Share

Tuntutan Besar

Penulis: Ammi Poe YP
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-05 21:19:29

Terlahir sebagai anak konglomerat tidak sepenuhnya bahagia. Justru banyak problema yang harus dihadapi, bahkan sering terjebak dalam situasi yang tidak mengenakkan.

Sebagai penerus kerajaan bisnis Wijaya Pratama, aku pun tidak hanya diberi limpahan warisan. Melainkan juga limpahan tanggungjawab mengurus perusahaan, mempertahankan agar tetap eksis dan terus berkembang menjadi lebih besar.

Selain itu, aku juga dituntut untuk menjaga sikap di depan umum. Tak ada cela di mata semua orang agar mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak. Itu sebabnya, ayahku mengajarkan semua tata cara dari bersikap, berbicara, dan bagaimana cara menjalankan bisnis yang baik. Semua itu ditanamkan sejak kecil, agar saat dewasa aku sudah bisa menerapkan semua ilmu.

Aku akui, eksistensi perusahaan Wijaya Pratama sudah mendapatkan tempat spesial. Hal tersebut membuat aku sebagai penerusnya lebih mudah memenangkan setiap projek.

Namun, di balik kesuksesanku sebagai penerus bisnis Wijaya Pratama, ada banyak ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Benih Satu Milyar   Kebodohan Berujung Bencana

    Tidak berapa lama aku duduk, muncullah Nara dan Flora. Terlihat dari sirat wajah mereka, menandakan ada masalah serius yang sedang terjadi. Entah drama apa yang sedang mereka mainkan, yang pasti keluargaku adalah targetnya.Aku tak akan pernah membiarkan orang-orang serakah seperti Nara, Flora, ataupun Om Robby mempunyai kesempatan menguasai hartaku. Akan aku pastikan mereka enyah dari kehidupanku.Nara, dia akan tersingkir setelah melahirkan bayi itu. Sedangkan Flora dan Om Robby beserta istrinya, mereka akan aku buat selamanya tak lagi menginjakkan rumah ini.Acara makan malam usai dan dilanjutkan obrolan hangat antar keluarga sekaligus membicarakan perjodohan. Ya, perjodohan antara aku dengan anak palsu dari Om Robby.Perdebatan antara Mama dan aku sempat terjadi, pasalnya Mama terus saja memojokkan Elina. Sulit sekali bagi Mama menyadari bahwa sikap dialah yang telah membuat Elina menjadi pembohong besar. Aku tahu, Elina melakukan semua sandiwara demi keutuhan rumahtangga. Jika sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Benih Satu Milyar   Tamu Tak Diundang

    POV NaraLima bulan telah berlalu semenjak peristiwa di rumah orang tua Azlan. Aku menjauh dari hiruk pikuk masalah, memilih fokus pada janin yang akan kulahirkan.Tak lagi aku merengek akan cintanya Azlan, tak ada lagi drama bermanja meminta perhatian. Semua kujalani seorang diri, bahkan ketika Azlan datang pun aku memilih mengurung diri.Entah apa maunya lelaki itu, menyuruhku untuk sadar diri, tetapi dia masih saja menghendaki tubuhku. Dengan dalih aku masih sah sebagai istri, membuat dia menuntut untuk dilayani.Bodo amat dengan dalihnya itu. Sengaja kutunjukkan sikap tak acuh, menghindari bertemu, bahkan untuk kontrol ke dokter pun aku lakukan sendiri. Hasil pemeriksaan selalu aku letakkan di atas buffet, Lastri--asisten rumah tangga yang akan memberikan pada Azlan.Nama yang tercantum sudah berganti menjadi nama Elina Ayu Pratiwi, bukan lagi Nara Paramitha. Sehingga setiap aku check up, nama itulah yang terdengar.Lagi-lagi tuntutan pekerjaan, aku harus merelakan apa yang akan m

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07
  • Benih Satu Milyar   Perhatian Azlan

    Aku terduduk dan masih dalam sedu sedan tangis yang menyesakkan. Kupeluk lutut dan membenamkan wajah ke dalamnya.Gerakan bayi dalam perut menyadarkan, bahwa ia tak nyaman dengan posisiku. Kembali kuelus perut. "Maafkan Ibu, Nak. Jika kelak kamu besar, Ibu harap kamu akan tetap menghargaiku sebagai wanita yang melahirkanmu. Jangan pernah jijik dengan masa lalu ibu, ya?"Derai air mata kembali membasahi pipi. Dadaku semakin sesak, seperti ada bongkahan batu besar yang menghimpit. Melepas anak ini ke tangan Elina dan Azlan adalah keputusan yang tepat. Ia tak akan malu menjadi anak orang terhormat, ia akan terjamin kehidupannya. Mungkin, dengan melihat anak ini sukses kelak, itu akan menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagiku.Entahlah, orientasiku saat ini bukan lagi harta seperti awal yang dijanjikan. Bayi ini semakin hari semakin mengubah cara berpikirku. Aku sendiri kurang menyadari, bagaimana setiap perubahan terjadi pada diri ini.Saat bayi menendang atau menggeliat, ada desir

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Benih Satu Milyar   Istri Bayangan

    "Kenapa kamu diam, Ra?""Boleh aku habiskan makan malamku?" Sengaja kualihkan pembicaraan.Rasanya tak perlu membahas sesuatu yang akan menyakitkan hati.Azlan meletakkan mangkuk berisi sup ikan itu, kemudian berdiri dan menatap langit.Perlahan aku mulai menyendok sup hangat, menikmatinya dengan perasaan yang campur aduk. "Dulu aku memang merasa sebatas nyaman saja saat bersamamu, Ra. Namun saat kamu menghukumku, aku merasa sangat tersiksa. Ada yang sakit di dalam sini," tutur Azlan seraya memukul dadanya.Aku yang mendengar dan melihatnya seperti itu, seketika mengurungkan suapan ke mulut. Kuletakkan kembali mangkuk ke atas meja.Pandanganku kembali ke Azlan. Dia masih bicara tanpa melihatku, entah ekspresi apa yang ingin dia sembunyikan dariku."Aku memang bodoh, Ra. Terlambat menyadari perasaan ini, tapi aku juga takut akan menyakiti hati lain. Aku bingung, apa yang harus kulakukan?"Azlan berbalik dan menatapku, lalu berjalan mendekat dan kembali jongkok di hadapanku."Apa aku s

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Benih Satu Milyar   Keputusan Akhir

    Pagi ini kusambut hari dengan wajah penuh keceriaan. Sibuk di dapur menyiapkan sarapan, layaknya seorang istri melayani suami. Nasi goreng cornet telah tersedia di meja, aromanya menguar menggugah selera. Dua gelas jus jeruk juga telah tersedia, menemani lezatnya nasi goreng kesukaan Azlan.Sesaat ingatanku kembali saat Azlan empat hari bersamaku. Hampir tiap pagi minta dibuatkan nasi goreng yang sama. Kebersamaan yang kuanggap penuh cinta, meskipun pada kenyataannya hanyalah palsu belaka.Kutarik kursi, lalu duduk dan menghela napas. Masih terngiang permintaan Azlan semalam. Meskipun aku hanya diam tak menjawab, tetapi otakku berpikir keras. Apakah aku mampu hidup sebagai istri yang disembunyikan?Azlan mencintaiku, bahkan tidak ingin melepasku walaupun bayi ini telah lahir. Namun, apa aku tidak akan tersiksa saat melihat anak yang kulahirkan harus memanggil 'Mama' pada wanita lain?Mungkin saja aku terlalu overthinking akan masa depan. Hanya saja, kurasa ini wajar bagi seorang ibu.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10
  • Benih Satu Milyar   Terbongkar

    Waktu sudah menunjukkan pukul 23.17, tetapi kabar dari Azlan tak juga ada. Kontak Flora hanya centang satu saat kukirim pesan, nomor seluler pun tak bisa dihubungi. Kekhawatiranku semakin bertambah saat kontak Azlan juga tidak aktif. Beberapa kali mencoba menghubungi, tapi tidak terhubung sejak sore tadi.Kaki ini mulai lelah karena sejak tadi bolak balik mengecek ke halaman depan, berharap mobil Azlan muncul dari balik pagar besi. Nyatanya, penantian yang sangat lama malah membuatku semakin tidak karuan rasanya."Non Nara menunggu Den Azlan?" tanya Bik Lastri yang melihatku sejak tadi mondar-mandir."Iya," sahutku singkat."Mungkin Den Azlan nggak datang, Non.""Dia dah janji mau datang," jawabku tanpa melepas pandangan dari pagar."Non Nara istirahat saja dulu, nanti biar saya yang membukakan pintu Den Azlan."Aku abaikan saran dari Bik Lastri. Pikiranku masih terlampau sibuk menduga. Apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka? Cemas melanda akibat kekhawatiran yang berlebih.Kembal

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10
  • Benih Satu Milyar   Serangan Brutal

    Bulan ini kehamilanku dinyatakan genap 28 minggu atau tepat tujuh bulan. Perut semakin membulat besar, kaki juga semakin bengkak. Ditambah pinggang rasanya sering panas, membuat tidurku juga gelisah setiap malam.Biasanya Azlan seminggu dua atau tiga kali datang untuk menjenguk keadaanku. Dia terkadang menyempatkan waktu saat jam makan siang atau sepulang dari kantor. Perhatian Azlan semakin bertambah, dia dengan telaten mengompres kakiku yang bengkak.Kedatangan Azlan membuktikan bahwa perasaannya kepadaku benar-benar tulus, bukan sandiwara lagi. Bahkan ketika dia bersamaku, ponsel akan selalu dimatikan. Bayi dalam kandungan juga seolah turut bahagia, apalagi ketika Azlan mengelus dan mengajaknya bicara.Aku pun sudah tidak merasa cemburu dengan Elina lagi. Bagiku, perhatian Azlan selama masa kehamilan itu sudah lebih dari cukup. Yaach ... walaupun pernah hampir lima bulan menjauh dari Azlan, tetapi nyatanya hubungan kami malah jauh lebih baik.Baru saja Azlan memberi kabar, dia akan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Benih Satu Milyar   Koma

    POV AzlanEntah sudah berapa lama aku berdiri di depan ruang emergency. Setelah mengurus administrasi dan mencarikan persediaan kantong darah, aku kembali mematung di tempat ini. Kekhawatiran yang belum pernah aku rasakan, bahkan saat Elina angkat rahim pun tak seperti ini kecemasanku.Perasaan takut kehilangan Nara dan bayinya membuatku hampir gila. Bahkan ingin sekali aku timpakan hukuman berat pada Elina, karena dialah Nara sampai seperti sekarang. Kondisi wanita malang itu sedang kritis, banyak darah yang keluar akibat serangan brutal Elina.Entahlah, dari mana wanita itu tahu tempat tinggal Nara. Aku sendiri pun selama ini menolak untuk memberitahu keberadaan Nara. Semua aku lakukan agar semasa kehamilan, Nara terbebas dari berbagai tekanan.Aku sendiri pun tak tahu sejak kapan tumbuh perasaan semacam ini. Semakin ingin menolak, justru perasaan itu semakin kuat. Bukan semata-mata kenikmatan tubuh Nara, bukan pula sekedar kenyamanan saat bersamanya. Namun, ada hal yang lebih dari

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13

Bab terbaru

  • Benih Satu Milyar   Peristirahatan Terakhir

    Akhirnya aku bisa bernapas lega, Azlan mampu mengatasi kecurigaan istrinya Om Fadli. Hampir saja bertambah masalah baru, dan aku yakin kalau sampai wanita tahu, mungkin akan terjadi hal lain juga.Azlan kembali melajukan mobil menuju ke rumah kediaman keluarga Wijaya Pratama. Sepanjang jalan aku merasa seperti seekor belut yang mengantar diri untuk dijadikan sate. Namun, aku sudah mempersiapkan diri. Apapun yang terjadi, aku siap menghadapi.Mobil memasuki area parkir depan istana mewah, jantungku semakin berdetak kencang. Umpatan dan caci maki sudah memenuhi pikiran, bahkan saat ini kedua tanganku telah menjadi dingin karena pikiran-pikiran itu.Azlan yang melihatku dilanda kecemasan, dia segera menggenggam jemariku dan memberikan penguatan. Perlahan aku turun dari mobil, kemudian melangkah menuju teras rumah. Genggaman tangan Azlan kurasakan semakin erat saat kaki kami menginjak lantai depan pintu.Baru saja hendak menekan bel, terdengar sebuah teriakan. "Aku sudah bilang, sampai ma

  • Benih Satu Milyar   Repetan Panjang

    Azlan membuntutiku hingga ke kamar. Setelah dia membersihkan diri, dia pun duduk di tepi ranjang. Tatapannya penuh tanda tanya, tetapi tak ada sirat kemarahan atas sikapku. Aku tahu, Azlan pasti paham akan kekhawatiranku."Nara, apa kamu sudah pikirkan matang-matang tindakan kamu ini?" tanya Azlan sembari menyingkirkan anak rambutku ke belakang telinga."Aku sudah pertimbangkan semuanya, Azlan. Aku tahu, Mama akan mengusirku. Aku tahu Mama akan memisahkan aku dari kamu dan anak-anak. Jika aku tidak mengantisipasi dari sekarang, justru akan semakin sulit menyelamatkan rumah tangga kita." Suaraku terdengar bergetar, menahan perihnya batin yang terhempas oleh badai kenyataan."Maafkan aku ya, Ra. Aku gagal menjaga rahasia siapa diri kamu," ucap Azlan dengan tampang sedih.Aku pun tersenyum, kemudian meraih tangannya. "Azlan ... suamiku yang paling aku cintai. Jangan pernah menyalahkan dirimu. Aku tahu, selama ini kamu telah melakukan banyak hal untukku. Kamu adalah anugerah dari Tuhan, k

  • Benih Satu Milyar   Az Khai

    Entah karena apa, pikiranku berubah. Rasanya aku belum siap untuk bicara dengan wanita yang saat ini tergolek lemah di atas brankar."Azlan, kita pergi aja!" ujarku seraya berusaha memutar kursi roda.Azlan segera mendorong kursi roda, mengikuti permintaanku.Baru saja hendak keluar, muncul gadis muda dari kamar mandi."Mas Azlan ... kamu ngapain ke sini? A ... apa ... apa ini Mbak Nara?" tanya gadis muda yang aku sendiri tak tahu siapa."Iya, ini Nara." Aku menoleh ke arah Azlan, mencoba meminta penjelasan. "Dia siapa, Azlan?""Dia Della, Ra. Sepupu kamu juga, dia yang selama ini merawat Bu Rosmala."Sejenak aku mencoba mengingat. "Apa kamu Della keponakan Ibu?""Iya, Mbak Nara.""Ooh ... iya, aku ingat. Waktu itu kamu masih kecil. Tidak menyangka bisa ketemu. Bagaimana keluarga di kampung?" tanyaku untuk basa-basi, karena sebenarnya mereka tak pernah peduli padaku."Semua baik, Mbak. Hanya saja, keadaan Budhe Ros ....""Iya, tadi aku sudah melihat. Hanya saja Ibu tidur, besok saja

  • Benih Satu Milyar   Akhir Kesombongan

    Tatapan sinis kedua lelaki itu, menandakan bahwa permusuhan belum usai. Azlan yang melihat kehadiran Ryan di ruanganku, seketika murka. Dia menarik kerah baju Ryan."Masih berani kamu ke sini? Hah?! Dasar bedebah! Tak punya malu!!!" teriak Azlan dan hampir saja melayangkan pukulan ke wajah Ryan."Azlan, cukup!" teriakku menghentikan aksi barbar Azlan.Azlan pun berhenti dan menatapku tajam, sorot penuh kemarahan."Biarkan dia pergi, Azlan. Dia ke sini hanya berpamitan. Setelah ini dia tak akan lagi mengganggu hidup kita!" ujarku agar membuat Azlan lebih tenang.Azlan menatap sejenak pada rivalnya, setelah itu mendorong keras tubuh itu hingga jatuh ke lantai."Menghilanglah dari kehidupan aku dan Nara, menjauh sejauh mungkin. Karena sekali saja aku melihatmu, tak akan ada ampun lagi bagi manusia bedebah sepertimu!"Mendengar ucapan Azlan, Ryan pun bergegas pergi dengan tatapan penuh amarah yang dia tahan. Setelah kepergian lelaki dari masa laluku itu, Azlan pun mendekat. "Jangan perna

  • Benih Satu Milyar   Cinta Tanpa Batas

    POV NaraSudah dua malam aku menginap di ruang VVIP rumah sakit ini. Ada kelegaan karena melihat anak ketiga lahir dengan selamat. Namun, di sisi lain ada pula kekhawatiran mengenai ucapan Ryan.Ya, aku takut jika sampai Azlan termakan oleh ucapan Ryan. Bahkan jika sampai test DNA itu dilakukan, aku pun benar-benar tak siap. Takut jika hasilnya tak sesuai harapanku.Itu sebabnya kenapa aku menangis saat Azlan datang menemuiku. Ada perasaan bersalah telah me menyembunyikan peristiwa malam itu dari Azlan.Hari ini, Azlan pamit untuk mengurus beberapa pekerjaan di kantor. Aku tidak bisa mencegahnya, apalagi menuntut waktunya. Kata Bu Wijaya, aku harus mandiri ketika suami pergi mencari nafkah. Bagiku, ucapan itu benar.Bu Wijaya sudah aku anggap seperti ibuku sendiri. Mungkin cukup ironis, ibu kandung tak bisa menyayangiku. Namun, Bu Wijaya sebagai ibu mertua justru mampu memberikan kasih sayangnya padaku.Hal tersebut yang membuat aku memilih menuruti kemauannya. Anggap saja sebagai bal

  • Benih Satu Milyar   Permohonan

    Melihat perjuangan Om Fadli, sungguh mengharukan. Siapa sangka, lelaki yang dulu sering bikin masalah justru punya hati nurani yang begitu tulus.Aku yang sedari tadi hanya berdiri di belakang Mama, akhirnya turut maju ke depan dan bicara."Ma, Om Fadli ada benarnya. Mama tidak bisa bertindak semena-mena pada Nara, hanya karena sakit hati Mama pada Bu Rosmala."Mama yang mendengar ucapanku langsung menatap tajam ke arahku. "Jangan pernah lagi kamu sebut nama itu! Kamu harus ingat, Azlan ... seberapa banyak air mata yang jatuh gara-gara wanita bedebah itu?""Aku paham, Ma. Tapi tidak seharusnya Mama menghukum Nara atas perbuatan ibunya! Dia tidak tahu apa-apa, bahkan selama ini dia dibuat menderita oleh ibunya sendiri. Itu sudah lebih dari cukup, Ma!""Kalian ini kenapa sih? Kenapa kalian sulit sekali memahami perasaan ini? Kalian pikir mudah melalui semua itu?""Ma ....""Cukup, Azlan! Mama mau istirahat, Mama tidak ingin bicara apapun!" ucap Mama dengan nada kesal, kemudian berlalu d

  • Benih Satu Milyar   Keras Hati

    POV AzlanKeesokan hari ....Aku berpamitan pada Nara untuk ke kantor sebentar, dengan alasan ada dokumen yang harus aku tanda tangani dan ketemu dengan klien penting. Seperti biasa, Nara tak banyak menuntut waktuku. Dia sangat memahamiku.Sebenarnya aku tidak benar-benar ke kantor. Itu hanyalah alasan yang aku buat-buat agar bisa ke rumah Mama bareng Om Fadli.Hari ini masalah harus segera tuntas. Aku tidak ingin saat Nara pulang, dia harus menghadapi sikap dingin dan ketus Mama. Sesuai kesepakatan, aku dan Om Fadli mendatangi rumah Mama. Tampak Om Fadli membawa sebuah amplop panjang di tangannya. Aku yakin, itu adalah bukti test DNA Nara.Saat kami datang, Mama yang tengah duduk di belakang rumah, menikmati secangkir teh sembari melihat seluruh tanaman kesukaannya. Om Fadli segera melempar amplop panjang itu ke atas meja, tepat di hadapan Mama. Hal tersebut membuat Mama terkejut dan mendongakkan kepala. "Kamu ini, Mas. Kalau datang nggak usah bikin kaget, bisa kan?""Ratih, aku ng

  • Benih Satu Milyar   Fakta yang Tertukar

    Tampak wajah Della menunjukkan rasa tidak percaya. Dia menggeleng, menampik semua kenyataan yang aku sampaikan."Kalian pasti hanya ingin memfitnah Budhe Ros! Kalian jahat! Orang sebaik Budhe Ros tidak akan melakukan hal sehina itu!" teriak Della tidak terima."Sekarang ikut aku, akan aku tunjukkan di mana Nara. Kamu bisa tanya dia, dan di sana juga ada ayahnya Nara!" tantangku seraya menarik lengan Della.Gadis muda itu masih menolak ajakanku. Dia berusaha menepis tangan dengan sangat kasar. Della benar-benar tidak terima dengan apa yang aku jelaskan."Kalian itu sama saja! Buat apa aku percaya kalian yang baru saja aku kenal? Aku ... aku yang sekian lama mengenal Budhe Ros! Dia orang yang baik!" Della masih bersikukuh dengan pendapatnya."Baiklah kalau kamu tidak percaya. Kamu tidak mau juga aku ajak ketemu Nara untuk mengetahui kebenaran. Lebih baik, tanyakan pada Budhe-mu itu saja!" ujarku seraya tersenyum sinis.Gadis lugu itu terdiam sesaat. Ada keraguan di sorot matanya. "Kena

  • Benih Satu Milyar   Kamuflase

    POV AzlanAku melangkah kembali ke ruang operasi. Menunggu Nara selesai pemulihan dan diantar ke ruang rawat inap.Tepat saat kaki berdiri di depan ruang itu, dua petugas keluar membawa Nara menggunakan brankar. Aku membuntuti dari belakang. Wajah Nara begitu sayu, aku tak tahu hal apa yang sudah dia lewati di dalam sana. Yang aku tahu hanya satu, perutnya terluka demi melahirkan anak keturunanku.Ingin sekali kupeluk dia, memberikan tempat ternyaman dari segala kelelahan. Namun, saat ini mata Nara hanya terpejam. Ada bulir bening yang diam-diam menetes dari sudut matanya.Aku harap, itu adalah air mata bahagia karena anak ketiga telah lahir dengan selamat. Sesampainya di ruang VVIP, Nara dipindahkan ke tempat yang tersedia. Mama memang baik, memberikan fasilitas terbaik untuk menantunya.Setelah selesai, petugas pun berpamitan. Tak lupa aku ucapkan pada dua petugas itu.Suasana begitu tenang, tak ada hiruk pikuk suara berisik mengganggu. Aku mendekat ke Nara, kemudian duduk di kursi

DMCA.com Protection Status