Share

Pergilah, Temukan Dia
Pergilah, Temukan Dia
Author: Felicia

Bab 1

Author: Felicia
"Halo, aku ingin bercerai!"

Di tahun ketiga pernikahannya, Jenny Lukito memutuskan untuk bercerai.

Namun, dia tidak memberi tahu suaminya.

Pengacara di depannya mendengar alasannya dan berbicara dengan nada formal.

"Kalau kamu mau bercerai, diperlukan tanda tangan dari kedua belah pihak pada surat perjanjian cerai. Setelah itu, masa tenggang satu bulan selesai, baru bisa diproses. Apa suamimu nggak datang hari ini?"

Jenny terdiam beberapa detik. "Aku akan membuatnya menandatangani suratnya."

"Baiklah, aku akan menyusun rancangan perjanjian cerai untukmu."

Setelah menunggu sejenak, Jenny menerima dokumen perjanjian itu.

Sambil mengingat kejadian-kejadian belakangan ini, dia menundukkan kepala dan menuruni tangga.

Ketika dia baru sampai di resepsionis, suara yang tidak asing menghentikannya.

"Jenny? Kamu datang ke firma hukum untuk apa?"

Saat mendongakkan kepala, Jenny bertemu dengan tatapan Yogi Jatmiko yang tajam dan mampu menembus segalanya. Jantung Jenny seperti berhenti berdetak sesaat.

Siapa sangka, Jenny datang untuk bercerai, dan pengacara yang menerima konsultasinya ternyata suaminya sendiri.

Namun, Yogi tidak akan menyadari itu. Lagi pula, pria itu tidak pernah peduli pada dirinya.

Memikirkan itu, Jenny menarik napas dalam, mencoba menyembunyikan kegelisahan dalam suaranya.

"Hanya konsultasi beberapa hal. Oh, iya, rumah yang akan dipindahnamakan itu sudah disiapkan oleh Ayah dan Ibu. Kamu perlu tanda tangan."

Sambil berbicara, dia mengeluarkan dokumen perjanjian cerai, langsung membuka halaman terakhir, menaruhnya di meja, lalu menyerahkan pena kepadanya.

Halaman terakhir perjanjian itu hanya memerlukan tanda tangan. Sebagai pengacara, kebiasaan profesional membuat Yogi mengerutkan alis.

Dia hendak mengambil dokumen itu untuk melihat lebih teliti, tetapi di sudut matanya dia menangkap sosok yang dikenalnya di pintu lift. Dia hanya ragu satu detik, lalu mengambil pena dan menandatangani dokumen itu sesuai permintaan Jenny.

"Sudah selesai. Kalau nggak ada hal lain, kamu bisa pulang dulu. Aku masih ada pekerjaan."

Jenny merasa lega, tetapi segera muncul sebersit rasa getir di dalam hatinya.

Pria itu hanya perlu melihat lebih teliti sedikit saja untuk tahu bahwa yang dia tanda tangani bukan perjanjian rumah, melainkan perjanjian cerai.

Sayangnya, perhatian Yogi tadi sepenuhnya tertuju pada Melina Yudanta, yang baru saja masuk ke dalam.

Melihat wajah cantik itu, hati Jenny campur aduk.

Memegang tasnya erat-erat, dia berbalik dan meninggalkan firma hukum itu.

Setelah pintu kaca otomatis tertutup, dua suara samar terdengar masuk ke telinganya.

"Kak Yogi, tadi itu siapa?"

"Klien baru, konsultasi tentang perceraian." Suara dingin Yogi terdengar lembut, "Kenapa kamu datang lebih awal? Tunggu sebentar, Kakak akan mengajakmu turun untuk makan, oke?"

Mendengar suara lembut yang hampir seperti membujuk itu, lalu melihat dokumen cerai bertanda tangan di tangannya, Jenny tersenyum pahit.

Ya, memang benar dia datang untuk konsultasi perceraian.

Sebentar lagi, setelah satu bulan terakhir, Yogi akan mendapatkan yang diinginkannya.

Jenny dan Yogi adalah pasangan yang menikah diam-diam.

Selain orang tua mereka, tidak ada yang tahu mereka adalah suami istri, termasuk cinta sejatinya.

Pernikahan diam-diam itu adalah keputusan Yogi.

Mereka awalnya teman kuliah. Hari pertama kuliah, Jenny jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Yogi, pria tampan di kampus. Gadis itu mengejarnya selama empat tahun tanpa henti, tetapi Yogi tetap tidak tertarik.

Namun, Jenny tidak terlalu kecewa.

Karena Yogi bukan hanya tidak menerima Jenny, tetapi juga tidak menerima siapa pun. Sepertinya dia memang tidak tertarik pada perempuan.

Sampai setelah lulus, Jenny sibuk bekerja, dan Yogi melanjutkan studinya. Mereka tidak lagi berhubungan. Namun, Jenny tidak pernah melupakannya.

Dua garis yang tampaknya sejajar tiba-tiba bersinggungan tiga tahun kemudian karena sebuah perjodohan.

Pada pertemuan pertama, Yogi langsung bertanya apakah Jenny punya niat untuk menikah.

Meski tidak tahu kenapa Yogi terburu-buru menikah, Jenny, yang akhirnya bisa mewujudkan mimpinya, sangat bahagia. Gadis itu mengira itu hanya karena desakan keluarga Yogi, jadi tanpa berpikir panjang, dia setuju.

Namun, setelah menikah, dia perlahan menemukan rahasia Yogi.

Sepertinya Yogi bukan tidak tertarik pada perempuan, melainkan sudah lama menyukai seseorang yang tidak mungkin dia miliki.

Perempuan itu adalah Melina, adik sahabat baik Yogi.

Yogi lima tahun lebih tua dari Melina, jadi gadis itu selalu menganggapnya sebagai kakak. Perasaan Yogi ini tidak mungkin terbalas.

Melina tidak tahu apa-apa tentang perasaan terpendam Yogi. Setelah lulus, dia menikah dengan pacarnya selama tiga tahun.

Yogi sangat terpukul. Untuk melupakan patah hatinya, dan di bawah tekanan orang tuanya, dia buru-buru menikahi Jenny.

Setelah mengetahui kebenarannya, Jenny merasa sangat terpuruk. Namun, akhirnya dia bangkit kembali.

Dia berpikir, waktu akan membawa perubahan. Jika dia cukup berusaha, Yogi pasti akan memperhatikannya.

Namun, setelah tiga tahun menikah, sikap Yogi kepadanya tetap dingin.

Ketika kepercayaan dirinya makin terkikis, Jenny menemukan sebuah album foto.

Album itu berisi foto seorang gadis dari usia enam sampai dua puluh lima tahun. Dia seharusnya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.

Namun, jika gadis itu adalah seseorang yang dicintai suaminya selama bertahun-tahun, dan album itu masih terus diperbarui setelah menikah, apa yang harus dia rasakan?

Jenny tidak bisa mengabaikannya.

Apalagi, malam berikutnya, Yudi yang biasanya tidak pernah menyentuh alkohol tiba-tiba mabuk berat. Tatapan dinginnya penuh dengan kebahagiaan yang hampir meluap.

Setelah mencari tahu, Jenny mengetahui bahwa ternyata Melina bercerai.

Saat itu, Jenny hanya bisa tersenyum pahit dan memutuskan untuk mengakhiri pernikahan yang tak berujung ini.

Mungkin karena telah mendapatkan tanda tangan cerai, ketika kembali ke rumah yang sudah ditempatinya selama tiga tahun, hati Jenny terasa aneh.

Melihat rumah kecil yang dia tata dengan penuh cinta ini, banyak kenangan memenuhi benaknya.

Pandangannya berhenti pada foto pernikahan yang selalu dia bersihkan di ruang tamu.

Melihat wajah Yogi yang tersenyum kaku di foto itu, dia merasa sangat pedih. Akhirnya, dia mengambil foto itu dan membuangnya ke tempat sampah di bawah.

Sepanjang malam, Jenny sibuk mengurus harta gono-gini pasca perceraian.

Saat Yogi pulang, dia langsung menyadari foto pernikahan yang hilang. Dia melihat istrinya yang sedang asyik menulis, lalu bertanya dengan alis berkerut.

"Foto pernikahan kita ke mana?"

"Paku-pakunya longgar. Aku takut jatuh dan melukai seseorang, jadi aku turunkan."

Yogi tidak bertanya lebih jauh. Dia menaruh makanan yang dibawanya di dekat Jenny, lalu masuk ke ruang kerja.

Mencium aroma makanan pedas itu, Jenny berhenti menulis.

Saat membuka kantong dan melihat makanan pedas berwarna merah menyala, matanya terasa perih.

Selama tiga tahun menikah, karena penyakit lambungnya, dia selalu makan makanan yang tidak pedas.

Namun, suaminya sama sekali tidak mengetahuinya.

Jika itu dulu, demi membuat Yogi senang, Jenny akan memakannya meskipun sangat pedas.

Namun sekarang, dia membawa kantong makanan itu ke bawah dan membuangnya.

Mulai hari ini, dia akan membuang semua rasa sakit dan kesedihan dalam pernikahannya ini.

Termasuk, membuang dirinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Putri Alfatih
asli ini sama yg webfic cuman beda nama aja......
goodnovel comment avatar
Pena dua jempol
menarik seru ceritanya
goodnovel comment avatar
Anna Noya
sangat menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 19

    Sudut bibir Jenny yang tersenyum berkedut beberapa kali.Sepertinya dia memang pernah mengatakan hal itu.Namun, dunia menjadi saksi, dia hanya mengatakannya untuk memaksa Yogi segera bercerai. Dia tidak pernah berniat untuk berbicara lebih dalam dengan pria ini.Siapa yang mau berbicara canggung dengan mantan suami setelah mendapat akta cerai!Bukannya orang biasanya merayakan lembaran baru dengan teman baik, sambil minum bersama?Meski Jenny selalu menepati janjinya, tetapi pada saat yang indah ini, dia tidak ingin mengganggu suasana hatinya sendiri. Dia pun mencari alasan."Aku memang bilang begitu tadi. Tapi, aku nggak bilang harus bicara sekarang, 'kan? Lain kali saja, tunggu aku ada waktu."Yogi tidak melepaskan tangannya."Setelah kejadian terakhir waktu kamu menipu aku untuk menandatangani perjanjian cerai dan tiba-tiba menghilang, sangat sulit bagiku untuk mempercayai kata-katamu. Kamu bahkan mengganti semua kontak. Kalau setelah ini kamu pergi lagi, aku harus cari kamu ke man

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 18

    Hanya butuh sepuluh menit, Jenny sudah mencocokkan informasi yang dikumpulkan dan menemukan semua dokumen yang diperlukan.Setelah memeriksa dengan saksama, dia membawa amplop dokumen keluar dan melihat Yogi yang tergeletak di ambang pintu, membuatnya menyipitkan mata.Apa lagi yang dia lakukan sekarang?Jangan-jangan mau pura-pura sakit untuk menunda tanggal perceraian?Saat berjalan mendekatinya, Jenny merasa sangat waspada, suaranya penuh keraguan."Kamu nggak enak badan?"Kalimat itu bukan menunjukkan perhatian, melainkan sebuah pertanyaan penuh kecurigaan.Yogi tentu bisa membedakannya.Dia menggelengkan kepala, menopang diri di pintu untuk berdiri, lalu memaksakan senyuman tipis."Nggak apa-apa, ayo pergi."Melihat Yogi membuka pintu, Jenny akhirnya perlahan menurunkan kewaspadaannya dan mengikutinya.Dalam perjalanan kembali ke kantor catatan sipil, keduanya tidak berbicara lagi.Jenny terus melihat jam tangannya, memperkirakan waktu. Untuk mengejar waktu, begitu turun dari mobi

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 17

    Jenny tidak mempercayainya.Bagi Yogi, itu adalah pukulan yang sangat berat.Namun, dia juga tahu bahwa dengan tangannya sendiri, dialah yang mengikis habis kepercayaan yang dimiliki Jenny terhadapnya. Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.Hasil ini, sebenarnya sudah berkali-kali dia bayangkan dalam hatinya, dan masih berada dalam batas yang bisa dia terima.Dia menarik napas dalam-dalam, suaranya justru makin tegas."Akan kubuktikan kalau apa yang kukatakan itu benar, Jenny. Bisakah kamu kasih aku satu kesempatan lagi?"Mobil telah masuk ke area parkir bawah tanah dan berhenti. Jenny membuka sabuk pengaman, lalu pintu mobil. Suaranya terdengar seperti sudah bosan mendengar Yogi."Berikan sertifikat cerai itu padaku. Setelah itu, terserah kamu mau membuktikan apa pun."Setelah berkata begitu, Jenny tidak memedulikan reaksi Yogi dan langsung berjalan menuju lift.Pembicaraan yang berputar-putar itu akhirnya kembali lagi ke topik perceraian. Yogi kini benar-benar sadar bahwa Jenny

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 16

    Tepat di perempatan lampu merah, Yogi menghentikan mobilnya dan menatap Jenny dengan tatapan dalam."Bukan karena nggak puas. Kalau kamu benar-benar mau bercerai, aku bahkan rela keluar tanpa membawa apa pun. Aku juga nggak bermaksud mengancammu, aku cuma merasa masih ada banyak hal yang belum aku pahami. Aku nggak rela."Mendengar kata "nggak rela" keluar dari mulut Yogi, ekspresi terkejut sekilas muncul di wajah Jenny."Apa yang nggak rela? Nggak rela karena diceraikan tanpa pemberitahuan? Atau nggak rela karena aku yang lebih dulu mengajukan cerai?""Bukan itu, Jenny."Melihat ekspresi bingung di wajahnya, Yogi tersenyum pahit. Suaranya rendah dan mengandung rasa sesal yang sulit dijelaskan."Aku nggak rela disalahpahami olehmu. Aku nggak rela kamu nggak kasih aku satu pun kesempatan. Aku nggak rela harus memutus hubungan denganmu sepenuhnya."Kali ini, giliran Jenny yang terdiam.Dia tidak benar-benar mengerti maksud dari perkataan Yogi.Bukannya dia sudah menyukai Melina selama be

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 15

    Setelah mendengar dari Pak Toni bahwa Jenny kembali ke Lintangjaya, Yogi langsung berusaha mengatur pertemuan dengannya, tetapi ditolak mentah-mentah.Yogi merasa agak kecewa, tetapi tidak punya pilihan lain selain menunggu dengan sabar sampai Jenny datang mencarinya.Selama itu, Yogi membaca ulang surat perjanjian cerai dan kesepakatan pembagian harta berkali-kali dengan cermat, sambil membandingkannya dengan penataan interior rumah lama untuk membeli banyak barang.Dengan harapan tipis bahwa Jenny akan memaafkannya, dia mencoba mengembalikan penataan interior rumah ke kondisi semula, berharap segalanya bisa kembali normal.Hari demi hari berlalu, dan pada akhir September, Yogi akhirnya menerima telepon dari Pak Toni.Jenny mengajaknya bertemu.Namun, lokasinya di depan kantor catatan sipil.Harapan Yogi yang besar seketika sirna.Meski begitu, dia tetap datang, tanpa membawa apa pun.Melihat Yogi datang dengan tangan kosong, Jenny langsung tahu bahwa persetujuan cerai hanyalah keboho

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 14

    Pada hari ketujuh setelah kepergian Jenny, Yogi hampir mencapai batasnya.Saat dihadapkan pada jurang tanpa jalan mundur, dia justru menjadi lebih sadar.Meskipun masa tenggang untuk perceraian sudah berakhir, prosedurnya belum selesai.Baik untuk mengurus sertifikat perceraian maupun mengajukan gugatan cerai, Jenny tetap harus kembali.Setelah menyadari hal ini, Yogi yang terpuruk mulai bangkit kembali.Dia mengajukan penghentian cuti dan kembali ke firma hukum, lalu hal pertama yang dia lakukan adalah menemui Pak Toni.Selama beberapa hari ini, Pak Toni telah meneruskan banyak pesan dari Yogi, dan saat melihat kondisi Yogi yang tampak kurus dan lelah, dia merasa iba.Dia baru akan menghiburnya, Yogi malah lebih dulu berbicara dengan nada yang sudah kembali tenang."Pak Toni, tolong beri tahu dia bahwa aku setuju bercerai. Suruh dia kembali untuk mengurus sertifikat perceraian."Mendengar ini, Pak Toni nyaris menyemburkan teh yang sedang diminumnya."Langsung setuju begitu saja? Nggak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status