Mata Sara memaku memandangi sosok-sosok mahasiswa baru yang tengah menjalani hukuman dari para panitia keamanan. Ini sudah waktunya pulang, tetapi para mahasiswa tersebut masih harus menjalani hukuman akibat perbuatan mereka sebelumnya. Sara pikir hukuman hanya diperbolehkan untuk berjalan selama jam ospek belum berakhir, tapi ternyata tidak begitu. Diri Sara melamun dengan pikirannya yang berkelana dari satu tempat ke tempat lain. Sebentar ke arah para mahasiswa yang sedang dihukum, sebentar ke arah kulitnya yang terasa sangat panas kini, sebentar lagi ke arah bahwa dirinya ingin menangis ditempat, kemudian sebentar ingin segera menginjakkan kaki di kamar apartemennya. Sara tengah terduduk di sebuah lapangan, dimana para mahasiswa baru atau para peserta ospek sedang berhamburan keluar menuju gerbang. Sara tak begitu peduli perihal itu. Pikirannya yang blank membuatnya menjadi seperti mayat yang dipaksakan untuk hidup; tidak mampu berpikir, tetapi juga memil
18:00 WIB Sara terdiam bersama dengan Leon di sampingnya. Matanya sibuk memandangi indahnya langit sore yang mulai meredup. Di tengah itu, suasana yang sepi nan tenang menyapa, meninggalkan kesan yang sangat nyaman bagi Sara. Angin tempat dimana mereka, Sara dan Leon terduduk pun terasa sangat sejuk, sedikit dingin, namun tak sampai yang membunuh. Taman Kota Sudirman, di sana lah keduanya tengah berdiam. Dengan mulut yang terkatup rapat, netra keduanya sibuk menjelajah langit abu-abu gelap, simbol bahwa hari akan berganti malam. Suasana semacam sekarang merupakan suasana yang sungguh bersahabat dengan batin Sara yang riwuh. Bayangkan saja, kepala Sara sudah sangat berisik, pun batinnya. Kemudian, dirinya ditempatkan di tengah lautan manusia yang terus-menerus harus berteriak dengan otot - tentulah Sara merasa sangat hancur baik dari psikis maupun psikologis. Saat ini merupakan saat-saat healing baginya. Hhh Sara menarik napasnya dalam-dalam. Udara di sekitar Jakarta tempatnya tin
"Kenapa?" Sara terkesiap ketika Leon tiba-tiba membuka matanya dari doanya. Lelaki itu terkekeh kecil saat mendapati Sara tengah memperhatikannya dengan segala pikirannya yang melayang kemana-mana. Cukup memalukan bagi Sara sebenarnya. Dirinya tak mau kalau Leon sampai salah sangka dengannya, atau pun merasa tak nyaman atas tingkahnya barusan. "Maaf, kak," ujar Sara kemudian. Leon lalu terlihat kembali terkekeh. Tangannya kini mulai bergerak untuk meraih mangkuk sekoteng hangatnya. "Dimakan, itu kalo dingin rasanya jadi aneh." Sara menurut. Ia mengikuti Leon, untuk segera juga meraih mangkuknya. Pikirnya, sekoteng merupakan minuman atau kuliner yang tak begitu populer di tempatnya berasal. Karenanya, untuk tahu cara menyantapnya, ia perlu memperhatikan dan mengikuti Leon terlebih dulu. Bisa saja imajinasinya mengatakan: sendokkan kuah bersamaan dengan sedikit isiannya, tetapi ternyata pada kenyataannya, seharusnya dicicip dahulu kuahnya. "Cara makannya bebas, kayak kue balok kemarin
Sara terduduk di jok belakang - jok penumpang - di motor besar milik Leon. Gadis itu memakai helm berat milik Leon juga di kepalanya. Sedangkan Leon sendiri, si pemilik helm, lelaki itu tak memakainya. Katanya, keselamatan penumpang jauh lebih penting dibanding keselamatan pengemudi. Entah dari mana pembelajaran seperti itu Leon dapatkan, yang jelas Sara memilih untuk tak banyak bicara. Sara hanya berakhir dengan mengikuti segala perkataan Leon padanya. Angin malam kota Jakarta terasa sejuk dan dingin saat menerpa kulit. Sara memilih untuk tidak mengenakan jaketnya, karena kulitnya yang baru saja diolesi salep lagi. Rambut Sara yang panjang berterbangan diterpa oleh kencangnya tabrakan angin bagi dirinya. Omong-omong, tadi juga ia menggerai rambutnya, karena merasa bahwa kondisi sudah tak tengah panas lagi. Saat ini waktu menunjukkan pukul 19:00 pm. Bakso yang mereka tunggu itu akhirnya datang juga setelah menunggu dalam waktu yang cukup lama. Sesudah menyantap habis bakso, Leon meng
*Solo*BRAKSeorang gadis manis membanting pintu putih kamarnya dengan keras. Tubuhnya kini gemetar dengan peluhnya yang mulai menetes kian membasahi dahi. Matanya berkaca hebat. Bibirnya tak ada henti-hentinya bergetar ketakutan.Layaknya manusia yang tak memiliki pondasi tulang dalam tubuhnya, gadis itu jatuh ke atas lantai. Suara di kepalanya terlalu berisik, hingga tangannya kini mulai menjambaki surai panjang indahnya kencang.Rintihan yang tak bisa digambarkan dalam onomatopoeia manapun juga mulai keluar dengan nada yang tertahan. Air mata yang sudah siap di ujung pelupuk pun mulai bercucuran dengan deras. Dalam posisinya yang tengah terduduk di atas lantai, gadis itu menangis. Runtuh dan hancur, jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Jika saja dokter mengetahui kecepatan detaknya, gadis itu bisa saja d
Jakarta, 31 Juli 2021 06:00 WIB Suasana kota Jakarta tengah tak begitu ramai. Kota itu berbeda dengan kondisinya yang dulu, yaitu padat dan penuh dengan polusi. Kini, rasanya sangat bersih dan maju. Jika dilihat dalam sekali pandang, maka pesona kota modern yang ditimbulkannya pasti mampu menarik hati banyak orang. Berbeda dengan suasana menyejukkan yang Jakarta timbulkan. Seorang gadis berparas manis dengan tubuhnya yang gemetaran tengah menangis begitu tersedu di pojok kasur queen sized-nya. Seragam SMA yang ia kenakan tertutup penuh dengan selimut tebal yang menyentuh hingga daerah leher. Matanya menyipit, sembari pandangannya terjatuh ke arah jendela, memperhatikan luasnya cakrawala yang membentang di pagi hari nan sejuk. Hati gadis itu sangat gundah. Sepotong roti yang sud
6:56 WIB Terlihat lumayan banyak anak-anak dengan seragam SMA mereka yang berlari cepat untuk masuk ke dalam lingkungan kampus. Beberapa dari mereka tampak begitu terburu-buru, karena mungkin takut dihukum. Namun, beberapa dari mereka tampak sangat santai, seolah waktu tengah berjalan 2 kali lebih lambat. Sosok Lisa, Galih dan si lelaki putih sudah siap menjaga di sisi kanan dan kiri gerbang kampus sembari memperhatikan aktivitas riwuh yang tengah berlangsung. Seperti apa yang sudah disampaikan pada sosialisasi rapat panitia sebelumnya, para petugas yang memegang tugas keamanan, harus memasang wajah yang kelihatan sangar. Itu semua dilakukan guna memberi efek pada para calon mahasiswa baru agar tidak bertindak seenaknya selama masa ospek berlangsung. Misalnya, tidak menjaga ketenangan, tidak mengikuti aturan yang dit
Seorang gadis dengan seragam putih hijaunya berdiri di barisan paling belakang sembari kepalanya menunduk ke bawah. Sedari tadi, semenjak insiden di depan gerbang kampus itu, gadis itu belum juga mengangkat kepalanya. Ia bahkan tak tahu wajah para senior yang tadi sempat bertengkar kecil karenanya. Tak ada satu pun pikiran yang terlintas dalam kepalanya. Pikirannya hanya memberitahunya kalau hari ini akan berjalan sangat buruk. Bahunya yang sempat bergetar tadi sudah cukup tenang kini. Meski tak juga berani untuk mengangkat kepalanya, menatap orang-orang yang mungkin akan menjadi teman-temannya nanti, gadis itu setidaknya sudah tak begitu merasa takut. Kondisi tengah sangat tenang sekarang. Mereka baru saja dirapikan oleh para senior yang bertugas sebagai panitia acara ospek.“Selamat pagi, adik-adik semuanya...” sapa suara dengan aura cerianya dari area depan. Ah, acaranya akan benar-benar dimulai. Gadis itu tak menyukainya. Burukkah jika ia berharap bahwa masa s