Home / Romansa / Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK / 3. Tak Meninggalkan Uang Sepeserpun

Share

3. Tak Meninggalkan Uang Sepeserpun

last update Last Updated: 2021-10-23 11:36:00

Bab 3 Tak Meninggalkan Uang Belanja Sepeserpun

=====

“Mama?”

Gadis kecil itu mengerjapkan mata, di dalam gendongan Alisya.

“Eh, udah bangun putri mama? Maaf, ya, mama membuat kamu terbangun!”

Agak kesulitan, wanita itu berjalan menggedong anaknya sembari menenteng tas dan kresek palstik berisi  bekal.

Tita mau te mana, Ma?”

“Kamu ikut mama kerja, Sayang, maukan?”

Holee! Mau, Ma. Tulunin Lena, aja!  Lena mau dalan aja!”

“Oh, Rena mau jalan?”

“Iyah.”

Dengan masih agak sempoyongan, anak kecil itu berjalan dengan dituntun olah ibunya menuju ujung gang, di mana bus karyawan pabrik sarung tangan telah menunggu.

“Tumben anakmu ikut?” tegur Endah, teman satu pabrik tapi beda grup.

“Iya, nih. Di rumah gak ada yang jaga.”

Alisya memangku putrinya dan meletakan semua perbekalan di lantai bus, di dekat kakinya. Saat bus berguncang melintasi jalan yang berlubang, salah satu barang bawaannya tercampak ke bawah kursi bus di bagian depan.

“Tolong, Mbak! Itu kresek berisi pakaian ganti anak saya!” pinta Alisya.

“Repot banget kamu, Sya! Kerja bawa anak! Ketahuan mandor, bisa dipecat kamu!”

Alisya terdiam.  Benar sekali apa yang dikatakan oleh salah satu temannya itu. Tetapi dia tak mungkin meninggalkan Rena di rumah. Sebentar lagi perang besar akan terjadi di rumah itu. Uang belanja, jatah  Intan kuliah, uang rokok Fajar, uang buat mengganti ongkos taksi Desy tadi malam, tak sepeserpun dia tinggalkan di atas kulkas,  seperti permintaan  mertua dan  suaminya.

Sebentar lagi salah satu penghuni rumah itu akan terbangun dan keributan akan segera dimulai. Jika Rena dia tinggal, Alisya khawatir dia akan menjadi sasaran kemarahan mereka. Itu sebab wanita itu nekad membawa Alisya hari ini.

“Ini!” 

Endah menyodorkan kresek hitam yang tercampak ke depan tadi.

“Makasih, Mbak!”

“Kenapa putrimu tidak dititip saja? Itu buat kebaikan kamu, lho. Peraturanya kita gak boleh bawa anak saat bekerja!”

“Iya, Mbak.”

Alisya menelan saliva dengan susah payah. Berpikir keras di mana dia bisa menitipkan putrinya? Tidak ada. Orang tuanya tinggal di kampung, pun dengan keluarga dari pihaknya. Yang di dekat sini semua keluarga dari pihak suaminya. Tak mungkin dia menitipkan putrinya di sana.

Ponselnya tiba-tiba berdering. Susah payah dia mengeluarkan benda pipih itu dari saku tas kerja.

“Lena duduk bawah aja, Ma!”

Putrinya beringsut turun dari pangkuan, menyadari sang mama kesulitan.

“Gak apa-apa, Sayang! Sini Mama pangku aja!”

Teleponnya masih saja berdering. Alisya mengabaikan dulu putrinya yang kini duduk anteng di lantai bus.

Alisya tercekat saat melihat layar ponsel, mertuanya   menelepon.

“Hallo, Ma!” sapanya tetap sopan.

“Kamu di mana?”

“Di bus, mau kerja.”

“Turun!”

“Lho, kok turun?”

“Turun pokoknya, Fajar akan negejar kamu ke situ, udah sampai mana?”

“Untuk apa Mas Fajar ngejar saya, Ma?”

“Kamu lupa ninggalin uang belanja hari ini, ganti uang Mama tadi malam, jatah jajan Intan kuliah, juga jatah beli rokok Fajar! Kamu lupakan, ngeletakinnnya di atas kulkas?”

“Oh, iya, saya lupa,” Alisya pura-pura kaget.

“Lupa kamu bilang?”

“Maaf, ya, Ma! Sepertinya kalian harus makan apa adanya aja hari ini, ya! Tadi saat membuat bekal kerja, saya liat masih ada telur di kulkas tiga biji. Nah, dadar itu aja, Ma! Tapi harus irit, ya.  Harus cukup untuk sekalian makan malam kalian. Maaaaaaf, banget, lho, Ma!”

“Gila, kau anggap apa kami makan hanya dengan lauk seperti itu?  Gembel? Iya?”

“Ya, enggak, Ma. Tapi, kalau harus begitu, mau gimana?”

“Aku akan utang aja di warung si Mumun. Nanti malam kamu singgah situ sepulang lembur, langsung bayar!”

Alisya terdiam.  Mertuannya ternyata punya jalan keluar. Tapi, Alisya tak kurang akal, setelah ini, dia akan menelpon semua pemilik warung di sekitar rumahnya, berpesan agar tak  ada yang memberi izin   kepada mertuanya untuk  mengutang.

“Eh, kok diam?”

“Gak apa-apa, Ma.”

“Trus, itu, jatah harian si Intan sama jatah rokok si Fajar, aku duluanin pake uang simpananku. Nanti sore kamu ganti.  Intan tiga puluh rebu, Fajar tiga puluh rebu, ongkos taksi Desy tadi malam tiga pulu lima rebu, totalnya seratus rebu.  Harusnya Sembilan puluh lima rebu, sih.  Lima rebunya anggap aja bunganya. Jelas?”

Alisya bergeming.  Mencoba mencerna semua kalimat itu. Sama sekali dia tak paham jalan pikiran ibu mertuanya. Untuk biaya anaknya sendiri, kenapa dia yang dibebani, coba?  Kalau jatah rokok Fajar, masih masuk akal karena dia adalah istrinya, dan sang suami masih belum mendapatkan pekerjaan baru.   Tapi, jatah kuliah Intan? Bukankah mertuanya masih punya uang simpanan?

Tersadar perempuan itu, kalau dirinya ternyata telah diperas sedemikian kejamnya selama ini.

“Ingat, Sya! Ini uang simpanan Mama. Harus kau ganti! Dua hari lagi ada arisan keluarga besar Mama. Besok mau belikan baju baru mau dipake di acara itu, paham!”

Telepon diputus.

Suatu tekat kini terpatri di hati Alisya. Tak ada cara lain lagi selain berpisah dari Fajar.

*

“Rena tunggu di sini, Sayang! Jangan lasak, ya! Mama kerja!” titah Alisya mengingatkan putrinya, setelah selesai menyuapi anak itu dengan nasi goreng yang dibawanya dari rumah tadi.

“Iya, Ma. Lena duduk di cini, aja,” ucap bocah dua tahun itu sambil duduk di lantai, menyandarkan tubuh mungilnya di locker sang bunda.

“Pokoknya Rena gak boleh ke mana-mana. Kalau ketahuan sama Bos Mama, kita bisa diusir, deh!” Alisya membelai kepala putrinya. Rasa pilu menyeruak di hatinya.

“Iya, talau diucin, tita ndak bica mamam yagi, ndak bica beyik dadan, ndak bica beyik boneta, tayak punya Celin.”

Alisya memeluk putrinya, erat, seketika luruh titik air bening dari kedua sudut matanya. Segera menyeka, khawatir sang putri menyadari tangisnya.

“Sya! Ayo! Mesin udah mulai dihidupkan itu, kalau telat, ntar potong gajikan, sayang!”

Rika teman SMA-nya, juga temannya satu grup mengingatkan.

“Iya.”

Alisya melepas putrinya, langsung berbalik dan meninggalkan gadis kecil itu dengan berat hati.

“Tinggal dulu, ya, anak cantik. Kalau lapar, makan jajanannya itu, ya! Jangan ke mana-mana, lho!” Rika megusap kepala Rena.

“Iya, Ante!”

Bocah kecil itu tersenyum sambil melambaikan tangan. Boneka kecil dan kumal dia dekap dengan sebelah tangannya.

Alisya mungkin sangat sedih menempatkan putrinya di dekat locker seperti itu, tetapi sungguh berkebalikan dengan perasaan sang putri.  Rena sangat bahagia bisa ikut mamanya ke pabrik. Meski tak bisa bersama-sama, tetapi dia bisa dekat dengan sang bunda. Dari pada di rumah, tak diurus, tak dipedulikan, sama sekali tak pernah dianggap ada oleh nenek, tante Intan, tante Desy, dan papanya. Belum lagi siksaan fisik yang sering dia terima. Itu sebab bocah itu tiada henti tersenyum bahagia.

*

“Yang semangat kerjanya semua! Hari ini Bos besar mau turun ke lapangan. Dia mau meninjau langsung ke pabrik.  Pokoknya saat dia masuk nanti, kalian tak ada yang terlihat malas, ya! Ini ada hubungannya dengan usulan perwakilan buruh kemarin tentang kenaikan gaji. Mohon kerja samanya, ya!” Sang Mandor menyemangati.

“Siaaap, Kak!” Serempak grup Alisya menjawab.

“Kamu gak lembur nanti malam?” tanya Rika setelah sang mandor berlalu.

“Enggaklah, anakku enggak mungkin kubawa lembur juga, iyakan?”

“Parah banget, sih, keluarga lakikmu, sampai-sampai kamu gak tenang ninggali dia di rumah?”

“Iya, tadi malam saat aku pulang cepat, aku dapatin Rena tidur sendirian.  Anak sekecil itu, lho! Berarti memang begitu selama ini. Aku memang enggak pernah ngecek kamarnya setiap pulang lembur, karena udah kecapean. Miris liat putriku diperlakukan seperti itu.”

“Iya, anakmu itu juga tampak kurang sehat, deh. Badannya kurus banget, kulitnya kusam, dan maaf, Sya. Tadi saat aku belai kepalanya ….“

Rika menggantung ucapannya.

“Kenapa, Ka?” Alisya penasaran.

“Maaf, tapi, ya, Sya! Di kepala anakmu, banyak kutu rambut!”

“Astaga!” Alisya tersentak.

“Maaf, lho, Sya! Aku gak bermaksud menghina.”

“Enggak apa-apa, Ka. Aku memang enggak pernah sempat mengecek kepala Rena. Bahkan aku tak sadar kalau dia sering garuk-garuk kepala.”

“Kamu terlalu fokus kerja. Di hari yang seharusnya kamu istirahat pun, kamu lembur. Kapan waktu kamu memperhatikan putrimu?”

“Iya, tagihan bulanan kami banyak banget, Sya. Saat di PHK, mobil Mas Fajar ditarik perusahaan, Mas Fajar seperti orang gila meraung-raung.  Mertuaku mengusulkan membeli mobil sendiri dengan cara dicicil. Aku terpaksa menyanggupinya.  Aku stres dengan tagihan mobil, listrik, air, belum lagi biaya sehari-hari. Itu sebab aku harus lembur setiap ada kesempatan. Kuharap, anakku diurus dengan baik oleh nenek ataupun tantenya. Ternyata, tidak.”

“Baguslah, kalau sekarang kamu sudah sadar. Berhenti berbakti kepada keluaga enggak punya hati itu! Kau layak bahagia, Sya, juga putrimu! Tinggalkan keluarga itu!”

“Iya, Ka. Itulah tekatku sekarang.”

“Sssst! Jangan ada yang ngobrol! Bos menuju kemari! Konsentrasi semua!”

Sang Mandor mengingatkan.

Semua fokus menekuni tugas mereka, tak ada yang  bersuara lagi.

“Mammmmmma …!”

Kaget, semua mata tertuju ke sumber suara. Bocah dua tahun itu tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Tangan mungilnya berada di dalam genggaman sang Bos Besar, pemilik perusahaan sarung tangan terkenal itu.

*****

Bersambung.

Comments (15)
goodnovel comment avatar
Beni Hamuri
emang gaji buruh pabrik sarung tangan brp bisa buat bayar2 segitu banyak?? ...
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
pasih gilaa
goodnovel comment avatar
Syarif Hidayat
tembak aja
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   4. Rena Bersama Putra Sang Big Bos

    Bab 4 Rena Bersama Putra Sang Big Bos ====== Renasya Putri Fajar, begitu nama lengkapnya. Nama pemberian dari kakek tercinta, ayah kandung Alisya. Sebagai bentuk ungkapan syukur dan bahagia yang tiada terhingga. Atas kehadiran cucu pertama. Sayang, mereka terpisah jarak. Sang kakek dan nenek tinggal di sebuah desa, di bawah kaki gunung nun jauh di sana. Enam jam perjalanan harus di tempuh dengan kendaraan darat. Itu sebab Rena tak bisa di titipkan bersama mereka bila Alisya bekerja. Gadis kecil itu menatap lurus ke arah mana sang Mama berjalan. Tak ada gentar di hatinya. Meski ditinggal sendirian di ruangan sepi itu. Dia sudah terlalu terbiasa sendirian. Di rumah memang banyak penghuninya, tetapi dia selalu terasing dan dibiarkan sendirian. Tak ada yang perlu ditakutkan, Rena sudah bisa bersahabat dengan sepi, dan berteman akrab dengan sendiri. Meskip

    Last Updated : 2021-10-23
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   5. Pindah Tugas di Rumah Direktur Utama

    Bab 5. Pindah Tugas Di Rumah Direktur Utama ====== “Om, ini Mammma Lena!” Rena tak tahan lagi untuk tidak berisik. Bocah itu berlari mengejar ke arah Deva. Perbincangan lewat telepon itu terhenti. “Sebentar, Pa!” ucapnya seraya menutup ponselnya. “Oom dadi nanya Mamamma, tan? Itu Mammmma Lena, Om! Ayo calim!” “Rena! Hussst!” Alisya benar benar merasa ketakutan. Tingkah Rena sudah keterlaluan. Bagaimana mungkin putrinya berbicara begitu akrab dengan sang atasan. Soalah mereka sudah saling kenal. Bocah dua tahunan itu bahkan berani memegang tangan sang Bos, lalu menariknya mendekati Alisya. “Ayo, Om!” Mulut mungil itu berkata dengan polosnya. “Rena! Sini, Sayang!” &n

    Last Updated : 2021-10-23
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 6 Menumpang di Mobil Pria Angkuh

    Bab 6 Menumpang di Mobil Pria Angkuh ======== Alisya mengeluarkan semua barang-barangnya dari dalam locker lalu memasukkan semuanya ke dalam kantongan kresek besar. Tak ada tas atau semacamnya. Tak apa, tak ada yang perlu digengsikan. “Syukurlah kita berdua tak dipecat, aku mendapat surat peringatan, dan kamu dipindah tugaskan. Baik-baik bekerja di tempat yang baru, ya! Tetap semangat!” Sang Mandor grup memeluk Alisya. “Maafin aku, Kak! Hampir saja Kakak terkena masalah karena aku.” “Sudah! Tidak apa-apa. Jaga putrimu, ya!” “Salam sama teman-teman, ya, Kak! Bilang sama Rika, nanti aku telpon pas rehat!” “Iya.” “Dadah Ante!”

    Last Updated : 2021-11-25
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 7. Pertengkaran Dengan Mertua

    Bab 7. Pertengkaran Dengan Mertua========Gontai Alisya berjalan, menjingjing barang barangnya. Otaknya sibuk berpikir tentang watak putrinya. Kenapa Rena cenderung ngelawan. Bahkan dia berani membantah perintah Alisya. Sang bunda tidak tahu, kalau kesakitan dan kekasaran yang diperbuat anggota keluarganya selama ini pada putrinya, telah merubah watak lemah lembut menjadi kasar dan pendendam. Rena mulai mendendam pada Deva.“Eh, tumben udah pulang? Kamu enggak lembur?” Mama mertua menyambut di depan pintu.“Tidak, Ma.” Alisya menjawab singkat, langsung berjalan menuju kamar utama.“Itu barang-barang kerja pabrik kamu, kok, di bawa pulang semua?” Sang Mertua mengekori.“Ya, saya gak ker

    Last Updated : 2021-11-25
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 8. Stop Menjadi Sapi Perah

    Bab 8. Stop Menjadi Sapi Perah=====“Aku akan pergi dari sini! Berhenti mengharapkan aku menjadi sapi perah kalian!”Alisya memeluk putrinya sambil berjongkok. Meniup dan mengusap bekas cengkaraman sang nenek yang membiru di tangan mungil sang putri.“Mas Fajar! Sayang! Lho, kok, ada Alisya? Dia gak kerja?”Desy berdiri kaku di ambang pintu. Semua melongo, suasana semakin tegang.Tak ada yang berani memulai pembicaraan. Sang mertua bahkan berhenti meringis kerena kesakitan bekas gigitan Rena.Fajar memucat. Desy mematung.“Masuk kamar dulu, Sayang! Rena tunggu Mama di kamar, ya!” Alisya menggendong putrinya masuk ke dalam

    Last Updated : 2021-11-25
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 9. Menunda Minta Talak

    Bab 9. Menunda Minta Talak=======“Keputusan yang sangat tepat, Alisya!” Wanita paru baya itu tersenyum culas.“Ya, keputusanku menunda meminta talak, memang langkah yang paling tepat saat ini. Tapi ini hanya menunda. Perlu Mama ketahui, aku akan mencari cara yang paling tepat untuk menyampaikan hal ini pada orang tuaku di kampung.”“Lakukan saja, kalau kau mau cepat-cepat jadi anak yatim!” ancam mertuanya.“Dan kamu, Mas! Meski aku menunda perpisahan kita, aku tetap menganggap kalau kamu bukan suamiku lagi. Jadi, gak perlu main kucing-kucingan untuk memasukkan kekasihmu ini ke dalam kamar! Silahkan saja! Karena aku sudah tak peduli!”“Alisya

    Last Updated : 2021-11-25
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 10 Mulai Membangkang Kepada Suami dan Mertua

    Bab 10 Mulai Membangkang Kepada Suami dan Mertua======“Kak, dipanggil Mas Fajar!” Intan mengetuk pintu kamar Rena. Alisya tengah menidurkan putrinya di dalam.“Sebentar!” Alisya memastikan putrinya pulas. Setelah yakin, wanita itu melangkah keluar, bukan karena patuh, tetapi karena tak ingin menambah masalah bila dia membangkang.Keluarga benalu itu tengah makan malam rupanya. Mereka berkumpul di meja makan.“Rena mana?” Ramah sang mertua menyambutnya. Tumben, dia perhatian kepada cucunya. Pasti ada maunya. Mungkin mertuanya berpikir sekarang semua sudah baik-baik saja, karena Alisya gagal meminta pisah tadi siang. Namun, bagi Alisya ini bukan suatu kekalahan, melainkan awal dari perjuangan.“Dia sudah tidur.

    Last Updated : 2021-11-25
  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 11. Tendangan Alisya Membuat Fajar Meringis Tak Bersuara

    Bab 11. Tendangan Alisya Membuat Fajar Meringis Tak Bersuara==========“Kamu memang udah biasa naik angkot. Perempuan kampung, naik angkot itu udah mewah banget. Dari kecil hidup di lingkungan keluarga miskin, gak kenal apa itu mobil pribadi. Beda dengan Fajar dan Intan. Dari kecil sudah hidup mewah, gak pernah sejarahnya naik angkutan umum!” Sang Mertua makin meradang.Sakit hati Alisya mendengar itu. Jadi, itu sebabnya dia dibabukan selama ini? Begitu rendah harga dirinya di mata mertuanya. Alisya ingat, sejak awal dirinya memang tak disukai oleh ibu mertua. Sudah lebih seribu kali wanita itu mengatai dirinya sebagai perempuan kampung. Memang benar dirinya adalah perempuan yang berasal dari kampung, sama seperti Desy, yang juga bearasal dari kampung. Tetapi kenapa Desy diperlakukan berbeda? Apakah karena Desy putri dari adik kandungnya?

    Last Updated : 2021-11-25

Latest chapter

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)

    Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)=============“Yang itu? Sepertinya itu Tante Niken sama siapa, ya, Ma? Ada dua oom oom juga.”“Kita ke sana, yuk Sayang! Biar nampak jelas.”Keduanya mempercepat langkah. Jarak beberapa meter, mereka berhenti. Alisya menahan langkah Tasya, dengan mencengkram lengan gadis kecil itu. Keduanya melongo menatap pemandangan yang mengejutkan di depan mereka. Supir peribadi Niken yang telah lama menghilang, kini ada di sana.Nanar mata Alisya menatap seorang pria satunya. Lelaki kurus, seolah tingggal kulit pembungkus tulang. Mata cekung&nb

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 209. Culik Aku, Mas!

    Bab 209. Culik Aku, Mas!========“Kasihan Intan, Mas.”“Bagaimana dengan aku? Aku juga sudah berjuang melupakan kamu, tapi tetap gak bisa, gimana?”“Mas?”“Ya?”“Aku bingung!”“Kenapa bingung?”“Masih gak percaya dengan ucapan Intan tadi. Gak mungkin Mama setega itu sama kamu!”“Nyatanya seperti itu, Non! Bu Alina menyerahkan selembar cek untukku, agar aku pergi meningalkan kamu. Tapi aku tolak, karena cintaku tak ternila

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 208. Bukan Pagar Makan Tanaman

    Bab 208. Bukan Pagar Makan Tanaman=========“Stop! Stop! Kubilang stop! Kumohon berhenti! Jangan ikuti aku!” Niken berteriak.“Ok, kami berhenti. Tapi, kamu juga berhenti, Ken! Kenapa? Kenapa kamu mau pergi, setelah sekian lama kita tak berjumpa? Ok, aku pernah salah, aku pernah khilaf. Tapi, Mas Deva sudah memaafkan aku. Aku juga sudah menyasali perbuatanku. Aku sudah insyaf, Ken! Mas Deva dan Kak Alisya saja mau memaafkan kesalahanku, kenapa kamu tidak? Padahal kita udah sahabatan sejak kuliah semester satu. Empat tahun bukan waktu singkat untuk membina suatu hungan persahabatan, Niken!” Intan kini berurai air mata.“Sahab

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 207. Kejutan Buat Niken

    Bab 207. Kejutan Buat Niken===========“Rena! Cepat, dong! Ke mana lagi, sih?” Niken memanggil keponakannya.“Bentan, Ante!” teriak gadis kecil berseragam sekolah taman kanak-kanak itu berlari menuju halaman belakang sekolah.“Rena! Ayo, dong! Kak Tasya nanti kelamaan nunggunya, lho!” Niken berusaha mengejar.Hampir setiap hari Rena menuju tempat itu. Rumah penjaga sekolah. Entah apa yang menarik perhatian Rena di sana. Biasanya Dadang yang mengantar dan menjemput Rena. Pak Dadang hanya akan menunggu saja di mobil, di dekat gerbang, tapi hari ini dia 

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 206. Permintaan Alisya

    Bab 206. Permintaan Alisya===========“Lakukan sesuatu, Mas! Kamu mau Niken seperti itu terus?” pinta Alisya menuntut Deva.“Apa yang bisa kuperbuat, Sya?”Deva menoleh ke arah Alisya. Wanita yang masih berbaring itu menatapnya dengan serius. Deva mendekat. “Aku bisa apa, coba? Mencari Hendra lalu menikahkannya dengan Niken? Lalu apa yang akan terjadi dengan Mama? Belum lagi Papa. Kamu tahu resikonya sangat berat, bukan?”“Ya. Tapi aku tidak tega melihat Niken makin terpuruk seperti itu.”“Aku paham. Aku akan usahakan yang terbaik buat mereka. Jika mereka berjodoh, aku yakin mereka pasti akan bersatu juga. Seperti kita.”“Ya.”“Bedanya, kamu bisa

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 205. Niken memilih Menjadi Perawan Tua

    Bab 205. Niken memilih Menjadi Perawan Tua=======“Gimana, dong?” Aisyah memilin ujung jilbabnya.“Siapa yang suruh merajuk-rajuk segala. Dipaksa nikah sama Mama, bingung, kan?”“Mas Raja, sih. Suka banget buat Ai cemburu!”“Ai, aku baik sama Alisya, hanya sebatas adik kepada kakaknya, gak lebih! Tolong kamu paham, dong, Ai. Aku, sih, ok aja, disuruh nikahi kamu, sekarang, pun aku mau. Tapi, kamu? Belum mau, kan? Nah sekarang siapa yang gak serius dengan hubungan ini?”“Ai serius, Mas. A

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 204. Kejutan Putri Bungsu Haga Wibawa

    Bab 204. Kejutan Putri Bungsu Haga Wibawa==========“Siapa bilang Non Niken tidak punya kekasih, Buk?”“Buktinya, lihat! Hari-hari di rumah saja. Cowok yang datang main ke rumah ini juga tidak pernah ada, kan? kasihan dia, sepertinya kesepian.”“Ibuk salah. Justru Non Niken setiap hari berbunga-bunga. Tapi, saya gak berani bilang siapa orangnya, ya, Buk, jangan paksa saya bicara, ya!”“Siapa? Kamu kenal, Srik?”“Jangan tanya, Buk! Ampun! Ya, Alloh, kanapa mulutku nyeplos, sih! Anggap Ibuk gak pernah dengar apa-

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 203. Alisya Hamil, Aisyah Cemburu

    Bab 203. Alisya Hamil, Aisyah Cemburu==========“Iya. Aku akan belajar untuk berubah. Sabar, ya, Sayang! Aku pasti bisa, meski perlahan.” Deva mengelinjang. Sentuhan Alisya membuatnya kian mengawang. Nalurinya kian menghentak, saat tangan Alisya melepas lilitan handuk di pinggang.“Aku khawatir, Sya! Kalau beneran sudah ada calon bayi kita di rahim kamu, aku takut dia terganggu, Sayang!”“Kamu bisa pelan-pelan, kan, Mas!”“Hem, bisa. Terima kasih, Sayang!”Alisya membuktikan rasa hati yang sesungguhnya. Ungkapan cintanya yang begitu besar yang hanya untuk Deva. Tak ada&nb

  • Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK   Bab 202. Perhatian Raja Membakar Cemburu Deva

    Bab 202. Perhatian Raja Membakar Cemburu Deva=========“Tidak, kita ke Dokter spesialis kandungan saja, Sayang! bentar aku pakai baju, dulu, ya! Ops, kamu di situ aja, nanti aku gendong ke mobil. Jangan bergerak, Sayang! Tolong jangan gerak, ya!” titahnya seraya bangkit dan berjalan menuju lemari pakian.“Aku bisa jalan sendiri, Mas! Gak usah berlebihan, deh! Aku gak manja, kok. Seperti yang kamu mau. Kamu kan gak suka perempuan manja!”“Sya?” Deva menatap lembut wajah istrinya. Pria itu urung membuka pintu lemari.Ponsel Alisya berdering.&nbs

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status