"Sangat yakin. Dan aku tahu bahwa kamu akan menerima tawaran ini, di sudut kursi sudah ku letakkan cek itu untukmu ambil dan pakailah kamu bisa mencairkannya kapan saja karena itu tidak ada batasan. Tidak perlu bekerja sama denganku kamu bisa menggunakan uang itu lebih dulu, aku tahu kamu tidak bisa hidup dengan kesederhanaan ini." Della tersenyum sinis melihat wajah Vlora yang terlihat terkejut namun hal itu semakin yakin bahwa Vlora akan menerima tawarannya tanpa berpikir panjang lagi.Tanpa menunggu jawaban dari Vlora, Della kembali melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Vlora yang berdiri terpaku di tempatnya."Neng, tolong dengarkan Bibi kali ini saja. Kedua orang tua Neng sudah berada di penjara tolong jangan membuat kesalahan untuk kedua kalinya." Ujar Bibi Jum, melihat raut wajah Vlora yang seakan menerima tawaran Dari Della."Lalu aku harus bagaimana, bik? Aku tidak mungkin membiarkan Bibi pekerja keras untuk memenuhi kehidupan kita, aku yang jauh lebih mudah dan aku sudah ba
Setelah menikmati es krim yang di inginkan mereka memilih tempat duduk yang tidak terlalu jauh dari pintu hanya demi Zelena yang menginginkan es krim lagi. Sehingga mereka tidak terlalu jauh.Tawa Zelena di sela-sela menikmati es krim dan perhatian Husna dan Hasta yang begitu besar pada gadis kecil yang kini berusia enam tahun waktu yang begitu cepat sehingga tanpa terasa anak yang belum lama buta kini bisa melihat lagi dan keceriaan yang sebenarnya. Harapan sejak lama seorang Husna dan Hasta.Tanpa mereka sadari seseorang memperlihatkan ketiganya. Senyum bahagia dua wanita yang amat ia sayangi telah menjadi bukti bahwa dirinya tidak dibutuhkan lagi oleh mereka."Maafkan aku, seandainya waktu bisa aku ulang maka aku tidak akan menghinanya. Dia darah dagingku, bagaimana aku meminta maaf padanya? Bagaimana kalau Husna tahu apa yang aku lakukan ada putriku di masa lalu?" gumamnya memilih kembali bekerja sebelum mereka menyadari keberadaannya.Kehidupan Andaru sedikit demi sedikit telah ha
Hasta tersenyum mendengar penuturan Husna yang menginginkan secara resmi melamarnya.Tidak menunggu lama Hasta mengangguk cepat."Tentu, aku akan menemui Mama untuk melamar mu. Katakan mahar apa yang kamu inginkan? Berapa uang yang kamu mau? Aku tahu kamu tidak akan menjawabnya, aku tahu apa yang terbaik untukmu." Ujar Hasta."Aku tidak jadi makan di sini. Aku pulang sekarang." Ucap Hasta meninggalkan Husna yang terdiam melihat sikap Hasta yang berubah."Hasta, tunggu! Kartu kamu!" seru Husna menggoyangkan tangannya keatas dengan kartu ATM di tangan."Kamu pakai aja!" Hasta berlalu dengan mobilnya meninggalkan rumah Husna.Belum hilang keterkejutannya tiba-tiba mobil Hasta kembali di depannya."Apa ada yang tertinggal?""Ya, Assalamualaikum. Tunggu aku dan Mama ke sini." Ucapnya melanjutkan lagi mobilnya, Husna menggelngkan kepalanya melihat tingkah Hasta."Semoga ini yang terakhir," gumam Husna. Memasuki rumah yang akan menjadi ramai setelah ia menikah dengan Hasta."Mama, Zelena bah
Waktu yang ditentukan telah tiba kini Hasta dan ibunya telah bersiap untuk menemui Husna. Usai mendapatkan persetujuan dari Husna malam harinya Hasta bersama beberapa orang kepercayaan yang telah bersiap iringan mobil mewah memasuki halaman rumah orang tua Husna."Husna jadi kamu adalah putri dari Lavi dan Vina?" tanya Widya terkejut. Setelah menyadari jika rumah yang ia datangi adalah rumah sahabatnya."Ya Tante,""Astaghfirullahaladzim, jadi selama ini kalian berhubungan? Mama tidak percaya jika kalian benar-benar berjodoh. Apa kalian tahu dulu mama dan kedua orang tua Husna sudah sepakat akan menjodohkan kalian berdua, lihat Allah sudah mentakdirkan kalian untuk bersama dan kalian adalah jodohnya maafkan mama, Husna.Sebab mama tidak tahu jika Husna adalah kamu anak dari sahabat Mama karena mama mengira bahwa kamu bukanlah Husna yang sejak kecil kami jodohkan, kabar yang mama dengar waktu itu kabar tentang orang tua kamu yang kecelakaan dan tidak lama lagi kamu hilang di taman dan
"Nggak yah, aku seneng akhirnya mama sama ayah menikah." Ucapnya sesekali menguap, membuat Hasta menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri sambungnya."Katanya nggak capek, tapi menguap terus." Ujar Hasta menggoda Zelena."Ayah–" Hasta mengangkat tubuh Zelena memberikan tempat ternyaman untuknya agar bisa tertidur dengan nyaman, walau mengajaknya bercanda namun Hasta tahu jika Zelena menahan kantuknya yang sudah tidak bisa di tahan lagi."Lihat dia seperti kamu, ngantuk bilangnya nggak. Taunya ngeces di pangkuan." Goda Hasta, mengingatkan mereka saat tinggal di panti asuhan bersama."Jangan mulai mas, kamu tahu masih banyak tamu." Ujar Husna yang kini berganti memanggil Hasta dengan sebutan mas."Alhamdulillah, kamu manggil aku, mas. Aku makin sayang kamu." Wajah Husna merona mendengar perkataan Hasta yang tidak hentinya menggodanya.Di sudut ruangan yang tidak jauh dari pesta seseorang mengepalkan tangannya melihat wajah Husna yang begitu bahagia bersanding dengan Hasta."Nikmati
"Hum," anggukan kepala Husna membuat Hasta tersenyum bahagia. Meski Hasta tidak memaksakan Husna untuk melakukan kewajibannya sebab Hasta ingin semua berjalan dengan sendirinya.Hasta menangkup wajah Husna wanita yang sejak lama telah mengisi hatinya wanita memiliki nama yang selalu ia sebut setiap doanya namun, doa itu telah terhenti saat mengetahui bahwa Husna telah menikah dengan pria lain. Dan doa itu kembali ia panjatkan nama Husna selalu ia sebutkan di pertiga malamnya setelah mengetahui bagaimana kehidupan rumah tangganya bahkan di saat tragedi malam itu terjadi.Usai membacakan doa dan salat sunah dua rakaat Hasta mendekati Husna setelah mematikan lampu kamar berganti dengan sinar bulan dan bintang bintang yang menjadi saksi cinta setelah halal. Malam ini adalah malam yang begitu indah, sepasang sejoli menghabiskan malam bersama dalam hubungan yang tidak terpisahkan lagi kecuali Allah. Menengguk kebahagiaan yang sejak lama mereka pendam, cinta dan kesetiaan seorang Hasta telah
Mama, Aku pergi dulu apakah mama menitipkan sesuatu untuk ayah?" lanjutnya menatap wanita yang telah melahirkan dirinya."Ya, kamu berikan surat ini untuk ayahmu katakan salam Mama untuknya. Hati-hati jaga kesehatan kamu doa mama akan selalu untuk kamu."Fara menatap nanar punggung putranya yang menjauh dan kini hilang dari pandangannya kembali Ia pun melangkah menuju selnya tempat yang kini menjadi tempat tinggalnya rasa menyesal dan ingin bebas selalu hadir namun hal itu tidaklah merubah apapun."Jika aku diizinkan untuk berubah dan menjadi yang lebih baik lagi, hal yang pertama akan aku lakukan hanyalah satu meminta maaf pada Husna dan cucuku. Tuhan, berikanlah satu kesempatan lagi agar aku bisa memperbaiki hidupku." Ucap Fara, menggelar sajadah kegiatan yang selama ini ia tinggalkan hanya demi kemewahan namun setelah dirinya berada di dalam hotel prodeo, kewajibannya yang ia lalaikan yaitu kewajibannya kepada Tuhan dan sekarang dia ingin berubah untuk memperbaiki semuanya dan dimul
"Mungkinkah aku terlalu lelah, sehingga aku tidak bisa mengontrol semuanya." Sesalnya mungkin saat ini putrinya akan membencinya."Apa Zelena akan marah padaku, mas?" tanya Husna setelah terdiam berapa saat."Tidak, sayang. Mungkin hanya Zelena syok melihat perubahan sikap kamu. Biar aku yang bicara nanti.""Aku takut mas," "Tidak ada lagi yang perlu kamu takutkan. Zelena adalah putrimu dan kamu tahu benar bagaimana sifatnya," Hasta memeluknya memberikan ketenangan pada sang istri agar tidak lagi merasa bersalah atas apa yang ia lakukan tanpa sadar pada putrinya.Satu jam Husna tertidur dengan pulas suara dengkuran halus menjadi buktinya. Di usapnya keningnya terlihat gurat kelelahan karena pekerjaan yang begitu padat namun, ia pun tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sehingga tanpa sadar Husna bersikap di luar kendali saat bertatapan dengan mata putrinya yang tidak lain adalah milik nenek Abila."Ayah, apa Mama sudah tidur?" Zelena mengintip dari balik pintu kamar Husna."Ya, kemar