Kenedict Archer, salah satu tamu VVIP Pub The Lion.
Club malam yang terkenal hanya menerima tamu eksklusif dan satu-satunya yang termegah di San Diego bahkan di California. Tamu-tamu di sini kebanyakan adalah kalangan para eksekutif termasuk para miliarder dari berbagai tempat. Mereka datang ke night club ini untuk melepas lelah, mencari hiburan bahkan … sebagian dari mereka mencari sesuatu untuk di taklukan namun, bagi seorang Kenedict yang lebih nyaman di sapa Mr. Kent, mencari sesuatu sepertinya tidak di takdirkan untuknya sebab … dialah yang dicari oleh orang-orang.
Dia begitu muda. Begitu muda dan menarik, sangat menarik. Postur tubuh atletis dengan tinggi mencapai 183 CM, kulit putih, rambut tembaga yang terlihat sedikit berantakan dan itu sanggup mengartikan bagaimana pribadinya yang mungkin sulit di atur. Mata hijau seperti batu zamrud yang kini mulai menjadi gelap dan intens. Wajah yang memesona dan memukau membuat para wanita berteriak memanggil namanya dan memohon untuk segera membawa mereka ke ranjangnya. Namun, dari kebanyakan wanita itu tak ada satu pun yang sanggup membuatnya betah lebih dari semalam.Sang Adonis yang menyukai one night stand. Hanya beberapa dari mereka yang beruntung yang dapat bertahan lebih dari dua hari, selain itu ... mereka seperti angin yang lewat begitu saja.
“Mr. Kent ….”
Setiap wanita akan mengeluhkan nama itu dengan desahan yang tertahan bahkan sanggup membuat mereka merapatkan paha. Ketampanannya mengundang decak kagum dari sebagian kaum lelaki dan juga tidak sedikit dari mereka yang merutukkinya karena merasa hidup tidak adil sebab kenyataan di depan mereka terlalu sulit di terima. Bagaimana seorang manusia bisa mencapai kesempurnaan di usia muda. Yang pertama dia tampan, kemudian dia punya tubuh atletis dan tergolong seksi dan yang ketiga yang paling mendominasi dari semua itu adalah dia kaya dan dia baru berusia dua puluh delapan tahun, namanya tercatat sebagai pebisnis yang sukses di usia muda.
Pemilik Archer Enterprises Company. Perusahaan multinasional teknologi informasi yang berpusat di Palo Alto, California. Kenedict memegang bisnis yang berfokus pada organisasi dengan empat divisi yaitu Enterprise group mereka yang bekerja di server, penyimpanan, jaringan, konsultasi dan dukungan, pelayanan dan keuangan.
Kenedict Archer menduduki posisi CEO di usia dua puluh tahun dan selama delapan tahun ini, ia mampu membuktikan kemampuannya sebagai Chief Executive Officer dengan membawa perusahaannya pada peringkat kelima sebagai perusahaan yang mengalami pertumbuhan drastis setiap tahunnya. Perusahaan yang kini mendapat pendapatan financial sebanyak 105,3 juta dolar per tahun.
Kesuksesan di usia muda yang didapatkan Kent memang layak dieluh-eluhkan. Ribuan media cetak dan elektronik di Amerika bahkan di dunia mencatat nama Kenedict Archer sebagai pria tercedas dan memiliki pengaruh di dunia khususnya di dunia bisnis.
Namun, banyak yang tidak akan percaya jika Kenedict adalah seseorang yang gila kontrol. Satu hal yang menjadi fakta tak terungkap adalah, kegemarannya menggonta-ganti pasangan. Tapi jangan salahkan Kent, tidak sering para selebritas dan model dunia ikut menjalin kisah cinta singkat dengannya, tapi bukan menurut pengakuan Kent. Pria itu tidak pernah sama sekali mengatakan jika dia pernah menjalin hubungan dengan seseorang. Para wanita itu yang mengaku jika mereka pernah dekat dengan miliarder tampan itu.
Akan tetapi Kenedict Archer tetaplah seorang pria yang tidak pernah betah pada satu wanita. Dia juga tidak ingin mengambil resiko dengan menjalani hubungan singkat dengan para pesohor sebab itu bisa berpotensi terkuak hingga ke media dan ujung-ujungnya bisa mencemarkan namanya.
Jadi, Kent lebih memilih mendatangi club malam ekslusif di San Diego bernama Pub The Lion. Tak ada media yang bisa meliputnya di sini sebab di bawah sana, telah dijaga ketat oleh anak buah Scarlet. Wanita bernama Scarlet itu juga memiliki kuasa di wilayah ini. Tidak ada media yang boleh mendekat di sepanjang jalan ini karena para polisi akan bergantian berjaga di jalan masuk agar hanya para eksekutif dan pekerja di klub ini yang bisa masuk ke arah Street Avenue.
“Selamat datang, silahkan masuk, Mr. Kent.”
Seorang wanita cantik nan seksi menyambut Kent. Ia bersedia membukakan pintu untuk Kent. Wajah tampan yang dibalut senyum sinis dan rahang tegas itu, sejenak menatap gadis di sampingnya. Ia mendekatkan wajahnya membuat sang gadis menahan napas. Namun, ketika jarak Kent dengan gadis itu tinggal beberapa inci, Kent pun mendecih –dengan suara sinis. Ia tidak berkata apa pun dan langsung melewati gadis itu sambil menggelengkan kepala.
“Welcome, Sir.”
Kini Scarlet yang menyapa Kent. Ia juga membungkukkan badan sambil tangannya menunjuk sofa berbahan kulit berwarna merah dan berbentuk L. Kent menarik jasnya lalu ia duduk dengan gaya paling angkuh. Ia membawa punggungnya ke sandaran sofa dan langsung memangku kakinya. Kent membawa ibu jari dan telunjuk mengelus dagu lancipnya sementara di depannya kini tengah berbaris beberapa gadis terbaik dan terbaru sesuai permintaan Kent.
“Down your kneel,” ucap Kent dan seketika itu juga semua gadis cantik tersebut menunduk lalu berlutut. Ada sebuah meja terbuat dari kaca dan batu pasir putih, didesign berbentuk persegi panjang yang menghalangi jarak antara Kent dan para wanita itu.
‘Lepasin gue gak. Dasar tolol, brengsek!'
Kent mengerutkan dahi saat samar-samar telinganya menangkap suara teriakkan dari luar.
‘Just, shut up!’ Diikuti geraman Rex.
Entah mengapa Kent jadi penasaran. Ia bahkan memutar wajah menatap pintu berharap jika suara itu akan segera muncul dari balik pintu.
"Brengsek!!" Benar saja, suara itu pun tiba. Seorang gadis memakai dress merah tanpa lengan dengan rambut acak-acakan tampak sangat kacau dan kini tengah meronta-ronta di dalam genggaman Rex. Kent terkekeh kecil saat mengenali gadis itu. Gadis yang menabrak sepatu mahalnya beberapa menit yang lalu.“Ck!” Terdengar decakan kesal dari samping Kent yang datangnya dari Scarlet. Ia menjatuhkan pandangan dan sambil menggelengkan kepala ia memijit dahinya. “Kenapa tidak kubunuh saja dia,” gumam Scarlet.
Telinga Kent menangkap suara kecil Scarlet lalu akhirnya dia memutar pandangan menatap Scarlet yang masih berdiri di depannya.
“Who’s the girl? Your new slave?” tanya Kent.
Scarlet tersenyum kaku. Sebenarnya dia ragu menyebut gadis di depan sana sebagai pelayan. Itu bisa menjatuhkan reputasi club ini dan mungkin bisa membuat satu-satunya tamu VVIP yang terlalu sering mengunjungi tempat ini, memilih untuk pergi.
“Ah … itu, sebenarnya ….” Scarlet menatap Kent dengan pandangan ragu. Ia menghela napas lantas berjalan sopan menghampiri Kent. Ia meraih tempat di samping Kent dan mendekatkan wajahnya kepada Kent lalu berbisik, “Sebenarnya dia baru tiba dan belum di sentuh jadi ....”
“Hemm ….” Ucapan Scarlet terhenti saat Kent langsung memutar wajahnya. Senyum iblis di wajah Adonis itu saat melihat gadis yang kini sedang menatapnya dari kejauhan tampak begitu tidak senang dengan dirinya. Kent bahkan bisa mendengar gemuruh napas gadis itu hanya dengan melihat hidungnya yang kembang kempis diikuti sorot mata tajam yang malah semakin membuat dia terlihat menarik.
“Interesting,” gumam Kent sambil mengangguk pelan-pelan. Kent mengangkat telunjuk dan jari tengahnya, menggoyangkannya ke udara sebagai isyarat bagi Rex untuk segera membawa gadis itu kehadapannya.
Rex tidak menunggu isyarat kedua. Ia langsung menarik lengan Ilona.
“I talk you to let me go, pissed off!”
Masih saja Ilona meronta. Ia sangat marah. Walau tahu resiko yang akan dia hadapi setelah ini. Walau tahu jika dia akan mati setelah ini, Ilona tetap tidak rela jika dirinya menjadi alat transaksi terlebih untuk menggunakan tubuhnya berhubungan badan dengan pria tidak dikenal, Ilona memilih untuk mati dari pada melakukan hal menjijikan itu.
Rex tidak berkata apa-apa lagi. Lengan dan punggungnya sudah dipenuhi tanda bekas cakaran kuku dari Ilona dan bahkan tidak hanya sekali gadis itu menggigit punggung dan lengan Rex membuat pria bertubuh kekar itu meringis kesakitan.
Rex ingin sekali membunuh gadis mungil di sampingnya, tapi apalah daya. Jika Scarlet belum memberi perintah untuk membunuh, itu artinya Rex tidak boleh sampai menyakiti gadis ini karena setiap wanita di tempat ini adalah asset.
Kenedict berdiri saat Rex mulai mendekat dan tinggal beberapa langkah lagi lalu gadis itu akan berada di depannya. Rex langsung mengayunkan tangannya membuat tubuh Ilona terlempar ke depan dan hampir saja dia tersandung dengan kakinya yang makin terasa sakit disetiap detiknya.
“Diam dan jangan bergerak!” titah suara berat di depan Ilona.
Ilona akhirnya diam. Napasnya bergemuruh di dada. Dia lelah meracau dan meronta, tapi semua usahanya sia-sia saja dan tampaknya dia harus pasrah kali ini.
Kent tersenyum miring. Pria itu mengira jika dia telah berhasil menguasai Ilona sebab kini gadis itu terlihat telah jinak hanya dengan mendengar perintah darinya. Kent menghela napas. Dagunya ikut terangkat dan kini tatapannya menjadi angkuh menatap iris berwarna cokelat di depannya. Ia maju satu langkah, sontak membuat Ilona mengambil langkah mundur.
Kent tertawa sinis. Ia memutar pandang, menoleh menatap Scarlet yang kini tengah berdiri di depan tempat duduknya.
“I like this girl,” ucap Kent sambil ujung atas bibirnya terus terangkat dan kini membentuk seringaian miring. Kent menurunkan tangannya. Ia menyelipkan tangan ke dalam dua sisi saku celananya. Pria Archer itu kembali menatap gadis di depannya. Kali ini dengan tatapan menyelidik dan masih sambil mengangkat dagu.
“Hem … you are not from here,” gumam Kent sambil memicingkan matanya. Ia maju satu langkah lagi untuk kembali mencoba menghilangkan jarak di antara mereka. Namun, Ilona masih tetap menghindarinya.
Setiap satu langkah yang diambil oleh Kenedict membuat Ilona makin memundurkan langkah. Manik berwarna hijau bak batu zamrud itu terlihat menakutkan. Seketika alam bawah sadari Ilona bergidik. Merasa terintimdasi oleh tatapan sang pria.
“Tell me where you from?” tanya Kent. Matanya mengecil. Menatap Ilona dengan tatapan menilai.
“That’s not your business,” ucap Ilona pelan hampir terdengar seperti berbisik.
Entah mengapa Ilona bisa kehilangan suaranya. Mungkin karena sejak tadi dia berteriak, atau … karena tatapan penih intimidasi di depannya? Entahlah. Ilona masih berusaha melarikan diri dari sergapan mata itu.
Gadis Indonesia itu tersentak saat tumitnya menabrak sesuatu. Ia menoleh lantas mendesis kesal kemudian. Gadis itu menutup mata sambil merutuki alam bawah sadarnya. Bisa-bisanya tembok itu berdiri di belakangnya. Ilona kembali membuka mata. Sejurus kemudian giliran alam bawah sadarnya yang tersentak.
“Ya Tuhan …,” gumam gadis itu. Ilona membungkam mulutnya dengan kedua tangan. Ia menatap pria yang sedang berdiri dengan jarak dua inci di depan tubuhnya lalu kembali menatap ke depan. Kepalanya menggeleng dengan kuat ketika menangkap pemandangan yang cukup mengerikan di depanya.
‘Ya Tuhan, mengapa gadis-gadis itu berlutut? Apa mereka sedang di hukum? Tapi kenapa? Apa karena Pria di depanku ini?’ Ilona membatin dia kembali memutar wajah dan saat itu juga dia melihat seringaian di wajah Kent.
Kent memajukan tubuhnya dan ia langsung mengunci pergerakan Ilona dengan menaruh satu tangannya ke samping wajah Ilona.
Wanita muda itu menutup mata saat merasakan napas berat seseorang menyapu kulit wajanya. Bulu kuduknya berdiri secara naluriah dan mendadak napasnya terhenti. Entah mengapa, tapi Ilona merasa jika tubuhnya sedang berusaha dikuasai.
Ada sesuatu dari pria di hadapannya yang entah apa, Ilona tak bisa memastikannya. Hanya saja dia merasa sangat terintimidasi oleh suara dan tatapan pria di depannya. Seakan-akan suaranya mengambil alih kesadaran Ilona lantas membuat tubuhnya mematung. Ada teror yang besar terlalu kentara di mata sang pria. Semua itu semakin menambah ketakutan dalam dirinya.
“Good girl,” gumam Kent. Ia mengangkat tangan lalu membawa ujung jarinya menyentuh pipi Ilona yang sontak ditepis oleh gadis itu. Kent menelengkan wajah, mengikuti gerakkan tangannya yang terayun kasar.
“Jauhkan tangan kotormu dari wajahku,” ucap Ilona. Kini matanya terbuka dan ia memberi tatapan keras pada Kent yang sontak membuat pria itu terkekeh sinis.
Kent menggelengkan kepala. Ia tidak menyangka jika akan mengalami penolakkan seperti ini. Ini sejarah dalam hidupnya sebagai seorang pria yang memposisikan dirinya sebagai predator dan pemangsa utama. Jika ada lingkaran seperti rantai makanan maka Kent berada di puncak paling atas sebab, pria itu memiliki kekuatan tak terbatas. Siapa pun yang telah mengenalnya pasti akan bersembunyi dan berpikir ribuan kali untuk menyahut ucapan seorang Kenedict Archer.
Lihat saja gadis-gadis di bawah sana, mereka begitu takluk pada seorang pria bernama Kenedict Archer, tapi di depan sini, berdiri seorang gadis biasa dengan riasan sederhana dan pakaian murah ditambah … Kent menjatuhkan pandangan menatap kedua lutut yang memar dan jemari kaki yang memerah. Ia menggelengkan kepala, sangat-sangat jauh dari kata ‘kriteria wanita penghibur’ dan sekarang ia bertingkah seolah-olah dia afrodith?
“Hei gadis." Kent kembali bersuara sambil mengangkat dagunya tinggi. "Kau mungkin tidak mengerti, tapi sebaiknya kau mulai memperbaiki sikapmu karena-“
“Because what?” sergah Ilona. Kent kembali mengerutkan keningnya. “Karena kau akan memukuliku?” Nada suara Ilona mulai meninggi, tapi berbeda dengan mulutnya yang bergetar. Matanya mulai terasa perih.
“Hah!” Kent menelengkan wajah lantas menggosok hidung dengan punggung jari telunjuknya.
“Memukuli?” tanya Kent sambil memandang Ilona dengan mata nyalang. “Dirimu?” Kent menunjuk Ilona kemudian menunjuk dirinya lalu dia menggeleng dengan keras. “Untuk apa aku mengotori tanganku dengan memukulimu. Kau pikir kau seberharga itu, hah!”
Ilona terdiam. Ia tidak menjawab dan memilih untuk mengepalkan kedua tangannya. Kent mendecih sinis lalu pria itu langsung memutar tubuhnya dan kembali ke sofa berbentuk L. Kent duduk dengan posisi memangku kaki. Perlahan dagunya mulai terangkat sambil terus menatap gadis angkuh di depannya.
“Down your kneel!" titah Kent.
‘Dia menyuruh berlutut? Pada siapa?’ batin Ilona. Gadis itu menatap ke sekeliling lalu matanya bertabrakan dengan mata Scarlet. Wanita itu memberi tatapan keras pada Ilona dan mengisyaratkan lewat tangannya agar Ilona segera berlutut.
“Apa? Aku, berlutut?” gumam Ilona. Scarlet bisa mendengar jelas suara itu lewat gerak bibir Ilona dan dia memberi anggukan keras dengan tatapan tajam. “No way!” Ilona menggelengkan kepalanya.
Scarlet tertawa hambar. “Hahaha … Mr. Kent, biar aku yang menyuruhnya.” Scarlet mengambil langkah panjang untuk menghampiri Ilona.
“Awh!” Ilona meringis saat merasakan cubitan di lengannya lalu dorongan paksa di punggung Ilona yang membuat tubuhnya terseok. Keseimbangannya hilang dan tubuh gadis itu melayang hingga mendarat tepat di depan kaki Kenedict.
Ilona masih sanggup menahan kepala hingga dahinya tidak sampai menyentuh lantai. Ia mendesis dan meringis. Sempat menutup mata saat dia merasakan sakit yang sangat hebat di kedua lutut dan telapak tangannya. Gadis itu yakin jika setelah ini ia tidak bisa berdiri lagi.
“Good girl,”
Suara itu seolah membuat Ilona tersadar dan langsung membuka mata. Di depan wajahnya kini ada sepasang sepatu hitam dari kulit. Tergambar dua huruf terkenal dari pabrikan sepatu mahal bermerk dunia. Ilona seperti mengalami déjà vu pada jarak waktu yang tergolong singkat.
Sebuah sentuhan di kepalanya membuat darah Ilona mendidih.
“Being a good slave, okay.”
Ilona membulatkan matanya. Insting dan adrenalin mendorong gadis itu untuk menepis tangan Kent dari kepalanya. Ilona mendongakkan wajahnya. Tatapannya tajam menikam manik hijau milik sang pria.
“I’m not your slave anymore!” bentak Ilona.
Kent melebarkan matanya. Ia mulai kehabisan kesabaran. Bisa-bisanya ada gadis yang bertingkah di depannya. Semua gadis harus tunduk padanya dan itu hal yang mutlak. Tapi, gadis ini ….
“Sepertinya aku akan bermain sedikit lama denganmu,” ucap Kent. Pria itu menutup kalimatnya dengan senyum iblis. Kent mendongakkan kepala, menatap Scarlet lalu kembali berkata, “Aku ingin gadis ini."
Scarlet tersenyum penuh kemenangan. “Dia sudah menjadi milikmu, Mr. Kent.” Scarlet memutar pandang menatap Rex yang sedang memegangi lengannya yang terasa perih. “Rex akan menyiapkan ruangan an-“
“No … no … no,” sergah Kent. Ia kembali menatap gadis yang masih bersimpuh di depan kakinya. Sudut bibir Kenedict makin naik saat melihat tatapan membunuh yang dilayangkan sang gadis tepat ke arahnya. “Aku tidak ingin bermain di sini.” Kent memajukan wajahnya. Tangan pria itu bergerak cepat meraih dagu Ilona lalu mencengkramnya dengan kuat. Kent menarik wajah Ilona mendekat padanya. Tatapan pria itu makin menakutkan. Terlebih saat ia berbisik dengan nada serak dan mengancam, "Dia akan ikut bersamaku.”
Scarlet terkekeh pelan. “Tentu saja. Maksudku, Rex akan menjemput gadis itu saat Anda telah sele-“
Ucapan Scarlet kembali terhenti saat Kent melempar tatapan tidak senangnya.
“Sepertinya kau belum juga menangkap maksudku,” ucap Kent dan kini matanya mulai mengecil. Dai berdiri. Mengibaskan jas mahalnya lalu kembali menjatuhkan pandangan pada gadis di bawahnya. “Aku tidak menyewanya, aku ingin dia menjadi milikku. Kau tentukan harganya.”
Scarlet membulatkan mata sangat tak percaya. “Ma … maksud Anda, Anda akan membelinya?” tanya Scarlet.
“Apa aku perlu memperjelas untuk ketiga kalinya?”
Scarlet menggeleng antusias. “Te- tentu. Maksudku tidak." Ia menggeleng lagi. "Maksudku ….” Scarlet menggangap. Ia tak bisa percaya. Ini adalah yang pertama kalinya bagi Scarlet Spenzer mendengar Mr. Kent Archer menginginkan seorang gadis dari Pub miliknya untuk dibawa pulang.
Mungkin Scarlet harus memperingatkan Kent jika hidupnya nanti akan kesulitan saat media tahu kalau pria itu mengambil seorang gadis dari klub malam. Namun, mendengar kata ‘harga’ mata Scarlet langsung berubah hijau. Scarlet menoleh menatap sang gadis dengan mata berbinar. Ingin sekali ia menghampiri Ilona. Memeluk tubuh gadis itu dengan erat sambil mencium pipinya.
‘Oh astaga … gadis itu benar-benar membawa keberuntungan. Baru dua hari berada di sini dan ia sudah bisa menaklukkan seorang Kenedict Arhcer. Hem ... mungkin aku harus lebih sering mencari gadis agresif. Oh astaga ....' Begitu batin Scarlet.
“Scarlet, berapa lama aku harus menunggu hingga dia siap dibawa pulang?” tanya Kent. Ia bersiap meninggalkan ruangan itu. Lagi-lagi pria itu menoleh. Napasnya bergemuruh di dada dan ia ingin segera menyeret gadis itu keluar dari sini.
“Segera setelah Anda melunasi pembayaran.”
________________tekan VOTE please :)
Hallo, selamat datang di duniaku. Jika kalian menyukai cerita ini, silahkan menyimpan cerita ini di perpustakaan kalian. Oh ya, ini Novel Dewasa yang hanya bisa dibaca oleh kalian yg sudah berumur 18+. Beberapa part akan menyuguhkan adegan dewasa dan explicit. Jika kurang menyenangkan bisa di skip. Cerita ini sekadar FIKSI semata. Tidak ada maksud utk menyinggung sebagian atau bbrp kelompok. Nikmati saja alurnya. Suka, duka, sedih, bahagia. Gemetar dan meledak. Rasakan sensasinya. Jangan lupa untuk memberikan VOTE dengan mengklik tombol VOTE di bawah. Keep your eyes open untill the end, yah ;) Mampir juga ke cerita terbaruku judulnya BEAUTIFUL PSYCHO bertema Romansa Dewasa. Ditunggu kehadirannya ;)
Kenedict kini berada di ruangan lain. Ia ditemani seorang asisten. Mereka tengah menunggu di ruangan terpisah dari ruangan VVIP yang biasanya menjadi tempat favoritnya. “Maaf membuatmu menunggu lama, Mr. Kent, aku harus benar-benar mengurus gadis itu,” ucap Scarlett. Ia muncul dari balik pintu sambil menundukkan kepalanya. Kent menarik satu sisi kerah jasnya. Tubuhnya berkeringat padahal pendingin ruangan ini sungguh sangat mampu membuatnya nyaman namun, gadis bermata bulat itu seperti menyemburkan api yang membuat Kent merasa terbakar. Pria itu sungguh tidak mengerti jika ada manusia seperti gadis bermata cokelat yang baru di temuinya. Ini untuk pertama kali dalam hidup seorang Kenedict Archer mendapat penolakkan dari seorang gadis dan ironinya gadis itu adalah seorang pelayan bar. “Jadi, berapa yang harus kubayar?" tanya Kent. Scarlet langsung bisa menebak maks
Archer's Mansion07.43 AM______________ Ilona mengernyit, kelopak matanya menekan kedalam dengan kuat ketika cahaya yang masuk seolah berubah menjadi pisau yang langsung menusuk ke matanya. “Auh ….” Ilona lanjut mendesis. Ia meremas kepalanya ketika merasakan pening yang hebat. Masih dengan posisi tengkurap, Ilona berusaha mengumpulkan kesadaran dan betapa kagetnya ia ketika otaknya langsung bergerak memberikan dia rekaman kejadian yang telah ia alami sebelumnya.
“Hei, kubilang lepaskan aku!” Ilona terus meronta. Kent membalikan tubuh Ilona dengan paksa lalu dia mengangkat tubuh mungil itu dan dengan satu kali gerakan cepat, tubuh Ilona kini sudah berada di atas pundaknya. Ilona sadar jika kini Kent sedang menggendongnya seperti yang di lakukan Massimo anak buah Kent. “Diam!” kecam kent. Ia membawa tangannya lalu menampar birit Ilona membuat Ilona kembali meringis. “Dasar setan!” maki Ilona dengan bahasanya. Kent terus membawa Ilona. Ia menaiki lift kemudian menekan tombol ground. Ilona masih saja meronta-ronta dan Kent semakin tidak perduli. Kent kembali menampar bokong Ilona dan kali ini lebih keras dari sebelumnya. Ilona melawan. Dia menonjok-nonjok punggung Kent bahkan berani menggigit punggung itu tapi Kent menghiraukan rasa sakit yang tidak seberapa itu. Ketika pintu lift terbuka, Ilona pun
Archer’s Residence, San DiegoJuly 2019 – 09.24 PM__________________ Crossover SUV mewah pabrikan otomotif Jerman kembali terparkir di halaman mewah mansion megah ini. Turun dari dalam mobil seseorang yang begitu tampak gagah masih sama seperti ketika ia meninggalkan rumah mewah ini, hanya saja dua kancing kameja bagian atas sudah tidak terpasang sempurna bersamaan dengan dasi berwarna hitam metalik yang kini telah melonggar di lehernya. “Selamat datang Mr. Kent,” Jane menyapa. Ia menunggu tuannya di pintu utama mansion. Kent hanya memberi satu anggukkan kepala lalu kakinya kembali melangkah memasuki rumah mewahnya, namun ketika kaki jenjangnya hampir menaiki satu anak tangga, tubuhnya kembali berputar. Ia berpaling dan menatap Jane lewat pundaknya. “Bagaimana keadaan gadis itu?” Jane menundukkan k
Archer’s Mansion – 11.03 PM________________________ Kenedict tidak mengerti lagi dengan apa yang sedang terjadi dan apa yang sebenarnya di pikirkan oleh otaknya. Ia sedang berdiri, menyandarkan satu sisi tubuhnya di pintu sambil membawa tangan yang mengepal mengetuk-ngetuk bibirnya yang terkatup. Pria itu tampak serius memperhatikan seorang dokter yang sedang memeriksa tubuh gadis yang sedang berbaring di atas ranjangnya. Setelah melihat keadaan Ilona, Kent yang sempat menjadi panik langsung menyuruh kepala pelayan menghubungi dokter pribadinya. Sang dokter pun tampaknya terlalu enggan mengabaikan permohonan dari sang miliarder yang meminta dirinya untuk segera ke kediaman Archer. Kent mulai penasaran. Bahkan ia tidak peduli dengan kameja
Archer’s Mansion 09.23 AM _________ Samar-samar Ilona mendengar suara yang berderu, kemudian dia sadar jika itu napasnya sendiri. Terasa begitu berat dan hangat. Mendadak kepalanya terasa begitu pening ketika ia berusaha membuka kelopak matanya. Tubuh gadis itu benar-benar telah remuk. Ilona merasa seperti diikat dengan tali di sekujur tubuhnya. Begitu sulit digerakkan. Tubuhnya seperti membeku dan ada rasa seperti terbakar di bawah sana, pada pergelangan kakinya. Tenggorokan Ilona tersekat hebat dan mulutnya begitu kering hingga Ilona merasa jika ia perlu menelan ludah berkali-kali. Tulang-tulangnya seperti ditarik dan dagingnya bergetar hebat. Untuk pertama kali dalam hidup seorang Ilona Audrey Natalie, ia merasa benar-benar tidak berdaya. Namun
“Kalau begitu, bolehkah kau tunjukan rasa hormatmu padaku?” Ilona mengangguk. Kent menarik dirinya dari depan wajah Ilona namun pria Adonis itu tidak ingin melepas tatapannya pada Ilona dan Ilona pun, ia kembali merasa seperti tersihir oleh manik hijau milik pria berkuasa itu. “Sekarang, berlututlah padaku.”“Apa?” pekik Ilona. Ia lanjut mendengkus lalu memutar bola mata. “Tidakkah kau lihat jika tanganku sedang di infus?” protes gadis itu. Kent memanyunkan bibir, ia tampak tak peduli dengan semua itu. Segera Kent mengambil botol cairan infus yang sedang di gantung di sisi kiri ranjang. Ia menarik benda itu dengan satu gerakan cepat lalu melemparnya pada Ilona. Gadis itu membulatkan mulut dengan mata yang melebar. “Astaga ….” Ilona memekik dengan suara rendah, tak percaya. “Tunggu apa
“Hahh ….” Ini sudah berlangsung sejak tadi, semenjak kepergian Kenedict Archer. Entah sudah berapa kali. Ilona bahkan mulai bosan menghitung seberapa banyak dia mengeluhkan desahan frustasi. Perjanjian tiga puluh hari? Bahkan belum ada satu hari Ilona sudah merasa sangat-sangat tertekan. Gadis itu sangat merindukkan kehidupan normalnya dahulu. Berdiri di depan pajangan toko, memajang berbagai jenis pakaian di hanger lalu mengaturnya sedemikian cantik untuk menarik perhatian pembeli. Semua itu sangat menyenangkan bagi Ilona. Mungkin bagi sebagian orang, mereka akan bahagia. Lagi pula siapa yang tidak senang dengan semua ini? Rumah besar, pelayan, Ilona bahkan hanya perlu menekan tombol di belakang nakas samping tempat tidurnya dan para pelayan akan datang untuk melayaninya. Ilona punya segala yang diinginkan banyak gadis seperti yang dikatakan Jane, kepala pelayan mansion. Ia sendiri heran mengapa
Enam kemudian ><__________________San Diego – California USA Archer’s Mansion 07.23 PM_________ Ilona dan Jane begitu sibuk menata meja makan. Gadis itu sengaja turun ke dapur untuk membantu para pelayan mansion. Turun dari tangga, seorang pria bermata hijau dalam balutan sweater panjang berwarna abu-abu. Ia mengambil langkah panjang menghampiri dining room. Kedua kaki berhenti tepat saat tubuhnya tiba di pintu. “Katanya sup ayam mampu meningkatkan kekebalan tubuh saat hamil?” tanya Ilona. Ia membawa sesendok kuah ke mulutnya. Di sampingnya, Jane mengangguk. “Bagaimana rasanya?” Ilona menarik kedua sudut bibirnya ketika kelopak matanya melebar. “Mmmm …,” gumam gadis itu. Ia mengacungkan jempol. “Masakanmu selalu yang tebaik, Jane.” Jane tertawa. “Aku senang kau menyukainya, Nyonya.” “Em, em, em, em!” Hailey menggoyangkan telunjuk di depan wajahnya. “Sudah berkali-kali kubilang jangan pern
“Kalau begitu ayo kita mulai.” Hailey tersenyum penuh kemenangan. Melihat bagaimana manik berwarna biru milik suaminya kini berubah gelap membuat sesuatu dalam pangkal paha Hailey berkedut makin kencang. Embusan napas berat dari Christian menyapu kulit dadanya. Ditatapnya sang pria yang kini tengah melucuti bagian atas gaunnya dengan gerakan pelan. Seakan-akan tengah membuka kado spesial, Christian membukanya sepenuh hati. “Damn it,” gumam Christian ketika menatap bagian padat dan kenyal milik sang istri. Christian mendongak menatap Hailey lalu dilumatnya bibir istrinya dengan kasar. Hailey menghela napas di dalam mulut Christian lalu dengan cepat pria itu menarik bibirnya lagi. Tubuh Hailey menggeliat gelisah ketika Christian menempelkan lingualnya di leher wanita itu. “Oh, Chris. Mmmptthhh ....” Hailey mendesah. Kelopak matanya menutup sebagian manik berwarna cokelat itu. Tangan Hailey terangkat melepaskan jepit rambut. Membiarkan rambutnya
Christian menggendong pengantinnya dengan begitu lembut memasuki salah satu kamar mewah di hotel termegah kota ini. Desain serba putih dengan taburan bunga mawar merah di atas tempat tidur. Sementara sang pengantin wanita mengalungkan tangan ke leher Christian. Hailey memandang lelakinya lekat-lekat lantas ia menarik kedua sudut bibirnya. Hailey tersenyum. Hatinya dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran. Betapa tidak menyangkanya wanita itu mendapatkan Christian sebagai suaminya. Sepertinya ia harus sering berterimakasih kepada Kenedict yang telah mengirim Hailey kepada kakaknya. Walaupun pertemuan mereka dibilang tragedy, tetapi Hailey sungguh bersyukur. Ia tak menginginkan hal yang lain selain pria bermata biru yang kini sedang mendekapnya mesra. Christian menaruh tubuh istrinya dengan begitu lembut di atas ranjang. Sambil mengunci tatapan pada Hailey, Christian bergerak menudungi tubuh sang istri. Ia tetap menjaga bobot tubuhnya dengan kedua lutut dan satu ta
Hallo :)Dengan berakhirnya kisah romansa dewasa ini, aku mau mengucapkan terima kasih untuk seluruh pembacaku yang sudah mengikuti kisah ini dari awal sampai akhir. Terima kasih juga untuk kalian yang telah berbaik hati memberikan VOTE & RIVIEW untuk novel ini. Mohon maaf apabila Novel ini kurang memuaskan. Sekali lagi, novel ini hanyalah sebuah karangan yang datang dari imajinasi penulis. Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata dan tidak ada maksud untuk menyinggung satu dan atau beberapa pihak/golongan. Apa pun yang tersuguhkan dalam novel ini, niatnya hanyalah untuk menghibur. Semoga ada pesan moral yang bisa diambil dari kisah Kenedict, Christian, Ilona dan Hailey. Sampai bertemu di karya-karyaku selanjutnya, yah :)Sehat terus. Jaga kesehatan dan semoga TUHAN MEMBERKATI :)Your lovely Author : DREAMER QUEEN
London – England09.23 AM________Kenedict mondar-mandir di dalam ruang ganti. Sementara di sudut ruangan terdengar embusan napas panjang dari Christian yang sedang duduk di kursi tunggal berwarna putih.“Kent, apa kau butuh popok?” cibir Christian. Pria itu gemas melihat tingkah Kent.“Sial!” Kent mendesis sambil menatap kakaknya dengan nyalang.Wajahnya pucat. Benar-benar pucat, tapi telinganya merah. Ia kembali berlari ke kamar mandi dan datang setelah sepuluh detik. Christian menggelengkan kepalanya. Pria itu akhirnya berdiri lalu mengambil jas berwarna hitam yang disampirkan ke sandaran kursi.TOK TOKKeduanya kompak menengok ke arah pintu. Hailey muncul dengan senyum sumringah.“Mempelai wanita telah siap,” kata Hailey.Christian tersenyum. Ia menjulurkan tangan saat Hailey berjalan cepat menghampirinya. Pria itu mendekap tubuh Ha
Dan sekarang aku sadar, jika sebenarnya ada tempat di mana seharusnya aku berada di sana. Berlari ke sana. Tempat yang pernah kuanggap sebagai sebuah kengerian. Kini berdiri di depanku sebagai penyembuhku.Christian Archer~______________Restoran di hotel mewah ini sedikit ramai, oleh karena para eksekutif global company memilih untuk makan siang di Ritz Carlton.Terdengar gelak tawa dari suara bass berat milik tuan Dune. Diikuti kekehan dari beberapa teman sebayanya. Mereka menikmati makan siang dengan santai. Berusaha menghilangkan formalitas yang mengikat.Namun, ada satu tempat dekat jendela yang suasananya sangat canggung. Dua orang muda memilih untuk duduk di tempat tersudut. Seolah-olah yang lain memang memberikan ruang bagi mereka. Sesekali mereka memandang pada pemandangan di luar jendela. Namun, semua itu sekadar untuk melepaskan gugup yang sedari tadi membalut suasana makan siang mereka.&ldq
Dua jam lebih duduk dalam posisi tegang. Gelisah. Gugup. Terus terdengar suara deheman berbalas-balasan.Sesekali saling mencuri pandangan lalu membuang muka saat tak sengaja bertabrak pandang . Seperti seorang pencuri yang sudah tahu akan tertangkap, tapi tetap ke sana.“Bagaimana dengan Anda, Mr. Chris?”Christian akhirnya bergeming. Pria itu menoleh ke samping. Ia bergumam lalu menaikkan kedua alis.“Apakah Anda punya ide lain?” tanya seorang pria pertengahan tiga puluh.Christian berdehem. Sejujurnya pria itu tak bisa berkonsentrasi. Ia telah berusaha selama dua jam penuh untuk membentuk konsentrasi di otaknya, akan tetapi Christian gagal. Otaknya berhenti berpikir. Terpusat pada bagaimana seorang Hailey McAvoy bisa berada satu ruangan dengannya. Dan kenapa dia sangat sialan cantik.“Ehem!”Entah Christian sadar atau tidak, wajah Adonisnya kini sedang berubah warna. Bagai udang yang terken
Christian menatap dirinya di depan cermin. Kameja berwarna putih dengan dasi hitam metalik tampak begitu gagah membalut tubuh kekarnya. Namun, wajah pria itu terlihat suram. Terdengar dari embusan napas panjang yang menggema di dalam deluxe room hotel mewah ini. “Sepertinya aku memang harus diet,” gumam Christian. Sekali lagi ia menatap dirinya dari pantulan cermin. Oke, Chris tak menyangka jika dirinya akan termakan ucapan manipulative adiknya sendiri. Akhirnya semalam Christian ke salon yang berada di dalam hotel ini. Dalam semalam, Chris bisa mengembalikan tampilannya. Dia terlihat makin tampan dengan tatanan rambut klasik yang telah menjadi ciri khasnya selama ini. Pria itu tak pernah mengganti gaya rambut sama sekali. Terlalu betah dengan potongan rambut crew cut. Tak lupa Christian juga mencukur kumis. Ah! Ini sungguh tidak adil. Sejauh ini Christian memang tak pernah memerhatikan dan memedulikan penampilannya. Hanya saja … entah mengapa
Milan – Lombardia, Italia. _____________________“Semua sudah siap, Tuan.” Seorang pria dalam balutan sweater rajut berwarna hitam dan celana jins berwarna biru bangkit dari atas bangsal rumah sakit yang telah selama enam bulan ini menjadi tempat tinggalnya. “Terima kasih, Theo.” Dia berucap setelah asistennya memberikan over coat berwarna cokelat. Mereka bersiap meninggalkan rumah sakit ini. Setelah dokter ortopedi mengatakan jika Christian Archer telah sembuh dari cedera kakinya seminggu yang lalu. Tidak mudah. Selama enam bulan ini, Christian Archer menahan rasa sakit. Mengikuti fisio terapi bukanlah hal yang gampang bagi seseorang yang memiliki cedera kaki parah. “Tuan,” panggil Theo. Ia memberikan kruk kepada Christian. “Aku tidak membutuhkannya,” kata Christian. Asistennya tak dapat membantah. Melihat tuannya mampu berdiri dengan kedua kaki, membuat ia senang. Perjuangan sang tuan akhirnya