Hasta tersenyum mendengar penuturan Husna yang menginginkan secara resmi melamarnya.Tidak menunggu lama Hasta mengangguk cepat."Tentu, aku akan menemui Mama untuk melamar mu. Katakan mahar apa yang kamu inginkan? Berapa uang yang kamu mau? Aku tahu kamu tidak akan menjawabnya, aku tahu apa yang terbaik untukmu." Ujar Hasta."Aku tidak jadi makan di sini. Aku pulang sekarang." Ucap Hasta meninggalkan Husna yang terdiam melihat sikap Hasta yang berubah."Hasta, tunggu! Kartu kamu!" seru Husna menggoyangkan tangannya keatas dengan kartu ATM di tangan."Kamu pakai aja!" Hasta berlalu dengan mobilnya meninggalkan rumah Husna.Belum hilang keterkejutannya tiba-tiba mobil Hasta kembali di depannya."Apa ada yang tertinggal?""Ya, Assalamualaikum. Tunggu aku dan Mama ke sini." Ucapnya melanjutkan lagi mobilnya, Husna menggelngkan kepalanya melihat tingkah Hasta."Semoga ini yang terakhir," gumam Husna. Memasuki rumah yang akan menjadi ramai setelah ia menikah dengan Hasta."Mama, Zelena bah
Waktu yang ditentukan telah tiba kini Hasta dan ibunya telah bersiap untuk menemui Husna. Usai mendapatkan persetujuan dari Husna malam harinya Hasta bersama beberapa orang kepercayaan yang telah bersiap iringan mobil mewah memasuki halaman rumah orang tua Husna."Husna jadi kamu adalah putri dari Lavi dan Vina?" tanya Widya terkejut. Setelah menyadari jika rumah yang ia datangi adalah rumah sahabatnya."Ya Tante,""Astaghfirullahaladzim, jadi selama ini kalian berhubungan? Mama tidak percaya jika kalian benar-benar berjodoh. Apa kalian tahu dulu mama dan kedua orang tua Husna sudah sepakat akan menjodohkan kalian berdua, lihat Allah sudah mentakdirkan kalian untuk bersama dan kalian adalah jodohnya maafkan mama, Husna.Sebab mama tidak tahu jika Husna adalah kamu anak dari sahabat Mama karena mama mengira bahwa kamu bukanlah Husna yang sejak kecil kami jodohkan, kabar yang mama dengar waktu itu kabar tentang orang tua kamu yang kecelakaan dan tidak lama lagi kamu hilang di taman dan
"Nggak yah, aku seneng akhirnya mama sama ayah menikah." Ucapnya sesekali menguap, membuat Hasta menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri sambungnya."Katanya nggak capek, tapi menguap terus." Ujar Hasta menggoda Zelena."Ayah–" Hasta mengangkat tubuh Zelena memberikan tempat ternyaman untuknya agar bisa tertidur dengan nyaman, walau mengajaknya bercanda namun Hasta tahu jika Zelena menahan kantuknya yang sudah tidak bisa di tahan lagi."Lihat dia seperti kamu, ngantuk bilangnya nggak. Taunya ngeces di pangkuan." Goda Hasta, mengingatkan mereka saat tinggal di panti asuhan bersama."Jangan mulai mas, kamu tahu masih banyak tamu." Ujar Husna yang kini berganti memanggil Hasta dengan sebutan mas."Alhamdulillah, kamu manggil aku, mas. Aku makin sayang kamu." Wajah Husna merona mendengar perkataan Hasta yang tidak hentinya menggodanya.Di sudut ruangan yang tidak jauh dari pesta seseorang mengepalkan tangannya melihat wajah Husna yang begitu bahagia bersanding dengan Hasta."Nikmati
"Hum," anggukan kepala Husna membuat Hasta tersenyum bahagia. Meski Hasta tidak memaksakan Husna untuk melakukan kewajibannya sebab Hasta ingin semua berjalan dengan sendirinya.Hasta menangkup wajah Husna wanita yang sejak lama telah mengisi hatinya wanita memiliki nama yang selalu ia sebut setiap doanya namun, doa itu telah terhenti saat mengetahui bahwa Husna telah menikah dengan pria lain. Dan doa itu kembali ia panjatkan nama Husna selalu ia sebutkan di pertiga malamnya setelah mengetahui bagaimana kehidupan rumah tangganya bahkan di saat tragedi malam itu terjadi.Usai membacakan doa dan salat sunah dua rakaat Hasta mendekati Husna setelah mematikan lampu kamar berganti dengan sinar bulan dan bintang bintang yang menjadi saksi cinta setelah halal. Malam ini adalah malam yang begitu indah, sepasang sejoli menghabiskan malam bersama dalam hubungan yang tidak terpisahkan lagi kecuali Allah. Menengguk kebahagiaan yang sejak lama mereka pendam, cinta dan kesetiaan seorang Hasta telah
Mama, Aku pergi dulu apakah mama menitipkan sesuatu untuk ayah?" lanjutnya menatap wanita yang telah melahirkan dirinya."Ya, kamu berikan surat ini untuk ayahmu katakan salam Mama untuknya. Hati-hati jaga kesehatan kamu doa mama akan selalu untuk kamu."Fara menatap nanar punggung putranya yang menjauh dan kini hilang dari pandangannya kembali Ia pun melangkah menuju selnya tempat yang kini menjadi tempat tinggalnya rasa menyesal dan ingin bebas selalu hadir namun hal itu tidaklah merubah apapun."Jika aku diizinkan untuk berubah dan menjadi yang lebih baik lagi, hal yang pertama akan aku lakukan hanyalah satu meminta maaf pada Husna dan cucuku. Tuhan, berikanlah satu kesempatan lagi agar aku bisa memperbaiki hidupku." Ucap Fara, menggelar sajadah kegiatan yang selama ini ia tinggalkan hanya demi kemewahan namun setelah dirinya berada di dalam hotel prodeo, kewajibannya yang ia lalaikan yaitu kewajibannya kepada Tuhan dan sekarang dia ingin berubah untuk memperbaiki semuanya dan dimul
"Mungkinkah aku terlalu lelah, sehingga aku tidak bisa mengontrol semuanya." Sesalnya mungkin saat ini putrinya akan membencinya."Apa Zelena akan marah padaku, mas?" tanya Husna setelah terdiam berapa saat."Tidak, sayang. Mungkin hanya Zelena syok melihat perubahan sikap kamu. Biar aku yang bicara nanti.""Aku takut mas," "Tidak ada lagi yang perlu kamu takutkan. Zelena adalah putrimu dan kamu tahu benar bagaimana sifatnya," Hasta memeluknya memberikan ketenangan pada sang istri agar tidak lagi merasa bersalah atas apa yang ia lakukan tanpa sadar pada putrinya.Satu jam Husna tertidur dengan pulas suara dengkuran halus menjadi buktinya. Di usapnya keningnya terlihat gurat kelelahan karena pekerjaan yang begitu padat namun, ia pun tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sehingga tanpa sadar Husna bersikap di luar kendali saat bertatapan dengan mata putrinya yang tidak lain adalah milik nenek Abila."Ayah, apa Mama sudah tidur?" Zelena mengintip dari balik pintu kamar Husna."Ya, kemar
"Diam kamu! Kerjanya cuma tidur! Kenapa kamu tidak bergerak untuk mendekati Husna ataupun anaknya, percuma dong kalau aku bayar mahal-mahal kamu, memberikan fasilitas yang luar biasa ini tapi kerjanya kamu hanya tidur tanpa berpikir bagaimana caranya aku bisa mendapatkan Hasta dan kamu bisa mengambil alih harta Husna! Bangun dan pikirkan bagaimana caranya. Jangan hanya memegangi bantal yang tidak ada gunanya itu." Della tidak kalah murkanya pada Vlora yang sejak beberapa bulan terakhir tanpa memberikan solusi dari rencananya walau ia pernah memberikan jalan agar dia bisa datang di hari pernikahan Hasta dan Husna namun setelah itu sampai detik ini tidak ada lagi rencana yang dibuat oleh Vlora untuknya."Della, sayang. Orang kalau mau berpikir itu tenang tidak krasak krusuk seperti kamu dan hasilnya tidak ada tapi aku berbeda denganmu yang banyak bicara, aku tidur tapi otakku bekerja. Bagaimana caranya supaya kamu bergerak untuk bisa mendapatkan Hasta tapi lihat kamu terlalu tergesa-gesa
"Tidak semudah itu, kalau pun bisa tentu akan berisiko besar apa kamu siap menanggung resikonya nanti?""Ayah pernah mencobanya? Ayah belum mengatakan rencana apa yang akan aku buat untuk menjerat Hasta, lalu bagaimana ayah bisa mengatakan resikonya?""Tidak semua bisa kamu dapatkan dan tidak semua yang kamu inginkan dengan mudah kamu menggapainya. Semua membutuhkan cara dan pengorbanan, apa kamu sudah siap untuk itu? Jika rencana ini gagal tentu bukan hanya Ayah yang akan hancur tapi juga kamu, Begitu sebaliknya bukan hanya kamu tapi juga Ayah dan nama baik ayah akan hancur tentu Setelah itu kita di kucilkan. Tidak ada lagi yang bisa kita banggakan dan tidak ada lagi orang yang bisa tunduk di bawah perintah ayah dan bahkan bukan hanya seluruh negeri ini yang akan mengancam tindakan ayah. Tapi juga akan mengucilkan kamu, apa kamu akan siap jika hal itu terjadi?""Bisakah ayah melakukannya tanpa harus menggunakan tangan ayah sendiri? Melainkan orang lain. Dengan begitu kita bisa terbeba