"Tante," sapa Rania pada tamunya, ia tidak menyangka jika yang datang adalah ibu Andra."Iya, ini tante. Boleh masuk?" tanya ibu Andra."Silahkan.""Ada perlu dengan mbak Risa atau ibu?" Karena Rania tidak merasa ada urusan lagi dengan ibu Andra dan Sinta itu."Tante mau ketemu kamu," jawabnya."Ada apa?" Rania tidak menyangka ibu Andra mencari dirinya."Kenapa waktu itu kamu nggak bilang kalau kamu hamil anak Andra? Kenapa kamu diam dan pergi begitu saja?" Suara ibu Andra terdengar serak menahan tangis."Kenapa tante membahas ini? Kejadian itu sudah lewat dan saya sudah melupakannya," jelas Rania. Entah apa motif wanita di depannya membahas hal yang telah lalu, apa ini ada hubungannya dengan Andra? Atau Sinta?"Tante mau minta maaf karena ulah anak tante kamu jadi hidup susah. Tante nggak nyangka kalau Andra tega melakukan itu sama kamu, selama itu yang tante tau Andra pacaran sama Sania dan mereka berencana menikah setelah wisuda. Andai tante tau kalau kamu pacaran dan hamil anak An
Rania mengangguk, ia memanggil Revan untuk mendekat."Ada apa Bun?" tanya Revan saat sudah di depan ibunya."Salim sama nenek, sayang," pinta Rania.Revan menurut, ia lalu meraih uluran tangan ibu Revan lalu menciumnya. Tidak sengaja ibu Revan meneteskan air mata karena haru."Revan mau masuk dulu, haus."Rania mengangguk, Revan masuk ke dalam rumah. Ibu Andra mengikuti kepergian Revan dengan pandangannya hingga Revan tidak terlihat."Saya tidak bisa mengatakan siapa tante untuk saat ini, butuh waktu untuk menjelaskan pada Revan. Ia masih remaja labil yang belum mengerti rumitnya kehidupan orang dewasa," jelas Rania."Namanya Revan?" Raut kecewa dari ibu Andra kini berganti dengan senyum bahagia."Iya. Revan Atthala.""Semoga dia menjadi anak yang berbakti sama kamu dan bisa jagain kamu." Doa tulus diucapkan ibu Andra. Ia begitu menyayangi Rania, begitu mendengar Andra akan menikahi Rania ia sungguh bahagia. Tapi setelah mendengar kenyataan dari Rania, ia memilih mundur karena begitu
"Sinta jatuh dari lantai dua rumahnya, dia didorong oleh istri sah suaminya," jelas Damar."Maksudnya gimana?""Sinta itu istri ke dua dari suaminya, mereka menikah secara siri. Suami Sinta adalah seseorang yang membantu Andra, mereka baru menikah dua tahun lalu. Istri pertamanya tidak tau kalau mereka menikah, saat ini Sinta tengah mengandung empat bulan. Baru kemarin ngadain acara tasyakuran. "Pagi itu istri sah dari Andi, suami Sinta mengikuti suaminya karena sudah mulai curiga. Ia tidak menyangka kalau ada acara di rumah yang dikunjungi sang suami, setelah bertanya pada tetangga ternyata itu acara tasyakuran atas kehamilan Sinta. Ia menunggu hingga sang suami keluar bersama wanita dan mencium pipinya.Keesokan harinya istri sah Andi datang ke rumah Sinta untuk menanyakan hubungan Sinta dengan sang suami, Sinta mengaku kalau ia juga istri Andi. Istri sah Andi tidak terima, mereka bertengkar. Sinta hendak menghubungi Andi tapi ia di dorong oleh istri Andi lalu terjatuh dari lantai
"Iya," jawab Damar singkat."Kenapa? Bukankah aku sudah bilang kalau aku akan nikahin Rania. Kenapa kamu malah melamarnya?""Andra, jaga bicaramu! Istrimu ada di sampingmu, bagaimana bisa kamu berbicara seperti itu?" Bentak ayah Andra pada sang anak."Aku cinta sama Rania dan aku sudah membahas ini sama Sania, dia setuju kalau aku nikahin Rania. Tapi kenapa Damar malah melamarnya," ucap Andra."Sudah diam. Jangan bikin malu kamu!"Setelah mendapat bentakan yang kedua akhirnya Andra memilih untuk diam."Mau makan apa tante?" tanya Rania pada ibu Andra."Tante nggak pengen makan apa-apa," jawab ibu Andra."Tapi tante harus makan, Rania pesenin soto ya," tawar Rania. Ibu Andra mengangguk pasrah.Akhirnya Rania menyuapi ibu Andra dengan soto ayam yang ia pesan, ibu Andra dengan dipaksa Rania akhirnya bisa menghabiskan satu mangkuk soto ayam."Kamu mau masuk?" tanya ayah Andra setelah Rania tiba dari kantin bersama istrinya."Boleh?" tanya Rania."Boleh, silahkan kalau kamu mau masuk," uca
"Enak ya kamu, nggak jadi nikah sama Andra malah deketin sepupunya," ujar wanita cantik yang menghampiri Rania."Apa salahnya? Kami sama-sama sendiri." Rania menatap lekat manik wanita di depannya."Apakah semudah itu kamu berpaling? Atau ini hanya trik untuk menyingkirkanku?""Apa untungnya aku menyingkirkanmu? Aku tidak perlu repot mengurusi hidup orang lain, selama aku dan Damar sama-sama mau masalahnya di mana?" Rania masih tenang menjawab semua nada sinis dari ucapan Sania."Baru beberapa hari lalu suamiku mengancam akan menceraikanku kalau aku nggak ngizinin kamu nikah sama dia, sekarang kamu malah mau nikah sama Damar. Mudah sekali kamu berpaling? Atau memang kamu segampangan itu?" ucap Sania mengejek."Kalau aku gampangan, sudah dari dulu aku terima Damar. Atau bahkan dari dulu aku maksa suami kamu buat nikahin aku, tapi aku masih punya perasaan. Aku nggak berminat buat merebut suami orang. Lagian suami macam Andra nggak pernah terbayang di pikiranku, bahkan aku akan memilih t
Andra luruh. Tubuhnya seperti tidak bertenaga. Pikirannya melalang buana entah ke mana. Dengan cukup keras dia menjambak rambutnya sendiri.Beruntung kedua anak mereka sekarang sedang berada di rumah orang tua Sania, kalau tidak mereka pasti menangis karena mendengar dua orang tuanya bertengkar.Sania dan Andra dianugerahi dua anak yang spesial. Anak pertama mereka berusia tiga belas tahun, tapi tidak bertumbuh seperti remaja seusianya. Anak pertama mereka mengalami Autisme. Sementara anak kedua mereka yang berusia sembilan tahun mengalami kebocoran jantung hingga membuat tubuhnya menjadi sangat lemah. Selama ini Andra memang tidak begitu perhatian pada anak mereka. Andra sering menjauh tiap Sania meminta tolong untuk membantu mengurus anak. Awalnya Sania pikir itu karena Andra terlalu lelah, tapi ternyata tidak. Ada anak lain yang mengusik hidupnya."Dosa apa yang aku lakukan hingga Engkau menghukumku dengan cobaan yang begitu berat, Tuhan," ucap Sania cukup keras untuk didengar An
"Bagus nggak bu?" Rania tengah mencoba baju yang akan ia kenakan saat akad nanti.Kebaya warna putih dengan payet yang begitu indah membungkus tubuh ramping Rania, ibu Rania sampai menitikan air mata karena terharu. Anaknya terlihat begitu cantik memakai kebaya itu dan aura bahagia yang terpancar membuatnya juga ikut bahagia."Cantik banget. Pasti nanti Damar akan terkesima melihatmu saat akad.""Ibu terlalu berlebihan, karena aku anak ibu makanya ibu muji gitu," rajuk Rania.Ibu tertawa lalu meraih Rania yang mendekat padanya. "Ibu bangga kamu bisa melewati semua masa sulit, ibu yakin kamu pasti meraih bahagia.""Amin. Ibu doain Rania terus, Rania pengen bagi bahagia ini sama ibu dan mbak.""Kok pelukan nggak ngajak-ngajak," protes Risa. Ia baru datang Rima, anak perempuannya."Mbak datengnya lama banget," jawab Rania."Cantik banget sih, adeknya siapa ini?" goda Risa pada sang adik, ia terpana melihat adiknya yang begitu cantik."Kakaknya aja cantik banget, apalagi adeknya," ucap Ra
Damar menjabat tangan penghulu dengan getaran yang begitu terasa, jantungnya serasa akan lepas karena terlalu cepat memompa."... tunai."Damar menghentak tangan penghulu dengan keras. "Saya terima nikah dan kawinnya Rania Agista binti Nurrahman dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."Damar berhasil mengucapkan qabul dengan satu tarikan nafas, tangannya masih menjabat erat tangan penghulu."Bagaimana para saksi?" tanya penghulu."Sah!""Sah!" Teriak saksi dan para kerabat yang menyaksikan acara sakral itu."Alhamdulillahirrabbil'alamin." Setelah mengucap hamdallah, penghulu mengucap doa untuk pasangan pengantin baru.Kini semua menanti pengantin wanita yang belum muncul, Damar begitu menanti kehadiran istrinya.Dari dalam kamar, Rania berjalan dengan pelan. Kakinya bergetar, tangannya yang berada dalam genggaman sang kakak begitu dingin. Semua mata tertuju pada Rania saat ia sudah mendekati meja di mana suaminya berada.Damar sampai terbengong melihat bidadarinya. Rania begitu cant