Share

Berakhirnya Janji Setia Empat Puluh Tahun
Berakhirnya Janji Setia Empat Puluh Tahun
Author: Dewi Zahra Salma

Bab 1

Aku memandang layar dengan tak percaya, tangan yang memegang mouse pun gemetaran.

Setiap video diberi nama dengan hari, bulan dan tahun yang detail.

Suamiku yang sudah beruban, menindih sahabatku yang juga sudah berambut putih.

Dengan penuh kasih mencium lehernya dan dengan lembut menyentuh tubuhnya.

Saat aku menggulir ke video paling bawah, gambarnya buram dan tua. Terlihat jelas wajah mereka masih sangat muda.

Ada foto pernikahanku dan John di samping ranjang.

Namun, wanita yang ditelanjangi dengan kasar di ranjang itu bukanlah aku.

John menindihnya, keduanya saling berpelukan dengan begitu erat, seakan ingin menyatu menjadi satu.

Aku terjatuh, rasa sesak yang luar biasa menyerangku, membuatku terengah-engah.

Aku sesak napas, tetapi rasanya sebesar apapun aku membuka mulut, oksigen tak bisa masuk ke dadaku.

Air mata pun menetes ke punggung tanganku.

Waktu itu, saat dia bilang tak bisa berhubungan intim lagi, aku sempat ragu. Tetapi, aku tak rela dia kesakitan.

Demi dirinya, aku bertahan dalam kesendirian selama empat puluh tahun. Tapi ternyata, semua ini adalah sebuah kebohongan besar.

Saat aku tampak kusut masai merawat orang tua dan anak-anak, saat aku menahan kesepian sendirian di malam-malam sunyi, dia malah bermesraan dengan sahabat terbaikku.

Aku bahkan hanya memintanya memelukku di malam-malam sunyi itu, tetapi dia tak mau.

Ternyata dia menjaga kesetiaannya untuk orang lain.

Aku begitu marah, bagaimana bisa dia tega menipuku selama empat puluh tahun.

Yang lebih membuatku bingung adalah jika tak mencintaiku, kenapa dia tak meninggalkanku saja? Kenapa tak memilih hidup bersama orang yang dia cintai?

Kenapa harus bersekongkol dengan sahabat terbaikku untuk mengkhianatiku dan menghancurkan hidupku?

Pikiranku kacau, seperti benang yang terbelit, menimbulkan rasa sakit yang luar biasa, tak ada yang bisa kupikirkan dengan jernih.

Aku bangkit dan memeriksa semua laci, ingin mencari tahu semuanya, tetapi tak ada petunjuk.

Aku teringat bahwa John pernah menjalin sebuah hubungan sebelum menikah, tetapi mertuaku tidak setuju. Aku juga tak pernah bertanya lebih soal itu.

Aku pun menelepon kakak iparku.

Dari suaraku, kakak ipar bisa mendengar bahwa aku mungkin habis menangis.

“Aku nggak apa-apa, kak. Aku hanya tiba-tiba mau tahu kisah masa muda John. Kenapa ayah dan ibu begitu menentangnya?”

“Oh yang itu, perempuan itu mandul, untuk apa keluarga kita menerimanya?”

Seketika, otakku seperti tersambat petir.

Ponsel terjatuh dari tanganku.

Angel juga mandul.

Pantas saja, John selalu melarangku memberitahu mertua soal hubunganku dengan Angel dan tak pernah muncul di depan mereka.

Ternyata, John menikahiku hanya untuk meneruskan keturunan.

Mereka sudah merencanakannya sejak awal. Angel mendekatiku dan menjadi sahabatku juga bagian dari rencana mereka.

Hatiku seakan terluka, darah terus mengucur keluar.

Aku terduduk di lantai, sementara matahari di luar jendela bersinar terik, membuatku berkeringat, tetapi rasa dingin justru menyusup ke setiap pori-pori tubuhku.

Aku memandang jauh ke langit biru dan awan putih, lalu melihat kembali ke empat puluh tahun hidupku. Apa salahku? Hingga harus berakhir seperti ini.

Ponsel berdering, anakku yang menelepon.

“Joel mau makan bakso empat rasa, tolong buatkan ya.”

Joel itu cucuku, dia pergi ke rumah keluarga ibunya, sepertinya mereka akan segera pulang.

Aku tak menjawab dan langsung menutup teleponnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status