Home / Romansa / Belenggu Hasrat CEO / 2. Cerita Hafsah

Share

2. Cerita Hafsah

Author: Siska Cahaya
last update Last Updated: 2024-12-05 09:33:29

"Hafsah!" panggil seorang perempuan berlari menghampiri Hafsah yang sedang duduk di hadapan polisi.

"Umma," sahut Hafsah lemah.

"Pak, ada apa dengan dia?" tanyanya pada polisi.

"Gadis ini kami temui di hotel dalam keadaan mabuk. Ditanya dia tidak tahu kenapa sampai ada di sana dan bersama siapa. Dia menangis terus dan menolak menjawab pertanyaan kami." Polisi menatap Hafsah dengan tajam.

Malini menarik napas panjang lalu menatap mantan muridnya. Dia tahu apa yang dialami gadis ini, tapi untuk ke hotel dia ingin segera mengetahuinya.

"Pak, saya akan jadi jaminan gadis ini. Lepaskan dia! Dia hanya dijebak dan tak bisa mengendalikan masalahnya. Atau ... ini." Aryan menyodorkan amplop ke hadapannya.

Polisi menatap Aryan dan Malini lalu Hafsah. Dia menarik napas dan menggeleng. Setelah itu kembali memberikan amplop pada Aryan.

"Tanda tangani berkas ini. Hanya itu! Setelahnya kalian boleh membawa gadis ini." Polisi itu menatap Hafsah. "Jangan ulangi kesalahan yang sama. Pergilah!“

"Terima kasih, Pak!" Aryan dan Malini menjabat tangan polisi lalu berdiri.

Hafsah yang masih merasa pusing dan lemah berdiri tertatih. Aryan tak tega melihatnya, diraupnya tubuh lemah itu lalu melangkah menuju mobil. Hafsah sudah memakai kembali pakaiannya meski bau alkohol masih menguar dari mulut dan bajunya.

"Kita ke rumah!" titah Malini setelah di mobil.

Semuanya diam. Aryan menatap gadis yang ada di sampingnya lalu menggenggam jemari lentik nan putih berseri itu. Dia mengusap lembut sambil menatap tersenyum. Tak lama mobil tiba di rumah mereka. Ketiganya keluar dengan Hafsah dipapah Aryan.

"Istirahat di kamar dulu, Umma akan buatkan teh lemon untukmu," katanya mengusap pipi Hafsah.

"Aku antar," ujar Aryan menggenggam jemarinya lalu menuju kamar di sisi kanan rumah mewah itu.

Aryan membuka pintu lalu mengajak Hafsah masuk. Kamar itu sudah seperti miliknya sendiri. Ada boneka dan barang-barang miliknya yang tidak pernah berpindah tempat. Malini adalah dosennya saat di kampus dulu. Tamat kuliah, Hafsah masih berhubungan baik dengannya. Bercerita apa saja layaknya seorang putri pada ibunya. Malini juga menyayanginya.

"Ada apa, Hafsah? Apa yang terjadi?" tanya Aryan menatapnya setelah membantu Hafsah duduk di ranjang.

Gadis itu tak merespon. Tatapannya kosong tapi lemah. Ingatannya hanya berputar di club dan bertemu seorang lelaki yang dia lupa wajahnya. Dia ingat, lelaki itu memiliki tatapan mata yang tegas. 

"Hafsah?" Aryan menyentuh tangannya membuat Hafsah menatapnya. 

Tak lama Malini masuk dan memberikan teh lemon pada Hafsah. Memintanya minum meski tak bersuara. Namun, tatapan perempuan berjilbab itu penuh kecemasan dan kasih sayang. Hafsah meminumnya perlahan tanpa menjawab. Malini dan Aryan membiarkan dia menghabiskan teh dan menunggu kejelasannya.

"Udah Umma," ujar Hafsah bersuara pelan.

Malini meraih gelas lalu meletakkan di nakas. Hafsah memeluknya erat dan tiba-tiba menangis.

"Kalau belum siap bercerita nanti saja. Umma akan menunggu sampai kamu siap," jelas Malini mengusap pipinya.

"Hafsah ayo cerita! Kamu kenapa? Kenapa bisa ada di hotel? Bukankah kamu ada peluncuran brand terbaru?" Aryan langsung menodongnya dengan banyak pertanyaan.

Hafsah menatap lelaki tampan di hadapannya. Aryan memang sepeduli itu padanya. Hanya saja semalam lelaki itu ada pekerjaan yang harus diselesaikan sehingga tidak bisa menemani Hafsah di acara pentingnya. Sebagai seorang model tampan sekaligus CEO di perusahaan ayahnya membuat dia sibuk dan kesulitan membagi waktu.

Hafsah menangis hingga terisak-isak di pelukan Malini. Perempuan itu membiarkannya dan meminta Aryan untuk diam. Setelah tangisnya reda Hafsah menceritakan segala masalahnya yang sudah di ketahui Malini bahwa ibunya Hafsah membenci dirinya.

Hafsah menceritakan segala yang terjadi pada Malini dan Aryan. Di mana dia kecewa pada ibu dan takdirnya. Meski dia berkecukupan harta tapi dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ibu dari Hayati, ibu kandungnya. Hafsah lelah dan putus asa setiap mengingat kejadian menyedihkan dalam hidupnya. 

"Aku ke club untuk menghilangkan masalahku, Umma. Berharap keluar dari sana Mama akan sayang padaku. Tapi aku tidak tahu kenapa bisa ada di hotel." Hafsah menangis lagi sambil menatap Malini. "Tapi aku ingat ... ada seorang lelaki bersamaku. Tapi kemana dia? Apa dia yang membawaku ke hotel?"

"Lelaki?" tanya Aryan menatap Hafsah.

"Polisi menemukanmu dalam keadaan tidak sadarkan diri. Mereka sedang patroli karena ada laporan tentang transaksi narkoba di kamar yang tidak jauh dari yang kamu tempati," jelas Malini.

Hafsah menatap Malini yang tersenyum lalu memeluk gadis itu. Sementara Aryan mengepalkan tangan takut lelaki itu melakukan sesuatu pada Hafsah.

"Punya masalah bukan lari ke club. Ke Allah. Kamu salat, mengaji, salat sunnah, salat wajib, dan lain hal sebagainya." Malini menangkup kedua pipi gadis itu dan tersenyum. 

"Aku butuh jawaban, Umma. Aku capek, aku lelah terus diperlakukan seperti ini oleh mama," jawab Hafsah menggeleng.

"Lari ke aku, ngapain kamu ke sarang macan yang sedang lapar. Aku cemas Hafsah!" ujar Aryan menggenggam tangannya.

"Allah memberikan semua ini pertanda kamu mampu. Kamu sanggup, Nak. Setiap manusia memiliki ujiannya masing-masing. Hanya beda porsi dan sanggup saja. Umma, tahu bicara itu mudah, tapi percayalah jika kamu melihat ke sisi lain, dimana orang-orang menginginkan posisi seperti kamu maka kamu akan lebih bersyukur meski ujian yang kamu lalui terasa berat," jelas Malini mengusap rambut yang terurai.

Aryan duduk di sisinya dan terus menggenggam jemari Hafsah.

"Ada aku yang selalu siap untukmu, Hafsah. Tapi maaf semalam aku dan Umma gak bisa datang ke acara kamu. Aku ada pekerjaan mepet ya seperti yang aku jelaskan di telepon. Tapi bukan berarti kami meninggalkanmu sepenuhnya. Kamu bisa bicara denganku jika kamu merasa gak sanggup. Ingat di sini kamu gak sendirian," kata Aryan terus menggenggam tangannya tapi dilepaskan Hafsah lalu dia menggenggam tangan Malini.

"Bolehkah aku bersedih dan kecewa dengan hidupku, Umma? Bolehkah aku merasa tak berarti di saat ibuku sendiri mengatakan tiadapun tidak jadi masalah baginya. Itu sakit sekali, Umma," isak Hafsah.

Malini menariknya ke pelukan lalu mengusap kepalanya seraya membisikkan kalimat-kalimat Allah. 

"Istighfar, Nak," bisik Malini terus menyebut nama Allah.

Hafsah mengikuti walau dalam hati, bibirnya masih gemetar menahan tangis. Pelukan yang tidak pernah dia rasakan bersama ibu kandungnya dia dapatkan bersama Malini. Perempuan asing di tanah Jawa yang tidak mengetahui seluk beluk keluarga Hafsah.

"Keluarlah, Aryan! Istirahatlah ini sudah hampir subuh." Malini menatap jam di dinding yang menunjukkan pukul empat pagi. "Tidurlah ... Umma akan menemani."

Aryan keluar setelah mengusap air mata Hafsah lalu mencium kening Malini. Lelaki tinggi besar itu meninggalkan dua perempuan yang amat dia cintai. Dia ingin bertemu keluarga Hafsah dan menanyakan mengapa sangat membenci gadis secantik Hafsah.

"Aku akan selalu melindungimu, Hafsah!" 

Hafsah dan Malini istirahat, tapi Malini tak benar-benar pulas karena menjaga waktu agar tak terlambat salat subuh. Benar saja, rasanya baru memejamkan mata, azan subuh sudah berkumandang. Perempuan itu bangkit untuk berwudhu dan salat di tempat khusus di rumahnya. Hafsah yang menyadarinya mengikuti Malini.

"Umma aku mau salat, boleh?" tanya Hafsah dengan mata yang sebab.

    

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Belenggu Hasrat CEO    3. Teka-Teki GA

    "Masyaallah, tentu boleh, Sayaaang," jawab Malini tersenyum."Aku mandi dulu. Umma tunggu aku," kata Hafsah.Malini mengangguk dan Hafsah menuju ke kamarnya. Gadis itu mandi dan mencoba menghanyutkan masalahnya bersama air yang turun dari tubuhnya. Usai mandi Hafsah kembali ke kamar dan membuka lemari pakaian di sana. Mata indah itu tertegun melihat satu set gamis lengkap dengan cadarnya. Tangannya gemetar menyentuh baju dalam yang telah beberapa kali Malini meminta Hafsah memakainya."Sebagai perempuan kita wajib menutup aurat. Semakin tertutup aurat kita semakin mahal dan berakhlak pribadi seorang perempuan. Malu jika sudah berjilbab masih melakukan dosa. Malu sama jilbab jika masih tak beribadah padahal Allah sudah amat baik memberikan kesehatan dan kecantikan pada kita. Berlian harus ditutup agar tak terlihat murahan."Ucapan Malini seketika melintas di benaknya. Sering kali dia meminta Hafsah menutup aurat demi keselamatan dirinya. Keselamatan dari pandangan lelaki dan api neraka

    Last Updated : 2024-12-05
  • Belenggu Hasrat CEO    4. Ditolak

    Hafsah menarik napas panjang dengan kepala berdenyut merdu. Ternyata lelaki itu bukan berasal dari Kalimantan. Gadis itu menutup laptop lalu bersiap untuk ke butik miliknya. Siang ini dia ada acara pertemuan dengan model baru yang akan memakai rancangannya di sebuah hotel.Hafsah bersiap masih dengan pakaian yang sama. Gadis itu melaju dengan mobil menuju hotel yang tak jauh dari kediamannya. Sesampainya, dia parkir di tempat khusus yang telah disediakan. Dua pegawainya telah menunggu di sana."Pak Gio?" Sapa Hafsah mengangguk sopan pada suami Malini itu.Lelaki itu menatap tajam seolah menelisik siapa yang memanggilnya. Aryan yang juga ada di sana menatap tersenyum."Hafsah, Pa," jelas Aryan menunjuk gadis didepannya."Masyaallah, Hafsah! Ini kamu?" katanya tak percaya tapi dengan raut wajah bahagia, "saya pangling lihat kamu. Berasa menatap berlian.""Nah lihat kan? Kamu semakin mempesona dengan hijab dan cadar ini," goda Aryan membuat Hafsah langsung menunduk.Dua pegawainya juga t

    Last Updated : 2024-12-05
  • Belenggu Hasrat CEO    5. Siapa Gio Adelardo

    "Hafsah!" teriak Aryan gegas menopang tubuh gadis itu dengan kedua tangannya.Hafsah menangis, dia tersedu di depan Aryan dengan tubuh terguncang. Namun, Hayati tetap tak peduli."Pergilah, Hafsah! Kehadiranmu hanya akan mengingatkan aku pada kejadian dua puluh tiga tahun lalu saat kamu tercipta. Kamu tercipta sebab kesalahan hingga suamiku meninggalkan aku yang amat mencintainya. Pergilah sebelum satpam mengusirmu!" bentaknya tanpa mau menatap Hafsah."Sebenci itu Mama padaku? Apa salahku, Maa?" isak Hafsah tanpa suara."Aku membencimu! Sangat!" jelasnya lalu memutar tubuh, "pergi sebelum para satpam di rumah ini menyeretmu." Setelah mengucapkan kata-kata pedih itu Hayati masuk ke dalam rumah mewahnya. Semua pelayan hanya mampu menatap iba tanpa bisa menolong. Mereka yang sudah sejak lama mengenal Hafsah hanya bisa mendoakan gadis itu."Kita kembali ke Bandung, Hafsah," ujar Aryan memeluknya erat. Hafsah diam tanpa merespon apa pun, tanpa dia tahu bahwa lelaki itu menyeka sudut mat

    Last Updated : 2024-12-05
  • Belenggu Hasrat CEO    6. kedekatan yang samar

    6. Kedekatan.Hafsah menggeleng dan terisak. Tiba-tiba rasa hampa merayap perlahan menghimpit dada. Jauh dalam lubuk hatinya ada jeritan pilu yang terperangkap. Tangannya mengepal erat tapi tatapan matanya kosong. Hafsah mundur perlahan tanpa kata dan suara tangisan."Dek," ujar Hanan melirik adiknya yang seperti patung bernapas cepat.Hafsah tak bergeming, ucapan Halimah berhasil menembus nadi hingga ke jantungnya. Benarkah Gio yang dia kenal yang dimaksud oleh neneknya? Sementara Halimah dan Hayati masih tak menyadari bahwa Hafsah telah mengetahui apa yang mereka sembunyikan."Terserah dia mau apa! Aku tidak perduli sekalipun lelaki sialan itu membawanya jauh dariku! Ibu tahu apa yang aku alami semenjak kehamilan Hafsah hingga dia lahir?" Hayati menatap tajam pada Halimah. "Itu kepedihan yang tidak bisa aku lupakan!"Halimah menggeleng."Dia penyebab aku dan Amir berpisah. Dia penyebab Amir memilih perempuan lain dan meninggalkan aku dalam hamil besar lalu lahirkan tanpa suami! Itu

    Last Updated : 2024-12-29
  • Belenggu Hasrat CEO    7. Bertemu Hafsah

    Pesawat membawa Maher ke tujuan yaitu kota Padang. Maher pernah beberapa kali ke sini untuk urusan bisnisnya. Namun, untuk urusan cinta dan perasaan dia tidak pernah semenggebu ini. Perasaannya sering tak terkendali saat mengingat sosok gadis yang selalu bermain dalam hayalnya belakangan ini. Sosok yang membuat dia penasaran.Di sisi lain, pagi ini Aryan bersiap mendatangi rumah Hafsah. Dia tidak memakai pakaian formal, tapi lebih ke santai yang maskulin. Dua buah cincin dimasukkan ke saku celana dengan tergesa. Lalu keluar dari hotel dengan mobil yang di sediakan pihak hotel. Aryan menuju rumah Hafsah dengan gejolak yang sulit diredam.Sementara gadis yang di tuju sedang bersiap ikut dengan sang kakak ke kantor. Dia tetap berpenampilan dengan pakaian muslimahnya. Hafsah menuju halaman di mana Hanan telah menunggu. "Kalau orang lain berpakaian seperti ini, maka akan aku katakan dia aneh dan ke arab-araban. Tapi ini malah adikku sendiri perpajakan seperti ini. Aku harus bilang apa?"

    Last Updated : 2025-01-01
  • Belenggu Hasrat CEO    8. Kakak Adik

    "Apa ini bagian dari rencanamu untuk mendekati adikku?" tanya Hanan maju dan langsung menarik Maher dengan kasar. "Bang, udah. Kita buru-buru kan?" Hafsah melerai keduanya. Maher menarik napas kasar sambil merapikan bajunya. Namun, tatapannya fokus pada langkah dan kibaran baju Hafsah. Maher menyentuh dada dan memejamkan mata dan tangan terkepal erat. "Dalam diam aku menatap setiap keindahan itu seperti nyata. Wajahmu nan ayu berhasil membiusku, membuatku terdiam tanpa kata." Maher membuka mata dan tersenyum. "Semakin kesini Tuan semakin banyak perubahan. Seperti apa gadis yang digilai, Tuan Maher itu," bisik anak buahnya pada yang lain. "Kita kembali!" titah Maher dengan dingin. Sementara Hafsah mulai memasuki kantor dan diperkenalkan oleh Hanan. Semua pegawai menunduk tajam dan sungkan. Mereka tidak menyangka bahwa klan Martadinata ada yang berhijab. Hanan menunjukkan ruangan pribadi milik Hafsah dan langsung diberikan satu sekretaris khusus untuknya. "Dia akan bekerja

    Last Updated : 2025-01-02
  • Belenggu Hasrat CEO    9. Benarkah?

    Rio tiba di ruangan Hafsah. Namun, dia melihat Hayati sedang membanting vas bunga ke dinding lalu ditenangkan Hanan. Hanan tak bicara sepatah pun, hanya deru napas yang menghiasi ruangan itu."Bagaimana dia tahu, Hanan? Bagaimana Hafsah bisa tahu tentang lelaki itu?" tanya Hayati dengan napas memburu."Mama lupa Hafsah itu lahir dari perempuan seperti apa?" Hanan menatap ibunya lalu memukul angin dengan kuat, "dia mewarisi keras kepala dan rasa ingin tahu darimu, Ma."Hayati terhenyak. Dia sadar selama ini sikap keras dan acuhnya pada Hafsah. Namun, dia lupa bahwa Hafsah tak hanya anak dari lelaki itu, tapi juga darah dagingnya. Mewarisi segala sifat darinya. Hanya saja, selama ini Hafsah bisa mengendalikan segala emosi dan angkuhnya dengan pemahaman ilmu agama yang diajarkan Malini padanya."Permisi, Pak," ujar Rio memecah kebisuan di antara ibu dan anak itu.Hanan menoleh dan mengangguk. Hayati menarik napas lalu meraih tasnya dan gegas meninggalkan ruangan itu."Ada apa, Man?" t

    Last Updated : 2025-01-03
  • Belenggu Hasrat CEO    10. Mendonorkan Darah

    Tubuh Aryan dihantam oleh mobil yang melintas dengan kencang. seketika suasana berubah menjadi kepanikan. Suara benturan dan teriakan memenuhi jalan raya dengan kemacetan total. Aryan menatap lemah pada gadis yang berdiri bak patung tak jauh darinya. pandangannya perlahan mengabur dan genggaman pada cincin di telapak tangan terlepas seiring darah segar menyembur dari mulutnya. Hafsah terpaku menyaksikan Aryan menggelepar setelah menyemburkan darah yang beku bercampur segar. Gadis itu berlari dengan gontai menuju Aryan yang tak lagi bereaksi. Hafsah terdaya menyaksikan begitu banyak darah mengalir dari kepala dan rusuk Aryan. "Aryaaaaan!" teriak Hafsah luruh di hadapannya. Aryan tak bergeming. Teriakan Hafsah tak lagi bisa menembus pendengarannya. Gadis itu terus terisak dan gemetar melihat apa saja yang baru terjadi. "Aryan bangun! bangun Aryan! aku mohon!" isak Hafsah menyentuh pipi Aryan yang terus dialiri darah, "seseorang telepon ambulance!" Salah seorang yang menyaksikan

    Last Updated : 2025-01-04

Latest chapter

  • Belenggu Hasrat CEO    80. akhir sebuah keputusan

    Adnan terjaga karena dering ponsel yang begitu nyaring di sisinya. Lelaki itu masih di apartemen lama milik Maher, dia bangkit dan menatap layar dengan mengusap mata, mengusap dan berjalan ke jendela menyibak tirai, membiarkan cahaya masuk menyinari kamarnya."Ada apa?" tanyanya menatap langit biru."Perempuan itu kabur, Boss!" ungkap anak buahnya."Apa!" Adnan terperanjat dan berpaling dengan cepat, "bagaimana bisa!" "Tiba-tiba ada asap setelah itu kami semua pingsan. Saya memeriksa botol yang dilempar ternyata asap bius, Boss. Perempuan itu kabur saat kami pingsan," jelasnya."Cari Lavina! Temukan dia atau sesuatu yang buruk akan terjadi!" Adnan mengusap wajah dengan kasar."Baik, Boss!"Adnan duduk dengan cemas tapi otaknya terus berpikir. Lavina bukan gadis lemah seperti yang Maher pikirkan. Lavina bukan gadis lima tahun lalu yang begitu mengharapkan dan siap mati untuknya. Sekarang ada seseorang yang membantunya untuk balas dendam."Bagaimana cara memberitahu, Tuan. Apa kutelep

  • Belenggu Hasrat CEO    79. Cinta Yang Hilang

    "Maher," rengek Hafsah mendadak mendayukan suaranya."Ah, merduanya suara itu menyebut namaku." Maher menyentuh dada dan memejamkan mata sambil tersenyum membuat Hafsah tersipu malu."Mandilah!" titah Hafsah sambil menyodorkan handuk baru ke hadapan suaminya.Maher menarik pergelangan tangan Hafsah hingga gadis itu menabrak dada bidang lelaki tinggi putih itu. Hafsah terkesiap dan langsung memeluk Maher karena takut jatuh membuat Hafsah memejamkan mata. "Maher." Hafsah berusaha melepaskan dekapan suaminya tapi Maher tetap mempertahannya."Aku selalu menggenggam angin saat Hanan memelukmu. Berharap waktu cepat berlalu dan tiba di mana aku dan kamu halal. Kini ... aku akan selalu memelukmu. Tidak akan kubiarkan Hanan memelukmu," katanya dengan tegas."Dia kakakku," kekeh Hafsah membuat Maher mengangkat wajahnya."Aku tahu," katanya tersenyum, "tapi aku akan balas dendam padanya. Tenang saja aku sudah mengundang Hanan dan oma untuk makan siang. Sekalian perkenalan rumah baru kita.""Ma

  • Belenggu Hasrat CEO    78. Kekaguman Maher

    Suara desir angin dari balkon bertiup samar hingga menggoyangkan tirai. Menyebarkan wangi dari aroma lilin yang berkelip manja di sudut ruangan."Malam ini ... aku Rajanya," bisik Maher, suaranya terdengar rendah tapi cukup menggema di ruangan yang hanya ada mereka saja.Hafsah merasakan jemari Maher menyentuh pundaknya. Menariknya dalam kehangatan yang belum pernah dirasakan selama ini. Hafsah menahan napas saat Maher mengikis jarak antara mereka. Hafsah hanya bisa diam, tidak bisa melawan"Aku membelenggumu dengan cinta dan kesetiaan, Hafsah. Malam ini dan seterusnya aku dan kamu menjadi kita. Aku akan menjadi pelindung dan penjagamu, Istriku. Aku akan selalu menjadi garda terdepan dalam hidupmu," bisiknya seperti mantra yang mengalun indah sekaligus membunuh keberanian Hafsah untuk menatap suaminya.Hafsah menunduk dan membeku saat bayangan Maher tertangkap di mata indahnya. Napasnya berembus di permukaan kulit membuat bulu kuduknya berdiri. Hafsah ingin lari saja tapi kakinya sepe

  • Belenggu Hasrat CEO    77. Gadis malam itu

    Langkah kaki Maher mendekat menyongsong Hafsah yang masih menatap dalam diam. Hafsah menoleh dan langsung panik saat melihat Maher berdiri di depannya dengan sorot mata penuh kelembutan dan cinta. Menatap tersenyum.Hafsah menunduk dengan meremas jemarinya. Dia merasa gugup saat tangan besar itu menarik jemarinya yang lentik. Hafsah menoleh ke samping saat Maher menariknya lebih ketengah. Menampakkan Hafsah seutuhnya di antara cahaya lilin yang berkelip tertiup angin.Maher menatap Hafsah dengan mata menyipit. Dadanya berdegup lebih kencang dan kakinya gemetar. "Hafsah, kamu?" Maher menggeleng tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Lelaki itu mengangkat dagu istrinya agar lebih tegap lagi."Aku tidak percaya ini, Hafsah?" ujar Maher mengitari Hafsah dengan keterkejutan yang tidak bisa disembunyikannya.Tampilan Hafsah mirip dengan malam itu. Malam di mana dia berani duduk dipangkuan Maher dengan rambut panjang dan dress yang lebih pendek meski yang dipakai saat ini lebih pendek da

  • Belenggu Hasrat CEO    76. Sebuah Hubungan Yang Halal

    Aryan mengumpat kesal karena panggilannya diabaikan. Aryan masuk ke dalam mobil dan menatap layar ponsel yang masih menampilkan notifikasi panggilan telepon yang diabaikan oleh Maher. Tak patah semangat, dia kembali menekan nomor Maher dengan cemas tapi juga kesal.Aryan merasa kesal dan kecewa. Dia tidak mengerti mengapa Maher mengabaikan panggilan telepon darinya. Apakah dia tidak ingin berbicara dengan aku? Apakah dia tidak peduli dengan perasaanku?Aryan memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada lelaki yang tengah tersenyum bahagia menyambut kedatangan Hafsah pasca dirinya usai mengucapkan ijab kabul. Aryan berharap dia akan membalas dan menjelaskan mengapa dia mengabaikan panggilannya.Tapi Adnan hanya diam menyimpan ponsel di saku jasnya."Tidak apa-apa, Oma. Aku hanya ingin tahu mengapa kamu tidak menjawab panggilanku," tulisnya lalu mengirimkan pesan kepada Maher.Tapi hingga beberapa jam kemudian, lelaki yang dipanggil Oma atau Om Maher itu masih belum membalas pesan darin

  • Belenggu Hasrat CEO    75. kenapa harus Maher

    Hafsah mengangguk dengan menggigit bibirnya. Bersiap untuk segala kemungkinan yang akan terjadi malam ini. Maher melepaskan jarum pengait di kerudung Hafsah. Satu persatu dengan pelan tangan itu menarik jarum dan meletakkan ditempat khusus di meja rias yang telah dipenuhi bedak milik Hafsah.Azan ashar berkumandang membuat Hafsah secara reflek menghentikan pergerakan tangan Maher."Kita salat dulu," katanya menatap suaminya."Sendiri-sendiri dulu ya. Aku merasa belum pas takut salah," jelas Maher."Pelan-pelan kita belajar bareng. Gak papa kita coba," ajak Hafsah meyakinkan suaminya yang mengangguk juga pada akhirnya."Tapi mukenaku," bisik Hafsah menyadari dia tidak datang dengan membawa satu barang apa pun.Maher mengusap pipi itu untuk pertama kalinya membuat Hafsah membeku merasakan sesuatu dalam dirinya mengalir lebih cepat. Lelaki itu melangkah menuju walk-in closet. Tak lama dia kembali dengan mukena putih di tangannya."Ini," katanya menyodorkan kehadapan Hafsah, "pakailah!

  • Belenggu Hasrat CEO    74. Aku Akan Menjagamu!

    Maher menatap pantulan dirinya dicermin. Dia tampak gagah dengan balutan jas hitam serta rambut yang tertata rapi. Berulangkali dia menarik napas guna mengurangi kegugupan. Maher begitu gugup untuk menjalani hari ini."Rasanya menghadapi penjahat tidak segugup ini!" katanya menarik napas.Maher keluar dari kamar melewati kilauan cahaya dan kebahagiaan para tamu undangan. Ruangan dipenuhi bunga-bunga yang wanginya samar terbawa angin tapi mampu menusuk hidung ditambah lampu kristal yang menggantung mewah di langit-langit ruangan. Para tamu tersenyum dan berbisik kagum saat Maher melewatinya. Aura positif begitu menguar dari dirinya. Tampan dan berkelas. Halimah, Hanan, Puti dan Vass tersenyum menikmati pemandangan dua insan yang akan bersatu dalam ikatan suci."Kuharap setelah ini anda selanjutnya, Boss," bisik Vass yang langsung mendapat tatapan tajam dari Hanan. Maher duduk di hadapan penghulu dengan Hanan sebagai saksi dari pihak Hafsah dan Adnan dari pihak Maher. Halimah berdoa

  • Belenggu Hasrat CEO    73. menuju pernikahan

    Hayati diam. Dia sadar sebagai ibu sudah sangat keterlaluan kepada putrinya. Namun, di balik sikap keras dan tidak pedulinya, perempuan itu menyimpan luka dan kesedihan yang tidak bisa dibaginya dengan siapa pun. Sejak dia mengetahui hamil Hafsah, suaminya langsung berubah dan menanyakan tentang kehamilan. Hayati yang tidak pernah disentuh suaminya sejak beberapa bulan lalu tiba-tiba hamil tentu saja menjadi pertanyaan oleh suaminya. Suaminya jadi curiga, dingin, dan menolak satu ranjang dengannya. Bahkan saat Hayati jujur bahwa dia telah berselingkuh, suaminya memilih menceraikannya sesaat setelah melahirkan.Hayati menjadi marah dan terhina diceraikan didepan dokter dan perawat yang membantu proses melahirkannya. Namun, mereka tidak tahu penyebab perceraian itu. Andai saat itu Hayati bisa menjaga diri dan marwah rumah tangganya maka segalanya tidak akan terjadi. Di dalam kehidupan sehari-hari dan pergaulan antara lelaki dan perempuan ada batasan dan aturannya dalam Islam. Terutam

  • Belenggu Hasrat CEO    72. Lebih Menyedihkan

    "Aryan," isak Malini menutup bibir dengan kedua tangannya."Pemahaman agamaku lemah, Pa. Tapi aku tahu bahwa setetes saja seorang suami membuat air mata istrinya jatuh, maka disetiap langkahnya akan dilaknat oleh para malaikat." Aryan menatap Gio dengan kepala terangkat. "Aku sangat kecewa kepadamu, Papa. Sangat!"Aryan meninggalkan Gio yang membeku dan tidak menyangka akan ucapan Aryan. Selama ini lelaki itu selalu menunjukkan cinta dan hormat padanya. Tak pernah mengatakan hal buruk padanya. Tapi kali ini, Aryan bicara dengan tegas dan kepala terangkat. Lelaki itu menyesali segala perbuatannya tapi segalanya telah menjadi masa lalu yang tidak bisa diubah.Aryan mengambil dompet dan jaketnya di lemari lalu keluar bersama Vino menggeret koper miliknya. Lelaki itu melewati Gio begitu saja. Tapi dia memeluk Malini dan mencium keningnya. Sama setiap kali dia akan pergi, Aryan akan melakukannya. Malini hanya diam dan sedikit mengangguk saat Aryan meminta izin padanya."Aku berangkat, Ma,"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status