"Halo, aku ingin bercerai!" Pada tahun ketiga pernikahannya, Jenny Lukito memutuskan untuk bercerai.
Lihat lebih banyakSudut bibir Jenny yang tersenyum berkedut beberapa kali.Sepertinya dia memang pernah mengatakan hal itu.Namun, dunia menjadi saksi, dia hanya mengatakannya untuk memaksa Yogi segera bercerai. Dia tidak pernah berniat untuk berbicara lebih dalam dengan pria ini.Siapa yang mau berbicara canggung dengan mantan suami setelah mendapat akta cerai!Bukannya orang biasanya merayakan lembaran baru dengan teman baik, sambil minum bersama?Meski Jenny selalu menepati janjinya, tetapi pada saat yang indah ini, dia tidak ingin mengganggu suasana hatinya sendiri. Dia pun mencari alasan."Aku memang bilang begitu tadi. Tapi, aku nggak bilang harus bicara sekarang, 'kan? Lain kali saja, tunggu aku ada waktu."Yogi tidak melepaskan tangannya."Setelah kejadian terakhir waktu kamu menipu aku untuk menandatangani perjanjian cerai dan tiba-tiba menghilang, sangat sulit bagiku untuk mempercayai kata-katamu. Kamu bahkan mengganti semua kontak. Kalau setelah ini kamu pergi lagi, aku harus cari kamu ke man
Hanya butuh sepuluh menit, Jenny sudah mencocokkan informasi yang dikumpulkan dan menemukan semua dokumen yang diperlukan.Setelah memeriksa dengan saksama, dia membawa amplop dokumen keluar dan melihat Yogi yang tergeletak di ambang pintu, membuatnya menyipitkan mata.Apa lagi yang dia lakukan sekarang?Jangan-jangan mau pura-pura sakit untuk menunda tanggal perceraian?Saat berjalan mendekatinya, Jenny merasa sangat waspada, suaranya penuh keraguan."Kamu nggak enak badan?"Kalimat itu bukan menunjukkan perhatian, melainkan sebuah pertanyaan penuh kecurigaan.Yogi tentu bisa membedakannya.Dia menggelengkan kepala, menopang diri di pintu untuk berdiri, lalu memaksakan senyuman tipis."Nggak apa-apa, ayo pergi."Melihat Yogi membuka pintu, Jenny akhirnya perlahan menurunkan kewaspadaannya dan mengikutinya.Dalam perjalanan kembali ke kantor catatan sipil, keduanya tidak berbicara lagi.Jenny terus melihat jam tangannya, memperkirakan waktu. Untuk mengejar waktu, begitu turun dari mobi
Jenny tidak mempercayainya.Bagi Yogi, itu adalah pukulan yang sangat berat.Namun, dia juga tahu bahwa dengan tangannya sendiri, dialah yang mengikis habis kepercayaan yang dimiliki Jenny terhadapnya. Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.Hasil ini, sebenarnya sudah berkali-kali dia bayangkan dalam hatinya, dan masih berada dalam batas yang bisa dia terima.Dia menarik napas dalam-dalam, suaranya justru makin tegas."Akan kubuktikan kalau apa yang kukatakan itu benar, Jenny. Bisakah kamu kasih aku satu kesempatan lagi?"Mobil telah masuk ke area parkir bawah tanah dan berhenti. Jenny membuka sabuk pengaman, lalu pintu mobil. Suaranya terdengar seperti sudah bosan mendengar Yogi."Berikan sertifikat cerai itu padaku. Setelah itu, terserah kamu mau membuktikan apa pun."Setelah berkata begitu, Jenny tidak memedulikan reaksi Yogi dan langsung berjalan menuju lift.Pembicaraan yang berputar-putar itu akhirnya kembali lagi ke topik perceraian. Yogi kini benar-benar sadar bahwa Jenny
Tepat di perempatan lampu merah, Yogi menghentikan mobilnya dan menatap Jenny dengan tatapan dalam."Bukan karena nggak puas. Kalau kamu benar-benar mau bercerai, aku bahkan rela keluar tanpa membawa apa pun. Aku juga nggak bermaksud mengancammu, aku cuma merasa masih ada banyak hal yang belum aku pahami. Aku nggak rela."Mendengar kata "nggak rela" keluar dari mulut Yogi, ekspresi terkejut sekilas muncul di wajah Jenny."Apa yang nggak rela? Nggak rela karena diceraikan tanpa pemberitahuan? Atau nggak rela karena aku yang lebih dulu mengajukan cerai?""Bukan itu, Jenny."Melihat ekspresi bingung di wajahnya, Yogi tersenyum pahit. Suaranya rendah dan mengandung rasa sesal yang sulit dijelaskan."Aku nggak rela disalahpahami olehmu. Aku nggak rela kamu nggak kasih aku satu pun kesempatan. Aku nggak rela harus memutus hubungan denganmu sepenuhnya."Kali ini, giliran Jenny yang terdiam.Dia tidak benar-benar mengerti maksud dari perkataan Yogi.Bukannya dia sudah menyukai Melina selama be
Setelah mendengar dari Pak Toni bahwa Jenny kembali ke Lintangjaya, Yogi langsung berusaha mengatur pertemuan dengannya, tetapi ditolak mentah-mentah.Yogi merasa agak kecewa, tetapi tidak punya pilihan lain selain menunggu dengan sabar sampai Jenny datang mencarinya.Selama itu, Yogi membaca ulang surat perjanjian cerai dan kesepakatan pembagian harta berkali-kali dengan cermat, sambil membandingkannya dengan penataan interior rumah lama untuk membeli banyak barang.Dengan harapan tipis bahwa Jenny akan memaafkannya, dia mencoba mengembalikan penataan interior rumah ke kondisi semula, berharap segalanya bisa kembali normal.Hari demi hari berlalu, dan pada akhir September, Yogi akhirnya menerima telepon dari Pak Toni.Jenny mengajaknya bertemu.Namun, lokasinya di depan kantor catatan sipil.Harapan Yogi yang besar seketika sirna.Meski begitu, dia tetap datang, tanpa membawa apa pun.Melihat Yogi datang dengan tangan kosong, Jenny langsung tahu bahwa persetujuan cerai hanyalah keboho
Pada hari ketujuh setelah kepergian Jenny, Yogi hampir mencapai batasnya.Saat dihadapkan pada jurang tanpa jalan mundur, dia justru menjadi lebih sadar.Meskipun masa tenggang untuk perceraian sudah berakhir, prosedurnya belum selesai.Baik untuk mengurus sertifikat perceraian maupun mengajukan gugatan cerai, Jenny tetap harus kembali.Setelah menyadari hal ini, Yogi yang terpuruk mulai bangkit kembali.Dia mengajukan penghentian cuti dan kembali ke firma hukum, lalu hal pertama yang dia lakukan adalah menemui Pak Toni.Selama beberapa hari ini, Pak Toni telah meneruskan banyak pesan dari Yogi, dan saat melihat kondisi Yogi yang tampak kurus dan lelah, dia merasa iba.Dia baru akan menghiburnya, Yogi malah lebih dulu berbicara dengan nada yang sudah kembali tenang."Pak Toni, tolong beri tahu dia bahwa aku setuju bercerai. Suruh dia kembali untuk mengurus sertifikat perceraian."Mendengar ini, Pak Toni nyaris menyemburkan teh yang sedang diminumnya."Langsung setuju begitu saja? Nggak
Pada hari ketiga setelah Jenny pergi, Yogi mencoba segala cara, tetapi tetap tidak dapat menghubunginya.Waktu terus berlalu, dan rasa panik di hatinya makin kuat.Dalam beberapa hari terakhir, Melina telah mencarinya berkali-kali, tetapi Yogi menolak semuanya.Jadi, ketika Melina datang dan melihat penampilan Yogi yang begitu lusuh, dia terkejut bukan main, tatapannya penuh kekhawatiran."Kak Yogi, ada apa ini?"Saat ini, melihat Melina berdiri di hadapannya, emosi di hati Yogi menjadi sangat rumit.Dia sudah mengubah perasaannya kepada Melina menjadi sekadar hubungan kekeluargaan, tetapi belum menemukan waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.Namun, setelah Jenny pergi karena salah paham mengenai hubungan mereka, Yogi tidak bisa menunda lebih lama lagi. Dia harus mencari waktu untuk menjelaskan semuanya."Melina, belakangan ini aku sedang berusaha menghubungi Jenny.""Kak Jenny? Ada apa dengannya?"Melihat wajah tegang Melina, Yogi merasa makin malu."Dia menghilang. Aku nggak bisa
Setelah tahu bahwa Jenny tanpa sengaja menemukan album foto itu, Yogi tidak bisa tidur sepanjang malam.Sepanjang malam, pikirannya terus memutar kembali semua kejadian yang telah terjadi selama bertahun-tahun ini.Jika sepuluh tahun pertama hidupnya dihabiskan untuk mengejar Melina, maka tiga tahun setelah dia menikah adalah waktunya belajar melepaskan perasaannya terhadap wanita itu.Sejak saat Melina menikah, Yogi memutuskan hanya akan menganggapnya sebagai adik.Sementara itu, terhadap Jenny, yang selalu mengejarnya, Yogi awalnya hanya menganggapnya sebagai teman.Mungkin karena mereka memiliki rasa sakit yang sama, yaitu mencintai tanpa bisa memiliki, Yogi selalu merasa bersalah padanya.Rasa bersalah itu terus membebani Yogi selama bertahun-tahun, hingga akhirnya mereka bertemu lagi tiga tahun lalu.Pada pandangan pertama saat bertemu lagi, dia tahu, Jenny belum bisa melupakannya.Maka, dalam waktu yang cukup lama setelah keluarganya mendesaknya untuk menikah, Yogi terus memikirk
Setelah meninggalkan Lintangjaya, Jenny pergi ke stasiun kereta, menunjuk asal saja ke satu tempat, lalu membeli tiket kereta cepat, memulai perjalanan pertamanya setelah bercerai.Dalam sehari, dari utara ke selatan, suhu perlahan naik, dan udara menjadi makin lembap.Membawa koper kecil, dia tiba di sebuah kota yang sepenuhnya asing baginya, Nagapuri.Berbeda dari kehidupan Lintangjaya yang serba cepat, segalanya di kota kecil ini terasa lebih lambat. Setelah menitipkan barang bawaannya di penginapan, dia memulai perjalanan tanpa tujuan yang jelas.Memesan semangkuk mi, Jenny duduk di pinggir jalan yang ramai sambil menikmati minuman dingin. Tubuh dan pikirannya akhirnya merasa santai.Ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk di aplikasi WhatsApp yang hanya berisi sedikit kontak. Saat membukanya, dia melihat dua pesan dari Pak Toni."Adik, kalau mau bercerai, kenapa nggak bilang identitasmu dulu ke aku? Aduh, urusan ini jadi rumit. Aku nggak kasih kontakmu ke Yogi, dia sampai marah-mar
"Halo, aku ingin bercerai!"Di tahun ketiga pernikahannya, Jenny Lukito memutuskan untuk bercerai.Namun, dia tidak memberi tahu suaminya.Pengacara di depannya mendengar alasannya dan berbicara dengan nada formal."Kalau kamu mau bercerai, diperlukan tanda tangan dari kedua belah pihak pada surat perjanjian cerai. Setelah itu, masa tenggang satu bulan selesai, baru bisa diproses. Apa suamimu nggak datang hari ini?"Jenny terdiam beberapa detik. "Aku akan membuatnya menandatangani suratnya.""Baiklah, aku akan menyusun rancangan perjanjian cerai untukmu."Setelah menunggu sejenak, Jenny menerima dokumen perjanjian itu.Sambil mengingat kejadian-kejadian belakangan ini, dia menundukkan kepala dan menuruni tangga.Ketika dia baru sampai di resepsionis, suara yang tidak asing menghentikannya."Jenny? Kamu datang ke firma hukum untuk apa?"Saat mendongakkan kepala, Jenny bertemu dengan tatapan Yogi Jatmiko yang tajam dan mampu menembus segalanya. Jantung Jenny seperti berhenti berdetak ses...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen