Waktu terus berjalan, jarum jam terus berputar tak henti-hentinya saat ini. Getaran hape di atas nakas bahkan tak bisa mengusik dua anak manusia yang tengah tertidur sangat lelap itu.
Baik Kaila dan Melviano saat ini sedang tertidur sangat pulas sekali, bahkan sorotan sinar matahari yang sudah meninggi itu tak mereka hiraukan sama sekali. Seakan mereka balas dendam dengan malam yang tak mereka gunakan untuk tidur.
Suara bel kamar hotel yang terus menerus berbunyi pun mambuat Melviano merasa terganggu, ia juga mendengar getaran hape dari Kaila dan dirinya sama-sama bergetar.
“Shit! Siapa sih yang telepon,” gumam Melviano masih dengan mata ngantuknya. Ia melihat posisi Kaila yang sudah membelakangi dirinya saat ini. Perasaan tadi tidurnya saling hadap-hadapan sekarang malahan di belakangi begini.
Melviano menyikap selimut yang membungkus tubuhnya yang polos, ia menuruni ranjang mencari boxernya yang telah mengenaskan itu.
“Shit! Gan
Kaila tengah menanti jawaban dari suaminya itu. Kira-kira mau tidak menolong untuk menggosokan punggungnya. Lagian kalau gosok sendiri bisa juga Kaila nggak akan minta tolong.“Tapi, Kai. Aku sudah mandi jadi nanti basah bajuku,” tolak Melviano.Kaila cemberut, ia kecewa karena Melviano menolaknya seperti ini. Lagian tumbenan amat MelMel sok jual mahal banget, padahal biasanya juga langsung tancap aja.“Jadi enggak mau nih?” tanya Kaila memastikan kembali.“Enggak, besok aja ya aku gosokin punggungnya.”“Ya udah deh, mandi biasa aja.”Kaila langsung menutup pintu kamar mandi dengan dibanting.Blaaam.Bodoh mamat kalau pintunya rusak! Lagian MelMel nyebelin banget ih. Kaila terus mendumeli suaminya itu yang sok-sokan menolak. Awas saja tidak Kaila kasih jatah nanti. Emang enak!Dengan gerakan pelan Kaila menuju ke arah shower. Kaila menyalakan shower dan menantikan air menyi
Saat ini Kaila bingung harus ngapain. Apalagi MelMel natapnya gitu banget. Sorot matanya itu lho, bikin jantung jedag-jedug nggak karuan."Yuk, makan," ajak Melviano menarik tangan Kaila menuju meja makan yang tersedia untuk dua orang."Kamu udah pesan makan?" tanya Kaila dengan pertanyaan bodohnya."Sudah, saat kamu masih tidur tadi."Kaila diam, ia mulai mengambil garpu dan pisau untuk mulai mengiris daging. Dalam hati Kaila merutuki makan yang begini lagi. Tapi mau gimana, harus tetap disyukuri karena masih mampu makan."Dimakan supnya," ujar Melviano mengarahkan sup untuk Kaila."Ah, ya. Makasih, Mel.""Kamu tumbenan selalu bilang makasih, kenapa?" tanya Melviano sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya."Gapapa kok, emang nggak boleh?""Boleh banget, sayang," kata Melviano sambil tersenyum melihat Kaila yang tengah tersipu malu itu.Bagi Melviano, Kaila itu lucu kalau lagi malu. Dia anak yang banyak ekspre
Setelah kepergian Mr.Grey. Melviano langsung membayar dua cangkir kopi yang sudah habis diminumnya bersama Mr.Grey. Setelah itu ia langsung berjalan menuju ke lantai atas.Melviano berjalan di lorong hotel sambil memikirkan atas permintaan Mr.Grey yang memintanya untuk menghadiri acara makan malam. Kalau ia bilang dengan Kaila sudah pasti anak itu akan langsung meng-iyakan saja.Saat akan mengetuk pintu kamar hotelnya, Melviano membuang napas kasar terlebih dulu.Tok. Tok. Tok.Ceklek.“Kamu ada bel kenapa ketuk pintu sih,” dumel Kaila saat membuka pintu. Lagian Kaila nggak habis pikir dengan suaminya ini yang pakai acara ketuk pintu segala dibanding pencet bel.“Lebih enak ketuk pintu.”Melviano langsung berjalan masuk, ia duduk di tepian ranjang sambil memperhatikan Kaila yang sedang misuh-misuh karena hal yang sangat spele. Hal karena dirinya lebih mengetuk pintu dibanding memencet bel.“Oya, gi
Saat ini Melviano memutuskan mandi kembali sebelum pergi ke acara makan malam bersama Mr.Grey. Sedangkan Kaila memutuskan langsung berganti pakaian saja. Gila aja kalau mandi, luntur semua nanti bedaknya.Sambil menunggu MelMel selesai mandi, Kaila menyemprotkan parfum disemua titik tertentu. Yang pasti tempat di mana MelMel sering mengendus dan menjamahnya. Bagaimanapun Kaila ingin menjadi istri yang baik.“Ehem,” deham Melviano keluar dari kamar mandi. Ia berjalan menuju ke arah lemari. Ia langsung menggunakan boxer dan celananya dengan cepat.“Tunggu dulu,” cegat Kaila saat Melviano sedang mengambil kemejanya.Kening Melviano berkerut saat ini, ia menatap Kaila bingung. “Ada apa?”“Aku yang kancingin kemejanya dong,” pinta Kaila sambil tersenyum menggoda.Melviano hanya menatap datar istrinya. Sejak kapan Kaila jadi genit sih, mata Melviano pun menatap dress yang dikenakan Kaila. benar
Baik Melviano dan Kaila saat ini sedang menanti apa yang akan diucapkan oleh Anastasia itu. Mereka menunggu sesuatu yang akan diberikan oleh Anastasia.Kaila merasa sangat degdegan sekali saat ini. Apalagi Anastasia dan Mr.Grey tersenyum-senyum saat bicara.Tak lama seorang maid datang membawa satu buah amplop berwarna coklat. Maid itu menyerahkan amplop ke Anastasia. Setelah kepergian maid itu Anastasia menatap Kaila dan Melviano secara bergantian.“Maaf, ini hanya sebagai hadiah dari kami. Semoga kalian menyukainya,” ujar Anastasia sambil memberikan amplop berwarna coklat.Melviano diam saja, ia tak langsung menerima amplop yang diulurkan Anastasia itu. Kaila menatap amplop itu dengan mata yang berbinar. Kaila berpikir kalau amplop itu berisi uang segepok, kan lumayan buat mborong cireng nanti kalau pas di Indonesia.“Mel, ambil itu,” bisik Kaila sambil menggeram.“Gengsi,” balas Melviano pelan.
Kaila merasakan seluruh badannya pegal-pegal. Ia tersenyum dengan mata yang masih terpejam. Ia membayangkan akan terbang ke Turkey, kemudian ke Barcelona. Kaila membayangkan akan bertemu Lionel Messi nanti.“Kamu kenapa senyum-senyum begitu?” tegur Melviano saat sedang memasang dasi.Kaila masih saja tersenyum, matanya ia buka perlahan-lahan. Ia menatap bayangan laki-laki yang tampan, apakah dia dewa Yunani? Saat mata Kaila terbuka dengan sempurna, ternyata itu suaminya sendiri, MelMel.“Mel,” sapa Kaila.“Morning my wife,” ucap Melviano langsung berjalan menghampiri Kaila yang masih terbaring di atas tempat tidur. Bahkan Melviano tak sempat mengganti dress milik Kaila semalam. Melviano menciium bibir Kaila singkat.Kaila merasa tubuhnya tidak nyaman saat ini. Benar saja, itu karena pakaian yang dikenakan tidak sesuai pada tempatnya.“Kamu udah mau pergi?” tanya Kaila melihat Melviano sudah rap
"Ummh, akhirnya kenyang juga," ucap Kaila sambil mengelap mulutnya dengan serbet."Mau tambah lagi nggak?" tanya Melviano sambil mengangkat alisnya sebelah."Ah, tidak mau. Terima kasih banyak."Melviano tersenyum miring, ia menatap Kaila yang menurutnya itu sangat uwuwuwuwu."Kai," panggil Melviano."Hmmm.""Beresin bajunya udah semua, kan?" tanya Melviano sambil berdeham-deham untuk menormalkan suaranya."Udah dong," jawab Kaila bangga.Melviano tambah tersenyum lebar saat mendengar itu. Kebetulan sekali, tinggal tunggu waktu saja buat check-out."Boleh, dong," bisik Melviano menggoda."Boleh apa?" tanya Kaila mengeryitkan dahinya bingung. Lagian MelMel lagi kenapa sih? Kesambet ya? Dari tadi ngomong tuh enggak jelas banget."Satu ronde," jawab Melviano sambil tersenyum nakal."Mau tinju?""Hist, oh iya. Tinju di atas kasur." Melviano terkekeh. Kenapa hidupnya jadi receh begini sih semenjak
Setelah membayar makan siang milik Kaila. kini keduanya sedang berada di kamar. Kaila lebih memilih nonton acara telenovela. Sedangkan Melviano mending mandi terus langsung gaspol ke bandara.Kaila masih cekikan enggak jelas. Padahal ngarti juga kagak artinya tuh pemain ngomong apaan, yang penting lihat gambarnya lucu ngakak aja deh. Bahasa mah gampang, pakai bahasa kalbu saja.Melviano keluar kamar mandi mengerutkan kening bingung, melihat istrinya cekakak-cekikik kaya hantu saja. “Kamu ketawa kenapa sih, Kai?” tanya Melviano berjalan sambil mengibas-ngibas rambutnya yang basah.“Hidih, ini air rambutnya kena muka, Mel.” Kaila menatap kesal ke arah Melviano karena mukanya terkena cipratan air yang berada di rambut MelMel.“Mandi sana,” perintah Melviano yang akan mengenakan pakaian casual untuk perjalanan menuju ke rumah.“Males, Mel. Nggak usah mandi, ya? Hemat air Mel,” ujar Kaila sedikit tersenyum
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud