Zeni masih duduk menunggu kedatangan Frans. Dia mulai membuka ponselnya. Semenjak kematian Bapaknya, benda pipih tersebut tidak tersentuh sama sekali. Jari tangannya menyentuh layar ponsel, dia mulai menggulirkan layar ponselnya, terlihat beberapa pesan masuk. Dia tersenyum "Sepertinya aku mulai hidup kembali, setelah kemarin jiwaku pergi entah kemana?" gumamnya. Dia baca pesan satu persatu dari teman-temannya. Ruhnya seakan menyatu ke tubuhnya tatkala keberadaan dirinya sudah di nantikan oleh beberapa temannya. Dia memang sengaja tidak memberitahu kepada siapapun mengenai kematian Bapaknya. Sehingga teman yang berkirim pesan seolah berceloteh terhadap Zeni mengenai kelakuan bolosnya yang sudah hampir empat hari. Terkecuali Frans, dia teman satu kampus yang mengetahui kematian Bapaknya. Frans berjalan mendekat ke arah Zeni. Melihat Zeni yang tersenyum dengan memandangi ponselnya, hatinya bahagia. "Syukurlah, Zeni mulai melepas rasa duka yang membelenggu hatinya." ucapnya lirih.
Ruang Kecubung terasa tenang dengan nuansa putih yang dominan mewarnai warna dinding ruangan ini. Jendela yang menampilkan pesona alam yang terletak di samping sofa menambah kesan luas pada ruangan ini. Zeni yang tengah duduk di sofa merasakan kenyamanan dari semilir angin yang berembus melalui jendela kaca yang sedikit terbuka, membuat tubuhnya meronta untuk segera merebahkan diri. Rasa lelah yang terasa membuat rasa kantuk sudah tak tertahankan lagi. Dia segera memposisikan dirinya senyaman mungkin untuk berbaring di atas sofa tersebut. Dengan perlahan kedua matanya mulai terpejam dengan sempurna. Tubuhnya mulai terhanyut dalam ketenangan setiap hembusan nafasnya. Dia tidur dengan cukup pulas, tanpa disadari kedatangan Tante Denti di ruangan tersebut. "Rupanya Zeni tengah tertidur?" ucap Tante Denti seraya menutup pintu ruangan. "Pasti dia kelelahan. Syukurlah dia bisa tidur dengan posisi berbaring, itu cukup nyaman dibandingkan dengan posisi duduk." Dia berjalan mendekat ke ke
Petang menjelang menenggelamkan semburat warna jingga di ufuk barat. Zeni tengah duduk menikmati nuansa malam melalui jendela di ruang kecubung. Dia melihat ibunya yang tertidur cukup pulas selepas kepergian tante Denti dari rumah sakit. “Syukurlah ibu dapat tertidur dengan nyenyak. Aku bingung harus menjawab bagaimana jika ibu menanyakan kondisi bapak.” Dia mengambil ponsel dan menekan nomor Tante Denti. Segera sambungan telepon mulai terhubung.“Assalamu’alaikum?” sapa Tante Denti membuka percakapan di telepon.“Wa’alaikumussalam Tante. Apakah Tante sudah sampai rumah?”“Sudah Zeni. Bagaimana keadaan ibu kamu? Apakah kamu sudah makan malam? Tante masih menyimpan makanan di kotak makan yang tersimpan di dalam paperbag yang terletak di atas meja.”“Ibu saat ini tengah tidur, dia tidur selepas tante Denti pulang ke rumah. Aku belum makan tante, nanti sebentar lagi, terima kasih sudah menyiapkan bekal untukku.” Sesaat Zeni melihat paperbag di atas meja. Tante, apakah sudah bercerita ke
Zeni perlahan membuka kedua kelopak matanya yang terasa berat. Dia mulai menggeliatkan tubuhnya dengan memulihkan puing-puing kesadarannya. Dengan pelan dia bangun dan duduk di atas sofa. "Pukul berapa sekarang?" bisiknya lirih. Zeni segera mengambil ponsel dan melihat jam di layar ponselnya. "Pukul 01:00 pagi, sebaiknya aku bergantian jaga dengan Sasa." gumamnya. Zeni berjalan mendekat ke arah bed rumah sakit. Terlihat ibunya masih tertidur disamping bed rumah sakit. Terkejut Zeni melihat Sasa masih terjaga. "Kamu belum tidur Sasa?" tanya Zeni seraya berjalan mendekat. "Mba Zeni sudah bangun?" tanya Sasa. "Aku sudah terbiasa terjaga untuk bertugas mba." "Benarkah!" tanya Zeni. Dia duduk di kursi kosong sebelah bed rumah sakit. "Aku sudah bangun dan badanku sekarang terasa lebih nyaman. Kamu bisa istirahat sekarang biar bergantian saya yang berjaga." "Baiklah mba, saya akan istirahat sebentar." Sasa melihat jam di pergelangan tangannya. "Nanti saat pukul 03:00 pagi, saya a
Suara nada alarm yang terdengar membuyarkan keheningan yang tercipta di antara keduanya. "Apakah kamu membunyikan alarm Zeni?" tanya Ibunya. "Aku tidak membunyikan alarm Bu. Mungkin itu punya Sasa." Zeni segera melihat keberadaan Sasa yang saat ini masih tertidur. "Sebentar Bu, aku akan ke sofa barangkali itu bukan suara alarm, mungkin telepon. Sasa seorang perawat, mungkin ada tugas mendadak." Zeni pergi menuju ke Sofa, terlihat Sasa masih tertidur cukup pulas. "Aku tidak bisa memastikan itu suara alarm atau telepon, tapi kemungkinan itu suara alarm, bunyi deringnya cukup lama." gumamnya. Zeni melihat jam dilayar ponselnya yang menunjukkan pukul 03:15 pagi. "Biarkan saja, Sasa terlihat tidur dengan nyenyak, kasihan pasti dia kecapaian." Dia segera pergi menuju brankar ibunya. "Sasa tidurnya sangat nyenyak Bu bahkan suara alarm ponsel tidak terdengar." "Syukurlah dia bisa tertidur nyenyak. Biarkan saja tidak perlu dibangunkan. Zeni, apakah setiap korban dari ledakan proyek Andal
Kumandang adzan subuh bergema di sekitar lingkungan rumah sakit. Zeni yang tengah duduk di dalam masjid masih menunggu kedatangan imam untuk menunaikan sholat subuh berjamaah. Tak berapa lama imam sudah berada di tempatnya untuk mengatur shaff jamaahnya serta memulai memimpin sholat subuh berjamaah tersebut. Langkah kakinya pelan menuju ke minimarket yang berada di sekitar musholla. "Sebaiknya aku membeli beberapa kue, makanan ringan dan teh hangat untuk ibu dan Sasa." gumamnya saat berada di didalam minimarket. Setelah membayar di kasir, Zeni segera pergi ke ruang kecubung di rumah sakit ini. Zeni terkejut saat melihat ada Joy yang tengah duduk disamping bed rumah sakit. Dia segera menghampirinya. "Pak Joy, kapan anda berkunjung di sini?" tanyanya. "Ibu belum tidur lagi? Aku sudah membeli kue dan teh hangat." sembari meletakkannya di atas nakas, ternyata ada kotak makan yang berada di sana. Segera dia duduk di kursi yang kosong. "Aku baru saja datang Zeni, mau melihat kondisi
"Bu, aku akan membereskan tempat makannya, ibu minum obat terlebih dahulu setelah itu istirahatlah." Zeni melihat wajah ibunya yang terlihat lemas. "Sejak bangun tidur semalam, ibu belum tertidur kembali, lihatlah mata ibu masih terlihat bengkak akibat menangis tadi malam." Dia beranjak dari tempat duduk dan membuang kotak makan di tempat sampah. "Tentu saja Zeni, ibu akan minum obat setelah itu baru tidur." Ibunya Zeni mengambil obat dan meminumnya. Zeni menghampiri ibunya, dan mengambil nampak yang berisi makanan. "Ibu, kenapa makanannya belum dihabiskan semua? Ini tinggal sedikit." "Ibu sudah kenyang, lagian ibu mau tidur sebentar."ucapnya. "Zeni, kamu bisa membantu ibu mengembalikan posisi bed ini supaya nyaman untuk berbaring." "Baiklah, aku akan menggerakkan tuasnya." Zeni segera memutar tuasnya dan menyesuaikan dengan posisi yang membuat ibunya menjadi nyaman untuk tidur. "Apakah posisi ini sudah nyaman ibu? atau aku perlu atur lagi?" ucapnya sambil menggenggam tu
Tante Denti sedang memindahkan makanan yang berada di atas nakas menuju ke meja yang berada didekat sofa. Dia mulai menata makanan tersebut dengan rapi. “Seharusnya tadi aku membeli buah untuk ibunya Zeni.” bisiknya lirih. “Rasa segar dan vitamin yang didapat dari buah sangat cocok bagi pasien untuk mempercepat pemulihan.”Dia melihat Zeni yang tertidur dengan nyenyak di atas sofa. “Kenapa aku lupa tidak membawa selimut ya? Berarti tadi malam Zeni kedinginan.” Tante Denti tersenyum melihat Zeni yang sudah tumbuh beranjak dewasa.Tak berapa lama kemudian muncullah sosok perawat dari balik pintu. Segera Tante Denti berkata : “Apakah sekarang waktunya melakukan pemeriksaan terhadap pasien ?” tanya Tante Denti.Sasa yang melihat Tante Denti segera menjawab : “Perkenalkan namaku Sasa, perawat yang ditugaskan oleh Tuan Ayyash untuk menjaga ibu Abdillah. Tentu saja itu salah satu tugasku untuk melakukan pemeriksaan terhadap pasien secara berkala.”“Benarkah kamu Sasa?” tanyanya meyakinkan.