Share

Bab 9

Penulis: Felicia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-23 13:22:10
Pada momen ini, Jenny akhirnya yakin.

Yogi benar-benar bukan lembur, melainkan merawat Melina yang sedang sakit.

Mengingat nada yakin Yogi saat itu, Jenny tersenyum tipis.

Demi Melina, bahkan setengah jam pun tidak rela diluangkan?

Yogi, kalau kamu tahu beberapa jam ini adalah saat-saat terakhir kita bersama, apakah kamu akan menyesal membatalkan janjimu lagi?

Tidak ada yang menjawabnya, dan Jenny juga tidak peduli lagi pada jawabannya.

Dia hanya melihat sekilas, lalu keluar untuk membuka WhatsApp Pak Toni, sang pengacara.

"Pak Toni, hari ini hari terakhir masa tenggang perceraian. Apa aku perlu datang ke kantormu untuk menyelesaikan prosedur apa pun?"

Pesan dari Pak Toni segera muncul.

"Nggak perlu. Nona Jenny, karena masa tenggang perceraianmu sudah berakhir, seluruh prosesnya sudah selesai."

"Selamat menempuh kehidupan baru."

Kehidupan baru, katanya.

Benar, mulai hari ini, mulai dari tidak lagi mencintai Yogi, mulai dari tidak lagi menginginkan Yogi.

Jenny akan memiliki hidup yang lebih cemerlang dan bersinar.

Memikirkan ini, dia merasa lega dan kembali pulang.

Hitungan mundur tiga jam, dia membuang semua barang yang masih tersisa di rumah, lalu berbaring sendirian di sofa sambil memandang matahari terbenam.

Hitungan mundur dua jam, dia mengeluarkan laptop, lalu mengedit foto-foto yang diambil hari ini menjadi sebuah video.

Hitungan mundur satu jam, video selesai diedit. Setelah menontonnya, dia membuka kamera sekali lagi, mengarahkannya pada dirinya sendiri, dan menekan tombol rekam.

Dia ingin merekam surat perpisahan untuk Yogi.

Akhirnya, setelah video selesai, dia memasukkan kartu memori kembali ke kamera, lalu mengambil surat cerai dan meletakkannya di meja samping tempat tidur.

Yogi.

Mulai saat ini, kita resmi bercerai.

Selamat untukmu.

Juga selamat untukku.

Setelah semuanya selesai, Jenny membawa koper terakhir dan meninggalkan rumah ini, meninggalkan kota ini.

Tidak ada yang tahu ke mana dia akan pergi.

Namun, dia pergi dengan tegas, tanpa rasa ragu, tanpa menoleh ke belakang.

Di sisi lain.

Setelah kondisi Melina membaik, Yogi akhirnya meninggalkan rumahnya.

Sambil menyetir, dia menelepon Jenny untuk menepati janji terakhir.

Namun, setelah sepuluh panggilan lebih, ponselnya hanya memberi pemberitahuan "nomor tidak aktif." Pesan yang dikirim pun tidak mendapat balasan.

Selama tiga tahun menikah, ini pertama kalinya Yogi tidak bisa menghubunginya.

Mengingat insiden kecelakaan mobil sebelumnya, dia merasa khawatir dan memutar balik ke rumah.

Barang-barang di rumah baru itu ditata seperti semula, tidak lagi berantakan seperti sebelumnya.

Namun, sekali lihat saja, Yogi tahu ada yang tidak beres.

Kenapa tidak ada satu pun barang-barang Jenny yang terlihat?

Menyadari hal ini, jantungnya berdebar kencang. Dia buru-buru kembali ke rumah lama.

Seluruh rumah kosong melompong. Dia mencari ke segala penjuru, tetapi tidak menemukan siapa pun.

Hingga akhirnya masuk ke kamar tidur, dia melihat sebuah kamera dan setumpuk dokumen di meja samping tempat tidur.

Mengingat ekspresi bahagia Jenny saat memegang kamera beberapa hari lalu, Yogi merasa agak lega. Dia menekan tombol power untuk melihat apa yang telah direkam istrinya.

Sebuah video mulai berputar dengan iringan musik ceria, menampilkan rekaman pemandangan dari berbagai tempat di Universitas S, sesekali diselingi teks panjang sehingga dia akan menekan pause untuk membacanya.

"Yogi, di alun-alun ini masih banyak mahasiswa bermain skateboard. Aku ingat pertama kali menyatakan perasaan padamu di sini. Saat itu kamu menolakku dengan halus, dan aku menangis semalaman."

"Yogi, perpustakaan ini masih sangat ramai. Aku nggak berani mengganggu orang-orang, jadi hanya memotret dari kejauhan. Kamu pasti kenal tempat ini, 'kan? Ini tempat favoritmu dulu."

"Yogi, ini lapangan tempat kamu bermain basket. Aku pernah diam-diam mengamatimu di sini selama empat tahun."

....

Satu demi satu adegan berlalu, seolah-olah membawa Yogi kembali ke masa enam tahun lalu, masa-masa indah yang penuh kenangan.

Saat mengingat masa itu, dan mengingat Jenny yang terus mengejarnya, tanpa sadar sudut bibirnya menyunggingkan senyum.

Musik berakhir, tetapi video masih tersisa satu menit.

Dia mengira akan ada kejutan, lalu melihat sekeliling dengan penuh antisipasi, tetapi tidak menemukan Jenny.

Dengan rasa penasaran, dia menekan tombol putar.

Beberapa detik layar hitam, wajah Jenny muncul di tengah layar.

Melihat mata Jenny yang memerah dan wajah lelahnya, Yogi tiba-tiba merasa ada yang tidak beres.

"Yogi, tahun ini adalah tahun ke-10 kita saling mengenal, juga tahun ke-10 aku menyukaimu. Sulit dipercaya, 'kan? Aku sudah menyukaimu sampai-sampai bisa diukur dengan waktu satu dekade. Sebenarnya aku juga hampir tidak percaya, karena seberapa banyak dekade yang kita punya dalam hidup?"

"Selama sepuluh tahun itu, tujuh tahun aku mengagumimu diam-diam, tiga tahun sebagai istrimu. Aku selalu ingin masuk ke hatimu dan telah berusaha banyak untuk itu. Tapi, hidup nggak selalu sesuai harapan. Nggak mencintai tetaplah nggak mencintai. Bahkan kalau ada tiga tahun lagi, tujuh tahun, atau sepuluh tahun, perasaanmu nggak akan berubah."

"Jadi, di hari yang seharusnya berkesan ini, aku mengambil keputusan penting, yaitu melepaskan perasaan ini, dan merelakan cintamu pada Melina. Jadi saat kamu menonton video ini, aku cuma ingin memberitahumu, nggak, sebenarnya memberimu kabar."

"Yogi, kita sudah bercerai."

Bab terkait

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 10

    "Sebulan yang lalu, aku sudah tanda tangan, dan kamu juga sudah tanda tangan. Jadi mulai hari ini, kita berdua bebas. Aku pergi, jangan cari aku. Semoga kamu dan Melina sebagai pasangan sejati berakhir bahagia. Juga, semoga hidupku ke depan bisa penuh kebebasan dan keberanian."Setiap kata terdengar seperti petir di musim semi yang menggelegar di telinga Yogi.Dia tidak bisa percaya apa yang baru saja didengarnya. Pupil matanya membesar hingga ekstrem, dan bibirnya bergetar tidak terkendali.Apa maksudnya Jenny sudah tanda tangan, dan dia juga sudah tanda tangan? Mereka sudah bercerai?Kapan dia tanda tangan?!Kamera di tangannya jatuh ke lantai dengan keras, menjatuhkan map di atas meja yang terempas ke kakinya.Dokumen besar bertuliskan "Surat Perjanjian Cerai" terpampang jelas di matanya.Dia buru-buru memungutnya, langsung membuka ke halaman terakhir, dan melihat tanda tangan Jenny.Dan hanya beberapa sentimeter di sebelah kiri kolom tanda tangan, ada nama lain yang tertera.Dia sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 11

    Setelah meninggalkan Lintangjaya, Jenny pergi ke stasiun kereta, menunjuk asal saja ke satu tempat, lalu membeli tiket kereta cepat, memulai perjalanan pertamanya setelah bercerai.Dalam sehari, dari utara ke selatan, suhu perlahan naik, dan udara menjadi makin lembap.Membawa koper kecil, dia tiba di sebuah kota yang sepenuhnya asing baginya, Nagapuri.Berbeda dari kehidupan Lintangjaya yang serba cepat, segalanya di kota kecil ini terasa lebih lambat. Setelah menitipkan barang bawaannya di penginapan, dia memulai perjalanan tanpa tujuan yang jelas.Memesan semangkuk mi, Jenny duduk di pinggir jalan yang ramai sambil menikmati minuman dingin. Tubuh dan pikirannya akhirnya merasa santai.Ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk di aplikasi WhatsApp yang hanya berisi sedikit kontak. Saat membukanya, dia melihat dua pesan dari Pak Toni."Adik, kalau mau bercerai, kenapa nggak bilang identitasmu dulu ke aku? Aduh, urusan ini jadi rumit. Aku nggak kasih kontakmu ke Yogi, dia sampai marah-mar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 12

    Setelah tahu bahwa Jenny tanpa sengaja menemukan album foto itu, Yogi tidak bisa tidur sepanjang malam.Sepanjang malam, pikirannya terus memutar kembali semua kejadian yang telah terjadi selama bertahun-tahun ini.Jika sepuluh tahun pertama hidupnya dihabiskan untuk mengejar Melina, maka tiga tahun setelah dia menikah adalah waktunya belajar melepaskan perasaannya terhadap wanita itu.Sejak saat Melina menikah, Yogi memutuskan hanya akan menganggapnya sebagai adik.Sementara itu, terhadap Jenny, yang selalu mengejarnya, Yogi awalnya hanya menganggapnya sebagai teman.Mungkin karena mereka memiliki rasa sakit yang sama, yaitu mencintai tanpa bisa memiliki, Yogi selalu merasa bersalah padanya.Rasa bersalah itu terus membebani Yogi selama bertahun-tahun, hingga akhirnya mereka bertemu lagi tiga tahun lalu.Pada pandangan pertama saat bertemu lagi, dia tahu, Jenny belum bisa melupakannya.Maka, dalam waktu yang cukup lama setelah keluarganya mendesaknya untuk menikah, Yogi terus memikirk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 13

    Pada hari ketiga setelah Jenny pergi, Yogi mencoba segala cara, tetapi tetap tidak dapat menghubunginya.Waktu terus berlalu, dan rasa panik di hatinya makin kuat.Dalam beberapa hari terakhir, Melina telah mencarinya berkali-kali, tetapi Yogi menolak semuanya.Jadi, ketika Melina datang dan melihat penampilan Yogi yang begitu lusuh, dia terkejut bukan main, tatapannya penuh kekhawatiran."Kak Yogi, ada apa ini?"Saat ini, melihat Melina berdiri di hadapannya, emosi di hati Yogi menjadi sangat rumit.Dia sudah mengubah perasaannya kepada Melina menjadi sekadar hubungan kekeluargaan, tetapi belum menemukan waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.Namun, setelah Jenny pergi karena salah paham mengenai hubungan mereka, Yogi tidak bisa menunda lebih lama lagi. Dia harus mencari waktu untuk menjelaskan semuanya."Melina, belakangan ini aku sedang berusaha menghubungi Jenny.""Kak Jenny? Ada apa dengannya?"Melihat wajah tegang Melina, Yogi merasa makin malu."Dia menghilang. Aku nggak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 14

    Pada hari ketujuh setelah kepergian Jenny, Yogi hampir mencapai batasnya.Saat dihadapkan pada jurang tanpa jalan mundur, dia justru menjadi lebih sadar.Meskipun masa tenggang untuk perceraian sudah berakhir, prosedurnya belum selesai.Baik untuk mengurus sertifikat perceraian maupun mengajukan gugatan cerai, Jenny tetap harus kembali.Setelah menyadari hal ini, Yogi yang terpuruk mulai bangkit kembali.Dia mengajukan penghentian cuti dan kembali ke firma hukum, lalu hal pertama yang dia lakukan adalah menemui Pak Toni.Selama beberapa hari ini, Pak Toni telah meneruskan banyak pesan dari Yogi, dan saat melihat kondisi Yogi yang tampak kurus dan lelah, dia merasa iba.Dia baru akan menghiburnya, Yogi malah lebih dulu berbicara dengan nada yang sudah kembali tenang."Pak Toni, tolong beri tahu dia bahwa aku setuju bercerai. Suruh dia kembali untuk mengurus sertifikat perceraian."Mendengar ini, Pak Toni nyaris menyemburkan teh yang sedang diminumnya."Langsung setuju begitu saja? Nggak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 15

    Setelah mendengar dari Pak Toni bahwa Jenny kembali ke Lintangjaya, Yogi langsung berusaha mengatur pertemuan dengannya, tetapi ditolak mentah-mentah.Yogi merasa agak kecewa, tetapi tidak punya pilihan lain selain menunggu dengan sabar sampai Jenny datang mencarinya.Selama itu, Yogi membaca ulang surat perjanjian cerai dan kesepakatan pembagian harta berkali-kali dengan cermat, sambil membandingkannya dengan penataan interior rumah lama untuk membeli banyak barang.Dengan harapan tipis bahwa Jenny akan memaafkannya, dia mencoba mengembalikan penataan interior rumah ke kondisi semula, berharap segalanya bisa kembali normal.Hari demi hari berlalu, dan pada akhir September, Yogi akhirnya menerima telepon dari Pak Toni.Jenny mengajaknya bertemu.Namun, lokasinya di depan kantor catatan sipil.Harapan Yogi yang besar seketika sirna.Meski begitu, dia tetap datang, tanpa membawa apa pun.Melihat Yogi datang dengan tangan kosong, Jenny langsung tahu bahwa persetujuan cerai hanyalah keboho

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 16

    Tepat di perempatan lampu merah, Yogi menghentikan mobilnya dan menatap Jenny dengan tatapan dalam."Bukan karena nggak puas. Kalau kamu benar-benar mau bercerai, aku bahkan rela keluar tanpa membawa apa pun. Aku juga nggak bermaksud mengancammu, aku cuma merasa masih ada banyak hal yang belum aku pahami. Aku nggak rela."Mendengar kata "nggak rela" keluar dari mulut Yogi, ekspresi terkejut sekilas muncul di wajah Jenny."Apa yang nggak rela? Nggak rela karena diceraikan tanpa pemberitahuan? Atau nggak rela karena aku yang lebih dulu mengajukan cerai?""Bukan itu, Jenny."Melihat ekspresi bingung di wajahnya, Yogi tersenyum pahit. Suaranya rendah dan mengandung rasa sesal yang sulit dijelaskan."Aku nggak rela disalahpahami olehmu. Aku nggak rela kamu nggak kasih aku satu pun kesempatan. Aku nggak rela harus memutus hubungan denganmu sepenuhnya."Kali ini, giliran Jenny yang terdiam.Dia tidak benar-benar mengerti maksud dari perkataan Yogi.Bukannya dia sudah menyukai Melina selama be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 17

    Jenny tidak mempercayainya.Bagi Yogi, itu adalah pukulan yang sangat berat.Namun, dia juga tahu bahwa dengan tangannya sendiri, dialah yang mengikis habis kepercayaan yang dimiliki Jenny terhadapnya. Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.Hasil ini, sebenarnya sudah berkali-kali dia bayangkan dalam hatinya, dan masih berada dalam batas yang bisa dia terima.Dia menarik napas dalam-dalam, suaranya justru makin tegas."Akan kubuktikan kalau apa yang kukatakan itu benar, Jenny. Bisakah kamu kasih aku satu kesempatan lagi?"Mobil telah masuk ke area parkir bawah tanah dan berhenti. Jenny membuka sabuk pengaman, lalu pintu mobil. Suaranya terdengar seperti sudah bosan mendengar Yogi."Berikan sertifikat cerai itu padaku. Setelah itu, terserah kamu mau membuktikan apa pun."Setelah berkata begitu, Jenny tidak memedulikan reaksi Yogi dan langsung berjalan menuju lift.Pembicaraan yang berputar-putar itu akhirnya kembali lagi ke topik perceraian. Yogi kini benar-benar sadar bahwa Jenny

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23

Bab terbaru

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 19

    Sudut bibir Jenny yang tersenyum berkedut beberapa kali.Sepertinya dia memang pernah mengatakan hal itu.Namun, dunia menjadi saksi, dia hanya mengatakannya untuk memaksa Yogi segera bercerai. Dia tidak pernah berniat untuk berbicara lebih dalam dengan pria ini.Siapa yang mau berbicara canggung dengan mantan suami setelah mendapat akta cerai!Bukannya orang biasanya merayakan lembaran baru dengan teman baik, sambil minum bersama?Meski Jenny selalu menepati janjinya, tetapi pada saat yang indah ini, dia tidak ingin mengganggu suasana hatinya sendiri. Dia pun mencari alasan."Aku memang bilang begitu tadi. Tapi, aku nggak bilang harus bicara sekarang, 'kan? Lain kali saja, tunggu aku ada waktu."Yogi tidak melepaskan tangannya."Setelah kejadian terakhir waktu kamu menipu aku untuk menandatangani perjanjian cerai dan tiba-tiba menghilang, sangat sulit bagiku untuk mempercayai kata-katamu. Kamu bahkan mengganti semua kontak. Kalau setelah ini kamu pergi lagi, aku harus cari kamu ke man

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 18

    Hanya butuh sepuluh menit, Jenny sudah mencocokkan informasi yang dikumpulkan dan menemukan semua dokumen yang diperlukan.Setelah memeriksa dengan saksama, dia membawa amplop dokumen keluar dan melihat Yogi yang tergeletak di ambang pintu, membuatnya menyipitkan mata.Apa lagi yang dia lakukan sekarang?Jangan-jangan mau pura-pura sakit untuk menunda tanggal perceraian?Saat berjalan mendekatinya, Jenny merasa sangat waspada, suaranya penuh keraguan."Kamu nggak enak badan?"Kalimat itu bukan menunjukkan perhatian, melainkan sebuah pertanyaan penuh kecurigaan.Yogi tentu bisa membedakannya.Dia menggelengkan kepala, menopang diri di pintu untuk berdiri, lalu memaksakan senyuman tipis."Nggak apa-apa, ayo pergi."Melihat Yogi membuka pintu, Jenny akhirnya perlahan menurunkan kewaspadaannya dan mengikutinya.Dalam perjalanan kembali ke kantor catatan sipil, keduanya tidak berbicara lagi.Jenny terus melihat jam tangannya, memperkirakan waktu. Untuk mengejar waktu, begitu turun dari mobi

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 17

    Jenny tidak mempercayainya.Bagi Yogi, itu adalah pukulan yang sangat berat.Namun, dia juga tahu bahwa dengan tangannya sendiri, dialah yang mengikis habis kepercayaan yang dimiliki Jenny terhadapnya. Dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.Hasil ini, sebenarnya sudah berkali-kali dia bayangkan dalam hatinya, dan masih berada dalam batas yang bisa dia terima.Dia menarik napas dalam-dalam, suaranya justru makin tegas."Akan kubuktikan kalau apa yang kukatakan itu benar, Jenny. Bisakah kamu kasih aku satu kesempatan lagi?"Mobil telah masuk ke area parkir bawah tanah dan berhenti. Jenny membuka sabuk pengaman, lalu pintu mobil. Suaranya terdengar seperti sudah bosan mendengar Yogi."Berikan sertifikat cerai itu padaku. Setelah itu, terserah kamu mau membuktikan apa pun."Setelah berkata begitu, Jenny tidak memedulikan reaksi Yogi dan langsung berjalan menuju lift.Pembicaraan yang berputar-putar itu akhirnya kembali lagi ke topik perceraian. Yogi kini benar-benar sadar bahwa Jenny

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 16

    Tepat di perempatan lampu merah, Yogi menghentikan mobilnya dan menatap Jenny dengan tatapan dalam."Bukan karena nggak puas. Kalau kamu benar-benar mau bercerai, aku bahkan rela keluar tanpa membawa apa pun. Aku juga nggak bermaksud mengancammu, aku cuma merasa masih ada banyak hal yang belum aku pahami. Aku nggak rela."Mendengar kata "nggak rela" keluar dari mulut Yogi, ekspresi terkejut sekilas muncul di wajah Jenny."Apa yang nggak rela? Nggak rela karena diceraikan tanpa pemberitahuan? Atau nggak rela karena aku yang lebih dulu mengajukan cerai?""Bukan itu, Jenny."Melihat ekspresi bingung di wajahnya, Yogi tersenyum pahit. Suaranya rendah dan mengandung rasa sesal yang sulit dijelaskan."Aku nggak rela disalahpahami olehmu. Aku nggak rela kamu nggak kasih aku satu pun kesempatan. Aku nggak rela harus memutus hubungan denganmu sepenuhnya."Kali ini, giliran Jenny yang terdiam.Dia tidak benar-benar mengerti maksud dari perkataan Yogi.Bukannya dia sudah menyukai Melina selama be

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 15

    Setelah mendengar dari Pak Toni bahwa Jenny kembali ke Lintangjaya, Yogi langsung berusaha mengatur pertemuan dengannya, tetapi ditolak mentah-mentah.Yogi merasa agak kecewa, tetapi tidak punya pilihan lain selain menunggu dengan sabar sampai Jenny datang mencarinya.Selama itu, Yogi membaca ulang surat perjanjian cerai dan kesepakatan pembagian harta berkali-kali dengan cermat, sambil membandingkannya dengan penataan interior rumah lama untuk membeli banyak barang.Dengan harapan tipis bahwa Jenny akan memaafkannya, dia mencoba mengembalikan penataan interior rumah ke kondisi semula, berharap segalanya bisa kembali normal.Hari demi hari berlalu, dan pada akhir September, Yogi akhirnya menerima telepon dari Pak Toni.Jenny mengajaknya bertemu.Namun, lokasinya di depan kantor catatan sipil.Harapan Yogi yang besar seketika sirna.Meski begitu, dia tetap datang, tanpa membawa apa pun.Melihat Yogi datang dengan tangan kosong, Jenny langsung tahu bahwa persetujuan cerai hanyalah keboho

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 14

    Pada hari ketujuh setelah kepergian Jenny, Yogi hampir mencapai batasnya.Saat dihadapkan pada jurang tanpa jalan mundur, dia justru menjadi lebih sadar.Meskipun masa tenggang untuk perceraian sudah berakhir, prosedurnya belum selesai.Baik untuk mengurus sertifikat perceraian maupun mengajukan gugatan cerai, Jenny tetap harus kembali.Setelah menyadari hal ini, Yogi yang terpuruk mulai bangkit kembali.Dia mengajukan penghentian cuti dan kembali ke firma hukum, lalu hal pertama yang dia lakukan adalah menemui Pak Toni.Selama beberapa hari ini, Pak Toni telah meneruskan banyak pesan dari Yogi, dan saat melihat kondisi Yogi yang tampak kurus dan lelah, dia merasa iba.Dia baru akan menghiburnya, Yogi malah lebih dulu berbicara dengan nada yang sudah kembali tenang."Pak Toni, tolong beri tahu dia bahwa aku setuju bercerai. Suruh dia kembali untuk mengurus sertifikat perceraian."Mendengar ini, Pak Toni nyaris menyemburkan teh yang sedang diminumnya."Langsung setuju begitu saja? Nggak

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 13

    Pada hari ketiga setelah Jenny pergi, Yogi mencoba segala cara, tetapi tetap tidak dapat menghubunginya.Waktu terus berlalu, dan rasa panik di hatinya makin kuat.Dalam beberapa hari terakhir, Melina telah mencarinya berkali-kali, tetapi Yogi menolak semuanya.Jadi, ketika Melina datang dan melihat penampilan Yogi yang begitu lusuh, dia terkejut bukan main, tatapannya penuh kekhawatiran."Kak Yogi, ada apa ini?"Saat ini, melihat Melina berdiri di hadapannya, emosi di hati Yogi menjadi sangat rumit.Dia sudah mengubah perasaannya kepada Melina menjadi sekadar hubungan kekeluargaan, tetapi belum menemukan waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.Namun, setelah Jenny pergi karena salah paham mengenai hubungan mereka, Yogi tidak bisa menunda lebih lama lagi. Dia harus mencari waktu untuk menjelaskan semuanya."Melina, belakangan ini aku sedang berusaha menghubungi Jenny.""Kak Jenny? Ada apa dengannya?"Melihat wajah tegang Melina, Yogi merasa makin malu."Dia menghilang. Aku nggak bisa

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 12

    Setelah tahu bahwa Jenny tanpa sengaja menemukan album foto itu, Yogi tidak bisa tidur sepanjang malam.Sepanjang malam, pikirannya terus memutar kembali semua kejadian yang telah terjadi selama bertahun-tahun ini.Jika sepuluh tahun pertama hidupnya dihabiskan untuk mengejar Melina, maka tiga tahun setelah dia menikah adalah waktunya belajar melepaskan perasaannya terhadap wanita itu.Sejak saat Melina menikah, Yogi memutuskan hanya akan menganggapnya sebagai adik.Sementara itu, terhadap Jenny, yang selalu mengejarnya, Yogi awalnya hanya menganggapnya sebagai teman.Mungkin karena mereka memiliki rasa sakit yang sama, yaitu mencintai tanpa bisa memiliki, Yogi selalu merasa bersalah padanya.Rasa bersalah itu terus membebani Yogi selama bertahun-tahun, hingga akhirnya mereka bertemu lagi tiga tahun lalu.Pada pandangan pertama saat bertemu lagi, dia tahu, Jenny belum bisa melupakannya.Maka, dalam waktu yang cukup lama setelah keluarganya mendesaknya untuk menikah, Yogi terus memikirk

  • Pergilah, Temukan Dia   Bab 11

    Setelah meninggalkan Lintangjaya, Jenny pergi ke stasiun kereta, menunjuk asal saja ke satu tempat, lalu membeli tiket kereta cepat, memulai perjalanan pertamanya setelah bercerai.Dalam sehari, dari utara ke selatan, suhu perlahan naik, dan udara menjadi makin lembap.Membawa koper kecil, dia tiba di sebuah kota yang sepenuhnya asing baginya, Nagapuri.Berbeda dari kehidupan Lintangjaya yang serba cepat, segalanya di kota kecil ini terasa lebih lambat. Setelah menitipkan barang bawaannya di penginapan, dia memulai perjalanan tanpa tujuan yang jelas.Memesan semangkuk mi, Jenny duduk di pinggir jalan yang ramai sambil menikmati minuman dingin. Tubuh dan pikirannya akhirnya merasa santai.Ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk di aplikasi WhatsApp yang hanya berisi sedikit kontak. Saat membukanya, dia melihat dua pesan dari Pak Toni."Adik, kalau mau bercerai, kenapa nggak bilang identitasmu dulu ke aku? Aduh, urusan ini jadi rumit. Aku nggak kasih kontakmu ke Yogi, dia sampai marah-mar

DMCA.com Protection Status