Share

Bab 9. Ganti Rugi

Penulis: Ahza Rumaisha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-08 21:01:23

Kayana tidak dapat menahan keterkejutannya atas apa yang dilihatnya. Sosok pria yang dimaksud oleh anak buahnya ini memang benar adanya. Dia sosok yang tampan, dan bersahaja.

Dan yang terpenting, maksud kedatangannya kemari. Dan lagi-lagi apa yang dikatakan oleh Vero benar. Pria ini memang akan menagih sesuatu seperti yang ia janjikan kepadanya.

Saat acara pesta ulang tahun perusahaan keluarga suaminya, Kayana telah memberikan kerugian bagi pria itu dengan menumpahkan segelas wine pada jasnya yang mahal. Lalu ia memberi kartu nama miliknya untuk menuntut ganti rugi.

"Kita bertemu lagi," ucap pria itu yang seketika menyadarkan Kayana dari lamunan.

"Ah ya." Kayana tersenyum kikuk. Dengan sesekali melirik ke arah Vero yang tak henti memandang takjub pada pria di hadapannya ini.

"Sepertinya Anda sangat sibuk. Sulit sekali ditemui. Anda tidak bermaksud lari dari tanggung jawab 'kan, Nona?"

"Ah bukan begitu. Bukankah saya sudah memberi Anda kartu nama dan di sana tertera nomor yang bisa dihubungi."

"Anda benar, Nona. Itu sebabnya saya kemari." Pria itu menyodorkan kartu nama yang pernah ia berikan. Mata Kayana terpejam beberapa saat. "Anda memberi saya nomor telepon toko Anda. Itu sebabnya saya kemari."

"Ah. Anda benar. Sekali lagi saya minta maaf." Kayana merutuki diri sendiri. Pantas saja pria itu datang kemari. "Kalau begitu, berikan nomor rekening Anda, saya akan mentransfer sejumlah uang sesuai harga jas Anda."

Mendengar itu, si pria malah tertawa. Dan itu membuat Kayana heran. Apa yang salah dengan ucapannya? Bukankah karena itu maksud utamanya datang menemui dirinya?

"Apakah seperti itu attitude orang Indonesia? Hah pantas saja tidak berkembang sampai sekarang."

Kayana mendelik. Apa pria itu sedang menghina negaranya? Apa menghina dirinya? Ah, sepertinya dua-duanya. Dan dilihat dari cara bicaranya yang kurang fasih bahasa Indonesia.

Sepertinya dia tidak berasal dari negara ini. Melainkan luar negeri. Mungkin yang dikatakan Vero benar soal China itu. Ah sial, pikiran Kayana jadi melantur gara-gara Vero.

"Maaf, Tuan. Apa yang sedang Anda bicarakan?"

Pria itu malah tersenyum. "Nona, Anda sungguh tidak sopan menyambut tamu, Anda bahkan tidak memberikan saya kesempatan untuk memperkenalkan diri."

Lagi-lagi Kayana dibuat canggung. Awalnya ia memang tidak ingin basa-basi dan ingin segera menyelesaikan urusannya lalu membiarkan pria itu pergi. Tetapi, sepertinya tidak semudah itu.

"Ah baiklah."

Pria itu menyunggingkan senyum manisnya dan itu membuat keempat anak buah Kayana terkagum-kagum. Satu tangan yang ada dalam kantong celana ditarik lalu terulur ke depan.

"Perkenalkan, nama saya Logan Liu."

Pesawat helikopter dengan logo G mendarat tepat di atap gedung Global grup. Sepasang kaki bersepatu pantofel turun dengan gerakan yang elegan, rambutnya yang hitam melambai-lambai diterbangkan oleh angin kencang yang ditimbulkan oleh baling-baling helikopter yang berputar.

Lalu dibelakangnya, satu orang pria dengan penampilan serupa menyusul. Mengikuti langkah sang atasan menuju pintu masuk gedung pencakar langit tersebut.

"Anda baik-baik saja, Tuan?"

"Ya, aku baik-baik saja."

Terdengar suara helikopter menjauh. Lalu keduanya melangkah menuju koridor yang terhubung dengan lift khusus petinggi perusahaan.

Begitu sampai di ruangan, beberapa berkas laporan menumpuk, menunggu untuk ditandatangani oleh pemimpin yang kini baru saja tiba.

"Penyambutan yang luar biasa," ucap Eiser setengah mengeluh. Hans menarik sudut bibirnya.

"Bukan hanya itu, Tuan. Tuan Muda Liu telah tiba di Indonesia sejak satu bulan yang lalu."

Eiser mengalihkan perhatian dari berkas ke arah asistennya. Keningnya berkedut melihatnya. "Lalu?"

"Tuan Besar menginginkan kerja sama dengan Liu Corp, Tuan. Jadi beliau ingin Anda ...." Ucapan Hans terhenti oleh tangan Eiser yang tiba-tiba mengarah ke depan. Ia jelas tahu kode itu. Artinya, atasannya itu tidak ingin ia meneruskan ucapannya.

"Pemimpin di sini adalah aku, jadi kerjasama dalam bentuk apapun dan dengan pihak manapun, aku yang menentukannya."

"Tapi, Tuan ...." Lagi-lagi ucapan Hans terhenti. Padahal Eiser hanya menatapnya. Betul-betul tidak ada kesempatan untuk protes kali ini.

"Sebenarnya kau ini asistenku atau asisten Papaku, hmmm?"

Hans tertunduk. Sebelum Eiser memuntahkan api amarahnya, Hans segera meminta maaf. "Maaf, Tuan."

"Kembali ke tempatmu."

"Baik, Tuan."

Eiser betul-betul kesal, sudah tahu ia tidak suka dibantah tetapi asistennya itu justru ingin memprotes keputusannya. Ia kembali fokus pada pekerjaan. Berkas di hadapannya tidak akan berkurang jika hanya dilihat saja.

Lalu ia mulai meraih satu persatu, diperiksa sebelum membubuhkan tanda tangan. Baru berkurang setengah, ponselnya berdering. Ia raih benda pipih di samping tangannya untuk melihat layar. Tertera nama Ivana di sana.

"Ya, Ivana."

Mendengar suara dari seberang, Eiser mengumpat. "Sialan, tunggu aku pulang sebentar lagi."

Di sisi lain. Kayana ingin sekali menolak ajakan Logan, nama pria yang baru ia kenal tadi untuk pergi ke kafe terdekat. Meskipun hanya sekedar ngopi, tetapi Kayana pikir ini berlebihan untuk ukuran orang yang baru dikenal.

Tetapi, demi tanggung jawab dan ganti rugi atas kesalahannya tempo hari. Kayana terpaksa menurutinya. Terlebih ini adalah salah satu permintaan Logan sebagai bentuk ganti rugi.

"Kau tidak suka kopinya?" Panggilan Logan pada Kayana berubah menjadi tidak formal.

"Ah tidak." Kayana sedikit canggung.

"Ah, tidak suka ya. Ganti saja kalau begitu." Logan hendak memanggil pelayan tetapi dicegah oleh Kayana.

"Hei jangan."

Logan menelengkan kepala. Merasa bingung dengan wanita yang ada di hadapannya saat ini. Dipandangi seperti itu membuat Kayana salah tingkah. Ia raih cangkir berisi kopi latte lalu mengesapnya.

"Kau sungguh cantik, Nona."

"Pffttt!"

Logan seketika terpejam, ketika semburan kopi itu mengenai wajahnya. Kayana melotot, Apa yang ia perbuat? Ia sampai menutup mulutnya karena kaget.

"Astaga! Maafkan saya, Tuan." Tergesa-gesa ia menarik tissue di meja, lalu membersihkan wajah Logan yang terkena cipratan kopi yang berasal dari mulutnya.

"Kau sengaja, Nona."

"Tidak, Tuan. Sungguh!"

"Kesalahan yang pertama, kau belum membayarnya, sekarang malah tambah lagi. Kau sungguh luar biasa, Nona."

"Maaf Tuan, Saya sungguh tidak sengaja. Kalau begitu biarkan saya membayar lebih. Sekarang sebutkan nomor rekening Anda." Kayana mengeluarkan benda pipih, dan berniat mengirim sejumlah uang melalui aplikasi banking di ponselnya. Tetapi derai tawa yang terdengar, menghentikan niat Kayana.

"Apa aku terlihat seperti orang yang kekurangan uang, Nona Kay?" kata Logan membuat Kayana terdiam.

"Maafkan saya. Bukan begitu. Tapi ...."

"Berhenti minta maaf dan lakukan apa yang aku inginkan." Ucapan Logan membuat Kayana memandang pria di hadapannya, sehingga tanpa sengaja tatapannya bersibobrok dengan iris cokelat milik Logan. "Pertama-tama berikan nomor ponselmu."

"Ah baiklah." Dengan polosnya wanita cantik itu menuruti keinginan Logan. Itu karena rasa bersalah yang menguasai dirinya.

"Simpan nomorku baik-baik. Aku akan meminta ganti ruginya lain kali. Sekarang aku harus pergi karena ada pekerjaan. Maaf tidak bisa mengantarmu, Nona."

"Hei tunggu." Percuma saja, saat Kayana berteriak, pria itu sudah menjauh darinya dan meninggalkan beberapa lembar uang di meja.

Langit berselimut mendung tebal. Sebelum turun hujan, Kayana memutuskan untuk pulang. Pukul lima sore, Kayana tiba di rumah. Wajahnya terlihat kuyu. Itu karena ia merasa lelah. Lama tidak bekerja membuatnya sedikit kelelahan, namun dapat mengobati rasa bosannya secara bersamaan.

Kayana melangkah begitu saja tanpa mengamati ada mobil lain yang terparkir di sana. Dan ketika ia membuka pintu, terlihatlah sosok pria dengan tatapan dingin duduk dengan satu kaki bertumpu pada kaki lainnya, sedang menatap dengan penuh amarah ke arahnya.

"Dari mana saja kamu?"

Bab terkait

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 10. Istri Pembangkang

    Kayana jelas kaget, tetapi itu tidak bertahan lama. Dengan cepat ia menguasai dirinya. Ia melirik pergelangan tangan. Tidak biasanya pria itu di rumah jam segini. Itu dikarenakan Kayana terbiasa ditinggal sendirian. Dan ketika Eiser pergi, Kayana menyempatkan diri untuk keluar sekedar memeriksa pekerjaan. Tetapi, Kayana lupa, bila Ivana sekarang berada satu atap dengan dirinya. Harusnya ia sudah menduganya, 'kan?"Apa setelah bersenang-senang, telingamu jadi tidak berfungsi. Jawab pertanyaanku, Kay." Langkah Kayana terhenti, di anak tangga pertama. Apakah pergi bekerja bisa dikatakan bersenang-senang? Ya mungkin setidaknya Kayana sedikit senang karena tidak ada yang mengganggunya saat bekerja. "Apa saat pergi bekerja, kamu juga bersenang-senang?" Kayana membalikkan perkataan Eiser. Membuat sorot mata pria bergelar suami itu semakin gelap saja. "Aku baru tahu, kamu adalah wanita pembangkang. Aku semakin menyesal menikahimu." "Kalau begitu ceraikan!" jerit Kayana yang seketika memb

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-10
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 11. Kedatangan Tuan Besar

    Suara petir menyadarkan Kayana atas perbuatannya. Ia menjatuhkan benda di tangannya ke lantai. Apa yang sedang ia pikirkan? Mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara seperti ini, hanya akan membuat Ivana merasa di atas awan. Kayana menggeleng pelan. Kalau sampai dirinya bertindak demikian, lalu apa bedanya dengan Ivana? Dirinya tidak bodoh, hanya saja terlalu naif berharap Eiser akan mencintai dirinya. Kayana sadar, bahwa dirinyalah yang menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Namun, jika Tuhan tidak berkehendak. Pernikahan itu tidak akan terjadi. Buktinya sudah jelas, kalau dirinya dan Eiser ditakdirkan bersama meski tidak ada cinta. Guyuran air hujan membuat tubuh Kayana menggigil. Berendam air hangat mungkin akan membuatnya sedikit membaik. Dan benar saja, usai berendam. Kayana langsung tertidur pulas begitu saja. Daging yang kemarin ia beli, tidak jadi dibuat steak. Kayana sengaja bangun pagi-pagi untuk memasak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah selagi penghuni lain dalam

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-10
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 12. Tentang Ivana

    Kayana terkesiap, ia memutar tubuh ke belakang. Dan menegang seketika melihat sosok adik ipar tak jauh darinya. Kayana berpikir, bagaimana bisa adik iparnya ini muncul tanpa suara. "Freeya. Kapan kamu sampai?" "Baru saja, Kak Kay sedang apa? Kenapa sembunyi-sembunyi seperti itu?" Freeya yang penasaran, segera menghampiri sang kakak ipar. Ini tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisa Freeya melihat keberadaan Ivana dan itu akan menjadi masalah besar. Gegas Kayana menahan langkah adiknya itu, mengiringinya menuju ke ruang tengah. "Ayo kita ke sana saja," ajak Kayana. "Tapi, Kak. Aku pengen lihat Kak Kay lihatin apa tadi." "Gak ada apa-apa kok. Ayo kita ke kamar saja." Yang Kayana takutkan adalah Ivana tiba-tiba muncul karena wanita itu pasti juga tidak mengetahui kedatangan Freeya. Jadi Kayana membawa gadis itu untuk masuk ke dalam kamarnya. "Astaga, kamar macam apa ini?" Ini pertama kali Freeya masuk kamar Kayana. Dan ia cukup terkejut dengan dekorasi kamar Kayana yang menurutnya membosa

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 13. Iblis Berwajah Malaikat

    [Apa kamu punya waktu?] Pesan masuk di ponsel Kayana membuat wanita itu terdiam. Nomor tanpa nama membuatnya bertanya-tanya. "Siapa, Kak?" Tapi pertanyaan itu justru muncul dari bibir Freeya. "Bukan siapa-siapa." Kayana meletakkan kembali ponsel pada tempat semula kemudian menyesap sisa kopinya. Namun, seolah tidak membiarkan Kayana tenang, pesan berikutnya muncul. Ia melirik sekilas. Tanpa dibuka pun Kayana bisa melihat isinya. [Luangkan waktumu. Kamu perlu mengganti rugi] Mata Kayana terpejam seketika. Rasa-rasanya ia tahu siapa pengirimnya. Pria yang kemarin. Kayana meraih ponsel, ia perlu memberi konfirmasi. Jari jemari lentik itu mulai menari di atas layar. [Aku tengah bekerja] Kayana sengaja memberi kabar palsu. Untuk saat ini dirinya memang ingin sekali bersantai, mumpung ada Freeya yang menemani. [Jangan menipuku. Aku berada di toko bunga milikmu. Tapi kamu tidak ada di tempat] Sekali lagi mata Kayana terpejam. Sama sekali tidak ia duga jika pria itu tengah berada di

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-12
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 14. Cara Baru

    Andai Kayana sungguh mengatakan itu. Eiser mungkin akan betul-betul murka kepadanya. Dan Kayana tidak menginginkan itu terjadi. Berhadapan dengan Eiser seperti sekarang ini saja sudah seperti mimpi buruk, apalagi kalau mendengar cacian yang terlontar dari bibir pria itu, lebih baik Kayana lenyap dari muka bumi saja. "Aku tanya kamu dari mana?" Kayana memutar bola mata malas. "Dari luar," jawab Kayana ketus. Ia termundur ke belakang karena Eiser mendorongnya, sampai punggung membentur lemari pendingin lalu mengurungnya dengan kedua tangan. "Kamu tidak tahu adab dan sopan santun berbicara dengan suami.""Aku hanya mempraktekkan apa yang kamu ajarkan." Eiser mendelik. "Jadi ini rupa aslimu." "Sejak dulu aku memang seperti ini." Eiser terdiam dengan sorot mata yang merah padam. Ia sungguh benar-benar murka terhadap wanita dihadapannya saat ini. Tetapi, ia masih bisa menahannya. Tujuannya untuk pulang bukanlah ini. "Aku dengar Freeya kemari? Apa yang kamu bicarakan dengannya?" "Men

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-14
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 15. Ular Berbisa

    "Apa terjadi sesuatu?" Eiser sungguh penasaran, apa yang membuat wanita yang menjalin kisah asmara dengannya selama lima tahun itu dirundung kecemasan. "Papa masuk rumah sakit, penyakitnya kambuh dan dia harus melakukan kemoterapi, kamu tahu sendiri 'kan butuh biaya khusus untuk itu," ucap wanita berambut panjang dengan kaca-kaca di sudut mata. Semenjak berhenti dari dunia permodelan, Ivana memang tidak bisa lagi menghasilkan uang. "Kamu tenang saja, katakan di mana rumah sakitnya, aku akan mengirim orang untuk menyelesaikan semuanya." "Tidak, Eiser. Aku tidak mau merepotkanmu." Kening Eiser mengkerut. "Lalu kamu mau bagaimana?" "Berikan saja uangnya padaku. Nanti aku akan mengirimkan pada Mama. Biar mama yang urus semuanya." "Begitu?" "Ya." "Sebutkan nominalnya." "Seratus juta." Eiser cukup terkejut mendengarnya, tetapi ia masih bisa mengendalikan eskpresinya agar tak terbaca oleh lawan bicaranya. Eiser setenang air danau, namun siapa tahu di dalam hatinya bergejolak. "Bai

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-15
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 16. Obsesi

    Gerakan kaki Kayana begitu cepat menuruni anak tangga. Di belakangnya, Eiser mengekor dengan langkah yang tak kalah cepat. "Biar aku yang buka pintu. Kamu urus kekasihmu itu." Yang dikatakan Kayana ada benarnya. Ia harus memberitahu Ivana agar tidak bersuara atau melakukan sesuatu yang dapat memicu perhatian ibunya. Sebab kalau sampai wanita yang telah melahirkannya itu tahu Ivana berada di sini. Entah seberapa besar murka yang dikeluarkannya. Pintu utama dibuka, wanita paruh baya dengan gaun berwarna gelap berdiri dengan senyum elegannya. "Mama," ucap Kayana. "Halo, Sayang." Lusi memberi pelukan pada sang menantu yang disambut hal yang sama oleh Kayana. "Kenapa tidak memberitahu kalau ingin datang?" Tidak biasanya, ibu mertuanya ini datang secara tiba-tiba. "Mama ada kunjungan ke toko roti, jadi Mama sekalian mampir." Kayana hampir lupa, kalau ibu mertuanya ini mengelola toko roti yang terkenal memiliki cabang di beberapa daerah. "Ini ada oleh-oleh buat kamu." Lusi menyodorka

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-17
  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 1. Perempuan Licik!

    "Dasar perempuan licik!" Kayana tertegun mendengarnya. Ia memandang pria yang berdiri di hadapannya. Dia adalah Eiser Ryan Devanders. Pria yang sejak tadi pagi telah resmi menyandang status sebagai suaminya. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan digelar, dan Kayana berniat kembali ke kamar hotel yang telah disiapkan, karena acara telah usai. Tetapi, siapa sangka suaminya ini malah menyusul dengan amarah yang meletup-letup lalu melontarkan kata-kata kasar kepada dirinya. "Jadi semua ini rencana kamu untuk bisa menikah dengan aku, dasar perempuan licik!" Eiser sekali lagi mengulangi kalimat umpatan untuk istrinya. Dalam sekejap tatapan matanya menjadi sangat menakutkan. "Apa maksud kamu, Eiser?" Kayana tidak mengerti, mengapa datang-datang suaminya ini malah mencaci maki dirinya."Jangan berlagak bodoh di depanku, Kay!" Eiser menjejalkan tangan pada saku jasnya, lalu menunjukkan apa yang ia dapat kepada istrinya. Sebuah rekaman suara menyapa indera pendengaran. Kayana sampai melo

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-13

Bab terbaru

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 16. Obsesi

    Gerakan kaki Kayana begitu cepat menuruni anak tangga. Di belakangnya, Eiser mengekor dengan langkah yang tak kalah cepat. "Biar aku yang buka pintu. Kamu urus kekasihmu itu." Yang dikatakan Kayana ada benarnya. Ia harus memberitahu Ivana agar tidak bersuara atau melakukan sesuatu yang dapat memicu perhatian ibunya. Sebab kalau sampai wanita yang telah melahirkannya itu tahu Ivana berada di sini. Entah seberapa besar murka yang dikeluarkannya. Pintu utama dibuka, wanita paruh baya dengan gaun berwarna gelap berdiri dengan senyum elegannya. "Mama," ucap Kayana. "Halo, Sayang." Lusi memberi pelukan pada sang menantu yang disambut hal yang sama oleh Kayana. "Kenapa tidak memberitahu kalau ingin datang?" Tidak biasanya, ibu mertuanya ini datang secara tiba-tiba. "Mama ada kunjungan ke toko roti, jadi Mama sekalian mampir." Kayana hampir lupa, kalau ibu mertuanya ini mengelola toko roti yang terkenal memiliki cabang di beberapa daerah. "Ini ada oleh-oleh buat kamu." Lusi menyodorka

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 15. Ular Berbisa

    "Apa terjadi sesuatu?" Eiser sungguh penasaran, apa yang membuat wanita yang menjalin kisah asmara dengannya selama lima tahun itu dirundung kecemasan. "Papa masuk rumah sakit, penyakitnya kambuh dan dia harus melakukan kemoterapi, kamu tahu sendiri 'kan butuh biaya khusus untuk itu," ucap wanita berambut panjang dengan kaca-kaca di sudut mata. Semenjak berhenti dari dunia permodelan, Ivana memang tidak bisa lagi menghasilkan uang. "Kamu tenang saja, katakan di mana rumah sakitnya, aku akan mengirim orang untuk menyelesaikan semuanya." "Tidak, Eiser. Aku tidak mau merepotkanmu." Kening Eiser mengkerut. "Lalu kamu mau bagaimana?" "Berikan saja uangnya padaku. Nanti aku akan mengirimkan pada Mama. Biar mama yang urus semuanya." "Begitu?" "Ya." "Sebutkan nominalnya." "Seratus juta." Eiser cukup terkejut mendengarnya, tetapi ia masih bisa mengendalikan eskpresinya agar tak terbaca oleh lawan bicaranya. Eiser setenang air danau, namun siapa tahu di dalam hatinya bergejolak. "Bai

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 14. Cara Baru

    Andai Kayana sungguh mengatakan itu. Eiser mungkin akan betul-betul murka kepadanya. Dan Kayana tidak menginginkan itu terjadi. Berhadapan dengan Eiser seperti sekarang ini saja sudah seperti mimpi buruk, apalagi kalau mendengar cacian yang terlontar dari bibir pria itu, lebih baik Kayana lenyap dari muka bumi saja. "Aku tanya kamu dari mana?" Kayana memutar bola mata malas. "Dari luar," jawab Kayana ketus. Ia termundur ke belakang karena Eiser mendorongnya, sampai punggung membentur lemari pendingin lalu mengurungnya dengan kedua tangan. "Kamu tidak tahu adab dan sopan santun berbicara dengan suami.""Aku hanya mempraktekkan apa yang kamu ajarkan." Eiser mendelik. "Jadi ini rupa aslimu." "Sejak dulu aku memang seperti ini." Eiser terdiam dengan sorot mata yang merah padam. Ia sungguh benar-benar murka terhadap wanita dihadapannya saat ini. Tetapi, ia masih bisa menahannya. Tujuannya untuk pulang bukanlah ini. "Aku dengar Freeya kemari? Apa yang kamu bicarakan dengannya?" "Men

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 13. Iblis Berwajah Malaikat

    [Apa kamu punya waktu?] Pesan masuk di ponsel Kayana membuat wanita itu terdiam. Nomor tanpa nama membuatnya bertanya-tanya. "Siapa, Kak?" Tapi pertanyaan itu justru muncul dari bibir Freeya. "Bukan siapa-siapa." Kayana meletakkan kembali ponsel pada tempat semula kemudian menyesap sisa kopinya. Namun, seolah tidak membiarkan Kayana tenang, pesan berikutnya muncul. Ia melirik sekilas. Tanpa dibuka pun Kayana bisa melihat isinya. [Luangkan waktumu. Kamu perlu mengganti rugi] Mata Kayana terpejam seketika. Rasa-rasanya ia tahu siapa pengirimnya. Pria yang kemarin. Kayana meraih ponsel, ia perlu memberi konfirmasi. Jari jemari lentik itu mulai menari di atas layar. [Aku tengah bekerja] Kayana sengaja memberi kabar palsu. Untuk saat ini dirinya memang ingin sekali bersantai, mumpung ada Freeya yang menemani. [Jangan menipuku. Aku berada di toko bunga milikmu. Tapi kamu tidak ada di tempat] Sekali lagi mata Kayana terpejam. Sama sekali tidak ia duga jika pria itu tengah berada di

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 12. Tentang Ivana

    Kayana terkesiap, ia memutar tubuh ke belakang. Dan menegang seketika melihat sosok adik ipar tak jauh darinya. Kayana berpikir, bagaimana bisa adik iparnya ini muncul tanpa suara. "Freeya. Kapan kamu sampai?" "Baru saja, Kak Kay sedang apa? Kenapa sembunyi-sembunyi seperti itu?" Freeya yang penasaran, segera menghampiri sang kakak ipar. Ini tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisa Freeya melihat keberadaan Ivana dan itu akan menjadi masalah besar. Gegas Kayana menahan langkah adiknya itu, mengiringinya menuju ke ruang tengah. "Ayo kita ke sana saja," ajak Kayana. "Tapi, Kak. Aku pengen lihat Kak Kay lihatin apa tadi." "Gak ada apa-apa kok. Ayo kita ke kamar saja." Yang Kayana takutkan adalah Ivana tiba-tiba muncul karena wanita itu pasti juga tidak mengetahui kedatangan Freeya. Jadi Kayana membawa gadis itu untuk masuk ke dalam kamarnya. "Astaga, kamar macam apa ini?" Ini pertama kali Freeya masuk kamar Kayana. Dan ia cukup terkejut dengan dekorasi kamar Kayana yang menurutnya membosa

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 11. Kedatangan Tuan Besar

    Suara petir menyadarkan Kayana atas perbuatannya. Ia menjatuhkan benda di tangannya ke lantai. Apa yang sedang ia pikirkan? Mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara seperti ini, hanya akan membuat Ivana merasa di atas awan. Kayana menggeleng pelan. Kalau sampai dirinya bertindak demikian, lalu apa bedanya dengan Ivana? Dirinya tidak bodoh, hanya saja terlalu naif berharap Eiser akan mencintai dirinya. Kayana sadar, bahwa dirinyalah yang menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka. Namun, jika Tuhan tidak berkehendak. Pernikahan itu tidak akan terjadi. Buktinya sudah jelas, kalau dirinya dan Eiser ditakdirkan bersama meski tidak ada cinta. Guyuran air hujan membuat tubuh Kayana menggigil. Berendam air hangat mungkin akan membuatnya sedikit membaik. Dan benar saja, usai berendam. Kayana langsung tertidur pulas begitu saja. Daging yang kemarin ia beli, tidak jadi dibuat steak. Kayana sengaja bangun pagi-pagi untuk memasak dan mengerjakan semua pekerjaan rumah selagi penghuni lain dalam

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 10. Istri Pembangkang

    Kayana jelas kaget, tetapi itu tidak bertahan lama. Dengan cepat ia menguasai dirinya. Ia melirik pergelangan tangan. Tidak biasanya pria itu di rumah jam segini. Itu dikarenakan Kayana terbiasa ditinggal sendirian. Dan ketika Eiser pergi, Kayana menyempatkan diri untuk keluar sekedar memeriksa pekerjaan. Tetapi, Kayana lupa, bila Ivana sekarang berada satu atap dengan dirinya. Harusnya ia sudah menduganya, 'kan?"Apa setelah bersenang-senang, telingamu jadi tidak berfungsi. Jawab pertanyaanku, Kay." Langkah Kayana terhenti, di anak tangga pertama. Apakah pergi bekerja bisa dikatakan bersenang-senang? Ya mungkin setidaknya Kayana sedikit senang karena tidak ada yang mengganggunya saat bekerja. "Apa saat pergi bekerja, kamu juga bersenang-senang?" Kayana membalikkan perkataan Eiser. Membuat sorot mata pria bergelar suami itu semakin gelap saja. "Aku baru tahu, kamu adalah wanita pembangkang. Aku semakin menyesal menikahimu." "Kalau begitu ceraikan!" jerit Kayana yang seketika memb

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 9. Ganti Rugi

    Kayana tidak dapat menahan keterkejutannya atas apa yang dilihatnya. Sosok pria yang dimaksud oleh anak buahnya ini memang benar adanya. Dia sosok yang tampan, dan bersahaja. Dan yang terpenting, maksud kedatangannya kemari. Dan lagi-lagi apa yang dikatakan oleh Vero benar. Pria ini memang akan menagih sesuatu seperti yang ia janjikan kepadanya. Saat acara pesta ulang tahun perusahaan keluarga suaminya, Kayana telah memberikan kerugian bagi pria itu dengan menumpahkan segelas wine pada jasnya yang mahal. Lalu ia memberi kartu nama miliknya untuk menuntut ganti rugi. "Kita bertemu lagi," ucap pria itu yang seketika menyadarkan Kayana dari lamunan."Ah ya." Kayana tersenyum kikuk. Dengan sesekali melirik ke arah Vero yang tak henti memandang takjub pada pria di hadapannya ini. "Sepertinya Anda sangat sibuk. Sulit sekali ditemui. Anda tidak bermaksud lari dari tanggung jawab 'kan, Nona?" "Ah bukan begitu. Bukankah saya sudah memberi Anda kartu nama dan di sana tertera nomor yang bis

  • Belenggu Dendam Suamiku    Bab 8. Pria Asing

    Tentu saja itu hanya bisa Kayana ucapkan dalam hati. Meski ia membenci Eiser, tetapi melihat apa yang dilakukan Eiser terhadap Ivana, membuat sudut hati Kayana terluka. Selain berdiri, ia hanya bisa memalingkan wajahnya dengan sesekali mendongak ke atas agar buliran bening yang sedari ia tahan tidak tumpah. Pekerjaan dapur menjadi menumpuk setelah kepergian Eiser dan Ivana. Kayana memandang makanan sisa yang ditinggalkan oleh Eiser. Selera makannya seketika menghilang tak bersisa. Ia kembali ke kamar setelah menyelesaikan pekerjaan dapur. Tak ia pedulikan di mana keberadaan Eiser, terakhir kali ia melihat pria itu mengantar selingkuhannya ke kamar. Persetan bila pria itu ingin tidur di sana. Itu malah bagus, dan dirinya bisa terlepas dari pria itu malam ini. Kayana menjatuhkan bobot tubuhnya di bibir ranjang, melepas ikatan rambutnya, barulah ia merebahkan diri untuk beristirahat. Di sepertiga malam, ia dibangukan oleh suara derit pintu dan derap langkah kaki seseorang. Setengah

DMCA.com Protection Status