Beranda / Romansa / Benih Tanpa Cinta / Ada Bayi Di Perut Soraya

Share

Benih Tanpa Cinta
Benih Tanpa Cinta
Penulis: Mia Futaba

Ada Bayi Di Perut Soraya

Penulis: Mia Futaba
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-05 19:40:23

‘Apakah petting bisa menyebabkan kehamilan?’

Soraya mengetik pertanyaan itu di mesin pencari G****e. Sedetik kemudian, layar menampilkan hasil pencariannya. Matanya melotot dan tubuhnya tiba-tiba lemas saat membaca tulisan di mesin pencari.

Soraya gemetar, memandangi testpack di tangannya. Dua garis tergambar jelas di benda itu. Ia hamil, di usia 22 tahun, tepat setelah gadis itu mengajukan judul skripsi.

Gadis berkulit bersih itu merosot ke lantai kamar mandi. Kepalanya bertumpu di lutut, sementara tangannya sibuk meremas rambutnya yang panjang. Ia meracau pelan, mengutuk kebodohannya sendiri.

Bagaimana mungkin? Ia hanya melakukan petting, itu pun cuma satu kali dua bulan lalu. Bagaimana bisa ia hamil? Soraya yakin ia masih perawan. Tidak, bisa jadi alat tes kehamilan itu salah. Mungkin saja alat itu kadaluwarsa. Bisa saja, kan? Tapi, penjelasan di G****e yang barusan ia baca membuatnya ragu. Penyangkalan demi penyangkalan terus memantul di otaknya, membuatnya galau setengah mati.

Guru biologinya dulu mengatakan kalau kehamilan bisa terjadi karena sperma bertemu dengan sel telur lalu terjadilah pembuahan. Soraya pikir, hal itu hanya bisa terjadi kalau ada penetrasi. Sedangkan yang ia dan pacarnya lakukan hanya ... saling menempel? Gurunya tidak pernah menjelaskan bahwa sperma ternyata bisa berenang melewati selaput dara tanpa merusaknya.

Kepala Soraya hampir meledak karena terlalu banyak pertanyaan yang berjejalan di dalam sana. Ia masih tidak percaya dengan hasil tes di tangannya. Namun, ia lebih bingung dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Setelah ini apa? Bagaimana kelanjutan kuliahnya? Mimpi-mimpinya? Bagaimana kalau orang lain tahu? Dan yang paling menakutkan, bagaimana cara menjelaskan pada orang tuanya akan hal ini?

Soraya telah merasakan keanehan pada tubuhnya sejak sebulan lalu. Ia merasa lebih mudah lelah dari pada biasanya. Perutnya selalu terasa kembung. Ia kadang-kadang mual, tapi tidak terlalu parah. Ia sempat curiga kalau ia hamil. Namun, hal itu terpatahkan. Soraya mendapatkan haid, meskipun lebih sedikit dan berlangsung hanya dua hari. Hingga kemudian, rasa mualnya semakin meningkat, apalagi jika ia mencium aroma nasi matang atau bumbu yang sedang ditumis. Ia bahkan tidak mau lagi mencium aroma bakso yang jadi makanan favoritnya sejak lama.

Pagi ini, Soraya memberanikan diri untuk memperjelas kekhawatirannya. Ia telah membeli testpack kemarin, sepulang kuliah. Ia menutupi wajahnya dengan masker dan memakai hoodie supaya tidak ada yang mengenalinya. Soraya tidak mau mengambil risiko dikenali oleh orang lain dan membuat orang itu berspekulasi. Walaupun tentu saja, gadis belia membeli testpack sebenarnya tidak terlalu aneh. Tatapan mata kasir minimarket juga mengatakan persepsinya tentang Soraya. Gadis muda yang nakal, itulah yang tersirat di sorot mata si kasir ketika melihat benda yang dibeli Soraya.

Soraya bangkit dan mengusap air mata di wajahnya. Dengan hati-hati, ia membungkus testpack menggunakan tisu dan mengantunginya. Sekarang bukan waktunya menangis. Ia bertekad mencari solusi untuk masalahnya secepat mungkin. Ia tahu benar ke mana ia harus pergi.

“Sora! Lama banget mandinya? Ayo cepat sarapan!” Teriakan Tanti, ibu Soraya, mengejutkan Soraya yang setengah melamun. Gadis itu bergegas ke kamar, mengganti baju, lalu bergabung dengan orang tuanya di meja makan.

“Hari ini sampai sore?” tanya ayah Soraya, Dedi, yang sudah sibuk menyendok nasi.

“Nggak tahu, Yah. Kayaknya , iya."

Soraya menelan ludah. Nasi yang mengepul itu kelihatan menggiurkan. Begitu pun sayur nangka dan peyek udang di meja. Ia sangat lapar. Nafsu makannya turun drastis beberapa hari terakhir. Ia hampir tidak makan dengan porsi yang normal. Namun, perpaduan aroma nasi dan sayur itu mengaduk-aduk perut Soraya. Gadis itu berusaha tenang dan tetap duduk di meja makan. Ia mengisi piringnya dengan tiga sendok makan nasi dan sesendok sayur. Soraya tak berani mengambil peyek karena takut tidak bisa menahan mual, padahal peyek udang adalah salah satu makanan favoritnya. Ia berusaha menelan makanannya sambil menjaga ekspresi wajah sewajar mungkin.

“Dikit banget makannya? Nggak usah diet-diet kayak artis Korea itu, lho! Kamu itu udah kurus, nggak perlu diet lagi. Sini, tambahin nasi sama sayurnya!” ucap ibunya yang dengan sigap menambahkan nasi ke piring Soraya.

Keringat mengalir di pelipis Soraya. Uap nasi di depan hidungnya seperti api yang membakar petasan, menciptakan ledakan di dada serta lambungnya. Ia bergegas berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

“Kamu kenapa, Nak? Masuk angin, ya?” Ibu Soraya mengikuti putrinya setelah mendengar suara muntah Soraya. Tanti memijit pelan tengkuk dan mengusap punggung anak gadisnya. “Nggak usah berangkat dulu, Ra! Istirahat aja!"

Soraya hanya mengangguk. Ia punya banyak rencana hari ini, tapi tubuhnya tak mau diajak kerja sama. Ia sama sekali tidak punya tenaga, seolah-olah tulangnya berubah jadi lunak. Ia hanya ingin merebahkan diri di kasur. Tidur seharian terdengar menyenangkan.

“Mau ke dokter, Ra?” tanya ayah Soraya yang berdiri di dekat pintu kamar mandi dengan wajah cemas. “Ayo, Ayah anterin!” Kali ini tangan Dedi menggapai tubuh Soraya dan menuntunnya menuju kamar Soraya.

Soraya menggeleng pelan. “Nggak, Yah. Aku pengin tidur aja. Nanti juga sembuh,” tolak Soraya. Pergi ke dokter berarti membuka rahasianya saat ini juga. Tidak, ia belum siap menghadapi kemarahan orang tuanya.

Dedi menghela napas. “Kalau kamu merasa nggak kuat, bilang ibu atau ayah. Jangan ditahan!”

Soraya kembali mengangguk. Ia sudah berbaring di tempat tidurnya dan langsung meringkuk mendekap gulingnya erat. Ayahnya menutupi tubuh Soraya dengan selimut sebelum menutup pintu, bersiap berangkat kerja.

Tak lama, pintu kembali terbuka. Tanti masuk membawa segelas teh panas dan botol minyak kayu putih di tangan yang lain.

“Minum tehnya dulu! Mumpung masih panas.”

Soraya menurut. Ia duduk dan meneguk teh sedikit.

“Sini, ibu balurin minyak kayu putih! Biar anget badannya,” kata Tanti sambil membuka selimut.

Soraya pasrah saja. Ia benar-benar lemas. Sentuhan tangan ibunya membuatnya nyaman dan semakin mengantuk. Tak butuh waktu lama, ia pun tertidur.

Sikap orang tua Soraya memang sedikit berlebihan. Semenjak Wiliam, adik Soraya meninggal beberapa tahun lalu, perlakuan orang tuanya jadi semakin protektif. Kadang Soraya merasa seperti anak kecil yang selalu diatur dan diperhatikan, seolah dirinya adalah balita. Meski kadang Soraya muak dengan perlakuan orang tuanya, ia tetap bersyukur keluarganya kembali hangat, tidak seperti dulu, sebelum Wiliam divonis kanker paru-paru lalu meninggal.

Beberapa puluh menit kemudian, Soraya terbangun karena dering ponselnya. Ia melenguh, kepalanya pusing. Matanya menyipit demi melihat siapa yang meneleponnya. Frezia, atau yang sering dipanggil Zia, adalah salah satu sahabatnya di kampus.

“Lo nggak masuk, Ra? Kenapa?” todong Zia begitu Soraya mengangkat panggilan telepon.

“Gue sakit, Zi. Pusing banget, nih!”

“Yaah, meriang kali? Gue bete nggak ada lo. Ngobrol sama si Stela bikin darah tinggi. Lemot banget dia! Masa, ya, gue ngomongin Ferdi yang anak teknik, eh, si Stela ngiranya gue ngomongin Ferdi Sambo yang ada di berita itu. Kebangetan emang tuh bocah, keseringan ngemil Roiko!”

Soraya tertawa pelan. Duo Zia-Stela adalah sahabat paling seru yang pernah ia punya. Sewaktu ia di Bandung, ia juga punya beberapa teman dekat. Namun, kekonyolan Zia dan Stela benar-benar mencerahkan harinya setelah ia pindah ke Jakarta.

“Lo sakit apa, sih? Gue sama Stela kesitu, ya? Boleh, nggak?” Seperti biasa, Zia lebih sering menggabungkan beberapa pertanyaan dari pada bertanya satu demi satu. Cara bicaranya juga cepat sekali. Hal ini yang bikin Stela ketinggalan kalau sedang ngobrol dengan Zia. Maklum, Stela berasal dari Jawa Tengah, dan masih ada kekerabatan dengan keraton Solo sehingga pembawaannya serba halus. Ya ngomongnya, jalannya, gerakannya, semua serba slow motion.

“Emm, gue nggak apa-apa, kok, Zi. Cuma masuk angin aja. Besok aja kita ketemu di kampus. Oke?”

Terdengar suara dengusan napas Zia. “Ya udah, deh! See you tomorrow, Ra .... Cepet sembuh, ya!” Panggilan pun dimatikan.

Soraya mencoba kembali tidur. Pelipisnya masih berdenyut nyeri. Matanya terasa berat, begitu pula tubuhnya. Namun, bayangan tentang kehamilannya menghantui setiap menit sejak ia terjaga. Soraya mengusap perutnya yang masih rata. Benarkah ada bayi di perutnya?

Bab terkait

  • Benih Tanpa Cinta   Pertemuan Sora dan Dias

    Ponsel Soraya kembali berdenting. Kali ini, sebuah pesan WhatsApp masuk. Dari Dias, cowok yang menjadi sumber utama masalahnya sekaligus pacarnya.[Kamu bolos, Yang?]Bolos mungkin bukan kata yang tepat untuk Soraya. Ia adalah gadis yang rajin dan tak pernah neko-neko di mata para dosen dan teman-temannya. Hanya saja, Dias lebih suka memakai kata bolos untuk menyatakan seseorang yang absen. Padahal, bolos itu berarti tidak masuk tanpa izin. Sedangkan, Soraya tentu saja sudah meminta izin.[Aku sakit, jadi nggak masuk dulu.]Soraya menimbang-nimbang apakah ia harus memberitahu Dias tentang apa yang sebenarnya terjadi sekarang? Namun detik berikutnya, ia merasa bahwa hal seperti itu tidak bisa dibicarakan lewat chat. Akan lebih baik kalau mereka bertemu dan bicara berdua. Toh dia belum sepenuhnya percaya kalau di perutnya sekarang ada janin betulan.[Aku pengin ketemu, Yang. Kangen.]Soraya tersenyum tipis membaca balasan Dias yang secepat kilat. Dulu, Soraya tak akan buang waktu untuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Benih Tanpa Cinta   Kedatangan Dias

    Soraya menyembunyikan kepanikannya karena Dias yang tiba-tiba saja datang ke rumah. Ia memang ingin bertemu dengan Dias, membahas masalah besar di antara mereka, tapi bukan di sini. Bukan di rumahnya, di saat ibunya duduk mengawasi.“Siang, Tante. Saya pengin jenguk Soraya. Katanya sakit ...,” sapa Dias sopan. Ia bahkan meletakkan seplastik jeruk di meja, bertingkah layaknya calon mantu yang ingin mengambil hati calon mertua.“Iya. Soraya agak demam, muntah-muntah juga. Masuk angin mungkin. Kamu nggak ke kampus?” jawab Tanti yang heran melihat Dias membawa tas punggung, tapi malah datang menemui Soraya.“Tadi udah ke kampus, kok, Tante. Cuma nggak ada kelas, jadi ke sini aja,” jawab Dias sambil nyengir lebar.Tanti mengangguk dan pamit ke dapur. Ia tidak merasa perlu khawatir meninggalkan putrinya berdua dengan laki-laki karena mereka berada di rumah. Pintu ruang tamu juga terbuka lebar. Putrinya masih dalam jangkauan.“Gimana? Udah mendingan?” Dias menggeser duduknya mendekati Soray

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Benih Tanpa Cinta   Memberitahu Dias

    Pagi ini Soraya menguatkan diri untuk berangkat kuliah. Orang tuanya bisa-bisa menyeretnya ke dokter kalau ia tidak pergi sekolah lagi. Ia ingin mengulur waktu selama yang ia bisa. Soraya merasa ia masih punya kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Semalam, ia mencari tahu di internet tentang bagaimana cara mengatasi mual di trimester pertama kehamilan. Maka, ia memilih untuk sarapan dengan roti tawar dan selai juga teh hangat ketimbang nasi dan kawan-kawannya. Soraya juga menolak sarapan di meja makan dengan alasan ingin menikmati keindahan bunga-bunga di taman depan rumahnya. Padahal ia tidak tahan dengan bau nasi goreng buatan ibunya.“Aku berangkat, ya, Bu!” pamit Soraya pada Tanti. Ia mengambil tangan ibunya dan menciumnya sebelum memasuki mobil sang ayah. Tanti mengikutinya dan bersandar di jendela mobil yang terbuka.“Kalau nanti kerasa nggak enak badan lagi, telpon ibu, ya? Nanti ibu jemput.”Soraya mengangguk singkat. “Beres, Bu!” Tangannya lincah memasang sabuk pengaman. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Benih Tanpa Cinta   Sanggahan

    SanggahanDias masih terdiam di sebelah Soraya. Matanya memandang jauh ke depan, wajahnya terlihat kalut. Tentu saja dia tidak menyangka akan mendapat berita se-mengejutkan ini. Sulit baginya untuk bisa memercayai perkataan Soraya. Apa gadis itu berbohong? Tapi buat apa? Dias mencoba mencari sebab yang bisa membuat pacarnya berkata seperti itu. Ulang tahunnya sudah terlewat, anniversary jadian mereka juga masih lama. Mana mungkin Soraya hanya iseng mengerjainya?Dias melirik Soraya yang kini tengah menangis hingga kulit di wajahnya merah padam. Ia baru menyadari kalau gadis itu jadi lebih kurus. Dias menatap lama perut Soraya yang masih rata. Ia benar-benar tidak yakin jika perbuatannya bersama Soraya membuahkan janin di sana. Tiba-tiba Dias beralih menatap mata Soraya dengan tatapan marah.“Aku nggak nyangka kamu yang kelihatan lugu ternyata munafik, Ra! Tega banget kamu mau manfaatin aku!”Soraya terkesiap akibat bentakan Dias. Ke mana laki-laki yang merayunya dengan kalimat semanis

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • Benih Tanpa Cinta   Pengakuan

    Pengakuan“Dokter sudah bilang tentang kehamilanmu, Ra. Kamu dehidrasi, makanya demam. Sedikit malnutrisi juga, tapi masih aman,” kata Dedi tenang. Meski dadanya terasa panas dan kepalanya berat, ia tidak mau menyakiti putri satu-satunya itu dengan kemarahan. Ia merasa harus introspeksi diri setelah apa yang menimpa keluarganya. Mengapa Tuhan menimpakan ujian berat bertubi-tubi lewat anak-anaknya. Apakah hal ini karena dosa masa lalunya? Atau ini semua merupakan ujian agar keluarganya jadi lebih baik lagi?Sorot mata Soraya memancarkan keterkejutan, lalu berganti sorot ketakutan. Dia tidak membayangkan kalau kondisinya akan terbongkar dengan cara seperti ini. Seingatnya, ia hanya tertidur karena sangat lelah. Tadinya, ia sempat memikirkan cara untuk memberitahu orang tuanya sebelum tidur. Sekarang, ia tidak perlu repot-repot lagi karena mereka sudah tahu.Tanti mengusap ujung matanya yang basah. Dari pada marah, kekecewaannya jauh lebih besar. Ia tak mengira jika putrinya yang penuru

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-28
  • Benih Tanpa Cinta   Dilema

    DilemaSetelah pembicaraan Soraya dan ayahnya semalam, gadis itu jadi gelisah. Ia hampir tidak tidur tadi malam. Sekarang, saat ayahnya berpamitan akan pergi ke rumah Dias, Soraya merasa dadanya seolah sedang diikat dengan tali tambang. Ia tidak bisa bernapas dengan baik.“Kamu tenang, ya. Kita pasrahkan saja semua sama Allah,” ucap Dedi sebelum berangkat. Tanti sebenarnya ingin ikut menemani sang suami, tapi Dedi menolak.“Kamu jaga Sora aja, Bu. Biar ayah sendiri yang ke sana.”Tanti menatapnya khawatir. Ia takut suaminya kelepasan emosi. Namun, melihat kesungguhan di mata Dedi, Tanti menyerah. Lagi pula, ia pikir Sora masih harus dijaga meskipun kelihatan sudah sehat. Anak perempuannya itu belum terlalu stabil kondisi mentalnya. Soraya masih sering melamun saat ditinggal sendirian.Soraya melepas kepergian ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia baru menyadari kalau sekarang ia tidak ingin Dias bertanggung jawab. Jika pacarnya itu akhirnya mau bertanggung jawab, itu artinya mereka har

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-30
  • Benih Tanpa Cinta   Salah Siapa

    Salah Siapa“Saya sudah memeriksakan Soraya ke dokter kandungan. Dokter itu berkata bahwa selaput dara Soraya masih utuh, dan dia benar hamil,” tandas Dedi tegas. Ia menatap Dias yang kini terlihat cemas. “Sebentar. Bagaimana bisa putri Bapak hamil dengan selaput dara yang masih utuh?” Rosa bertanya bingung. Ia merasa hal itu terlalu janggal. Perawan, tapi hamil? Apa itu yang dinamakan keajaiban?“Anda bisa bertanya dulu pada putra Anda tentang apa yang ia lakukan,” ucap Dedi tenang.Rosa beralih melihat putranya yang pucat dan gugup. Dahinya dipenuhi titik-titik keringat, sedang pandangannya fokus menekuri lantai.“Apa yang terjadi sebenarnya, Yas?”Dias melirik Dedi dan Rosa bergantian. Ingin rasanya ia kabur dari sana. Ia seperti narapidana yang sedang disidang karena tidak mau mengakui apa pun di depan mamanya. Namun, tatapan Dedi seolah mengancamnya.“Kami cuma ... petting, Ma.” Pengakuan akhirnya keluar dari mulut Dias. Ia malu setengah mati mengatakan kalimat itu. Apa mau dika

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Benih Tanpa Cinta   Tanggapan Ayah Dias

    Arif Rahman melajukan mobilnya memasuki pekarangan rumah setelah satpam membuka gerbang. Ia adalah Ayah Dias yang baru saja pulang dari dinas. Laki-laki 50 tahunan itu memarkirkan mobilnya dan berjalan masuk ke dalam rumahnya. Semalam istrinya menelepon dan menyuruhnya untuk segera pulang secepatnya setelah urusan pekerjaannya selesai. Dari nada suara istrinya, ia tahu ada sesuatu yang terjadi. Meskipun Rosa tidak mengatakan apa-apa, tapi ia bisa menangkap kecemasan dari kalimat-kalimat yang diucapkan Rosa.Memasuki kamarnya, Arif melihat istrinya sedang melamun di ranjang. Ia bahkan tidak terusik dengan kedatangan sang suami. Padahal, biasanya ia selalu menyambut Arif dengan senyuman.“Ada apa, Ma? Kok ngelamun?”Rosa yang sejak tadi terhanyut dalam pikirannya sendiri sedikit terkesiap. Ia benar-benar tidak menyadari kedatangan suaminya. Diulasnya senyuman manis. Ia tahu, laki-laki di depannya itu sangat menyayangi putranya. Rosa tidak boleh gegabah dalam menyampaikan kabar tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04

Bab terbaru

  • Benih Tanpa Cinta   Keresahan Bu RT

    Melepaskan cita-cita bukanlah sesuatu yang mudah bagi Soraya. Semua hal di hadapannya hanyalah bayangan samar. Masa-masa indah ketika kuliah serta berbagai rencana yang ia susun terasa bagai mimpi. Meski sulit, Soraya ingin mencoba berdamai dengan keadaannya saat ini. Bukan karena ia sudah ikhlas atau sudah memaafkan Dias, tapi karena ia tidak punya banyak pilihan. Soraya memblokir semua nomor teman-temannya, termasuk Zia dan Stella. Ia sudah berniat untuk melupakan segalanya dan memulai kehidupan baru tanpa harus dibayangi masa lalu. Ia sedikit merasa bersalah, karena pernah berjanji pada dua sahabatnya itu akan selalu menjaga silaturahmi.Keluarga Soraya pindah di suatu desa kecil di pinggiran Bandung. Tanti sengaja tidak memilih berdekatan dengan saudara-saudaranya di sana. Ia hanya ingin menjalani hidup dengan tenang dan bahagia. Meskipun hatinya masih sakit karena kehidupannya yang nyaman seolah dirampas paksa. Namun, Tanti bertekad untuk menjadi ibu yang tangguh untuk putrinya.

  • Benih Tanpa Cinta   Pindah

    Sepertinya , mereka ingin kita pindah.”Dedi memegang sebuah bata yang terbungkus kertas bertuliskan “Pezina kotor” di tangannya. Bata itu dilemparkan oleh seseorang jam 3 pagi, hingga membuat kaca jendela retak.Soraya memandang nanar pada bata di tangan ayahnya, kemudian menoleh ke jendela yang rusak. Entah bagaimana dia yakin jika ini adalah perbuatan ayah Dias. Setelah ayahnya menceritakan tentang pemecatannya yang di luar kewajaran, ia semakin yakin jika semua musibah yang menimpa mereka berhubungan dengan ayah Dias yang notabene adalah pejabat. Kuasa besar yang dimilikinya pasti ia manfaatkan dengan sangat baik. Soraya menjadi sangat marah karenanya.Tanti memeluk pundak Soraya dan mengusapnya halus. Ia pun memiliki pemikiran yang sama mengenai pelaku yang meneror mereka. Tanti hanya berusaha mendinginkan suasana. Ia tidak mau mengambil langkah yang keliru.“Kita kembali ke Bandung saja. Menurut ibu, kita bisa memulai hidup baru di sana. Gimana, Yah? Ayah bisa buka bisnis ayam p

  • Benih Tanpa Cinta   Tekad

    Dedi tidak tahu dosa apa yang pernah ia lakukan sehingga Tuhan menjatuhkan hukuman begini berat padanya. Di saat masa depan putrinya terancam suram, seolah belum cukup, ia juga resmi menjadi pengangguran. Karier yang dibangun selama puluhan tahun sirna dalam sekejap mata. Dedi sungguh tak mengerti dengan pemecatannya yang tiba-tiba. Selama ini ia telah bekerja dengan sangat baik. Meski statusnya hanyalah staf biasa, tetapi ia sering mendapatkan pujian karena kerja keras dan kedisiplinannya selama ini. Lantas kenapa? Apa yang salah?Tanpa ia sadari, mobil telah memasuki halaman rumahnya. Untunglah Dedi tidak mengalami kecelakaan walaupun ia menyetir setengah sadar. Bukan karena mengantuk atau mabuk, tapi karena Dedi menyetir sambil melamun. Ia menarik tuas rem sehingga mobil berhenti sepenuhnya. Ia sama sekali tak berniat untuk keluar dari mobil karena terlalu sibuk dengan pikirannya yang kacau balau.Cukup lama Dedi berdiam di dalam mobil dengan mesin masih menyala. Hal itu membuat Ta

  • Benih Tanpa Cinta   Keputusan Yang Tidak Adil

    Amerika, Pa?” tanya Dias tak percaya.“Ya. Tinggallah dengan kakakmu di sana. Belajar dengan benar dan jangan buat masalah lagi. Urusanmu di sini biar Papa yang selesaikan.”“Tapi, Pa ...,” protes Rosa tak setuju.“Sudahlah, Ma! Biar Papa yang atur,” sergah Arif dengan tatapan tajam. Ia sama sekali tidak ingin dibantah.Rosa jadi diam termenung, memikirkan janjinya pada ayah Soraya bahwa ia akan segera melamar Soraya. Namun, ia juga tahu kalau keputusan suaminya tidak dapat diganggu gugat. Ia kenal betul seberapa keras kepalanya Arif Rahman, apalagi ini menyangkut martabat keluarga. Silsilah keluarga Arif begitu hebat. Hampir semua kerabatnya mempunyai jabatan atau seorang profesional. Pantas jika Arif menomorsatukan kehormatan keluarganya yang berstatus sosial tinggi.“Papa harap, hal ini akan menjadi rahasia di antara kita. Papa akan menghapus jejak kecerobohanmu, asalkan kamu mau menurut. Paham?”Dias mengangguk pasrah. Ia begitu lega karena ia tidak akan terjebak dalam pernikahan

  • Benih Tanpa Cinta   Tanggapan Ayah Dias

    Arif Rahman melajukan mobilnya memasuki pekarangan rumah setelah satpam membuka gerbang. Ia adalah Ayah Dias yang baru saja pulang dari dinas. Laki-laki 50 tahunan itu memarkirkan mobilnya dan berjalan masuk ke dalam rumahnya. Semalam istrinya menelepon dan menyuruhnya untuk segera pulang secepatnya setelah urusan pekerjaannya selesai. Dari nada suara istrinya, ia tahu ada sesuatu yang terjadi. Meskipun Rosa tidak mengatakan apa-apa, tapi ia bisa menangkap kecemasan dari kalimat-kalimat yang diucapkan Rosa.Memasuki kamarnya, Arif melihat istrinya sedang melamun di ranjang. Ia bahkan tidak terusik dengan kedatangan sang suami. Padahal, biasanya ia selalu menyambut Arif dengan senyuman.“Ada apa, Ma? Kok ngelamun?”Rosa yang sejak tadi terhanyut dalam pikirannya sendiri sedikit terkesiap. Ia benar-benar tidak menyadari kedatangan suaminya. Diulasnya senyuman manis. Ia tahu, laki-laki di depannya itu sangat menyayangi putranya. Rosa tidak boleh gegabah dalam menyampaikan kabar tidak men

  • Benih Tanpa Cinta   Salah Siapa

    Salah Siapa“Saya sudah memeriksakan Soraya ke dokter kandungan. Dokter itu berkata bahwa selaput dara Soraya masih utuh, dan dia benar hamil,” tandas Dedi tegas. Ia menatap Dias yang kini terlihat cemas. “Sebentar. Bagaimana bisa putri Bapak hamil dengan selaput dara yang masih utuh?” Rosa bertanya bingung. Ia merasa hal itu terlalu janggal. Perawan, tapi hamil? Apa itu yang dinamakan keajaiban?“Anda bisa bertanya dulu pada putra Anda tentang apa yang ia lakukan,” ucap Dedi tenang.Rosa beralih melihat putranya yang pucat dan gugup. Dahinya dipenuhi titik-titik keringat, sedang pandangannya fokus menekuri lantai.“Apa yang terjadi sebenarnya, Yas?”Dias melirik Dedi dan Rosa bergantian. Ingin rasanya ia kabur dari sana. Ia seperti narapidana yang sedang disidang karena tidak mau mengakui apa pun di depan mamanya. Namun, tatapan Dedi seolah mengancamnya.“Kami cuma ... petting, Ma.” Pengakuan akhirnya keluar dari mulut Dias. Ia malu setengah mati mengatakan kalimat itu. Apa mau dika

  • Benih Tanpa Cinta   Dilema

    DilemaSetelah pembicaraan Soraya dan ayahnya semalam, gadis itu jadi gelisah. Ia hampir tidak tidur tadi malam. Sekarang, saat ayahnya berpamitan akan pergi ke rumah Dias, Soraya merasa dadanya seolah sedang diikat dengan tali tambang. Ia tidak bisa bernapas dengan baik.“Kamu tenang, ya. Kita pasrahkan saja semua sama Allah,” ucap Dedi sebelum berangkat. Tanti sebenarnya ingin ikut menemani sang suami, tapi Dedi menolak.“Kamu jaga Sora aja, Bu. Biar ayah sendiri yang ke sana.”Tanti menatapnya khawatir. Ia takut suaminya kelepasan emosi. Namun, melihat kesungguhan di mata Dedi, Tanti menyerah. Lagi pula, ia pikir Sora masih harus dijaga meskipun kelihatan sudah sehat. Anak perempuannya itu belum terlalu stabil kondisi mentalnya. Soraya masih sering melamun saat ditinggal sendirian.Soraya melepas kepergian ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia baru menyadari kalau sekarang ia tidak ingin Dias bertanggung jawab. Jika pacarnya itu akhirnya mau bertanggung jawab, itu artinya mereka har

  • Benih Tanpa Cinta   Pengakuan

    Pengakuan“Dokter sudah bilang tentang kehamilanmu, Ra. Kamu dehidrasi, makanya demam. Sedikit malnutrisi juga, tapi masih aman,” kata Dedi tenang. Meski dadanya terasa panas dan kepalanya berat, ia tidak mau menyakiti putri satu-satunya itu dengan kemarahan. Ia merasa harus introspeksi diri setelah apa yang menimpa keluarganya. Mengapa Tuhan menimpakan ujian berat bertubi-tubi lewat anak-anaknya. Apakah hal ini karena dosa masa lalunya? Atau ini semua merupakan ujian agar keluarganya jadi lebih baik lagi?Sorot mata Soraya memancarkan keterkejutan, lalu berganti sorot ketakutan. Dia tidak membayangkan kalau kondisinya akan terbongkar dengan cara seperti ini. Seingatnya, ia hanya tertidur karena sangat lelah. Tadinya, ia sempat memikirkan cara untuk memberitahu orang tuanya sebelum tidur. Sekarang, ia tidak perlu repot-repot lagi karena mereka sudah tahu.Tanti mengusap ujung matanya yang basah. Dari pada marah, kekecewaannya jauh lebih besar. Ia tak mengira jika putrinya yang penuru

  • Benih Tanpa Cinta   Sanggahan

    SanggahanDias masih terdiam di sebelah Soraya. Matanya memandang jauh ke depan, wajahnya terlihat kalut. Tentu saja dia tidak menyangka akan mendapat berita se-mengejutkan ini. Sulit baginya untuk bisa memercayai perkataan Soraya. Apa gadis itu berbohong? Tapi buat apa? Dias mencoba mencari sebab yang bisa membuat pacarnya berkata seperti itu. Ulang tahunnya sudah terlewat, anniversary jadian mereka juga masih lama. Mana mungkin Soraya hanya iseng mengerjainya?Dias melirik Soraya yang kini tengah menangis hingga kulit di wajahnya merah padam. Ia baru menyadari kalau gadis itu jadi lebih kurus. Dias menatap lama perut Soraya yang masih rata. Ia benar-benar tidak yakin jika perbuatannya bersama Soraya membuahkan janin di sana. Tiba-tiba Dias beralih menatap mata Soraya dengan tatapan marah.“Aku nggak nyangka kamu yang kelihatan lugu ternyata munafik, Ra! Tega banget kamu mau manfaatin aku!”Soraya terkesiap akibat bentakan Dias. Ke mana laki-laki yang merayunya dengan kalimat semanis

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status