Archer’s Mansion
08.22 PM______________Christian mengerjapkan mata. Kepalanya pening bagai terkena pukulan gada. Pria itu meringis sambil memegang kepala dengan kedua tangan. Kelopak matanya kembali terpejam saat sinar dari cahaya lampu menusuk netranya. Sambil mendesis panjang, pria itu mencoba mengingat apa yang telah terjadi padanya. Sontak ia menarik tubuhnya. Christian terduduk sempurna saat semua ingatannya telah terkumpul.“Ilona …,” gumam pria itu. Matanya langsung melebar saat melihat pemandangan di sekeliling. Ia menjatuhkan tatapan menatap dirinya kini yang tengah berbalut selimut tebal.
“Arrrghhh ….” Chris kembali membanting punggung. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Pria itu ingat apa yang telah terjadi padanya. “Sial!”
Christian mendengkus. Tenggorokkannya tersekat hebat. Ia meraih segelas air dari atas nakas lalu meneguknya dengan cepat. Chris kembali menghembuskan napas panjang. Rasa-rasanya dia ingin mati saja sekarang. Chris menarik kepalanya dengan kedua tangan.
“Bagaimana ini, dia sudah melihat sisi tidak warasku,” gumam pria itu. Chris menutup mata rapat-rapat. Ia tak hentinya merutuki diri. Bisa-bisanya pria itu hilang kontrol.
“Persetan dengan panic attack!” makinya. “Tapi … bagaimana keadaan Ilona? Sial!” Pria itu terus bermonolog. Ia mengacak-acak rambut dengan frustasi.
Christian menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia turun dari ranjang dan bergegas keluar dari kamarnya. Chris menaikki anak tangga dengan terburu-buru. Ia memanjangkan langkah, ingin segera menghampiri Ilona dan menjelaskan situasi yang sebenarnya. Gadis itu pasti terkejut dan bahkan mungkin takut melihat apa yang telah terjadi pada Christian tadi siang.
Christian berada di depan pintu. Tangannya telah siap menekan gagang pintu namun kemudian seseorang menarik lengannya membuat Christian terpaksa memutar tubuh. Di depannya berdiri seorang Kenedict Archer. Sorot mata hijau zamrud itu kini tengah mengicil memberikan tatapan tajam memandang pria di depannya.
Christian menurunkan tatapannya. Menatap lengannya yang sedang dalam cengkraman tangan sang adik. Sedetik kemudian Chris kembali membawa pandangan menatap Kenedict yang kini tengah mengetatkan rahangnya.
“Lepaskan aku!” ucap Chris. Pelan namun penuh penekanan.
“Cih!” Kent membuang muka lalu menggelengkan kepala. “What’s wrong with you, Christian?” ucap suara yang tak kalah berat dengan suara Christian barusan.
Kent menarik lengan Chris dengan paksa membuat tubuh pria itu terhuyung. Menjauh dari pintu kayu di depannya.
“Pertama, ini lantai dua. Lantai dua adalah rumahku. Bagianku. Tak ada yang boleh naik kesini tanpa seijinku. Dan kupikir kau telah paham semua itu, Christian? Haruskah aku menempel petisi di ujung anak tangga?” ujar Kent.
Christian mengayunkan tangan, menepis tangan Kent dari lengannya. Pria itu tak kalah memberikan tatapan tajam pada sang adik.
“Ah, dan juga.” Kent mendekatkan tubuh. Matanya semakin sinis menatap pria di depannya. “Berhenti mengganggu gadisku. Aku mungkin tidak bisa menghukumu, tapi kau harus tahu, Chris-,” Kent kembali menjeda kalimatnya. Ia melangkah semakin mendekati sang kakak. Kent meraih kedua sisi kerah kameja Christian. Ia kembali menatap sang kakak. Semakin mengecil mata itu, semakin tajam pandangannya.
“Aku terpaksa menghukum gadis itu karena kesalahanmu,” ucapnya. Kent menarik kerah baju Chris lalu mendorongnya dengan pelan.
“Kent, dia bukan milikmu,” sahut Chris.
Kent tersenyum miring. Ia menatap pria di hadapannya dengan tatapan arogan. Kent memalingkan wajah sebentar lalu dengan cepat menatap Christian.
“Kau mungkin bisa memiliki apa pun yang ada di dunia ini namun, manusia bukan barang, Kenedict kau harus tahu itu,” ujar Chris. Kali ini ia menunjuk dada sang adik dengan jari telunjuknya yang langsung di respon oleh Kent. Ia menghempaskan tangan itu dengan kasar.
“Tak cukupkah bagimu?” hardik Kent. “Aku sudah berbagi segala yang kumiliki denganmu. Chris-,” Kent mengangkat dagunya tinggi. Menyimpan kedua tangan kedalam saku namun matanya tak ingin melepas tatapan pada sang kakak. “Apa lagi yang tidak kubagi denganmu, hah? Aku bahkan membiarkan orang tuaku mengasuhmu. Mengangkatmu dari jalanan. Memberikan nama yang sama dengan namaku. Memberikan tempat terbaik di rumah ini. Bahkan membagi rata warisan dari ayah, apalagi yang kurang, Chris? Apakah aku juga harus membagi seorang budak denganmu? Atau kau ingin tidur satu ranjang juga dengan kam-“
PLAK!
Ucapan Kenedict terhenti saat Christian menghadiahkan tamparan keras di pipinya.
“FUCK!” pekik Kent. Ia memutar tubuh dengan cepat. Memandang Christian dengan tatapan nyalang. Kepalan tangannya mendarat memberikan bogem mentah pada sang kakak.
BUKK!
Wajah Christian terlempar hingga tubuhnya terhuyung dan berakhir terjatuh di lantai. Pria itu meringis sambil memegang sebelah pipinya. Christian memutar wajah tepat saat Kent kembali menghampirinya dan menarik paksa kerah bajunya.
“Berani-beraninya, kau!”
BUKK!
Kent kembali mendaratkan kepalan tangannya ke pipi Christian. Pria itu tak mau tinggal diam. Ia mengangkat tangan dan membalas pukulan Kent.
BUKK
BUKK
BUKK
Kent terhempas. Ia menunduk. Perlahan-lahan ia membawa ibu jari mengusap bibirnya. Kent terkekeh saat melihat darah dari bibirnya. Dengan cepat ia berbalik. Berdiri dan dengan satu kali gerakkan ia kembali mengayunkan tangan namun kali ini Christian berhasil menangkisnya.
“Kau tidak punya hak apa pun untuk mengatakan itu, Kent.”
Kent terkekeh sinis. “Ohya? Bukankah aku mengatakan faktanya? ANAK PUNGUT!” ucap Kent dengan nada menekan pada kalimat akhir.
BUKK
Satu pukulan tangan kanan dari Kent sanggup membuat Christian kembali terhuyung. Pandangannya seolah berputar dan ia kembali ambruk.
“Arrrghhh!” Christian meringis.
Kent mendengus namun selanjutnya ia malah menunggingkan senyum iblis. Pria beraura gelap itu kini menunduk. Matanya membesar sambil memberikan tatapan keras pada Chris.
“Ingat posisimu sebelum menginginkan apa yang aku punya. Kau dan aku memang bersaudara. Selama ini aku tidak pernah mempermasalahkan soal kasih sayang orang tuaku yang terbagi denganmu. Aku juga tidak pernah mempermasalahkan soal harta. Aku tidak pernah mempermasalahkan soal apa pun yang menyangkut tentang hidupmu. Namun, jika kali ini kau berani mengambil apa yang sudah menjadi milikku-,” Kent meraih satu sisi wajah Chris lalu menepuk-nepuk pipinya dengan kuat. “Akan kubuat kau menyesali hari dimana kau menginjakkan kaki di rumah ini,” kecam Kent. Ia menghempaskan wajah Chris begitu saja lalu melangkah meninggalkan pria itu.
“Astaga, Chris!”
Ilona memekik. Betapa terkejutnya ia saat hendak keluar dari kamarnya dan mendapati Christian tengah terkapar di atas lantai. Gadis itu hendak menghampiri Christian namun dengan cepat Kenedict menarik dirinya. Tubuh Ilona kembali terhempas ke dada bidang Kent. Ilona mendongak.
“Hei, apa yang kau lakukan? Dia berdarah,” ucap Ilona. Ia kembali menatap Christian. “Chris, oh ya Tuhan.”
“Chris?” Kent terkekeh sinis. Ia menggelengkan kepala. “Aku tidak menyangka ternyata kalian sudah seakrab itu,” ucap pria berkuasa itu. Ia kembali menarik lengan Ilona dengan paksa membuat gadis itu terpaksa menengadahkan wajahnya. Ia bisa melihat rahang Kent yang mengeras sempurna.
“Mau kucambuk lagi?”
Ilona tersentak oleh suara Kent yang memberat dengan tatapan dingin. Ia menggeleng lalu mendundukkan kepala. Tidak. Biritnya saja masih terasa begitu perih. Jika ia kembali melawan, Kenedict pasti akan menghukumnya lagi.
Ilona hanya memberikan tatapan iba kepada Christian yang masih terkapar sambil menatap matanya. Ilona menggeleng sambil menatap Chris.
“I’m sorry, Chris.” Gadis itu melirih. Air mata telah menggenang di pelupuk matanya. Melihat Christian dalam keadaan seperti itu, Ilona bisa menebak siapa yang telah melukai pria baik hati itu. Ilona menaikkan tatapan. Memandang Kent dengan tatapan sinis kemudian ia menggelengkan kepala.
“Kau benar-benar bukan manusia, Tuan!”
Ilona langsung menepis tangan Kent yang melingkari lengannya. Buru-buru gadis itu masuk dan kembali kedalam kamar.
“ILONA!” teriak Kent. Ia berbalik dan hendak meraih lengan Ilona lagi namun gadis itu telah dengan cepat menghilang dari balik pintu kayu bahkan dengan sengaja membanting pintu. Kelakuannya kembali membuat Kenedict geram.
“Arggghhh!” Pria itu berteriak. Ia menekan kepalan tangannya keudara. “SIAL!” umpatnya.
Lututnya berputar. “HEI!” Kent kembali berteriak sambil menggedor-gedor pintu di depannya. “Oh, kau memang selalu ingin di perlakukan seperti binatang, yah?” teriaknya lagi.
Ilona tidak peduli. Ia menyandarkan tubuh di belakang pintu kayu. Tak peduli seberapa kuat Kent menghantam benda itu membuat punggungnya terdorong. Tak peduli seberapa kuat Kenedict berteriak dan mungkin sebentar lagi ia akan mendobrak pintu ini. Tidak. Ilona tidak peduli dengan semua itu.
“Kau keterlaluan, Mr. Kent!” Ilona menoleh. Air mata terus saja keluar dari mata cokelat itu. Ia menarik kunci yang terletak di gagang pintu.
“Oh, sekarang kau bahkan berani mengatai aku? BUKA!” Kent mendaratkan kepalan tangannya di depan pintu. Ilona menutup mata saat suara itu menggema di telinganya.
“Tidak … aku tidak ingin tubuhku kembali menerima pukulan darimu. Kau tidak berhak!” lirih Ilona. “Kau tidak punya hak atas diriku. Aku bukan binatang,” lirihnya lagi.
Kent mendengkus. Napasnya bergemuruh. Bahkan Ilona bisa mendengarnya hingga kedalam. Ilona bisa merasakan tatapan Kent yang menyala, seakan-akan menusuk punggungnya.
“Ingat jika kau adalah milikku, Ilona. Dan aku berhak melakukan apa pun padamu.”
“Tidak! Kau salah besar Mr. Kent. Kau menghukumku dengan kaki dan tangan yang terikat bagaimana aku bisa melawanmu-,”
“Oh, jadi kau ingin melawanku? Lalu kenapa kau tidak biarkan aku masuk? Ayo lawan aku,” ucap Kent lagi. Ia menempelkan dahi di depan pintu.
“Tidak … bahkan jika aku punya kekuatan sekalipun, aku memang tak akan mungkin bisa melawanmu.”
“Bagus. Kau mulai sadar. Sekarang biarkan aku masuk,” ucap Kent lagi. Kedua tangannya telah mengepal dengan sempurna. Darahnya mendidih. Ingin sekali ia mendobrak paksa pintu di depannya dan menghukum gadis di dalam sana.
“Tidak, Mr. Kent.”
“Persetan denganmu,” gumamnya. “ILONA!” Kent berteriak.
“KENEDICT!” Christian berteriak bahkan sambil menahan rasa sakit di tubuhnya. Ia refleks berdiri. Dengan langkah gontai ia kembali menghampiri sang adik. Kent masih berdiri di depan pintu bahkan menempelkan dahi dan kepalan tangannya di sana. Christian meraih satu sisi pundak Kent.
“Kent, kau membuatnya takut-“
“LEPASKAN AKU!” Kent berbalik. Ia kembali menatap Christian dengan pandangan nyalang. “TERKUTUK DIRIMU DAN GADIS DI DALAM SANA!” maki Kent. Ia kembali mendorong tubuh Christian sebelum menarik dirinya dan hendak pergi namun, sebelum pria itu melanjutkan langkah, ia pun menoleh.
“Jika kulihat kalian berbicara atau bahkan sekedar saling melirik, akan kupastikan salah satu dari kalian akan lenyap malam ini juga dan aku tidak main-main.” Rahang yang mengetat itu tegas menekankan perkataannya barusan.
Christian tidak bisa berbohong jika alam bawah sadarnya bergidik saat menatap manik sehijau batu zamrud yang berubah gelap dan seolah menyala menyemburkan api yang sanggup menghanguskan dirinya. Chris menarik napas lalu membuangnya dengan cepat.
Ia bergerak menghampiri pintu di depannya.
“Ilona …,” panggil Chris.
“Pergilah Chris. Aku tidak ingin dia kembali melukaimu,” ucap Ilona. Ia masih memasang diri di belakang pintu.
Chris menarik napas dengan cepat. Ia membuang napas berat. Christian menggelengkan kepala.
“Ilona, bukalah pintu dan ijinkan aku masuk.”
“Kau tidak dengar yang dia katakan? Entah aku, atau dirimu. Diantara kita akan ada seseorang yang bisa segera lenyap jika aku berbicara padamu. Kalau aku yang mati, tidak akan ada yang menyesal. Aku tidak ingin hubungan kalian rusak hanya karena seorang budak seperti diriku,”
“Ilona kau bukan budak,” hardik Chris.
Ilona tersenyum sendu. “Hanya kau yang bisa memperlakukan aku dengan manusiawi. Terima kasih, Chris. Sekarang pergilah. Aku tahu kau belum sepenuhnya pulih. Aku ingin sekali keluar dan mengobati luka di wajahmu, namun aku terlalu pengecut, Christian. Sebenarnya aku sangat takut. Aku takut pria bringas itu kembali menghajarku dan juga menghajarmu. Jadi lebih baik kita saling menjauh.”
“Ilona, kumohon jangan seperti ini.” Chris semakin mendekat. Ia menempelkan wajahnya ke daun pintu. Christian menarik napas dalam-dalam sambil menutup matanya. “Ilona … untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa begitu nyaman dengan seseorang. Maafkan aku sempat membuatmu terkejut. Kau tahu yang tadi siang itu-,”
“Tidak apa-apa, Chris. Aku bisa paham. Kau tidak perlu menceritakannya. Aku mengerti. Maaf juga sudah membuatmu terjebak dalam keadaan seperti itu. Chris, kau juga satu-satunya orang yang membuatku merasa nyaman. Terima kasih untuk hari ini, Christian. Menghabiskan waktu denganmu, mungkin adalah hal yang terbaik yang pernah kulakukan di tempat ini. Tapi … demi keselamatanmu, dan demi diriku juga. Sebaiknya kita saling menjauh.”
“Ilona ….”
“Pergilah Chris, aku ingin istirahat.”
Tak ada kata lagi setelah itu. Ilona langsung menarik dirinya. Ia berjalan meninggalkan pintu, menuju ranjang. Ilona melempar tubuhnya di atas kasur empuk itu. Ia memeluk guling lalu mengubur wajahnya kedalam kasur.
Sementara di luar, Chrstian mengepalkan tangannya dengan kuat. Rahangnya ikut mengetat. Ia menatap pintu di samping kamar Ilona. Dengan wajah dan tangan yang bergetar, Christian pun berjalan menghampiri pintu kayu bernuansa gelap itu.
‘Akan kuhancurkan kesombonganmu. Akan kubuat kau membayar semua yang telah terjadi padaku selama ini. Yah. Kau benar. Aku bukan darah daging Archer. Aku hanyalah seorang anak yang di pungut dari jalanan. Namun, kau juga harus tahu jika aku memiliki hak yang sama denganmu. Kau sudah terlalu lama hidup nyaman, Kenedict. Kau pun tidak pernah mengerti apa arti memiliki yang sesungguhnya. Bagimu, wanita hanyalah bahan dari obsesi yang akan dibuang setelah memuaskan hasrat liarmu di atas ranjang. Tidak. Tidak akan kubiarkan Ilona berakhir seperti gadis-gadis sebelumnya. Akan kulakukan apa pun untuk memilikinya. Dan akan kupastikan jika kecowa seperti dirimu tidak akan bisa menghalangiku.’
_____________
To Be Continue ;)
Jangan lupa RIVIEW di kolom komentar, yah :)Hallo, selamat datang di duniaku. Jika kalian menyukai cerita ini, silahkan menyimpan cerita ini di perpustakaan kalian. Oh ya, ini Novel Dewasa yang hanya bisa dibaca oleh kalian yg sudah berumur 18+. Beberapa part akan menyuguhkan adegan dewasa dan explicit. Jika kurang menyenangkan bisa di skip. Cerita ini sekadar FIKSI semata. Tidak ada maksud utk menyinggung sebagian atau bbrp kelompok. Nikmati saja alurnya. Suka, duka, sedih, bahagia. Gemetar dan meledak. Rasakan sensasinya. Jangan lupa untuk memberikan VOTE dengan mengklik tombol VOTE di bawah. Keep your eyes open untill the end, yah ;) Mampir juga ke cerita terbaruku judulnya BEAUTIFUL PSYCHO bertema Romansa Dewasa. Ditunggu kehadirannya ;)
Kent memutar tubuh. Ada kekecewan di sana. Membentang luas dalam lubuk hati ketika bibirnya sendiri yang mengatakan janji itu. Memikirkan kembali apakah ia benar-benar telah siap melepas gadis yang belakangan ini mengisi hari-harinya. Apakah semuanya memang akan terlepas begitu saja ketika gadis itu bersedia bertelanjang dan menerima tubuh pria itu sepenuhnya. “Ayo,” ucap Kent. Ia kambali menoleh. Menjulurkan tangan yang kemudian di sambut oleh sang gadis. Berpegangan tangan namun entah mengapa kali ini Kent merasa berdebar-debar dalam hatinya. Kent berhenti tepat di samping kubikel sekertarisnya. “Layla, tolong batalkan semua rapatku hari ini. Termasuk wawancara dengan TV internasional,” ujar Kent. Layla mengerutkan dahi. Ia telah bekerja bertahun-tahun bersama Kent. Ia mengenal betul bagaimana sifat seorang Kenedict Archer. Pria itu tidak pernah membatalkan rapat apa pun selama ini. Dan hari ini, entah kenapa Kent jadi semakin aneh hanya karena seorang gadis kampungan bernama Ilon
“Aaaaarggh ….” Ilona menjerit. Suaranya menggema memenuhi ruangan ini. Ia berteriak. Menahan semua rasa sakit yang sedang diberikan oleh sang tuan. Tubuhnya bergetar sangat hebat. Jiwanya seolah ditarik ketika benda itu menyentuh biritnya. Kent kembali mengayunkan tangannya. Mengarahkan ikat pinggang berbahan kulit itu ke birit polos milik Ilona. Oh ya Tuhan, gadis itu kembali meringis, berteriak sambil mengepalkan tangan. “Berteriaklah.” Suara penuh dominasi itu terdengar begitu mengerikan. Pria itu seperti kesetanan. Murkanya meledak-ledak memerintah tangan kekarnya untuk terus terayun. TAAASSSHHH …. “Aaaarrgghhh!” Lagi-lagi Ilona berteriak. Gadis itu meremas seprai dengan kedua tangan yang terikat. Ia mengubur wajah kedalam kasur. Menggigit kain sutra tipis di bawahnya. Berusaha melampiaskan semua rasa sakit yang sedang ia alami. TAAASSSSHHH …. Sekali lagi. Kent mendaratkan pukulan terakhirnya. Ia ambruk. Tangannya bergetar dengan hebat. Rahangnya mengeras, di balut dengan ke
Kenedict Archer, salah satu tamu VVIP Pub The Lion. Club malam yang terkenal hanya menerima tamu eksklusif dan satu-satunya yang termegah di San Diego bahkan di California. Tamu-tamu di sini kebanyakan adalah kalangan para eksekutif termasuk para miliarder dari berbagai tempat. Mereka datang ke night club ini untuk melepas lelah, mencari hiburan bahkan … sebagian dari mereka mencari sesuatu untuk di taklukan namun, bagi seorang Kenedict yang lebih nyaman di sapa Mr. Kent, mencari sesuatu sepertinya tidak di takdirkan untuknya sebab … dialah yang dicari oleh orang-orang. Dia begitu muda. Begitu muda dan menarik, sangat menarik. Postur tubuh atletis dengan tinggi mencapai 183 CM, 
Kenedict kini berada di ruangan lain. Ia ditemani seorang asisten. Mereka tengah menunggu di ruangan terpisah dari ruangan VVIP yang biasanya menjadi tempat favoritnya. “Maaf membuatmu menunggu lama, Mr. Kent, aku harus benar-benar mengurus gadis itu,” ucap Scarlett. Ia muncul dari balik pintu sambil menundukkan kepalanya. Kent menarik satu sisi kerah jasnya. Tubuhnya berkeringat padahal pendingin ruangan ini sungguh sangat mampu membuatnya nyaman namun, gadis bermata bulat itu seperti menyemburkan api yang membuat Kent merasa terbakar. Pria itu sungguh tidak mengerti jika ada manusia seperti gadis bermata cokelat yang baru di temuinya. Ini untuk pertama kali dalam hidup seorang Kenedict Archer mendapat penolakkan dari seorang gadis dan ironinya gadis itu adalah seorang pelayan bar. “Jadi, berapa yang harus kubayar?" tanya Kent. Scarlet langsung bisa menebak maks
Archer's Mansion07.43 AM______________ Ilona mengernyit, kelopak matanya menekan kedalam dengan kuat ketika cahaya yang masuk seolah berubah menjadi pisau yang langsung menusuk ke matanya. “Auh ….” Ilona lanjut mendesis. Ia meremas kepalanya ketika merasakan pening yang hebat. Masih dengan posisi tengkurap, Ilona berusaha mengumpulkan kesadaran dan betapa kagetnya ia ketika otaknya langsung bergerak memberikan dia rekaman kejadian yang telah ia alami sebelumnya.
“Hei, kubilang lepaskan aku!” Ilona terus meronta. Kent membalikan tubuh Ilona dengan paksa lalu dia mengangkat tubuh mungil itu dan dengan satu kali gerakan cepat, tubuh Ilona kini sudah berada di atas pundaknya. Ilona sadar jika kini Kent sedang menggendongnya seperti yang di lakukan Massimo anak buah Kent. “Diam!” kecam kent. Ia membawa tangannya lalu menampar birit Ilona membuat Ilona kembali meringis. “Dasar setan!” maki Ilona dengan bahasanya. Kent terus membawa Ilona. Ia menaiki lift kemudian menekan tombol ground. Ilona masih saja meronta-ronta dan Kent semakin tidak perduli. Kent kembali menampar bokong Ilona dan kali ini lebih keras dari sebelumnya. Ilona melawan. Dia menonjok-nonjok punggung Kent bahkan berani menggigit punggung itu tapi Kent menghiraukan rasa sakit yang tidak seberapa itu. Ketika pintu lift terbuka, Ilona pun
Archer’s Residence, San DiegoJuly 2019 – 09.24 PM__________________ Crossover SUV mewah pabrikan otomotif Jerman kembali terparkir di halaman mewah mansion megah ini. Turun dari dalam mobil seseorang yang begitu tampak gagah masih sama seperti ketika ia meninggalkan rumah mewah ini, hanya saja dua kancing kameja bagian atas sudah tidak terpasang sempurna bersamaan dengan dasi berwarna hitam metalik yang kini telah melonggar di lehernya. “Selamat datang Mr. Kent,” Jane menyapa. Ia menunggu tuannya di pintu utama mansion. Kent hanya memberi satu anggukkan kepala lalu kakinya kembali melangkah memasuki rumah mewahnya, namun ketika kaki jenjangnya hampir menaiki satu anak tangga, tubuhnya kembali berputar. Ia berpaling dan menatap Jane lewat pundaknya. “Bagaimana keadaan gadis itu?” Jane menundukkan k
Archer’s Mansion – 11.03 PM________________________ Kenedict tidak mengerti lagi dengan apa yang sedang terjadi dan apa yang sebenarnya di pikirkan oleh otaknya. Ia sedang berdiri, menyandarkan satu sisi tubuhnya di pintu sambil membawa tangan yang mengepal mengetuk-ngetuk bibirnya yang terkatup. Pria itu tampak serius memperhatikan seorang dokter yang sedang memeriksa tubuh gadis yang sedang berbaring di atas ranjangnya. Setelah melihat keadaan Ilona, Kent yang sempat menjadi panik langsung menyuruh kepala pelayan menghubungi dokter pribadinya. Sang dokter pun tampaknya terlalu enggan mengabaikan permohonan dari sang miliarder yang meminta dirinya untuk segera ke kediaman Archer. Kent mulai penasaran. Bahkan ia tidak peduli dengan kameja
Enam kemudian ><__________________San Diego – California USA Archer’s Mansion 07.23 PM_________ Ilona dan Jane begitu sibuk menata meja makan. Gadis itu sengaja turun ke dapur untuk membantu para pelayan mansion. Turun dari tangga, seorang pria bermata hijau dalam balutan sweater panjang berwarna abu-abu. Ia mengambil langkah panjang menghampiri dining room. Kedua kaki berhenti tepat saat tubuhnya tiba di pintu. “Katanya sup ayam mampu meningkatkan kekebalan tubuh saat hamil?” tanya Ilona. Ia membawa sesendok kuah ke mulutnya. Di sampingnya, Jane mengangguk. “Bagaimana rasanya?” Ilona menarik kedua sudut bibirnya ketika kelopak matanya melebar. “Mmmm …,” gumam gadis itu. Ia mengacungkan jempol. “Masakanmu selalu yang tebaik, Jane.” Jane tertawa. “Aku senang kau menyukainya, Nyonya.” “Em, em, em, em!” Hailey menggoyangkan telunjuk di depan wajahnya. “Sudah berkali-kali kubilang jangan pern
“Kalau begitu ayo kita mulai.” Hailey tersenyum penuh kemenangan. Melihat bagaimana manik berwarna biru milik suaminya kini berubah gelap membuat sesuatu dalam pangkal paha Hailey berkedut makin kencang. Embusan napas berat dari Christian menyapu kulit dadanya. Ditatapnya sang pria yang kini tengah melucuti bagian atas gaunnya dengan gerakan pelan. Seakan-akan tengah membuka kado spesial, Christian membukanya sepenuh hati. “Damn it,” gumam Christian ketika menatap bagian padat dan kenyal milik sang istri. Christian mendongak menatap Hailey lalu dilumatnya bibir istrinya dengan kasar. Hailey menghela napas di dalam mulut Christian lalu dengan cepat pria itu menarik bibirnya lagi. Tubuh Hailey menggeliat gelisah ketika Christian menempelkan lingualnya di leher wanita itu. “Oh, Chris. Mmmptthhh ....” Hailey mendesah. Kelopak matanya menutup sebagian manik berwarna cokelat itu. Tangan Hailey terangkat melepaskan jepit rambut. Membiarkan rambutnya
Christian menggendong pengantinnya dengan begitu lembut memasuki salah satu kamar mewah di hotel termegah kota ini. Desain serba putih dengan taburan bunga mawar merah di atas tempat tidur. Sementara sang pengantin wanita mengalungkan tangan ke leher Christian. Hailey memandang lelakinya lekat-lekat lantas ia menarik kedua sudut bibirnya. Hailey tersenyum. Hatinya dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran. Betapa tidak menyangkanya wanita itu mendapatkan Christian sebagai suaminya. Sepertinya ia harus sering berterimakasih kepada Kenedict yang telah mengirim Hailey kepada kakaknya. Walaupun pertemuan mereka dibilang tragedy, tetapi Hailey sungguh bersyukur. Ia tak menginginkan hal yang lain selain pria bermata biru yang kini sedang mendekapnya mesra. Christian menaruh tubuh istrinya dengan begitu lembut di atas ranjang. Sambil mengunci tatapan pada Hailey, Christian bergerak menudungi tubuh sang istri. Ia tetap menjaga bobot tubuhnya dengan kedua lutut dan satu ta
Hallo :)Dengan berakhirnya kisah romansa dewasa ini, aku mau mengucapkan terima kasih untuk seluruh pembacaku yang sudah mengikuti kisah ini dari awal sampai akhir. Terima kasih juga untuk kalian yang telah berbaik hati memberikan VOTE & RIVIEW untuk novel ini. Mohon maaf apabila Novel ini kurang memuaskan. Sekali lagi, novel ini hanyalah sebuah karangan yang datang dari imajinasi penulis. Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata dan tidak ada maksud untuk menyinggung satu dan atau beberapa pihak/golongan. Apa pun yang tersuguhkan dalam novel ini, niatnya hanyalah untuk menghibur. Semoga ada pesan moral yang bisa diambil dari kisah Kenedict, Christian, Ilona dan Hailey. Sampai bertemu di karya-karyaku selanjutnya, yah :)Sehat terus. Jaga kesehatan dan semoga TUHAN MEMBERKATI :)Your lovely Author : DREAMER QUEEN
London – England09.23 AM________Kenedict mondar-mandir di dalam ruang ganti. Sementara di sudut ruangan terdengar embusan napas panjang dari Christian yang sedang duduk di kursi tunggal berwarna putih.“Kent, apa kau butuh popok?” cibir Christian. Pria itu gemas melihat tingkah Kent.“Sial!” Kent mendesis sambil menatap kakaknya dengan nyalang.Wajahnya pucat. Benar-benar pucat, tapi telinganya merah. Ia kembali berlari ke kamar mandi dan datang setelah sepuluh detik. Christian menggelengkan kepalanya. Pria itu akhirnya berdiri lalu mengambil jas berwarna hitam yang disampirkan ke sandaran kursi.TOK TOKKeduanya kompak menengok ke arah pintu. Hailey muncul dengan senyum sumringah.“Mempelai wanita telah siap,” kata Hailey.Christian tersenyum. Ia menjulurkan tangan saat Hailey berjalan cepat menghampirinya. Pria itu mendekap tubuh Ha
Dan sekarang aku sadar, jika sebenarnya ada tempat di mana seharusnya aku berada di sana. Berlari ke sana. Tempat yang pernah kuanggap sebagai sebuah kengerian. Kini berdiri di depanku sebagai penyembuhku.Christian Archer~______________Restoran di hotel mewah ini sedikit ramai, oleh karena para eksekutif global company memilih untuk makan siang di Ritz Carlton.Terdengar gelak tawa dari suara bass berat milik tuan Dune. Diikuti kekehan dari beberapa teman sebayanya. Mereka menikmati makan siang dengan santai. Berusaha menghilangkan formalitas yang mengikat.Namun, ada satu tempat dekat jendela yang suasananya sangat canggung. Dua orang muda memilih untuk duduk di tempat tersudut. Seolah-olah yang lain memang memberikan ruang bagi mereka. Sesekali mereka memandang pada pemandangan di luar jendela. Namun, semua itu sekadar untuk melepaskan gugup yang sedari tadi membalut suasana makan siang mereka.&ldq
Dua jam lebih duduk dalam posisi tegang. Gelisah. Gugup. Terus terdengar suara deheman berbalas-balasan.Sesekali saling mencuri pandangan lalu membuang muka saat tak sengaja bertabrak pandang . Seperti seorang pencuri yang sudah tahu akan tertangkap, tapi tetap ke sana.“Bagaimana dengan Anda, Mr. Chris?”Christian akhirnya bergeming. Pria itu menoleh ke samping. Ia bergumam lalu menaikkan kedua alis.“Apakah Anda punya ide lain?” tanya seorang pria pertengahan tiga puluh.Christian berdehem. Sejujurnya pria itu tak bisa berkonsentrasi. Ia telah berusaha selama dua jam penuh untuk membentuk konsentrasi di otaknya, akan tetapi Christian gagal. Otaknya berhenti berpikir. Terpusat pada bagaimana seorang Hailey McAvoy bisa berada satu ruangan dengannya. Dan kenapa dia sangat sialan cantik.“Ehem!”Entah Christian sadar atau tidak, wajah Adonisnya kini sedang berubah warna. Bagai udang yang terken
Christian menatap dirinya di depan cermin. Kameja berwarna putih dengan dasi hitam metalik tampak begitu gagah membalut tubuh kekarnya. Namun, wajah pria itu terlihat suram. Terdengar dari embusan napas panjang yang menggema di dalam deluxe room hotel mewah ini. “Sepertinya aku memang harus diet,” gumam Christian. Sekali lagi ia menatap dirinya dari pantulan cermin. Oke, Chris tak menyangka jika dirinya akan termakan ucapan manipulative adiknya sendiri. Akhirnya semalam Christian ke salon yang berada di dalam hotel ini. Dalam semalam, Chris bisa mengembalikan tampilannya. Dia terlihat makin tampan dengan tatanan rambut klasik yang telah menjadi ciri khasnya selama ini. Pria itu tak pernah mengganti gaya rambut sama sekali. Terlalu betah dengan potongan rambut crew cut. Tak lupa Christian juga mencukur kumis. Ah! Ini sungguh tidak adil. Sejauh ini Christian memang tak pernah memerhatikan dan memedulikan penampilannya. Hanya saja … entah mengapa
Milan – Lombardia, Italia. _____________________“Semua sudah siap, Tuan.” Seorang pria dalam balutan sweater rajut berwarna hitam dan celana jins berwarna biru bangkit dari atas bangsal rumah sakit yang telah selama enam bulan ini menjadi tempat tinggalnya. “Terima kasih, Theo.” Dia berucap setelah asistennya memberikan over coat berwarna cokelat. Mereka bersiap meninggalkan rumah sakit ini. Setelah dokter ortopedi mengatakan jika Christian Archer telah sembuh dari cedera kakinya seminggu yang lalu. Tidak mudah. Selama enam bulan ini, Christian Archer menahan rasa sakit. Mengikuti fisio terapi bukanlah hal yang gampang bagi seseorang yang memiliki cedera kaki parah. “Tuan,” panggil Theo. Ia memberikan kruk kepada Christian. “Aku tidak membutuhkannya,” kata Christian. Asistennya tak dapat membantah. Melihat tuannya mampu berdiri dengan kedua kaki, membuat ia senang. Perjuangan sang tuan akhirnya