pria itu pun berbalik sopan untuk menjawab Naura. "Saya hanya menget

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 136. Kamu Yakin, Zafir?

    Mundur sedikit saat pertemuan pertama antara Hans dan Evelyn di butik Naura, sepulang kerja pria itu seperti biasa langsung mengunjungi rumah sakit tempat ibunya dirawat. Hans selalu menyempatkan diri untuk membeli buah melon kesukaan ibunya, meskipun sebenarnya jika dilakukan setiap hari akan memotong uang pegangannya sendiri. "Kamu sudah selesai bekerja?" tanya wanita paruh baya yang terbaring lemah di atas ranjang pasien rumah sakit begitu melihat Hans. Tubuh wanita itu kurus, warna kulitnya putih pucat karena sakit. Rambutnya telah memutih sempurna meskipun masih ada beberapa helai hitam. Dia adalah ibu kandung Evelyn, Hans, dan kakak tertua mereka. Layla. "Aku membawakan melon lagi untuk ibu," ucap Hans, bibirnya tersenyum tipis.Berkat uang yang sempat ditransfer Evelyn beberapa waktu lalu sebelum nomornya diblok, Hans bisa memindahkan ibunya ke kamar rumah sakit yang lebih layak. "Tidak perlu membelinya setiap hari, Hans. Buah itu pasti cukup mahal, simpan saja uangmu unt

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 138. 'Persiapan' Evelyn & 'Ide' Baru

    Suasana pagi di kediaman Wajendra terlihat seperti biasa meskipun diam-diam menjadi lebih dingin. Evelyn menggendong putranya di halaman depan, sedangkan Mona seperti biasa setia mendampinginya. "Anak pintar," puji Evelyn saat Zevan tidak menolak bubur suapan Mona. Zevan, darah dagingnya dan Zafir. Hanya anak inilah yang bisa menyelamatkan Evelyn untuk mempertahankan posisinya. Evelyn akan membesarkannya dengan sangat baik, Zafir tidak mungkin bisa menyingkirkan dirinya jika puncak kebosanan pria itu muncul. Zevan membutuhkannya dan akan selalu menjadi kekuatannya. Tak lama suara langkah terburu-buru terdengar dari dalam Mansion, nampak Zafir yang melangkah keluar diikuti Stave. "Hari ini kamu ke kantor?" tanya Evelyn sambil melayangkan senyum dan mendekati Zafir menggunakan Zevan. Zafir hanya mengangguk sekilas, lalu pria itu tersenyum untuk Zevan. "Makanlah yang banyak, papah akan memberikan banyak mainan pulang nanti," ucap pria itu lembut, sisi ayah yang perhatian milikny

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 137. Terima Kasih, Sayang

    Karena tidak ada urusan serius di pekerjaannya, Naura pun memutuskan untuk menghabiskan waktu di rumah bersama ibunya. Hari ini dia sibuk belajar memasak dengan Mela, wanita itu dengan sabar dan cekatan membimbing putrinya. "Kamu tahu makanan kesukaan Arjuna?" tanya Mela saat sibuk mengaduk daging sapi lada hitam di wajan. Naura yang sedang memotong cabai pun mengerutkan keningnya. Mereka tidak pernah membicarakan hal ini. Setiap kali mereka pergi makan bersama Arjuna selalu memesan menu yang sama dengan Naura, saat ditanya dia hanya menjawab jika Naura suka maka dirinya juga akan suka. Menebak dari reaksi putrinya, Mela pun mengerutkan keningnya dalam. "Astaga, kamu tidak tahu?"Naura menggeleng pelan. "Tidak, tetapi... Sepertinya dia tidak menyukai makanan yang terlalu manis?""Kamu sedikit lagi mau menjadi istrinya dan tidak tahu makanan kesukaannya? Itu fatal, Naura!" ucap Mela tegas, lalu menggeleng pelan. Naura semakin merasa tidak enak, apakah benar sefatal itu?"Maafkan

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 136. Kamu Yakin, Zafir?

    Mundur sedikit saat pertemuan pertama antara Hans dan Evelyn di butik Naura, sepulang kerja pria itu seperti biasa langsung mengunjungi rumah sakit tempat ibunya dirawat. Hans selalu menyempatkan diri untuk membeli buah melon kesukaan ibunya, meskipun sebenarnya jika dilakukan setiap hari akan memotong uang pegangannya sendiri. "Kamu sudah selesai bekerja?" tanya wanita paruh baya yang terbaring lemah di atas ranjang pasien rumah sakit begitu melihat Hans. Tubuh wanita itu kurus, warna kulitnya putih pucat karena sakit. Rambutnya telah memutih sempurna meskipun masih ada beberapa helai hitam. Dia adalah ibu kandung Evelyn, Hans, dan kakak tertua mereka. Layla. "Aku membawakan melon lagi untuk ibu," ucap Hans, bibirnya tersenyum tipis.Berkat uang yang sempat ditransfer Evelyn beberapa waktu lalu sebelum nomornya diblok, Hans bisa memindahkan ibunya ke kamar rumah sakit yang lebih layak. "Tidak perlu membelinya setiap hari, Hans. Buah itu pasti cukup mahal, simpan saja uangmu unt

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 135. Evelyn dan Hans

    Sebelum Felizia meninggalkan butiknya, Naura mengelak spekulasi wanita itu mengenai keterkaitan antara Evelyn dan Hans. Meskipun dia sendiri telah menyadari pria itu mirip dengan Evelyn, Naura memilih tidak ingin mempermasalahkannya. Dia tidak ingin aktivitas bekerja di sekitarnya terganggu oleh hal seperti itu. Melangkah ke ruangannya kembali setelah mengantar Felizia pergi, Naura berpapasan dengan Hans yang ingin membersihkan ruangannya. "Bersihkan saja," ucap Naura, tidak masalah jika pria itu sibuk bekerja di sekitarnya. Hans menurut, dia mengikuti langkah Naura menuju ruangannya. Naura duduk di kursinya, kembali membuka beberapa dokumen di komputer. Hingga tak lama kedua matanya tidak sengaja jatuh pada sosok Hans yang sibuk mengelap meja lain di ruangannya. Memikirkan percakapannya dengan Felizia, Naura pun iseng bertanya. "Kamu mengenal Evelyn Wajendra, Hans?" Hans seketika berhenti dari gerakannya, pria itu pun berbalik sopan untuk menjawab Naura. "Saya hanya menget

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 134. Mata Bulat, Manis, dan Teduh

    Naura seperti biasa menghabiskan waktunya di Butik. Wanita itu lebih banyak memilih sibuk di butik daripada kantor pusat Tirta. Tak jarang ia membawa pekerjaannya dari kantor ke butik. Tetapi hari ini dia tidak sesibuk biasanya, karena hal itu lah lagi-lagi Felizia mendatanginya. "Bagaimana, enak?" tanya Felizia saat Naura mencicipi cokelat Inggris bawaannya. Naura mengangguk singkat. "Tidak terlalu manis, sesuai seleraku."Felizia terkekeh. "Tentu saja, aku tahu selera sahabatku." Naura hanya menggeleng pelan sambil tersenyum melihat tingkat sahabatnya, tak lama wanita itu kembali memunculkan topik pembicaraan baru. "Kamu sudah tahu kabar terkini dari Wajendra?" tanya Felizia. Naura menaikkan alis kirinya sekilas, dia belum sempat memperhatikan berita akhir-akhir ini. "Kenapa?""Malini ditahan oleh putranya sendiri, mantan suamimu," jawab Felizia, membuat Naura terdiam. Apa? Zafir menahan Malini? Bukankah pria itu sangat menjunjung tinggi ibunya? Felizia menghela napas gusa

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 133. Panggilan Misterius Untuk Evelyn

    Suara dentingan sendok garpu dan piring terdengar jelas di ruang makan Wajendra yang sepi. Zafir menatap kosong makanannya sambil terus mengunyah, sementara Evelyn memperhatikan pria itu terus menerus. "Zafir, kamu baik-baik saja?" tanya Evelyn dengan nada yang hati-hati. Zafir mengangkat tatapannya, hanya mengangguk singkat tanpa jawaban. "Bagaimana rasa kue yang aku buatkan tadi pagi?" tanya Evelyn, berusaha menghibur Zafir meskipun ini karena kelicikannya sendiri. "Enak," jawab Zafir tanpa melihat Evelyn. Evelyn mengangguk kecil, lalu mengambil satu potong daging di piringnya dan meletakkannya di piring Zafir. "Apa?" tanya Zafir bingung, kali ini ia menatap Evelyn. "Bukankah kamu menyukai daging yang dimarinasi dengan bumbu barbecue? Makan lah," jawab Evelyn, bibirnya tersenyum lembut. Zafir akhirnya tersenyum tipis meskipun terlihat hambar. Pria itu memakan daging pemberian Evelyn dengan tenang. "Terima kasih," ucapnya saat berhasil menelan. "Aku sangat mengerti perasaa

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 132. Restu Sempurna

    "Kamu bahkan tidak pantas menjadi nyonya Wajendra! Dasar perebut dan peniru! Apa menurutmu dengan meniru mantan menantuku seperti orang bodoh akan memberikanmu kedudukan itu dengan mutlak?!" Malini membalas kalimat tajam Evelyn, wanita paruh baya itu tidak menyangka bahwa anjing jalanan yang ia biarkan masuk ke dalam rumahnya akan menggigit tangannya. Evelyn tidak bisa mengontrol emosinya jika itu berhubungan dengan Naura, namun dia tahu saat ini bukan waktunya untuk mementingkan egonya. Wanita itu menggigit bibir dalamnya, kedua matanya berkaca-kaca menahan tangis. Siapapun yang melihat ini akan terbuai dalam. Tubuhnya masih berusaha berdiri tegak menatap Malini meskipun bahunya terlihat gemetar. "Maafkan aku jika menurut ibu aku gagal menjadi menantu Wajendra. Tetapi ada yang perlu ibu ketahui, aku tidak pernah berbuat keji seperti merebut sesuatu. Saya mencintai Zafir dan melayani Wajendra dengan tulus. Jika tahu ternyata di mata ibu saya akan gagal, saya tidak akan berani men

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 131. Sidang Wajendra-Homas

    "Tuan!" Stave masuk dengan napas terengah tanpa mengetuk pintu, tamannya menggenggam selembar kertas dengan keringat dingin. Zafir tidak menjawab, pria itu langsung melirik pada kertas yang Stave pegang. Tanpa diberitahu, dia tahu bahwa itu surat tuntutan pengadilan. "Siapa?" tanya Zafir, menatap layar komputernya kembali seolah menyepelekan laporan tersebut. "Homas," jawab Stave, membuat Zafir kembali menatapnya dengan terkejut."Apa? Berikan padaku!" Desak Zafir tidak sabaran, Stave pun dengan cepat memberikannya. Zafir membaca surat penuntutan Homas untuk Wajendra atas dasar penggelapan dana, ini membuat emosinya bergejolak. Tidak masuk akal."Penggelapan dana? Mereka gila?" ucap Zafir kesal, lalu meremas kertas itu kuat. "Apa hasil dari penyelidikan kita belum menghasilkan apa pun?" tanya Zafir, matanya melirik Stave dingin. Stave menggeleng. "Sampai saat ini masih bersih, tuan. Tidak ada laporan atau catatan sedikitpun mengenai penjualan lahan atas nama Wajendra." "Seharu

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 130. Weton Ratu

    "Cocok. Kasilipun 26, weton ratu. Piyambakipun sedaya berjodoh."Kalimat singkat dari tetua membuat semua orang bersorak lega. Naura tersenyum mendengar jawaban itu, kemudian dia menoleh ke arah Arjuna yang ternyata telah menatapnya lebih dulu. "Apa arti dari weton ratu, tetua?" tanya Arjuna setelah menarik pandangannya. "Sesuai namanya, pasangan yang mendapatkan weton tersebut akan hidup seperti seorang ratu atau diratukan dengan harta dan hidup harmonis. Pasangan ini juga sudah ditakdirkan untuk berjodoh sehingga disegani dan dihargai oleh masyarakat," jelas sang tetua. Ditakdirkan untuk berjodoh? Itu kalimat yang sangat menghibur Arjuna. Begitu weton dipastikan cocok, tetua kembali membawa mereka ke prosesi terakhir. Arjuna dan Naura dibawa ke makam para tetua dan leluhur Tirta. Mereka duduk bersimpuh di hadapan makam salah satu tetua yang paling disegani, entah generasi keberapa. "Karena makam mendiang ayah nyonya Tirta berada di Jakarta, maka sebagai gantinya kalian diper

DMCA.com Protection Status