Share

Pergilah, Temukan Dia
Pergilah, Temukan Dia
Penulis: Felicia

Bab 1

Penulis: Felicia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-23 13:22:10
"Halo, aku ingin bercerai!"

Di tahun ketiga pernikahannya, Jenny Lukito memutuskan untuk bercerai.

Namun, dia tidak memberi tahu suaminya.

Pengacara di depannya mendengar alasannya dan berbicara dengan nada formal.

"Kalau kamu mau bercerai, diperlukan tanda tangan dari kedua belah pihak pada surat perjanjian cerai. Setelah itu, masa tenggang satu bulan selesai, baru bisa diproses. Apa suamimu nggak datang hari ini?"

Jenny terdiam beberapa detik. "Aku akan membuatnya menandatangani suratnya."

"Baiklah, aku akan menyusun rancangan perjanjian cerai untukmu."

Setelah menunggu sejenak, Jenny menerima dokumen perjanjian itu.

Sambil mengingat kejadian-kejadian belakangan ini, dia menundukkan kepala dan menuruni tangga.

Ketika dia baru sampai di resepsionis, suara yang tidak asing menghentikannya.

"Jenny? Kamu datang ke firma hukum untuk apa?"

Saat mendongakkan kepala, Jenny bertemu dengan tatapan Yogi Jatmiko yang tajam dan mampu menembus segalanya. Jantung Jenny seperti berhenti berdetak sesaat.

Siapa sangka, Jenny datang untuk bercerai, dan pengacara yang menerima konsultasinya ternyata suaminya sendiri.

Namun, Yogi tidak akan menyadari itu. Lagi pula, pria itu tidak pernah peduli pada dirinya.

Memikirkan itu, Jenny menarik napas dalam, mencoba menyembunyikan kegelisahan dalam suaranya.

"Hanya konsultasi beberapa hal. Oh, iya, rumah yang akan dipindahnamakan itu sudah disiapkan oleh Ayah dan Ibu. Kamu perlu tanda tangan."

Sambil berbicara, dia mengeluarkan dokumen perjanjian cerai, langsung membuka halaman terakhir, menaruhnya di meja, lalu menyerahkan pena kepadanya.

Halaman terakhir perjanjian itu hanya memerlukan tanda tangan. Sebagai pengacara, kebiasaan profesional membuat Yogi mengerutkan alis.

Dia hendak mengambil dokumen itu untuk melihat lebih teliti, tetapi di sudut matanya dia menangkap sosok yang dikenalnya di pintu lift. Dia hanya ragu satu detik, lalu mengambil pena dan menandatangani dokumen itu sesuai permintaan Jenny.

"Sudah selesai. Kalau nggak ada hal lain, kamu bisa pulang dulu. Aku masih ada pekerjaan."

Jenny merasa lega, tetapi segera muncul sebersit rasa getir di dalam hatinya.

Pria itu hanya perlu melihat lebih teliti sedikit saja untuk tahu bahwa yang dia tanda tangani bukan perjanjian rumah, melainkan perjanjian cerai.

Sayangnya, perhatian Yogi tadi sepenuhnya tertuju pada Melina Yudanta, yang baru saja masuk ke dalam.

Melihat wajah cantik itu, hati Jenny campur aduk.

Memegang tasnya erat-erat, dia berbalik dan meninggalkan firma hukum itu.

Setelah pintu kaca otomatis tertutup, dua suara samar terdengar masuk ke telinganya.

"Kak Yogi, tadi itu siapa?"

"Klien baru, konsultasi tentang perceraian." Suara dingin Yogi terdengar lembut, "Kenapa kamu datang lebih awal? Tunggu sebentar, Kakak akan mengajakmu turun untuk makan, oke?"

Mendengar suara lembut yang hampir seperti membujuk itu, lalu melihat dokumen cerai bertanda tangan di tangannya, Jenny tersenyum pahit.

Ya, memang benar dia datang untuk konsultasi perceraian.

Sebentar lagi, setelah satu bulan terakhir, Yogi akan mendapatkan yang diinginkannya.

Jenny dan Yogi adalah pasangan yang menikah diam-diam.

Selain orang tua mereka, tidak ada yang tahu mereka adalah suami istri, termasuk cinta sejatinya.

Pernikahan diam-diam itu adalah keputusan Yogi.

Mereka awalnya teman kuliah. Hari pertama kuliah, Jenny jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Yogi, pria tampan di kampus. Gadis itu mengejarnya selama empat tahun tanpa henti, tetapi Yogi tetap tidak tertarik.

Namun, Jenny tidak terlalu kecewa.

Karena Yogi bukan hanya tidak menerima Jenny, tetapi juga tidak menerima siapa pun. Sepertinya dia memang tidak tertarik pada perempuan.

Sampai setelah lulus, Jenny sibuk bekerja, dan Yogi melanjutkan studinya. Mereka tidak lagi berhubungan. Namun, Jenny tidak pernah melupakannya.

Dua garis yang tampaknya sejajar tiba-tiba bersinggungan tiga tahun kemudian karena sebuah perjodohan.

Pada pertemuan pertama, Yogi langsung bertanya apakah Jenny punya niat untuk menikah.

Meski tidak tahu kenapa Yogi terburu-buru menikah, Jenny, yang akhirnya bisa mewujudkan mimpinya, sangat bahagia. Gadis itu mengira itu hanya karena desakan keluarga Yogi, jadi tanpa berpikir panjang, dia setuju.

Namun, setelah menikah, dia perlahan menemukan rahasia Yogi.

Sepertinya Yogi bukan tidak tertarik pada perempuan, melainkan sudah lama menyukai seseorang yang tidak mungkin dia miliki.

Perempuan itu adalah Melina, adik sahabat baik Yogi.

Yogi lima tahun lebih tua dari Melina, jadi gadis itu selalu menganggapnya sebagai kakak. Perasaan Yogi ini tidak mungkin terbalas.

Melina tidak tahu apa-apa tentang perasaan terpendam Yogi. Setelah lulus, dia menikah dengan pacarnya selama tiga tahun.

Yogi sangat terpukul. Untuk melupakan patah hatinya, dan di bawah tekanan orang tuanya, dia buru-buru menikahi Jenny.

Setelah mengetahui kebenarannya, Jenny merasa sangat terpuruk. Namun, akhirnya dia bangkit kembali.

Dia berpikir, waktu akan membawa perubahan. Jika dia cukup berusaha, Yogi pasti akan memperhatikannya.

Namun, setelah tiga tahun menikah, sikap Yogi kepadanya tetap dingin.

Ketika kepercayaan dirinya makin terkikis, Jenny menemukan sebuah album foto.

Album itu berisi foto seorang gadis dari usia enam sampai dua puluh lima tahun. Dia seharusnya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.

Namun, jika gadis itu adalah seseorang yang dicintai suaminya selama bertahun-tahun, dan album itu masih terus diperbarui setelah menikah, apa yang harus dia rasakan?

Jenny tidak bisa mengabaikannya.

Apalagi, malam berikutnya, Yudi yang biasanya tidak pernah menyentuh alkohol tiba-tiba mabuk berat. Tatapan dinginnya penuh dengan kebahagiaan yang hampir meluap.

Setelah mencari tahu, Jenny mengetahui bahwa ternyata Melina bercerai.

Saat itu, Jenny hanya bisa tersenyum pahit dan memutuskan untuk mengakhiri pernikahan yang tak berujung ini.

Mungkin karena telah mendapatkan tanda tangan cerai, ketika kembali ke rumah yang sudah ditempatinya selama tiga tahun, hati Jenny terasa aneh.

Melihat rumah kecil yang dia tata dengan penuh cinta ini, banyak kenangan memenuhi benaknya.

Pandangannya berhenti pada foto pernikahan yang selalu dia bersihkan di ruang tamu.

Melihat wajah Yogi yang tersenyum kaku di foto itu, dia merasa sangat pedih. Akhirnya, dia mengambil foto itu dan membuangnya ke tempat sampah di bawah.

Sepanjang malam, Jenny sibuk mengurus harta gono-gini pasca perceraian.

Saat Yogi pulang, dia langsung menyadari foto pernikahan yang hilang. Dia melihat istrinya yang sedang asyik menulis, lalu bertanya dengan alis berkerut.

"Foto pernikahan kita ke mana?"

"Paku-pakunya longgar. Aku takut jatuh dan melukai seseorang, jadi aku turunkan."

Yogi tidak bertanya lebih jauh. Dia menaruh makanan yang dibawanya di dekat Jenny, lalu masuk ke ruang kerja.

Mencium aroma makanan pedas itu, Jenny berhenti menulis.

Saat membuka kantong dan melihat makanan pedas berwarna merah menyala, matanya terasa perih.

Selama tiga tahun menikah, karena penyakit lambungnya, dia selalu makan makanan yang tidak pedas.

Namun, suaminya sama sekali tidak mengetahuinya.

Jika itu dulu, demi membuat Yogi senang, Jenny akan memakannya meskipun sangat pedas.

Namun sekarang, dia membawa kantong makanan itu ke bawah dan membuangnya.

Mulai hari ini, dia akan membuang semua rasa sakit dan kesedihan dalam pernikahannya ini.

Termasuk, membuang dirinya.

Bab terkait

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 2

    Malam sudah larut, tetapi Jenny masih belum bisa tidur.Dia membenamkan wajahnya ke bantal, pikirannya berkeliaran tanpa arah. Tiba-tiba, dia merasakan ada tangan yang mulai berulah di pinggangnya.Merasakan napas panas dari belakang, Jenny secara refleks menghindar, menjauhi ciuman yang hampir mendarat di tubuhnya.Sikap penolakannya membuat Yogi terkejut.Bagaimanapun, selama tiga tahun pernikahan, selalu Jenny yang lebih dulu mendekatinya dengan penuh inisiatif.Kali ini Yogi yang tergerak, tetapi justru ditolak, jadi wajar saja jika pria itu bertanya,"Lagi nggak mood?""Lagi datang bulan."Jenny asal membuat alasan, dan Yogi pun tidak mempersoalkannya. Dia hanya menggumam pelan, lalu merapikan selimut Jenny.Seperti biasa sebelum tidur, dia merefleksikan kegiatan hariannya. Tiba-tiba, dia teringat kontrak properti yang dilihatnya siang tadi, lalu bertanya,"Mana kontrak propertinya? Aku mau cek, siapa tahu ada kekurangan."Jantung Jenny berdebar kencang. Dia menatap Yogi lekat-lek

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 3

    Siang menjelang sore, laptop Jenny tiba-tiba mati. Untuk menyelesaikan pekerjaannya, dia meminjam laptop Yogi.Saat menunggu transfer berkas, sebuah pesan baru masuk. Jenny tanpa sadar membukanya dan melihat pesan dari kantor hukum."Yogi, malam ini kantor mengadakan makan malam bersama. Apa kamu mau mengajak pacarmu?"Melihat pesan itu, tangan Jenny agak gemetar.Selama tiga tahun pernikahan, Yogi tidak pernah mengungkapkan hubungan mereka ke publik. Jadi, di mata orang luar, pria itu selalu dianggap masih lajang.Itulah sebabnya saat Jenny pergi ke kantor hukum untuk berkonsultasi, tidak satu pun orang yang mengenalinya.Kali ini, apakah Yogi akan mengajaknya pergi?Jenny tidak tahu, dan juga tidak berani berharap.Melihat pesan itu, Yogi langsung mendongak, melirik istrinya sejenak, seperti sedang membaca ekspresinya.Menyadari pandangan itu, Jenny tersenyum tipis."Apa kamu mau ajak aku pergi?"Tersirat makna lain dalam pertanyaannya. Sudah tiga tahun, apakah Yogi ingin mengungkapk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 4

    Angin malam yang masuk melalui jendela mobil membuat rambutnya berkibar.Sepanjang perjalanan, bayangan Melina yang muncul di sisi Yogi terus terputar di benak Jenny.Mungkin karena terlalu sering disakiti, saat ini Jenny sudah tidak merasakan sakit hati, hanya tersisa kelelahan yang mendalam.Masa tenggang 30 hari ternyata terasa begitu panjang.Dia menyeka matanya yang terasa perih. Karena lengah, dia tidak melihat mobil di depannya yang melanggar aturan dengan mundur, hingga akhirnya menabraknya.Setelah suara benturan keras, kakinya terjepit pintu mobil yang penyok, darah mengucur deras.Dalam sekejap, rona wajahnya memudar, dan keringat dingin mengucur dari dahinya.Terlepas dari rasa sakit yang menusuk, dia masih cukup sadar untuk menghubungi layanan darurat 112.Setelah masuk ruang gawat darurat, dokter memeriksanya. Luka Jenny tidak mematikan, tetapi perlu operasi kecil untuk penanganan lebih lanjut. Dokter menyarankan agar dia menghubungi keluarganya.Orang tua Jenny berada ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 5

    Jenny sama sekali tidak menyangka Yogi akan kembali.Untungnya Chacha kebetulan datang. Jenny pun menahan ekspresi paniknya dan menunjuk dengan tenang."Chaha. Dia yang mau bercerai."Chacha melirik mereka berdua, langsung menangkap situasi dan mengangguk dengan cepat."Uh .... ya, aku memang berniat bercerai, prosesnya sudah berjalan."Hubungan Yogi dan Jenny tidak terlalu dekat, sehingga dia juga jarang berinteraksi dengan teman-teman Jenny.Meskipun pernah bertemu Chacha dua kali, Yogi tetap tidak mengetahui keadaan keluarganya, sehingga mengerutkan kening saat mendengarnya."Kalau mau bercerai, kenapa nggak datang cari aku dulu?"Chacha tidak bisa memikirkan alasan, hanya tergagap tanpa berkata jelas.Melihat itu, Jenny segera mengambil alih pembicaraan."Waktu itu kamu sedang sibuk menangani kasus perceraian adikmu. Aku takut kamu terlalu sibuk, jadi nggak mau mengganggu."Mendengar Jenny menyebut Melina, Yogi menjadi agak gugup dan tidak melanjutkan pertanyaannya."Kalau nanti ad

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 6

    Setelah pulang ke rumah, Jenny sebenarnya ingin mempercepat proses pindah rumah.Namun, luka di kakinya belum sembuh total, sehingga gerakannya masih terbatas. Dia pun memanggil jasa pindahan untuk membantu.Kardus-kardus besar dan kecil memenuhi ruang tamu. Beberapa pekerja sibuk mengepak barang, keluar-masuk membawa barang dengan pintu yang terus terbuka.Ketika Yogi pulang dan melihat pemandangan yang berantakan itu, dia segera bertanya apa yang terjadi.Jenny memberikan alasan yang sudah dia siapkan sebelumnya."Apartemen Seruni sudah selesai direnovasi. Letaknya dekat dengan tempat kerjamu. Pindahlah ke sana, lebih praktis."Mengingat perjanjian properti yang dia tanda tangani sebelumnya, Yogi mengangguk.Setelah mengganti sepatu, dia duduk di sofa. Sambil mengingat penataan interior apartemen itu di benaknya, dia berbincang santai dengan Jenny."Bukannya kamu suka menanam bunga? Bagaimana kalau nanti balkon di sisi timur dipakai untuk tanamanmu?"Setelah beberapa detik hening, Je

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 7

    Mendengar bahwa Jenny juga mengalami hal yang sama, Melina langsung merasa iba dan tanpa sadar mulai menghiburnya."Aku juga hampir sama, tapi nggak apa-apa. Selama sudah bercerai, semuanya akan membaik. Yogi pasti akan membantumu melewati masa sulit ini."Benar, rintangan paling sulit, yaitu tanda tangan, memang sudah dibantu oleh Yogi.Jenny mengangguk pelan, lalu menyambung ucapannya."Kudengar kasusmu juga ditangani sepenuhnya olehnya. Sepertinya dia benar-benar bersungguh-sungguh, ya?"Wajah Melina berubah agak malu, dan nada bicaranya pun menjadi lebih ceria."Iya, Yogi memang sangat membantu. Dia membantuku mengumpulkan bukti untuk menggugat mantan suamiku, sambil terus melindungiku dari ancaman bahaya. Kalau bukan karena dia yang berani maju, mungkin aku sudah mati di tangan mantan suamiku yang gila itu."Melihat Melina mengingat kembali kenangan pahit ini dengan wajah penuh kebahagiaan, Jenny tertegun sejenak dan tanpa sadar mengajukan pertanyaan yang kurang tepat."Kamu suka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 8

    Sepanjang perjalanan, Jenny terus diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Yogi merasa bahwa suasana hati Jenny belakangan ini sangat murung, tetapi tidak bisa menemukan alasannya. Pria itu hanya bisa mengulas kembali semua kejadian yang terjadi akhir-akhir ini.Akhirnya, dia menyimpulkan bahwa dirinya terlalu sibuk mengurus kasus Melina sehingga mengabaikan Jenny, dan itulah penyebab istrinya kehilangan semangat.Rasa bersalah pun muncul di hatinya. Untuk pertama kalinya, dia mengusulkan sebuah ide."Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita yang ketiga. Bagaimana kalau kita pergi liburan untuk bersantai?"Dengan masa tenggang perceraian yang tinggal beberapa hari lagi, Jenny tidak ingin membuat situasi semakin rumit, jadi dia menolak dengan alasan sedang terluka.Yogi memikirkannya dengan saksama dan menyadari bahwa memang itu bukan ide yang tepat, sehingga dia mencoba menawarkan beberapa cara lain untuk merayakannya.Satu per satu dia sebutkan, tetapi Jenny selalu menemukan alasan u

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 9

    Pada momen ini, Jenny akhirnya yakin.Yogi benar-benar bukan lembur, melainkan merawat Melina yang sedang sakit.Mengingat nada yakin Yogi saat itu, Jenny tersenyum tipis.Demi Melina, bahkan setengah jam pun tidak rela diluangkan?Yogi, kalau kamu tahu beberapa jam ini adalah saat-saat terakhir kita bersama, apakah kamu akan menyesal membatalkan janjimu lagi?Tidak ada yang menjawabnya, dan Jenny juga tidak peduli lagi pada jawabannya.Dia hanya melihat sekilas, lalu keluar untuk membuka WhatsApp Pak Toni, sang pengacara."Pak Toni, hari ini hari terakhir masa tenggang perceraian. Apa aku perlu datang ke kantormu untuk menyelesaikan prosedur apa pun?"Pesan dari Pak Toni segera muncul."Nggak perlu. Nona Jenny, karena masa tenggang perceraianmu sudah berakhir, seluruh prosesnya sudah selesai.""Selamat menempuh kehidupan baru."Kehidupan baru, katanya.Benar, mulai hari ini, mulai dari tidak lagi mencintai Yogi, mulai dari tidak lagi menginginkan Yogi.Jenny akan memiliki hidup yang l

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23

Bab terbaru

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 19

    Sudut bibir Jenny yang tersenyum berkedut beberapa kali.Sepertinya dia memang pernah mengatakan hal itu.Namun, dunia menjadi saksi, dia hanya mengatakannya untuk memaksa Yogi segera bercerai. Dia tidak pernah berniat untuk berbicara lebih dalam dengan pria ini.Siapa yang mau berbicara canggung dengan mantan suami setelah mendapat akta cerai!Bukannya orang biasanya merayakan lembaran baru dengan teman baik, sambil minum bersama?Meski Jenny selalu menepati janjinya, tetapi pada saat yang indah ini, dia tidak ingin mengganggu suasana hatinya sendiri. Dia pun mencari alasan."Aku memang bilang begitu tadi. Tapi, aku nggak bilang harus bicara sekarang, 'kan? Lain kali saja, tunggu aku ada waktu."Yogi tidak melepaskan tangannya."Setelah kejadian terakhir waktu kamu menipu aku untuk menandatangani perjanjian cerai dan tiba-tiba menghilang, sangat sulit bagiku untuk mempercayai kata-katamu. Kamu bahkan mengganti semua kontak. Kalau setelah ini kamu pergi lagi, aku harus cari kamu ke man

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 18

    Hanya butuh sepuluh menit, Jenny sudah mencocokkan informasi yang dikumpulkan dan menemukan semua dokumen yang diperlukan.Setelah memeriksa dengan saksama, dia membawa amplop dokumen keluar dan melihat Yogi yang tergeletak di ambang pintu, membuatnya menyipitkan mata.Apa lagi yang dia lakukan sekarang?Jangan-jangan mau pura-pura sakit untuk menunda tanggal perceraian?Saat berjalan mendekatinya, Jenny merasa sangat waspada, suaranya penuh keraguan."Kamu nggak enak badan?"Kalimat itu bukan menunjukkan perhatian, melainkan sebuah pertanyaan penuh kecurigaan.Yogi tentu bisa membedakannya.Dia menggelengkan kepala, menopang diri di pintu untuk berdiri, lalu memaksakan senyuman tipis."Nggak apa-apa, ayo pergi."Melihat Yogi membuka pintu, Jenny akhirnya perlahan menurunkan kewaspadaannya dan mengikutinya.Dalam perjalanan kembali ke kantor catatan sipil, keduanya tidak berbicara lagi.Jenny terus melihat jam tangannya, memperkirakan waktu. Untuk mengejar waktu, begitu turun dari mobi

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 17

    Jenny tidak mempercayainya.Bagi Yogi, itu adalah pukulan yang sangat berat.Namun, dia juga tahu bahwa dengan tangannya sendiri, dialah yang mengikis habis kepercayaan yang dimiliki Jenny terhadapnya. Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.Hasil ini, sebenarnya sudah berkali-kali dia bayangkan dalam hatinya, dan masih berada dalam batas yang bisa dia terima.Dia menarik napas dalam-dalam, suaranya justru makin tegas."Akan kubuktikan kalau apa yang kukatakan itu benar, Jenny. Bisakah kamu kasih aku satu kesempatan lagi?"Mobil telah masuk ke area parkir bawah tanah dan berhenti. Jenny membuka sabuk pengaman, lalu pintu mobil. Suaranya terdengar seperti sudah bosan mendengar Yogi."Berikan sertifikat cerai itu padaku. Setelah itu, terserah kamu mau membuktikan apa pun."Setelah berkata begitu, Jenny tidak memedulikan reaksi Yogi dan langsung berjalan menuju lift.Pembicaraan yang berputar-putar itu akhirnya kembali lagi ke topik perceraian. Yogi kini benar-benar sadar bahwa Jenny

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 16

    Tepat di perempatan lampu merah, Yogi menghentikan mobilnya dan menatap Jenny dengan tatapan dalam."Bukan karena nggak puas. Kalau kamu benar-benar mau bercerai, aku bahkan rela keluar tanpa membawa apa pun. Aku juga nggak bermaksud mengancammu, aku cuma merasa masih ada banyak hal yang belum aku pahami. Aku nggak rela."Mendengar kata "nggak rela" keluar dari mulut Yogi, ekspresi terkejut sekilas muncul di wajah Jenny."Apa yang nggak rela? Nggak rela karena diceraikan tanpa pemberitahuan? Atau nggak rela karena aku yang lebih dulu mengajukan cerai?""Bukan itu, Jenny."Melihat ekspresi bingung di wajahnya, Yogi tersenyum pahit. Suaranya rendah dan mengandung rasa sesal yang sulit dijelaskan."Aku nggak rela disalahpahami olehmu. Aku nggak rela kamu nggak kasih aku satu pun kesempatan. Aku nggak rela harus memutus hubungan denganmu sepenuhnya."Kali ini, giliran Jenny yang terdiam.Dia tidak benar-benar mengerti maksud dari perkataan Yogi.Bukannya dia sudah menyukai Melina selama be

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 15

    Setelah mendengar dari Pak Toni bahwa Jenny kembali ke Lintangjaya, Yogi langsung berusaha mengatur pertemuan dengannya, tetapi ditolak mentah-mentah.Yogi merasa agak kecewa, tetapi tidak punya pilihan lain selain menunggu dengan sabar sampai Jenny datang mencarinya.Selama itu, Yogi membaca ulang surat perjanjian cerai dan kesepakatan pembagian harta berkali-kali dengan cermat, sambil membandingkannya dengan penataan interior rumah lama untuk membeli banyak barang.Dengan harapan tipis bahwa Jenny akan memaafkannya, dia mencoba mengembalikan penataan interior rumah ke kondisi semula, berharap segalanya bisa kembali normal.Hari demi hari berlalu, dan pada akhir September, Yogi akhirnya menerima telepon dari Pak Toni.Jenny mengajaknya bertemu.Namun, lokasinya di depan kantor catatan sipil.Harapan Yogi yang besar seketika sirna.Meski begitu, dia tetap datang, tanpa membawa apa pun.Melihat Yogi datang dengan tangan kosong, Jenny langsung tahu bahwa persetujuan cerai hanyalah keboho

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 14

    Pada hari ketujuh setelah kepergian Jenny, Yogi hampir mencapai batasnya.Saat dihadapkan pada jurang tanpa jalan mundur, dia justru menjadi lebih sadar.Meskipun masa tenggang untuk perceraian sudah berakhir, prosedurnya belum selesai.Baik untuk mengurus sertifikat perceraian maupun mengajukan gugatan cerai, Jenny tetap harus kembali.Setelah menyadari hal ini, Yogi yang terpuruk mulai bangkit kembali.Dia mengajukan penghentian cuti dan kembali ke firma hukum, lalu hal pertama yang dia lakukan adalah menemui Pak Toni.Selama beberapa hari ini, Pak Toni telah meneruskan banyak pesan dari Yogi, dan saat melihat kondisi Yogi yang tampak kurus dan lelah, dia merasa iba.Dia baru akan menghiburnya, Yogi malah lebih dulu berbicara dengan nada yang sudah kembali tenang."Pak Toni, tolong beri tahu dia bahwa aku setuju bercerai. Suruh dia kembali untuk mengurus sertifikat perceraian."Mendengar ini, Pak Toni nyaris menyemburkan teh yang sedang diminumnya."Langsung setuju begitu saja? Nggak

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 13

    Pada hari ketiga setelah Jenny pergi, Yogi mencoba segala cara, tetapi tetap tidak dapat menghubunginya.Waktu terus berlalu, dan rasa panik di hatinya makin kuat.Dalam beberapa hari terakhir, Melina telah mencarinya berkali-kali, tetapi Yogi menolak semuanya.Jadi, ketika Melina datang dan melihat penampilan Yogi yang begitu lusuh, dia terkejut bukan main, tatapannya penuh kekhawatiran."Kak Yogi, ada apa ini?"Saat ini, melihat Melina berdiri di hadapannya, emosi di hati Yogi menjadi sangat rumit.Dia sudah mengubah perasaannya kepada Melina menjadi sekadar hubungan kekeluargaan, tetapi belum menemukan waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.Namun, setelah Jenny pergi karena salah paham mengenai hubungan mereka, Yogi tidak bisa menunda lebih lama lagi. Dia harus mencari waktu untuk menjelaskan semuanya."Melina, belakangan ini aku sedang berusaha menghubungi Jenny.""Kak Jenny? Ada apa dengannya?"Melihat wajah tegang Melina, Yogi merasa makin malu."Dia menghilang. Aku nggak bisa

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 12

    Setelah tahu bahwa Jenny tanpa sengaja menemukan album foto itu, Yogi tidak bisa tidur sepanjang malam.Sepanjang malam, pikirannya terus memutar kembali semua kejadian yang telah terjadi selama bertahun-tahun ini.Jika sepuluh tahun pertama hidupnya dihabiskan untuk mengejar Melina, maka tiga tahun setelah dia menikah adalah waktunya belajar melepaskan perasaannya terhadap wanita itu.Sejak saat Melina menikah, Yogi memutuskan hanya akan menganggapnya sebagai adik.Sementara itu, terhadap Jenny, yang selalu mengejarnya, Yogi awalnya hanya menganggapnya sebagai teman.Mungkin karena mereka memiliki rasa sakit yang sama, yaitu mencintai tanpa bisa memiliki, Yogi selalu merasa bersalah padanya.Rasa bersalah itu terus membebani Yogi selama bertahun-tahun, hingga akhirnya mereka bertemu lagi tiga tahun lalu.Pada pandangan pertama saat bertemu lagi, dia tahu, Jenny belum bisa melupakannya.Maka, dalam waktu yang cukup lama setelah keluarganya mendesaknya untuk menikah, Yogi terus memikirk

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 11

    Setelah meninggalkan Lintangjaya, Jenny pergi ke stasiun kereta, menunjuk asal saja ke satu tempat, lalu membeli tiket kereta cepat, memulai perjalanan pertamanya setelah bercerai.Dalam sehari, dari utara ke selatan, suhu perlahan naik, dan udara menjadi makin lembap.Membawa koper kecil, dia tiba di sebuah kota yang sepenuhnya asing baginya, Nagapuri.Berbeda dari kehidupan Lintangjaya yang serba cepat, segalanya di kota kecil ini terasa lebih lambat. Setelah menitipkan barang bawaannya di penginapan, dia memulai perjalanan tanpa tujuan yang jelas.Memesan semangkuk mi, Jenny duduk di pinggir jalan yang ramai sambil menikmati minuman dingin. Tubuh dan pikirannya akhirnya merasa santai.Ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk di aplikasi WhatsApp yang hanya berisi sedikit kontak. Saat membukanya, dia melihat dua pesan dari Pak Toni."Adik, kalau mau bercerai, kenapa nggak bilang identitasmu dulu ke aku? Aduh, urusan ini jadi rumit. Aku nggak kasih kontakmu ke Yogi, dia sampai marah-mar

DMCA.com Protection Status