Tubuh Andaru luruh ke lantai sungguh kenyataan yang sangat mengejutkannya. Dirinya tidak menyangka kejadian yang sangat menyeramkan untuk dirinya terjadi pada Husna begitu derita yang dialami oleh wanita yang dia tolak mentah-mentah kehadirannya telah hidup sengsarakan karena ulah keluarganya. Hati yang membuatnya merasakan hancurnya Andaru. Siapa yang akan peduli padanya? Semuanya telah habis hanya tersisa pakainya yang di dalam tas."Maaf, Maafkan aku, Husna. Aku berjanji padamu mulai hari ini aku akan memperlakukan kamu dengan baik akan aku terima keputusan jika kamu akan membenciku." Lirihnya tubuhnya begitu lemah seakan tulang di tubuhnya telah hancur lebur kenyataan pahit yang dialami wanita di depannya Ibu dari anaknya. Telah berjuang seorang diri, terlebih anak yang ia perjuangkan telah ia hina habis-habisan. Tuhan begitu jahatnya aku, Tania aku tahu anak buta yang aku hina itu adalah darah dagingku."Maaf bagimu itu sangat mudah karena semua akan selesai dengan kata itu. Tapi
Vlora memasuki kamar yang berukuran kecil dengan tempat tidur yang sangat tidak nyaman ia gunakan meskipun ada kasur yang empuk tapi baginya kasur itu tidak layak untuknya mengingat kehidupan sebelumnya semua barang yang ia miliki bukanlah barang yang murah namun hari ini ia pun harus merelakannya."Aku harus mencari pekerjaan lain yang tentunya tidak membuatku lelah dan aku tahu pekerjaan apa yang layak untukku. Apa sebaiknya aku minta uang pada Andaru? Dia suamiku dan dia harus memberikan nafkah padaku Dan aku tetap berdiri waktu dari mana yang penting aku tidak bekerja ini sangat memalukan untukku.Semalaman Vlora tidak bisa memecahkan matanya cuaca yang sangat panas dan kasur yang tidak kalah panasnya dan kipas angin yang tidak terlalu besar membuatnya semakin kegerahan sehingga dia pun baru bisa tertidur pada jam 05.00 pagi. Bibi Jumira berusaha membangunkan flora namun tidak kunjung membuka matanya."Bibi Jum, Kenapa membuatku kaget? Semalaman Aku tidak bisa tidur aku baru bisa t
"Sangat yakin. Dan aku tahu bahwa kamu akan menerima tawaran ini, di sudut kursi sudah ku letakkan cek itu untukmu ambil dan pakailah kamu bisa mencairkannya kapan saja karena itu tidak ada batasan. Tidak perlu bekerja sama denganku kamu bisa menggunakan uang itu lebih dulu, aku tahu kamu tidak bisa hidup dengan kesederhanaan ini." Della tersenyum sinis melihat wajah Vlora yang terlihat terkejut namun hal itu semakin yakin bahwa Vlora akan menerima tawarannya tanpa berpikir panjang lagi.Tanpa menunggu jawaban dari Vlora, Della kembali melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Vlora yang berdiri terpaku di tempatnya."Neng, tolong dengarkan Bibi kali ini saja. Kedua orang tua Neng sudah berada di penjara tolong jangan membuat kesalahan untuk kedua kalinya." Ujar Bibi Jum, melihat raut wajah Vlora yang seakan menerima tawaran Dari Della."Lalu aku harus bagaimana, bik? Aku tidak mungkin membiarkan Bibi pekerja keras untuk memenuhi kehidupan kita, aku yang jauh lebih mudah dan aku sudah ba
Setelah menikmati es krim yang di inginkan mereka memilih tempat duduk yang tidak terlalu jauh dari pintu hanya demi Zelena yang menginginkan es krim lagi. Sehingga mereka tidak terlalu jauh.Tawa Zelena di sela-sela menikmati es krim dan perhatian Husna dan Hasta yang begitu besar pada gadis kecil yang kini berusia enam tahun waktu yang begitu cepat sehingga tanpa terasa anak yang belum lama buta kini bisa melihat lagi dan keceriaan yang sebenarnya. Harapan sejak lama seorang Husna dan Hasta.Tanpa mereka sadari seseorang memperlihatkan ketiganya. Senyum bahagia dua wanita yang amat ia sayangi telah menjadi bukti bahwa dirinya tidak dibutuhkan lagi oleh mereka."Maafkan aku, seandainya waktu bisa aku ulang maka aku tidak akan menghinanya. Dia darah dagingku, bagaimana aku meminta maaf padanya? Bagaimana kalau Husna tahu apa yang aku lakukan ada putriku di masa lalu?" gumamnya memilih kembali bekerja sebelum mereka menyadari keberadaannya.Kehidupan Andaru sedikit demi sedikit telah ha
Hasta tersenyum mendengar penuturan Husna yang menginginkan secara resmi melamarnya.Tidak menunggu lama Hasta mengangguk cepat."Tentu, aku akan menemui Mama untuk melamar mu. Katakan mahar apa yang kamu inginkan? Berapa uang yang kamu mau? Aku tahu kamu tidak akan menjawabnya, aku tahu apa yang terbaik untukmu." Ujar Hasta."Aku tidak jadi makan di sini. Aku pulang sekarang." Ucap Hasta meninggalkan Husna yang terdiam melihat sikap Hasta yang berubah."Hasta, tunggu! Kartu kamu!" seru Husna menggoyangkan tangannya keatas dengan kartu ATM di tangan."Kamu pakai aja!" Hasta berlalu dengan mobilnya meninggalkan rumah Husna.Belum hilang keterkejutannya tiba-tiba mobil Hasta kembali di depannya."Apa ada yang tertinggal?""Ya, Assalamualaikum. Tunggu aku dan Mama ke sini." Ucapnya melanjutkan lagi mobilnya, Husna menggelngkan kepalanya melihat tingkah Hasta."Semoga ini yang terakhir," gumam Husna. Memasuki rumah yang akan menjadi ramai setelah ia menikah dengan Hasta."Mama, Zelena bah
Waktu yang ditentukan telah tiba kini Hasta dan ibunya telah bersiap untuk menemui Husna. Usai mendapatkan persetujuan dari Husna malam harinya Hasta bersama beberapa orang kepercayaan yang telah bersiap iringan mobil mewah memasuki halaman rumah orang tua Husna."Husna jadi kamu adalah putri dari Lavi dan Vina?" tanya Widya terkejut. Setelah menyadari jika rumah yang ia datangi adalah rumah sahabatnya."Ya Tante,""Astaghfirullahaladzim, jadi selama ini kalian berhubungan? Mama tidak percaya jika kalian benar-benar berjodoh. Apa kalian tahu dulu mama dan kedua orang tua Husna sudah sepakat akan menjodohkan kalian berdua, lihat Allah sudah mentakdirkan kalian untuk bersama dan kalian adalah jodohnya maafkan mama, Husna.Sebab mama tidak tahu jika Husna adalah kamu anak dari sahabat Mama karena mama mengira bahwa kamu bukanlah Husna yang sejak kecil kami jodohkan, kabar yang mama dengar waktu itu kabar tentang orang tua kamu yang kecelakaan dan tidak lama lagi kamu hilang di taman dan
"Nggak yah, aku seneng akhirnya mama sama ayah menikah." Ucapnya sesekali menguap, membuat Hasta menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri sambungnya."Katanya nggak capek, tapi menguap terus." Ujar Hasta menggoda Zelena."Ayah–" Hasta mengangkat tubuh Zelena memberikan tempat ternyaman untuknya agar bisa tertidur dengan nyaman, walau mengajaknya bercanda namun Hasta tahu jika Zelena menahan kantuknya yang sudah tidak bisa di tahan lagi."Lihat dia seperti kamu, ngantuk bilangnya nggak. Taunya ngeces di pangkuan." Goda Hasta, mengingatkan mereka saat tinggal di panti asuhan bersama."Jangan mulai mas, kamu tahu masih banyak tamu." Ujar Husna yang kini berganti memanggil Hasta dengan sebutan mas."Alhamdulillah, kamu manggil aku, mas. Aku makin sayang kamu." Wajah Husna merona mendengar perkataan Hasta yang tidak hentinya menggodanya.Di sudut ruangan yang tidak jauh dari pesta seseorang mengepalkan tangannya melihat wajah Husna yang begitu bahagia bersanding dengan Hasta."Nikmati
"Hum," anggukan kepala Husna membuat Hasta tersenyum bahagia. Meski Hasta tidak memaksakan Husna untuk melakukan kewajibannya sebab Hasta ingin semua berjalan dengan sendirinya.Hasta menangkup wajah Husna wanita yang sejak lama telah mengisi hatinya wanita memiliki nama yang selalu ia sebut setiap doanya namun, doa itu telah terhenti saat mengetahui bahwa Husna telah menikah dengan pria lain. Dan doa itu kembali ia panjatkan nama Husna selalu ia sebutkan di pertiga malamnya setelah mengetahui bagaimana kehidupan rumah tangganya bahkan di saat tragedi malam itu terjadi.Usai membacakan doa dan salat sunah dua rakaat Hasta mendekati Husna setelah mematikan lampu kamar berganti dengan sinar bulan dan bintang bintang yang menjadi saksi cinta setelah halal. Malam ini adalah malam yang begitu indah, sepasang sejoli menghabiskan malam bersama dalam hubungan yang tidak terpisahkan lagi kecuali Allah. Menengguk kebahagiaan yang sejak lama mereka pendam, cinta dan kesetiaan seorang Hasta telah
"Kapan kamu kenal aku? Sejak lama aku menyembunyikan siapa aku. Tapi kamu menuduh aku sengaja melakukan ini padamu? Bahkan saat aku masih sekolah aku sudah menyembunyikan semuanya, kamu ingat saat aku meminta untuk resepsi pernikahan kita? Hari itu adalah hari spesial di mana aku ingin mengatakan padamu yang sebenarnya aku ingin memberikan kekuatan itu padamu tapi nyatanya aku yang di berikan kejutan ini darimu. Sudahlah Kay, kita tidak perlu lagi membahas yang tidak penting jalani hidup kita." "Tidak bisa Zel, aku cinta sama kamu. Aku akan mempertahankan pernikahan kita apapun itu,""Dan aku akan menceraikan kamu Kay. Seberapa kuat kamu mempertahankan, sekuat itu pula aku akan pisah dari kamu.""Tidak akan. Jika aku tidak bisa mendapatkan kamu maka tidak ada satu orang pun yang bisa memiliki kamu."Kayan menari kasar pergelangan tangan Zelena namun tiba-tiba dari arah samping seseorang mencekal tangan Kayan yang ingin menyentuh wajah Zelena.Bugh!!"Brengsek dia wanita! Lawan aku j
"Anda jangan becanda pak Hasta. Zelena hanya anak kampung bahkan saya sendiri yang menikahinya. Lelucon Anda kurang kreatif pak Hasta." Ujar Kayan tertawa bahkan ibu dan istrinya turut tertawa tetapi tidak dengan Iva dan Denta mereka saling pandang dan menarik kerudung yang di pakai oleh Zelena."Aku tidak bercanda dengan orang asing. Aku lebih suka bercanda dengan keluarga." "Tapi tidak mungkin kalau Zelena anak pak Hasta, karena waktu itu saya menikahinya–""Dengan dia?" Hasta menunjuk kearah Andaru dan Indri mereka mendekati terkejut dengan sikap orang tua dan saudara Kayan pada Zelena."Sayang kamu kenapa nak? Jadi ini yang membuat kamu tidak ingin menghubungi dan minta pada kami untuk diam? Ini yang kata kamu akan menyelesaikan semuanya seorang diri? Lihat bahkan di hadapan kami dan banyak orang mereka tidak menghargai kamu sayang," Husna dan Indri saling melepaskan tangan Denta dan Iva yang berbuat kasar pada Zelena."Ini lelucon,"Hasta meminta mereka untuk pergi begitu juga p
Setelah malam itu Zelena tidak lagi memperdulikan kebutuhan keluarga Kayan. Waktunya ia habiskan untuk bekerja dan bekerja menyelesaikan tugas rumah dan menikmati harinya tanpa mengikuti perintah dari anggota keluarga Kayan untuk memasak makanan yang mereka sukai.Hanya menghitung jam lagi maka semuanya akan terungkap dan Zelena pun tidak ingin terlalu lama menundanya lagi.Terdengar suara teriakan dari luar terdengar dengan jelas jika itu adalah suara Gaina dan menantu kesayangannya."Zelena. Kamu ngapain aja di dalam kamar hah? Kamu udah tau pagi-pagi harus menyiapkan apa dulu sebelum berangkat bekerja, apa harus aku ingatkan setiap hari setiap saat dan setiap detik? Jadi orang pemalas minta ampun." Gaina menggedor kamar Zelena dibantu oleh menantu kesayangannya. Namun pada saat mereka mendorong pintu bersamaan dengan Zelena yang membuka pintu sehingga tubuh mereka tersungkur ke depan beruntung Zelena membantu Shella sehingga tidak sampai terjatuh karena akan sangat membahayakan ka
Zelena menoleh kearah pria di sampingnya sosok yang tidak di kenalinya menatapnya dengan tatapan sulit di artikan."Hapus air mata kamu." Ucapnya tegas."Terima kasih," Zelena meraih sapu tangan yang di sodorkan pria di sampingnya."Tidak perlu terima kasih, sudah seharusnya aku lakukan itu. Hum, Zelena bisa kita bicara sebentar?" Tristan berusaha untuk bicara dengan Zelena meminta maaf atas apa yang sudah terjadi dalam hidupnya. Tidak di pungkiri kesakitan yang di alami oleh Zelena karena ulahnya yang turut adil dalam taruhan itu."Maaf sepertinya saya harus pulang sekarang." Zelena berlaku meninggalkan Tristan. Tidak bermaksud untuk menghindar tetapi getar di ponselnya yang membawanya pergi dari hadapan Tristan."Zelena tunggu!""Kamu tidak ingin mendengar aku bicara? Setidaknya izinkan aku mengatakan sekarang,""Mengatakan sekarang?""Ya, aku minta maaf. Karena aku, kamu jadi seperti ini, kenalkan aku Tristan dan aku adalah –""Kenapa tidak di lanjutkan?""Aku adalah orang yang te
Setelah perdebatan panjang Zelena berhasil pergi untuk memulai dengan mencari informasi perusahaan yang ingin ia datangi. Sesuai arahan sang adik tentunya Zelena mendatangi kantor di mana Kayan sebagai direktur."Selamat pagi mbak bisa saya bantu?" sapa resepsionis."Pagi mbak, begini saya datang sesuai informasi yang saya dapatkan dari pak Kayan jika perusahaan ini sedang membutuhkan karyawan. Saya di minta, "Pak Kayan? Kamu siapanya?" "Saya,""Saya apa cepetan!""Saya temannya dan kebetulan saya,""Tunggu dulu, saya kasih kabar pak Kayan dulu." Zelena mengangguk memilih menunggu sampai wanita di depannya selesai menghubungi seseorang yang mungkin saja adalah Kayan."Mbak langsung aja naik ke atas. Pak Kayan sudah menunggu katanya." Ujarnya acuh tanpa melihat kearah Zelena."Terima kasih Mbak, selamat bekerja. Jangan lupa tersenyum," Zelena berbalik melanjutkan langkahnya menuju lift.Sampai di lantai yang di maksud Zelena di kejutkan dengan kehadiran Kayan yang ada di depan lift.
Kayan melempar semua barang yang ada di kamar mengingat kata-kata yang diucapkan oleh Tristan mengenai Shella kekasihnya meski mereka sudah menikah secara siri namun Kayan berusaha untuk menyembunyikannya dan selalu menganggap bahwa Shella adalah kekasihnya bukan istri."Kay Ada apa sih kamu buang barang sampai hancur gini? Ada apa? Bukannya kamu siap-siap mengajak kita untuk makan di luar tapi kamu cuma marah-marah di kamar seperti ini. Apa kamu tidak jadi menerima jabatan sebagai direktur?" Gaina mendatangi kamar pribadi milik Kayan yang tidak seperti biasanya pulang kerja memilih berdiam diri di dalam kamar utama."Mama kalau aku memilih mempertahankan Zelena apakah mama bersedia menerima sebagai menantu?" Kayan bertanya dengan hati-hati.Gemuruh dalam hatinya mengingat jika Zelena yang sebenarnya telah lama menempati hatinya kini harus menjadi jalan untuk mendapatkan harta yang di inginkannya."Maksud kamu apa? Jangan bilang kamu akan memilih Zelena dan mengembalikan semua harta y
Zelena menghentikan suapannya kali ini ia menatap wajah wanita di depannya wanita yang ia ketahui adalah ibu mertuanya."Maksud Mama?" "Panggil aku ibu jangan Mama. Aku tidak suka itu, cukup anak-anakku yang memanggilku Mama tidak dengan kamu."Zelena mengangguk kembali melanjutkan makannya. "Seperti yang tadi Mama bilang sama kamu, Mama bebaskan kamu dari gudang tapi ada syaratnya. Kalau kamu bisa memenuhi syarat dari mama kamu bisa bebas di rumah ini. Tanpa harus menderita di dalam gudang tentunya kamu bisa menikmati fasilitas rumah ini yaitu tidur di dalam kamar mewah. Mama yakin ini baru pertama kalinya kamu tidur di kasur empuk.""Bebas seperti apa? Dan kenapa Mama lagi? Bukankah mama tidak ingin aku menyebut mama melainkan ibu?" Zelena tidak ingin menanggapi ucapan ibu mertuanya. Jangankan kasur yang empuk bahkan tidur di hotel berbintang dan kamar VVIP sudah di rasakan oleh Zelena. Tentu Zelena tidak menceritakan pada ibu mertuanya kalau dirinya memiliki rumah yang lebih mew
Bukan hanya Husna dan Hasta tetapi juga Andaru dan Indri mereka benar-benar mengkhawatirkan kondisi Zelena yang tidak ada kabar. Namun satu hal yang tidak diketahui oleh mereka yakni Cavin pria remaja yang berstatus sebagai adik Zelena ternyata sudah memiliki firasat yang berbeda terhadap pria yang mengaku sebagai kekasih kakaknya.Di dalam kamar Cavin tidak hentinya mencari tahu keberadaan sang kakak bahkan dia rela meminta pada seseorang untuk mencari keberadaan Kayan."Aku sendiri yang akan melenyapkan kamu jika saja menyentuh kulit kakak 'ku." Ujar Cavin mengepalkan tangannya.Cavin yang kini telah menginjak remaja begitu menjaga sang kakak walau Zelena jauh dari pandangannya tetapi Cavin tidak lepas memperhatikan dan menjaganya dan kali ini untuk pertama kalinya gagal. Meski tetap bergerak tanpa sepengetahuan orang tua dan kakaknya tetapi sama halnya dengan yang lain ia pun kehilangan jejak Zelena. Cavin tidak tinggal diam seperti sekarang tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya
"Tapi ma, apa itu harus?" Kayan mencoba untuk negoisasi dengan ibunya mana mungkin dia bisa mengurung Zelena di dalam gudang yang gelap dan pengap."Kenapa tidak. Jangan bilang kalau kamu benar-benar jatuh cinta pada wanita kampungan seperti dia." Gaina menatap tidak suka pada putranya."Siapa yang jatuh cinta padanya? Tujuan kita adalah harta jabatan dan nama pasar kita sudah mendapatkannya meskipun harus menunggu dua bulan lagi tapi aku tidak tahan satu atap bersamanya. Tapi mengingat jika dia mengetahui apa yang kita lakukan pada wanita ini tentu dia akan marah pada kita Aku hanya takut jika semua fasilitas yang diberikan dia pada kita akan diambil lagi olehnya." Ujar Kayan gelisah."Kamu tidak perlu khawatir Mama sudah menyiapkan rencana lain, pokoknya wanita ini harus kita kurung di gudang beri dia pelajaran Karena dia sudah lancang membuka kamar pribadi kamu." Gaina menyeret tubuh Zelena yang tidak berdaya."Hei, bangun kamu jangan keenakan tidur sekalipun ini cuma gudang tapi s