Beranda / Romansa / Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK / 4. Rena Bersama Putra Sang Big Bos

Share

4. Rena Bersama Putra Sang Big Bos

last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-23 11:36:35

Bab 4  Rena Bersama Putra Sang Big Bos

======

Renasya Putri Fajar, begitu nama lengkapnya. Nama pemberian dari kakek tercinta, ayah kandung Alisya.  Sebagai bentuk ungkapan syukur dan bahagia yang tiada terhingga. Atas kehadiran cucu pertama.  Sayang, mereka terpisah jarak. Sang kakek dan nenek tinggal di sebuah desa, di bawah kaki gunung nun jauh di sana. Enam jam perjalanan harus di tempuh dengan kendaraan darat. Itu sebab Rena tak bisa di titipkan bersama mereka bila Alisya bekerja.

Gadis kecil itu menatap lurus ke arah mana sang Mama berjalan.  Tak ada gentar di hatinya. Meski ditinggal sendirian di ruangan sepi itu. Dia sudah terlalu terbiasa sendirian.  Di rumah memang banyak penghuninya, tetapi dia selalu terasing dan dibiarkan sendirian.  Tak ada yang perlu ditakutkan, Rena sudah   bisa bersahabat dengan sepi, dan berteman akrab dengan sendiri. Meskipun di rumah banyak keluarga,  namun, tak ada satupun yang mempedulikannya.

Ada nenek yang selalu melotot menatapnya.  Semua tingkah laku bocah itu tak ada yang benar di matanya. Saat bangun tidur di pagi hari, Rena selalu mengulang kebiasaan yang sangat dibenci oleh sang nenek. Kebiasaan Rena mencari mamanya di kamar utama.  Tentu saja tak ditemukan lagi. Sang Mama sudah berangkat bekerja. Setelah menahan kerinduan hingga tertidur sendirian tadi malam, berharap esok pagi saat terbangun akan bertemu, ternyata hampa. Tangisnya meledak, menangis memanggil sang mama. Namun, seketika reda saat sang nenek melotot tajam, meski tanpa kata-kata. Bocah itu mengkerut menahan isak tangis tanpa suara.

Di rumah juga ada tante Intan, adik kandung sang Papa. Gadis itu selalu mencubit perutnya saat tak sengaja menyenggol barang-barang di atas meja. Bahkan pernah sekali, saat boneka kecil dan kumalnya dibuang secara sengaja oleh sang tante. 

“Boneka ini, jorok, banyak kumannya!” teriak sang tante sambil membuang benda itu ke dalam bak sampah di depan rumah.

Rena menangis memohon-mohon. Bagi bocah itu, boneka kumal itu bukanlah benda mati yang jorok. Tetapi, seorang teman bermain, teman berbicara, tempat mengadu saat sepi, saat rindu pada mama, dan yang paling penting, hanya benda itulah yang selalu setia menemaninya saat dipaksa tidur sendirian di dalam kamar. Kamar yang awalnya   teramat menakuti jiwa bocahnya, tapi kini telah terbiasa baginya.

Pahanya dicubit dengan keras oleh Intan karena menangisi benda itu. Bekasnya bahkan membiru, hingga seminggu tak juga sirna.  Tersedu dia menyender di pagar teras yang terkunci, berharap sang boneka bisa berjalan sendiri menghampirinya.

Harapannya terkabul.  Penjual somay yang sering lewat di gang rumah, merasa iba. Dengan ihklas   membantu mengambilkan boneka kumal di dalam bak sampah. Sekantung kecil somay dia hadiahkan buat sang bocah. Rena yang tak pernah merasakan    jajanan   yang menjadi idola anak-anak di komplek itu, merasa begitu bahagia. Berharap suatu saat mama akan membelikannya dalam porsi yang lebih banyak. Agar bisa makan sampai puas, itu salah satu impiannya.

Di rumah juga ada tante Desy yang selalu memarahinya bila bermain ke kamar utama.  Rena sang bocah polos, tak pernah paham apa yang dilakukan oleh Tante genit itu di kamar mamanya. Yang dia tahu, setiap dia ingin bermanja pada sang papa, wanita itu pasti akan mengusirnya.  Rena begitu iri, saat Desy membenamkan tubuh di pelukan sang papa.  Apalagi, tangan sang papa melingkar erat di pinggang gadis itu.

Rena juga ingin di peluk papa. Kalau mama bekerja, tak bisa memeluk Rena, kenapa papa tidak menggantikannya. Kenapa yang papa peluk justru tante Desy?  Papa memeluk Tante Desy, persis seperti Papa pernah memeluk Mama.  Apakah tante Desy juga istri papa? Atau, apakah Tante Desy itu   anak Papa seperti aku? Kalau iya, gentian, dong, pa, peluknya. Rena kesepian, gak punya teman. Bocah itu,   berjalan sempoyongan meninggalkan kamar utama dengan tangis tertahan.

Desy juga selalu memaksanya mandi sendiri di pagi dan sore hari.  Padahal, Rena sangat takut masuk kamar mandi sendirian.  Mata polosnya sering melihat sesuatu yang bergelantungan di dinding kamar mandi, lidahnya menjulur-julur, seolah hendak menjilat tubuh kecilnya.    Gadis kecil itu berlari ke kamar utama, mengadu pada sang Papa. Desy mengejar dengan hadiah cubitan di sekujur badannya. 

Sesegukan Rena mengadu pada sang Papa, lelaki itu hanya berucap “Makanya jangan nakal!”  lalu fokus lagi ke dalam permainan  game online di ponselnya.

Mengingat suasana di rumah seperti itu, Rena tak henti tersenyum saat ini.  Di sini, dia bisa bermain bersama bonekanya. Tak ada yang melototi, tak ada yang memisahkan dia dengan bonekanya, tak  ada yang mencubiti seluruh badannya.

Di sini, justru ada cemilan, suatu hal yang langka baginya.  Jajanan yang dibeli oleh mama dan tante Rika di warung seberang pabrik sebelum masuk ke sini tadi pagi. Dan yang paling penting, sesekali dia bisa intip Mama yang sedang bekerja  di aula besar dan luas itu. Itu, yang membuat Rena sangat bahagia hari ini.

“Meooong … meooooong …!”

Rena tersentak, seekor anak kucing mendekatinya. Mulai mengendus jajanan yang tengah dinikmati olehnya.

“Nis! Mau? Tamu mau? Tini! Bagi tita, ya!”

Rena membagi dua makanannya. Dengan lahap sang kucing menghabiskan kerupuk rasa  udang itu. 

“Mau yagi? Ini, bagi yagi?”

Rena membagi dua lagi bagiannya. Kembali sang kucing melahapnya dengan cepat.

“Yah, abis, deh. Nanti beyik Mama yagi, ya! Tini main tama Lena!”

Makanan habis, kucing pun berlalu. 

Merasa mendapat teman baru, Rena tak hendak melepasnya. Berlari kecil dia mengejar makhluk imut itu. Sang kucing berlari keluar dari ruangan locker, Rena tetap mengikutinya.

“Nis, tunduin Lena! Nis! Tini! Danan pelgi! Nis …!”

Bug!

Gadis kecil itu terjerembab jatuh.  Sepasang kaki yang panjang, bersepatu mengkilat dan teramat mewah, telah ditubruknya. Mata si bocah hanya awas mengikuti kaki kucing berwarna belang itu berlari, tanpa menghiraukan ada serombongan yang tengah berjalan ke arahnya.  Rombongan Big Bos, putra sulung sang pemilik pabrik, Deva.

Ada yang terasa perih, di lututnya.  Lantai pabrik yang agak kasar, meninggalkan goresan berwarna merah di lutut kecilnya. Rena meringis sambil mengipasi lutur lecet itu dengan embusan napasnya.

“Uuuf uuuuf uuuuuf!”

Mulut mungil itu tak henti mengembus.  Tak ada tangis, tak ada air mata.   Rena sudah terlalu terbiasa merasakan sakit.  Perih ini memang terasa menyiksa, tetapi hanya sesaat saja, begitu  batinnya.

Pemandangan tak lazim itu, membuat Deva, awalnya emosi. Bagaimana bisa ada seorang anak kecil berkeliaran di dalam pabrik. Mesin-mesin raksasa berkekutan besar tengah bekerja, begitu berbahaya bagi nyawa si anak.

Namun, begitu melihat tontonan di hadapan, hatinya seketika luluh.

“Maaf, Pak Deva, ini tak seperti yang Bapak lihat, sepertinya anak ini tersesat masuk ke dalam pabrik, dia bukan anak  karyawan, sama sekali bukan.”  Ridwan, sang manager produksi segera bertindak. Dicengkramnya tangan Rena lalu menarik tubuh anak itu agar menyingkir.

“Lepaskan!” perintah sang Bos.

Ridwan terkejut. Ada rasa takut yang mendera di hatinya. Deva adalah putra pimpinan yang terkenal paling arogan dan angkuh.  Sifat perfeksionis melekat pada dirinya. Semua harus terlihat sempurna, bila ada yang tak sesuai keinginannya, maka bersiaplah menanggung akibatnya. Bisa jadi tamatlah riwayat Ridwan kali ini. Deva pasti akan memecatnya.

“Maaf, Om. Lena ndak nengaja! Lena mo ngejan meong. Maafin Lena, Om!” Rena mendongak, menatap lurus dan lekat tepat di mata Deva. Mata jernih dan tatapan polos itu, semakin membuat hati Deva tersentuh.

“Nama kamu Lena?” tanyanya sembari berjongkok, menyeimbangkan tinggi tubuh mereka.

Butan, Om, nama taya Le … na.”

“Iya, Lena?”

Butan, Om. Le  le le na!”

Bibir Rena bersusah payah mengeja namanya.  Namun, tetap gagal menyebut huruf R.  Itu membuat Deva semakin gemas.  Jelas-jelas Deva mengikuti ucapan sang bocah, tetapi tetap dibantah olehnya.

“Ok, Gak apa-apa. Entah siapapun nama kamu, enggak masalah. Sekarang Om mau tanya, kamu ke sini sama siapa?”

“Mammma.”

“Mama? Mama kamu?”

Rena manggut-manggut.

“Di mana mama kamu?”

Telja, tuh, di dayam!”

Rena menunjuk ke ruangan di mana para karyawan sedang bekerja.

Ridwan dan rombongan pucat pasi.  Bagaimana mungkin seorang buruh kasar berani membawa anak sambil bekerja, habislah semua!  Begitu pikiran yang berkecamuk di benak mereka.

“Oh, Mama kamu bekerja di dalam? Yang mana mama kamu, boleh tunjukin ke Om?”

Boyeh, ayuk, Om!”

Rena memegang telunjuk Deva. Pemuda itu terkesiap saat merasakan jemari mungil itu menyentuh kulit jarinya.

“Ayuk, Om!” Rena menarik tangan Deva lagi.

“Iya, ayuk!”  

Deva menggenggam tangan mungil itu sambil berjalan masuk.

“Itu, Mammma, Om!”

Rena menunjuk Alisya.

“Mammmmma …!”

Semua mata tertuju kepada Rena, Alisya terkejut. Wajahnya pucat pasi seketika. Sang mandor berjalan mendekatinya.

“Siapa anak kecil itu?”

“Putri saya, Kak.”

Gemetar suara Alisya.

“Kenapa bisa ada di sini? Habislah kitaaaaa!” bisik sang Mandor geram bercampur putus asa, lalu berlari kecil menghampiri sang putra Big Bos itu.

“Kamu yang megang grup itu?” tanya Deva dengan nada dingin. Alisnya yang tebal saling menaut.

“Iya, Pak, siap, saya yang salah.  Lalai mengawasi anggota saya.”

“Saya jadi hilang mood mengontrol yang lainnya!  Suruh perempuan itu menghadap saya!” perintah Deva, seraya melepas tangan mungil Rena.

Rombongan itu berbalik, lalu berjalan tergesa mengikuti langkah panjang  sang putra Direktur Utama.

***

Alisya menggenggam erat tangan putrinya, berdiri kaku di depan seorang laki-laki angkuh yang tengah duduk membelakanginya.  Pemuda itu tengah berbicara dengan seseorang melalui telepon genggamnya.

Alisya berusaha menenangkan Rena, menempelkan telunjuk di bibirnya, sebagai isyarat agar jangan berisik. Rena menurut, menutup mulut dengan tangan mungilnya.

“Iya, Pa. Bagaimana Deva enggak emosi! Anak kecil umur dua tahunan berkeliaran di pabrik!  Berlarian ke sana ke mari lalu menabrak Deva.  Coba bayangkan kalau dia berlari ke arah gudang mesin. Apa yang akan terjadi, coba! Makanya, aku berencana pecat saja mandor sama karyawan tak tau aturan itu, Papa setujukan?”

Alisya tersentak kaget!

“Om, ini Mammma Lena!”

Rena tak tahan lagi untuk tidak berisik.

*****

Bersambung.

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Siti Rohmah
jangan dipecat, kasihan
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Kok sedih sihh
goodnovel comment avatar
Kamisah Buk Mes
tidak semua pimpinan kejam
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   5. Pindah Tugas di Rumah Direktur Utama

    Bab 5. Pindah Tugas Di Rumah Direktur Utama ====== “Om, ini Mammma Lena!” Rena tak tahan lagi untuk tidak berisik. Bocah itu berlari mengejar ke arah Deva. Perbincangan lewat telepon itu terhenti. “Sebentar, Pa!” ucapnya seraya menutup ponselnya. “Oom dadi nanya Mamamma, tan? Itu Mammmma Lena, Om! Ayo calim!” “Rena! Hussst!” Alisya benar benar merasa ketakutan. Tingkah Rena sudah keterlaluan. Bagaimana mungkin putrinya berbicara begitu akrab dengan sang atasan. Soalah mereka sudah saling kenal. Bocah dua tahunan itu bahkan berani memegang tangan sang Bos, lalu menariknya mendekati Alisya. “Ayo, Om!” Mulut mungil itu berkata dengan polosnya. “Rena! Sini, Sayang!” &n

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 6 Menumpang di Mobil Pria Angkuh

    Bab 6 Menumpang di Mobil Pria Angkuh ======== Alisya mengeluarkan semua barang-barangnya dari dalam locker lalu memasukkan semuanya ke dalam kantongan kresek besar. Tak ada tas atau semacamnya. Tak apa, tak ada yang perlu digengsikan. “Syukurlah kita berdua tak dipecat, aku mendapat surat peringatan, dan kamu dipindah tugaskan. Baik-baik bekerja di tempat yang baru, ya! Tetap semangat!” Sang Mandor grup memeluk Alisya. “Maafin aku, Kak! Hampir saja Kakak terkena masalah karena aku.” “Sudah! Tidak apa-apa. Jaga putrimu, ya!” “Salam sama teman-teman, ya, Kak! Bilang sama Rika, nanti aku telpon pas rehat!” “Iya.” “Dadah Ante!”

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 7. Pertengkaran Dengan Mertua

    Bab 7. Pertengkaran Dengan Mertua========Gontai Alisya berjalan, menjingjing barang barangnya. Otaknya sibuk berpikir tentang watak putrinya. Kenapa Rena cenderung ngelawan. Bahkan dia berani membantah perintah Alisya. Sang bunda tidak tahu, kalau kesakitan dan kekasaran yang diperbuat anggota keluarganya selama ini pada putrinya, telah merubah watak lemah lembut menjadi kasar dan pendendam. Rena mulai mendendam pada Deva.“Eh, tumben udah pulang? Kamu enggak lembur?” Mama mertua menyambut di depan pintu.“Tidak, Ma.” Alisya menjawab singkat, langsung berjalan menuju kamar utama.“Itu barang-barang kerja pabrik kamu, kok, di bawa pulang semua?” Sang Mertua mengekori.“Ya, saya gak ker

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 8. Stop Menjadi Sapi Perah

    Bab 8. Stop Menjadi Sapi Perah=====“Aku akan pergi dari sini! Berhenti mengharapkan aku menjadi sapi perah kalian!”Alisya memeluk putrinya sambil berjongkok. Meniup dan mengusap bekas cengkaraman sang nenek yang membiru di tangan mungil sang putri.“Mas Fajar! Sayang! Lho, kok, ada Alisya? Dia gak kerja?”Desy berdiri kaku di ambang pintu. Semua melongo, suasana semakin tegang.Tak ada yang berani memulai pembicaraan. Sang mertua bahkan berhenti meringis kerena kesakitan bekas gigitan Rena.Fajar memucat. Desy mematung.“Masuk kamar dulu, Sayang! Rena tunggu Mama di kamar, ya!” Alisya menggendong putrinya masuk ke dalam

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 9. Menunda Minta Talak

    Bab 9. Menunda Minta Talak=======“Keputusan yang sangat tepat, Alisya!” Wanita paru baya itu tersenyum culas.“Ya, keputusanku menunda meminta talak, memang langkah yang paling tepat saat ini. Tapi ini hanya menunda. Perlu Mama ketahui, aku akan mencari cara yang paling tepat untuk menyampaikan hal ini pada orang tuaku di kampung.”“Lakukan saja, kalau kau mau cepat-cepat jadi anak yatim!” ancam mertuanya.“Dan kamu, Mas! Meski aku menunda perpisahan kita, aku tetap menganggap kalau kamu bukan suamiku lagi. Jadi, gak perlu main kucing-kucingan untuk memasukkan kekasihmu ini ke dalam kamar! Silahkan saja! Karena aku sudah tak peduli!”“Alisya

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 10 Mulai Membangkang Kepada Suami dan Mertua

    Bab 10 Mulai Membangkang Kepada Suami dan Mertua======“Kak, dipanggil Mas Fajar!” Intan mengetuk pintu kamar Rena. Alisya tengah menidurkan putrinya di dalam.“Sebentar!” Alisya memastikan putrinya pulas. Setelah yakin, wanita itu melangkah keluar, bukan karena patuh, tetapi karena tak ingin menambah masalah bila dia membangkang.Keluarga benalu itu tengah makan malam rupanya. Mereka berkumpul di meja makan.“Rena mana?” Ramah sang mertua menyambutnya. Tumben, dia perhatian kepada cucunya. Pasti ada maunya. Mungkin mertuanya berpikir sekarang semua sudah baik-baik saja, karena Alisya gagal meminta pisah tadi siang. Namun, bagi Alisya ini bukan suatu kekalahan, melainkan awal dari perjuangan.“Dia sudah tidur.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 11. Tendangan Alisya Membuat Fajar Meringis Tak Bersuara

    Bab 11. Tendangan Alisya Membuat Fajar Meringis Tak Bersuara==========“Kamu memang udah biasa naik angkot. Perempuan kampung, naik angkot itu udah mewah banget. Dari kecil hidup di lingkungan keluarga miskin, gak kenal apa itu mobil pribadi. Beda dengan Fajar dan Intan. Dari kecil sudah hidup mewah, gak pernah sejarahnya naik angkutan umum!” Sang Mertua makin meradang.Sakit hati Alisya mendengar itu. Jadi, itu sebabnya dia dibabukan selama ini? Begitu rendah harga dirinya di mata mertuanya. Alisya ingat, sejak awal dirinya memang tak disukai oleh ibu mertua. Sudah lebih seribu kali wanita itu mengatai dirinya sebagai perempuan kampung. Memang benar dirinya adalah perempuan yang berasal dari kampung, sama seperti Desy, yang juga bearasal dari kampung. Tetapi kenapa Desy diperlakukan berbeda? Apakah karena Desy putri dari adik kandungnya?

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 12. Tempat Kerja Baru Alisya

    Bab 12. Tempat Kerja Baru Alisya=======“Alisya … apa yang kau lakukan?” Fajar meringis sambil memegangi bagian tubuhnya yang terkena tendangan Alisya. Keringat dingin mengalir deras di kening kepalanya. Mulut lelaki itu mengaduh tetpi tak bersuara. Dia khawatir seisi rumah, terbangun, dan mengetahui kesialan yang tengah menimpanya.“Sya!” lirihnya menyebut nama istrinya sekali lagi.Alisya tak menjawab. Wanita itu beringsut turun dari ranjang. Mengancingkan bra dan seluruh kancing gaun tidurnya yang sudah sempat terbuka, lalu berjalan memungut celana panjang Fajar yang tergeletak di atas lantai.Merogoh setiap saku celana itu, Alisya menemukannya. Anak kunci itu dia keluarkan dari salah satu sakunya. Lalu berjalan menuju pintu tanpa rasa bersalah apalagi penyesal

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25

Bab terbaru

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)

    Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)=============“Yang itu? Sepertinya itu Tante Niken sama siapa, ya, Ma? Ada dua oom oom juga.”“Kita ke sana, yuk Sayang! Biar nampak jelas.”Keduanya mempercepat langkah. Jarak beberapa meter, mereka berhenti. Alisya menahan langkah Tasya, dengan mencengkram lengan gadis kecil itu. Keduanya melongo menatap pemandangan yang mengejutkan di depan mereka. Supir peribadi Niken yang telah lama menghilang, kini ada di sana.Nanar mata Alisya menatap seorang pria satunya. Lelaki kurus, seolah tingggal kulit pembungkus tulang. Mata cekung&nb

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 209. Culik Aku, Mas!

    Bab 209. Culik Aku, Mas!========“Kasihan Intan, Mas.”“Bagaimana dengan aku? Aku juga sudah berjuang melupakan kamu, tapi tetap gak bisa, gimana?”“Mas?”“Ya?”“Aku bingung!”“Kenapa bingung?”“Masih gak percaya dengan ucapan Intan tadi. Gak mungkin Mama setega itu sama kamu!”“Nyatanya seperti itu, Non! Bu Alina menyerahkan selembar cek untukku, agar aku pergi meningalkan kamu. Tapi aku tolak, karena cintaku tak ternila

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 208. Bukan Pagar Makan Tanaman

    Bab 208. Bukan Pagar Makan Tanaman=========“Stop! Stop! Kubilang stop! Kumohon berhenti! Jangan ikuti aku!” Niken berteriak.“Ok, kami berhenti. Tapi, kamu juga berhenti, Ken! Kenapa? Kenapa kamu mau pergi, setelah sekian lama kita tak berjumpa? Ok, aku pernah salah, aku pernah khilaf. Tapi, Mas Deva sudah memaafkan aku. Aku juga sudah menyasali perbuatanku. Aku sudah insyaf, Ken! Mas Deva dan Kak Alisya saja mau memaafkan kesalahanku, kenapa kamu tidak? Padahal kita udah sahabatan sejak kuliah semester satu. Empat tahun bukan waktu singkat untuk membina suatu hungan persahabatan, Niken!” Intan kini berurai air mata.“Sahab

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 207. Kejutan Buat Niken

    Bab 207. Kejutan Buat Niken===========“Rena! Cepat, dong! Ke mana lagi, sih?” Niken memanggil keponakannya.“Bentan, Ante!” teriak gadis kecil berseragam sekolah taman kanak-kanak itu berlari menuju halaman belakang sekolah.“Rena! Ayo, dong! Kak Tasya nanti kelamaan nunggunya, lho!” Niken berusaha mengejar.Hampir setiap hari Rena menuju tempat itu. Rumah penjaga sekolah. Entah apa yang menarik perhatian Rena di sana. Biasanya Dadang yang mengantar dan menjemput Rena. Pak Dadang hanya akan menunggu saja di mobil, di dekat gerbang, tapi hari ini dia 

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 206. Permintaan Alisya

    Bab 206. Permintaan Alisya===========“Lakukan sesuatu, Mas! Kamu mau Niken seperti itu terus?” pinta Alisya menuntut Deva.“Apa yang bisa kuperbuat, Sya?”Deva menoleh ke arah Alisya. Wanita yang masih berbaring itu menatapnya dengan serius. Deva mendekat. “Aku bisa apa, coba? Mencari Hendra lalu menikahkannya dengan Niken? Lalu apa yang akan terjadi dengan Mama? Belum lagi Papa. Kamu tahu resikonya sangat berat, bukan?”“Ya. Tapi aku tidak tega melihat Niken makin terpuruk seperti itu.”“Aku paham. Aku akan usahakan yang terbaik buat mereka. Jika mereka berjodoh, aku yakin mereka pasti akan bersatu juga. Seperti kita.”“Ya.”“Bedanya, kamu bisa

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 205. Niken memilih Menjadi Perawan Tua

    Bab 205. Niken memilih Menjadi Perawan Tua=======“Gimana, dong?” Aisyah memilin ujung jilbabnya.“Siapa yang suruh merajuk-rajuk segala. Dipaksa nikah sama Mama, bingung, kan?”“Mas Raja, sih. Suka banget buat Ai cemburu!”“Ai, aku baik sama Alisya, hanya sebatas adik kepada kakaknya, gak lebih! Tolong kamu paham, dong, Ai. Aku, sih, ok aja, disuruh nikahi kamu, sekarang, pun aku mau. Tapi, kamu? Belum mau, kan? Nah sekarang siapa yang gak serius dengan hubungan ini?”“Ai serius, Mas. A

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 204. Kejutan Putri Bungsu Haga Wibawa

    Bab 204. Kejutan Putri Bungsu Haga Wibawa==========“Siapa bilang Non Niken tidak punya kekasih, Buk?”“Buktinya, lihat! Hari-hari di rumah saja. Cowok yang datang main ke rumah ini juga tidak pernah ada, kan? kasihan dia, sepertinya kesepian.”“Ibuk salah. Justru Non Niken setiap hari berbunga-bunga. Tapi, saya gak berani bilang siapa orangnya, ya, Buk, jangan paksa saya bicara, ya!”“Siapa? Kamu kenal, Srik?”“Jangan tanya, Buk! Ampun! Ya, Alloh, kanapa mulutku nyeplos, sih! Anggap Ibuk gak pernah dengar apa-

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 203. Alisya Hamil, Aisyah Cemburu

    Bab 203. Alisya Hamil, Aisyah Cemburu==========“Iya. Aku akan belajar untuk berubah. Sabar, ya, Sayang! Aku pasti bisa, meski perlahan.” Deva mengelinjang. Sentuhan Alisya membuatnya kian mengawang. Nalurinya kian menghentak, saat tangan Alisya melepas lilitan handuk di pinggang.“Aku khawatir, Sya! Kalau beneran sudah ada calon bayi kita di rahim kamu, aku takut dia terganggu, Sayang!”“Kamu bisa pelan-pelan, kan, Mas!”“Hem, bisa. Terima kasih, Sayang!”Alisya membuktikan rasa hati yang sesungguhnya. Ungkapan cintanya yang begitu besar yang hanya untuk Deva. Tak ada&nb

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 202. Perhatian Raja Membakar Cemburu Deva

    Bab 202. Perhatian Raja Membakar Cemburu Deva=========“Tidak, kita ke Dokter spesialis kandungan saja, Sayang! bentar aku pakai baju, dulu, ya! Ops, kamu di situ aja, nanti aku gendong ke mobil. Jangan bergerak, Sayang! Tolong jangan gerak, ya!” titahnya seraya bangkit dan berjalan menuju lemari pakian.“Aku bisa jalan sendiri, Mas! Gak usah berlebihan, deh! Aku gak manja, kok. Seperti yang kamu mau. Kamu kan gak suka perempuan manja!”“Sya?” Deva menatap lembut wajah istrinya. Pria itu urung membuka pintu lemari.Ponsel Alisya berdering.&nbs

DMCA.com Protection Status