"Ummh, akhirnya kenyang juga," ucap Kaila sambil mengelap mulutnya dengan serbet.
"Mau tambah lagi nggak?" tanya Melviano sambil mengangkat alisnya sebelah.
"Ah, tidak mau. Terima kasih banyak."
Melviano tersenyum miring, ia menatap Kaila yang menurutnya itu sangat uwuwuwuwu.
"Kai," panggil Melviano.
"Hmmm."
"Beresin bajunya udah semua, kan?" tanya Melviano sambil berdeham-deham untuk menormalkan suaranya.
"Udah dong," jawab Kaila bangga.
Melviano tambah tersenyum lebar saat mendengar itu. Kebetulan sekali, tinggal tunggu waktu saja buat check-out.
"Boleh, dong," bisik Melviano menggoda.
"Boleh apa?" tanya Kaila mengeryitkan dahinya bingung. Lagian MelMel lagi kenapa sih? Kesambet ya? Dari tadi ngomong tuh enggak jelas banget.
"Satu ronde," jawab Melviano sambil tersenyum nakal.
"Mau tinju?"
"Hist, oh iya. Tinju di atas kasur." Melviano terkekeh. Kenapa hidupnya jadi receh begini sih semenjak
Setelah membayar makan siang milik Kaila. kini keduanya sedang berada di kamar. Kaila lebih memilih nonton acara telenovela. Sedangkan Melviano mending mandi terus langsung gaspol ke bandara.Kaila masih cekikan enggak jelas. Padahal ngarti juga kagak artinya tuh pemain ngomong apaan, yang penting lihat gambarnya lucu ngakak aja deh. Bahasa mah gampang, pakai bahasa kalbu saja.Melviano keluar kamar mandi mengerutkan kening bingung, melihat istrinya cekakak-cekikik kaya hantu saja. “Kamu ketawa kenapa sih, Kai?” tanya Melviano berjalan sambil mengibas-ngibas rambutnya yang basah.“Hidih, ini air rambutnya kena muka, Mel.” Kaila menatap kesal ke arah Melviano karena mukanya terkena cipratan air yang berada di rambut MelMel.“Mandi sana,” perintah Melviano yang akan mengenakan pakaian casual untuk perjalanan menuju ke rumah.“Males, Mel. Nggak usah mandi, ya? Hemat air Mel,” ujar Kaila sedikit tersenyum
Kaila keluar kamar mandi dengan pakaian lengkap. Ia juga membawa pakaian kotornya untuk dimasukan koper. Kaila melangkah keluar kamar mandi dan berjalan mendekat ke arah Melviano.“Mel,” panggil Kaila.“Hmmm.”“Boleh minta tolong nggak?” tanya Kaila sambil memperlihatkan senyum manisnya.Dalam hati Melviano merutuki istrinya itu. Giliran ada maksud terselubung aja baik begini ngomongnya. Kalau enggak butuh, ngomongnya kayak singa kelaparan.“Minta tolong apa?” tanya Melviano menatap Kaila.“Kepangin rambut aku, ya?” pinta Kaila sedikit memohon.“Hah, kepang? Duh, Kai. Aku enggak bisa kalau itu,” jawab Melviano langsung menolak.“Dicoba dulu kenapa sih?” sungut Kaila kesal.“Gerai aja, lagian aku nggak mau nanti orang-orang lihat leher mulus kamu,” tolak Melviano masih tetap keukeh.“Yaudah deh.”Kaila
Tak ada obrolan yang tercipta di dalam mobil antara Kaila dan Melviano. Mereka saling diam hingga sampai ke bandara kota Seattle.Melviano hanya mengajak mengobrol Mike juga Sawyer. Itupun mereka bertiga membahas masalah bisnis.“Jadwal besok apa, Mike?” tanya Melviano sembari curi-curi pandang ke arah Kaila. Bagaimanapun Melviano tetap mengawasi gerak-gerik Kaila di balik kaca mata hitamnya.“Besok ada meeting bersama di Royal grup, jam sembilanan, Tuan.”“Oke, atur saja, Mike.”“Baik, Tuan.”Tak terasa perjalanan mereka sampai bandara. Mereka semua langsung turun mobil. Kaila sengaja diam saja saat ini. Ia akan masa bodoh dengan MelMel.Melviano berjalan di depan yang diikuti oleh dua anak buahnya itu, Kaila diam saja menatap ketiga laki-laki yang tengah berjalan sangat cepat tanpa mau mempedulikan langkahnya yang kecil ini.“Mereka bertiga kok nyebelin banget sih,”
“Kamu seriusan minta ciium?” tanya Melviano memastikan. Ya gimana dong, ini pertama kalinya Kaila minta duluan begini. Biasanya aja dia sok jual mahal gitu. Apalagi Melviano melihat keadaan sekitar yang membuat Kaila akan berpikir seribu satu kali.Kaila hanya mengangguk yakin sambil menatap Melviano. Emang salah apa, kalau minta ciium suaminya ini.“Kamu nggak kesambet?” tanya Melviano kembali.“Issstt, apa-apaan sih,” desis Kaila sebal. Masa minta ciium aja dikata kesambet segala sih.“Iya tumbenan banget lho, Kai. Kamu seriusan nggak malu nanti? Ini banyak orang lho di ruang tunggu,” ujar Melviano memastikan kembali. Jangan salahkan Melviano kalau nanti Kaila merasa napasnya abis.“Serius lah, lagian nggak kenal juga sama mereka yang ada di sini kan? palingan kenal Sawyer sama Mike saja.” Kaila masa bodoh lah, lagian Kaila lagi butuh cumbuan suaminya. Entahlah.Tanpa aba-ab
Melviano yang melihat istrinya yang menahan senyum itu membuatnya gemas sendiri. Lagian ngapain pakai ditahan segala sih.“Kalau mau senyum mending senyum aja, Kai. Nggak usah ditahan-tahan gitu.”Ditegur seperti itu membuat Kaila makin salah tingkah saja. MelMel kalau tegur suka nggak pakai basa basi dulu deh. Kan jadi salah tingkah begini.“Kamu bikin aku salah tingkah,” balas Kaila layaknya ABG yang dimabuk asmara.Melviano hanya menggelengkan kepalanya saja saat ini. Melviano makin enggak sabar pengin pijatin Kaila dengan plus-plus.Perjalanan mereka akhirnya sampai mansion juga. Melviano melarang Kaila turun, ternyata apa yang dilakukan Melviano membuat Kaila tambah terkejut saja. Suaminya benar-benar penuh kejutan begini.Melviano membopong Kaila ala bridal style, ia membiarkan pintu mobil yang masih terbuka. Yang Melviano pedulikan hanya istri tercintanya ini.Langkah Melviano dibuat secepat mungkin agar
Kaila saat ini sudah ikut merecoki dapur. Ia ingin membuat kopi buat suaminya. Ini hal baru yang Kaila lakukan lho. Jadi harus pada senang karena Kaila mau buat kopi."Aduh, Nyonya mau ngapain? Jangan ikutan ke sini. Nanti Tuan Melvin akan ngamuk," kata salah satu maid yang menarik cangkir di depan Kaila."Hanya mau buat kopi saja untuk Melvin.""Tidak usah, lebih baik Nyonya duduk manis saja. Biar saya yang buat," usir salah satu Maid. Ia sedikit mendorong tubuh Kaila untuk pergi dari area dapur.Merasa diusir seperti itu membuat Kaila makin heran saja. Lagian buat kopi untuk suami sendiri nggak boleh sih?! Ngeselin banget ini para Maid.Padahal Kaila ini mau belajar jadi istri pada umumnya. Yang mau membuat minum untuk suami. Tapi tidak boleh, ya sudah lah. Mau bagaimana lagi, jadi nikmati saja jadi istri sultan.Kaila langsung berjalan menuju ke atas, lebih tepatnya masuk ke kamar kembali. Kaila mengeryit melihat MelMel belum selesai mand
“Sudah sampai, Nona,” kata sopir taksi itu memberitahukan Kaila.“Oh, ini hotelnya?” tanya Kaila memastikan kembali.“Ya, ini hotel X.”“Ah, terima kasih,” balas Kaila langsung membayar ongkos taksi.Saat Kaila turun dari taksi, ia menatap hotel yang terlihat sangat megah ini. Kaila langsung berpikir dalam hatinya. Riki keren banget nyari duit dalam hotel begini, emang dia kerja apaan? Jadi kacung hotel ini?Kaila tak ingin masuk ke dalam. Lebih baik telepon kembali Riki. Kaila akan menunggu di lobby saja. Ngeri aja kalau udah bawa-bawa nama hotel, bawaan tuh negatif kalau dengar nama hotel.Baru saja akan menelepon Riki. Orangnya justru nongol sambil menenteng tas hermes yang dibelikan olehnya. Lha, ini orang tasnya dipakai sendiri? Kagak buat cewek yang ditaksir gitu? Benar-benar si Riki. Kudu ditebas kepalanya nih bocah.“Hai, Kaila,” sapa Riki melihat Kaila yang sedang du
Saat ini perjalanan Kaila sudah sampai di depan gedung pencakar langit. Kaila menatap ke arah belakang untuk melihat laki-laki yang sedang gemar berselfi.Sebelum turun mobil, Kaila, menelepon Melviano terlebih dulu. Apakah meetingnya sudah selesai atau belum.Dalam sering keempat akhirnya panggilan Kaila diangkat juga.“Halo, Mel.”“Iya, Kai. Ada apa?” tanya Melviano dari seberang telepon.“Kamu udah selesai meeting belum?” tanya Kaila memastikan.“Sudah, kenapa?”“Aku mau ke situ.”“Untuk apa?” tanya Melviano heran.“Mau memperlihatkan laki-laki yang bikin kamu cemburu sama kesal.”“Tidak usah!” tolak Melviano tegas. “Lagian aku tidak sudi ketemu laki-laki itu, dan setelah ini kamu jangan ketemu dia lagi. Kamu enggak ngertiin perasaanku banget sih, Kai.”“Kamu cemburu?”“Sud