Kaila keluar kamar mandi dengan pakaian lengkap. Ia juga membawa pakaian kotornya untuk dimasukan koper. Kaila melangkah keluar kamar mandi dan berjalan mendekat ke arah Melviano.
“Mel,” panggil Kaila.
“Hmmm.”
“Boleh minta tolong nggak?” tanya Kaila sambil memperlihatkan senyum manisnya.
Dalam hati Melviano merutuki istrinya itu. Giliran ada maksud terselubung aja baik begini ngomongnya. Kalau enggak butuh, ngomongnya kayak singa kelaparan.
“Minta tolong apa?” tanya Melviano menatap Kaila.
“Kepangin rambut aku, ya?” pinta Kaila sedikit memohon.
“Hah, kepang? Duh, Kai. Aku enggak bisa kalau itu,” jawab Melviano langsung menolak.
“Dicoba dulu kenapa sih?” sungut Kaila kesal.
“Gerai aja, lagian aku nggak mau nanti orang-orang lihat leher mulus kamu,” tolak Melviano masih tetap keukeh.
“Yaudah deh.”
Kaila
Tak ada obrolan yang tercipta di dalam mobil antara Kaila dan Melviano. Mereka saling diam hingga sampai ke bandara kota Seattle.Melviano hanya mengajak mengobrol Mike juga Sawyer. Itupun mereka bertiga membahas masalah bisnis.“Jadwal besok apa, Mike?” tanya Melviano sembari curi-curi pandang ke arah Kaila. Bagaimanapun Melviano tetap mengawasi gerak-gerik Kaila di balik kaca mata hitamnya.“Besok ada meeting bersama di Royal grup, jam sembilanan, Tuan.”“Oke, atur saja, Mike.”“Baik, Tuan.”Tak terasa perjalanan mereka sampai bandara. Mereka semua langsung turun mobil. Kaila sengaja diam saja saat ini. Ia akan masa bodoh dengan MelMel.Melviano berjalan di depan yang diikuti oleh dua anak buahnya itu, Kaila diam saja menatap ketiga laki-laki yang tengah berjalan sangat cepat tanpa mau mempedulikan langkahnya yang kecil ini.“Mereka bertiga kok nyebelin banget sih,”
“Kamu seriusan minta ciium?” tanya Melviano memastikan. Ya gimana dong, ini pertama kalinya Kaila minta duluan begini. Biasanya aja dia sok jual mahal gitu. Apalagi Melviano melihat keadaan sekitar yang membuat Kaila akan berpikir seribu satu kali.Kaila hanya mengangguk yakin sambil menatap Melviano. Emang salah apa, kalau minta ciium suaminya ini.“Kamu nggak kesambet?” tanya Melviano kembali.“Issstt, apa-apaan sih,” desis Kaila sebal. Masa minta ciium aja dikata kesambet segala sih.“Iya tumbenan banget lho, Kai. Kamu seriusan nggak malu nanti? Ini banyak orang lho di ruang tunggu,” ujar Melviano memastikan kembali. Jangan salahkan Melviano kalau nanti Kaila merasa napasnya abis.“Serius lah, lagian nggak kenal juga sama mereka yang ada di sini kan? palingan kenal Sawyer sama Mike saja.” Kaila masa bodoh lah, lagian Kaila lagi butuh cumbuan suaminya. Entahlah.Tanpa aba-ab
Melviano yang melihat istrinya yang menahan senyum itu membuatnya gemas sendiri. Lagian ngapain pakai ditahan segala sih.“Kalau mau senyum mending senyum aja, Kai. Nggak usah ditahan-tahan gitu.”Ditegur seperti itu membuat Kaila makin salah tingkah saja. MelMel kalau tegur suka nggak pakai basa basi dulu deh. Kan jadi salah tingkah begini.“Kamu bikin aku salah tingkah,” balas Kaila layaknya ABG yang dimabuk asmara.Melviano hanya menggelengkan kepalanya saja saat ini. Melviano makin enggak sabar pengin pijatin Kaila dengan plus-plus.Perjalanan mereka akhirnya sampai mansion juga. Melviano melarang Kaila turun, ternyata apa yang dilakukan Melviano membuat Kaila tambah terkejut saja. Suaminya benar-benar penuh kejutan begini.Melviano membopong Kaila ala bridal style, ia membiarkan pintu mobil yang masih terbuka. Yang Melviano pedulikan hanya istri tercintanya ini.Langkah Melviano dibuat secepat mungkin agar
Kaila saat ini sudah ikut merecoki dapur. Ia ingin membuat kopi buat suaminya. Ini hal baru yang Kaila lakukan lho. Jadi harus pada senang karena Kaila mau buat kopi."Aduh, Nyonya mau ngapain? Jangan ikutan ke sini. Nanti Tuan Melvin akan ngamuk," kata salah satu maid yang menarik cangkir di depan Kaila."Hanya mau buat kopi saja untuk Melvin.""Tidak usah, lebih baik Nyonya duduk manis saja. Biar saya yang buat," usir salah satu Maid. Ia sedikit mendorong tubuh Kaila untuk pergi dari area dapur.Merasa diusir seperti itu membuat Kaila makin heran saja. Lagian buat kopi untuk suami sendiri nggak boleh sih?! Ngeselin banget ini para Maid.Padahal Kaila ini mau belajar jadi istri pada umumnya. Yang mau membuat minum untuk suami. Tapi tidak boleh, ya sudah lah. Mau bagaimana lagi, jadi nikmati saja jadi istri sultan.Kaila langsung berjalan menuju ke atas, lebih tepatnya masuk ke kamar kembali. Kaila mengeryit melihat MelMel belum selesai mand
“Sudah sampai, Nona,” kata sopir taksi itu memberitahukan Kaila.“Oh, ini hotelnya?” tanya Kaila memastikan kembali.“Ya, ini hotel X.”“Ah, terima kasih,” balas Kaila langsung membayar ongkos taksi.Saat Kaila turun dari taksi, ia menatap hotel yang terlihat sangat megah ini. Kaila langsung berpikir dalam hatinya. Riki keren banget nyari duit dalam hotel begini, emang dia kerja apaan? Jadi kacung hotel ini?Kaila tak ingin masuk ke dalam. Lebih baik telepon kembali Riki. Kaila akan menunggu di lobby saja. Ngeri aja kalau udah bawa-bawa nama hotel, bawaan tuh negatif kalau dengar nama hotel.Baru saja akan menelepon Riki. Orangnya justru nongol sambil menenteng tas hermes yang dibelikan olehnya. Lha, ini orang tasnya dipakai sendiri? Kagak buat cewek yang ditaksir gitu? Benar-benar si Riki. Kudu ditebas kepalanya nih bocah.“Hai, Kaila,” sapa Riki melihat Kaila yang sedang du
Saat ini perjalanan Kaila sudah sampai di depan gedung pencakar langit. Kaila menatap ke arah belakang untuk melihat laki-laki yang sedang gemar berselfi.Sebelum turun mobil, Kaila, menelepon Melviano terlebih dulu. Apakah meetingnya sudah selesai atau belum.Dalam sering keempat akhirnya panggilan Kaila diangkat juga.“Halo, Mel.”“Iya, Kai. Ada apa?” tanya Melviano dari seberang telepon.“Kamu udah selesai meeting belum?” tanya Kaila memastikan.“Sudah, kenapa?”“Aku mau ke situ.”“Untuk apa?” tanya Melviano heran.“Mau memperlihatkan laki-laki yang bikin kamu cemburu sama kesal.”“Tidak usah!” tolak Melviano tegas. “Lagian aku tidak sudi ketemu laki-laki itu, dan setelah ini kamu jangan ketemu dia lagi. Kamu enggak ngertiin perasaanku banget sih, Kai.”“Kamu cemburu?”“Sud
Pagutan bibir Melviano dan Kaila akhirnya terlepas setelah tadi mereka saling mencumbu satu sama lain.Senyum Kaila merekah saat menatap suaminya itu. Hatinya saat ini benar-benar menghangat."Udah jam makan siang," gumam Kaila masih dengan posisinya.Melviano hanya tersenyum mendengar gumaman dari istri kecilnya itu."Mau makan apa emangnya?" tanya Melviano masih dengan wajahnya yang suka maju untuk mengecup-ngecup bibir tipis milik Kaila."Makan kamu," balas Kaila menggoda."Izzhh, kalau lagi gak kedatangan tamu sudah dari tadi aku makan."Kaila terkekeh menatap suaminya yang tengah menggerutu.Melviano langsung membawa tubuh kecil Kaila untuk berputar-putar sampai Kaila merasakan kepalanya pusing."Mel, sudah. Hentikan, kepalaku pusing," keluh Kaila semakin erat memegang leher Melviano."Ini kamu udah kayak mau nyekik leher lho."Kaila tambah terkekeh. "Turunkan aku," pinta Kaila.Melviano langsun
“Dia nggak sampai nyentuh-nyentuh kamu, kan?” tanya Kaila menatap tajam ke arah MelMel.“Siapa?”“Karyawan yang suka godain kamu itu,” jawab Kaila sambil geregetan sendiri jika membayangkan. Kaila enggak ikhlas lahir batin pokoknya.“Emm ... hanya colek sedikit saja itu,” balas Melviano pura-pura sedikit mendramalisir.“Apah, kurang aja banget sih!” kesal Kaila langsung menghentak-hentakan kakinya dalam lift.“Haaiss, Kai. Nanti ini liftnya rusak, lho.”“Bodoh mamat.”Kaila masih dalam keadaan bete, ia kesal pokoknya sama karyawan wanita yang melintas di depannya ini. rasanya pengin langsung karungin aja.Melviano rasanya senang sekali kali ini, ia berhasil membuat Kaila cemburu seperti itu. Lagian, Melviano anti banget kalau disentuh wanita jika anak buahnya sendiri. Bisa rusak image sebagai BOS. Kalaupun ingin melampiaskan hasratnya, pas
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud