Share

You're Mine

Author: ulanbaby
last update Last Updated: 2023-06-27 16:48:09

Malam tiba, dan Tiara dibuat bingung oleh sikap ibu angkatnya. Pasalnya, bukan hal yang biasa jika Bu Mira mengajaknya untuk keluar rumah apalagi mengunjungi sebuah acara kantor tanpa menyuruhnya untuk berpenampilan rapi. Sangat jarang Bu Mira mengajaknya untuk keluar rumah jika bukan acara kantor, terlebih selarut ini. Tiara hanya mengenakan kemeja hitam tanpa riasan wajah yang berarti. Berbanding kontras dengan hari-hari sebelumnya dimana Bu Mira akan menuntut Tiara berpenampilan sesempurna mungkin.

"Mama, ini acara apa sebenarnya?" tanya Tiara hati-hati saat dirinya dan ibu angkatnya memasuki rumah black tone mewah.

Bu Mira hanya meliriknya sekilas, lalu melanjutkan langkahnya dengan lenggang menuju ruangan yang ditunjukkan seorang pekerja di rumah itu.

"Ma," panggil Tiara lirih masih belum mengerti.

"Silahkan duduk, Nyonya Mira. Tuan Arya sebentar lagi datang." kata seorang pekerja tadi yang melangkah keluar dari ruangan besar itu setelah mendapat anggukan singkat dari Bu Mira.

Tiara semakin bingung. Arya?

Tiara menatap sekeliling, rumah besar nuansa black tone itu membuatnya bingung sekarang.

Bukankah ibu angkatnya sangat melarang untuk berurusan dengan Arya?

Lalu untuk apa Bu Mira menemui Arya sekarang?

"Mama," panggil Tiara lagi.

"Diamlah, Tiara. Ini kerjasama baru untuk menyelamatkan perusahaan," jawab Bu Mira.

Tiara semakin bingung. Kerjasama? Membicarakan tentang perusahaan di malam selarut ini?

Entah mengapa perasaan Tiara menjadi tak karuan. Ia tak mengerti atas sikap ibu angkatnya. Sejak kemarin Bu Mira sangat sensitif karena keadaan perusaan yang semakin buruk. Bahkan beberapa wartawan mulai mendatangi perusahaan mereka, ada pula karyawan yang resign bersamaan.

Dan sekarang, Bu Mira bersikap seolah semua akan baik-baik saja. Kebiasaannya untuk membentak dan berseru kepadanya hari ini tak Tiara lihat.

"Maaf membuat anda menunggu, Nyonya Mira."

Bu Mira dan Tiara kompak menoleh kearah pintu. Arya nampak berjalan santai dengan Kinan di belakangnya membawa sebuah dokumen. Penampilan pemimpin perusahaan TMC itu terlihat sedikit tidak seperti biasanya. Lengan kemeja panjangnya digulungnya hingga siku, nampak kusut di bagian kerah. Rambut tebalnya juga sedikit tak teratur sedikit basah.

"Saya baru baru saja sampai." Bu Mira menjawab dengan senyuman.

Arya tersenyum sekilas lalu duduk disebrang Bu Mira. Mata elangnya sedikit melirik Tiara yang nampak masih bingung. Arya memberk isyarat pada Kinan, yang kini membuat Kinan meletakkan dokumen yang dibawanya di atas meja.

"Saya rasa kita sudah cukup membahas apa yang kita sepakati. Saya tidak ingin memperjelas lagi, saya sudah siapkan saham dan juga bantuan untuk anda keluar dari masalah ini,” ujar Arya menyodorkan dokumen dari Kinan.

"Saya juga tidak akan bertanya, Tuan Arya. Saya sudah cukup percaya dengan anda," jawab Bu Mira mengambil dokumen di atas meja.

Hanya Tiara yang diam tak mengerti, mencoba memahami kerjasama apa yang terjadi. Kenapa bisa tiba-tiba Arya membantu ibu angkatnya?

"Baiklah, saya tidak ingin basa-basi. Ini putri saya, Tiara, saya harap anda bisa menjaganya."

Tiara menoleh. Jantung Tiara seakan berhenti setelah mendengar ucapan sang ibu, sekian detik dia masih bisa menyangkal dugaan buruknya terhadap apa yang dilakukan ibu angkatnya. Namun itu runtuh saat Bu Mira memandangnya,

"Dan kamu Tiara, bersikaplah baik padanya mulai sekarang. Layani dia dengan baik."

"Mama…"

Arya hanya diam. Memandang dengan wajah tanpa ekspresi saat Tiara kini menahan tangan Bu Mira yang akan beranjak berdiri.

"Apa maksudnya ini?" lirih Tiara.

"Kamu belum mengerti?" kata Bu Mira balik bertanya dengan senyuman penuh arti.

Tiara diam, jantungnya berdegup kencang. Dalam hati dirinya masih berharap jika hal buruk yang ada dipikirannya tak terjadi. Matanya memanas menahan tangis saat Bu Mira kini tersenyum sembari melepaskan genggaman tangannya.

"Aku menyelamatkan perusahaan dengan kamu sebagai bayarannya."

Tiara tertegun. Usahanya untuk mengenyahkan pikiran buruk terhadap Bu Mira hilang sudah. Air mata yang ia tahan kini jatuh bebas dipipinya.

"Mama menjualku?" lirih Tiara tak percaya.

"Aku tidak bilang begitu, tapi mungkin iya."

"Mama—"

"Setidaknya ini bisa membantu perusahaan, Tiara. Mulai sekarang, jangan pernah kamu datang lagi ke rumah. Kita sudah tidak ada hubungan apapun, paham?"

"Aku tidak mau! Aku bukan barang yang bisa mama jual!" seru Tiara kini dengan nanar.

Bu Mira tersenyum remeh seolah seruan dari Tiara tak ada arti, dirinya justru beralih pada Arya yang hanya diam melihat.

"Aku permisi, Tuan Arya. Untuk kesepakatan selanjutnya akan aku urus besok."

Arya tak menjawab, hanya senyuman simpul tanda mengiyakan ucapan Bu Mira.

"Mama!"

Wanita modis itu beranjak. Tak mengindahkan Tiara yang kini mengikutinya, meraih tangannya sembari memohon meminta penjelasan.

"Mama, aku mohon, jangan seperti ini. Aku bukan barang yang bisa dijual!" kata Tiara dengan tangis.

Bu Mira menghentikan langkahnya, menghempaskan tangan Tiara yang masih saja menahannya.

"Kamu memang bukan barang, tapi aku juga tidak perduli denganmu! Kamu bukan siapa-siapa, Tiara! Kamu bukan anakku, kamu hanya menjadi bebanku selama ini!" seru Bu Mira.

Tiara memandang Bu Mira tak percaya. Sebenci inikah sosok wanita yang begitu ia segani ini kepadanya? Kadang Tiara masih berharap jika sikap ibu angkatnya akan berubah seiring waktu, bisa merasakan betapa Tiara sangat menghormati dan menghargainya sebagai ibu. Namun harapan itu sekarang runtuh sudah.

"Beban? Beban karena mama tidak bisa menikmati harta papa?" lirih Tiara

"Tutup mulutmu!" bentak Bu Mira mengangkat tangan hendak menampar Tiara namun terurung.

Arya yang sedari tadi diam kini menahan tangan Bu Mira. Tatapan netra hitamnya tajam kepada wanita modis yang nampak emosi tersebut.

"Cukup. Dia milikku sekarang."

Bu Mira menarik tangannya, tanpa berlama-lama terjebak dalam situasi panas, Bu Mira kini berjalan keluar dari ruangan besar itu tanpa memperdulikan Tiara yang memanggilnya dengan tangisan.

"Mama!"

"Biarkan dia pergi." Arya menahan tangan Tiara.

Tiara menggeleng lemah, "Aku bukan barang! Lepaskan aku!" seru Tiara mencoba melepas cengkeraman tangan Arya.

"Aku tidak menganggapmu sebagai barang atau wanita murahan. Aku mencoba menyelamatkanmu." Arya semakin kuat mencengkram tangan Tiara meski gadis itu memberontak.

"Dia ibuku, aku tidak mau di sini, aku mau pulang dengannya..." kata Tiara dengan tangis masih mencoba melepas cengkeraman tangan Arya.

"Dia menjualmu demi saham! Kau diperlakukan seperti budak! Kau masih menganggapnya sebagai ibu?!" seru Arya.

"Tidak, dia tetap ibuku. Aku mohon, aku ingin pergi bersamanya, aku mohon."

Pemuda bermata tajam itu hanya diam. Tak menjawab dan masih kuat menahan Tiara. Entah apa yang dipikirkannya, Arya hanya menatap Tiara yang menangis memohon seolah itu tontonan untuknya.

"Aku bukan perempuan jalang, aku tidak mau di sini, aku mohon."

Tiara kini merosot, berlutut dihadapan Arya dengan tangisan.

Arya menghela nafas panjang, ekspresi wajahnya yang dingin kini berubah menjadi kesal. Ia menoleh ke arah Kinan yang sedikit tertegun melihat Tiara yang demikian terpuruk. Feeling sesama wanita, katakanlah begitu. Namun tak berlangsung lama, saat sekretaris pribadi Arya Bagus Karisma itu menyadari tatapan tajam dari tuannya. Paham maksudnya, untuk menyuruh Kinan pergi. Kinan mengangguk pelan, berpamitan dengan nada pelan sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan ruangan.

"Kamu sudah dijual demi saham. Kamu paham artinya? Dia tidak menganggapmu anak. Dia hanya menganggapmu beban.”

“Tidak!”

Arya mendengus kesal. “Untuk apa kamu bertahan dengannya? Lihat wajahmu, lihat lengan dan kakimu! Banyak luka lebam karena dia, apa kamu ingin disiksa sampai mati olehnya?!" tutur Arya dengan geram.

Tiara diam. Dia tidak bisa menyangkal ucapan Arya karena itu memang benar. Namun dirinya juga tak bisa membenci seseorang yang sudah ia anggap sebagai keluarga di tengah kosongnya diri karena tidak bisa mengingat apa-apa. Perlahan gadis lara itu mengangkat wajah, memandang Arya yang hanya diam memandangnya dengan tajam. Ia tidak mengenal dengan baik pemuda ini. Kesan saat pertama kali bertemu tidak bisa dibilang baik. Tiara tidak tahu apakah hidupnya akan menjadi lebih baik atau semakin parah sekarang.

"Kamu bisa tinggal disini sekarang." Datar Arya berucap demikian.

"Aku tidak mau,"

"Kamu takut padaku?"

Tiara tak menjawab, melihat Arya seperti itu sungguh begitu menakutkan baginya. Apa yang bisa menjamin kalau pria dihadapannya ini adalah orang baik setelah 'membelinya'? Siapa yang bisa menjamin atas tindakannya nanti? Apalagi senyuman itu sangat memuakkan. Begitu meremehkan seolah pria itu adalah pria paling hebat sedunia.

"Terbiasalah untuk itu, kamu milikku sekarang."

"Aku bukan milik siapapun! Aku bukan barang!" seru Tiara.

Gadis lara itu mengusap kasar air sisa air matanya. Ia beranjak berdiri menghadap Arya yang kini diam memandangnya dengan tatapan tajam.

"Aku tidak akan tinggal disini untuk menjadi pelayanmu!" ujar Tiara.

Arya tak bersuara. Pria bermata tajam itu sama sekali tak menanggapi seruan Tiara. Namun sekian detik setelah Tiara berucap dengan lantang, tangan kekar pria itu menarik kasar tangan Tiara. Ia tarik dengan kasar gadis itu untuk mengikutinya dengan paksa.

"Lepaskan aku!"

Tiara meronta, memukul tangan dan bahu Arya namun sama sekali tak mengubah cengkeraman Arya, tenaganya sama sekali tak sepadan dengan pria bermata tajam itu. Tiara rasa ini adalah cengkeraman paling menyakitkan yang pernah ia terima. Berpuluh kali lipat lebih menyakitkan dibandingkan cengkeraman ibu angkatnya.

Terseok-seok Tiara mengimbangi langkah Arya. Jantungnya berdegup kencang saat Arya membawanya menuju lorong gelap dalam rumah bernuansa black tone itu. Firasatnya mengatakan jika ini bukan hal yang baik untuknya.

Dengan kasar Arya menendang pintu besar sebuah kamar hingga terbuka. Tiara semakin memberontak, namun nihil. Arya justru malah menariknya kedalam kamar gelap itu.

"Ahk…" rintih Tiara saat Arya mendorongnya ke tepi ranjang tempat tidur.

Pergelangan tangannya terasa sangat sakit. Dalam keremangan Tiara bisa memastikan jika tangannya kini merah. Dan dalam keremangan pula Tiara melihat sosok Arya kini tambah menyeramkan baginya. Jantung gadis lara itu terasa semakin berdegup kencang dengan perasaan takut.

"Kamu tidak punya banyak waktu sekarang. Cepat mengaku siapa dirimu sebenarnya." suara Arya terdengar lirih.

"Apa maksudmu?" ucap Tiara bingung.

Gadis itu berdiri sembari memegang lengan kanannya yang masih terasa sakit, mencoba menetralkan perasaan takutnya sendiri.

"Kamu ingin bermain-main sekarang?"

Tiara semakin tak mengerti, ia kembali menyeka air matanya yang mengalir tanpa diminta. Perasaan takutnya semakin menjadi saat kini Arya menarik langkah mendekat kearahnya.

"Aku tidak tahu apa maksudmu, izinkan aku pergi, aku mohon.." kata Tiara pelan menahan kakinya yang sedikit gemetar.

Tangannya kini menahan bahu Arya yang kini semakin menghapus jarak di antara keduanya.

Matanya kembali terasa panas ingin menangis karena rasa takut yang semakin menjalar. Tak lagi berani gadis lara itu memandang Arya yang semakin menatapnya dengan tajam seolah Tiara adalah mangsa yang tidak akan bisa lolos dari terkamannya sekarang.

"Katakan padaku siapa kamu sebenarnya."

"A-aku—"

"Lihat aku, baby fox!" Bentak Arya sembari menarik dagu Tiara.

Tak lagi dapat tangisan itu tertahan. Sesaat lalu Tiara mungkin sedikit berharap jika dirinya memang benar telah diselamatkan dari orang yang kejam, tapi nyatanya tidak.

Rasa takut itu diberikan dari orang yang berbeda. Rasa sakit yang dideritanya terasa bertambah saat dirinya menemui fakta jika ada orang lain yang bisa memberinya luka.

Meski sebenarnya dia tidak paham dengan panggilan ‘baby fox’ dari Arya.

"Katakan padaku untuk apa kamu melakukan ini semua?" tanya Arya dengan suara pelan mengimintidasi.

"Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, aku mohon lepaskan aku..." lirih Tiara gemetar memegang tangan Arya yang masih mencengkeram dagunya.

Arya masih diam, matanya tajam terlihat meski sedikit berkaca-kaca melihat sosok gadis lara yang kini menangis memohon kepadanya. Meski hatinya teriris melihat wajah ayu yang tercoreng dengan segala kesedihan dan raut wajah yang sayu karena lelah, Arya belum melepaskan cengkraman.

"Ini jawabanmu atas semuanya?" lirih Arya bertanya.

"M-maafkan aku, aku sungguh tidak tahu apa yang kamu bicarakan, Tuan Arya..."

Arya melepas cengkramannya, membuat Tiara kini menunduk menangis terisak tak berani memandangnya.

"Kamu..." lirih Arya kini beralih menyentuh pipi Tiara.

Gadis lara itu sedikit menjauh, menghindari tangan Arya. Ketakutannya terhadap Arya membuatnya sedikit gemetar.

"Maafkan aku, tapi aku tidak melakukan apapun, sungguh. Aku bukan orang pemberani yang bisa bertindak sesuka hati, aku mohon biarkan aku pergi," lirih Tiara masih dengan tangisnya.

Arya masih nyaman dengan posisi diam dan melihat Tiara yang memohon seolah itu adalah tontonan untuknya. Gadis itu sama sekali tak berani memandangnya.

"No. You’re mine. Kamu tidak bisa pergi lagi, baby fox.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Diajheng WD
maksudnya apa yaa tentang baby fox ini.. tegaa amat...emang udh tegaa sih yaa Bu Mira... menyakiti menyiksa Tiara aja udh hal biasa apalagi menjadikan Tiara jaminan juga menjualnya itu udh lumrah buat diaa...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Belenggu Cinta CEO Arogan   Aku Akan Membunuhnya

    Tiara tidak berani bicara sama sekali. Untuk banyak alasan, dirinya membenci kenapa dirinya berada di situasi yang tidak bisa melawan sama sekali. Entah itu pada ibu angkatnya, ataupun orang lain.Baby Fox, begitu Arya memanggilnya. Membuatnya hanya diam, bingung sekaligus takut. Ah, ini lebih menakutkan dibanding bentakan dari bu Mira, sungguh.“Aku menunggumu sampai besok, apa masih berani kamu bersembunyi lagi. Pura-pura amnesia, padahal kamu tahu siapa aku.”Dan ucapan Arya semakin membuat kepala Tiara pusing. Pura-pura amnesia, katanya.“Untuk apa aku melakukan itu?” lirih, Tiara menimpali dengan bibir bergetar.Arya tersenyum miring. Memilih diam kali ini, Tiara yang memandangnya dengan takut-takut dengan isakan tertahan, agaknya cukup membuat hatinya tercubit pelan. Gadis itu benar-benar tidak akan mengaku ternyata. “Jangan berlaga bodoh, dari awal aku sudah tahu siapa kamu.”“Aku tidak mengerti…” lirih Tiara menggeleng pelan, berbarengan dengan air matanya yang kembali hadir

    Last Updated : 2023-08-10
  • Belenggu Cinta CEO Arogan   Yang Paling Bodoh

    ***Tiara mengerjap pelan, ekspresinya sedikit terkejut saat menyadari jika dirinya berada di tempat yang asing. Ah, dia hampir lupa jika masih berada di rumah Arya Karisma. Semalam dirinya hanya duduk menyender di bibir ranjang, tanpa ada niatan untuk tidur di kasur besar di kamar temaram itu. Menangisi nasib, berdoa semoga Arya kembali dan mengeluarkannya, ternyata sia-sia, dan akhirnya Tiara tertidur karena lelah menangis.“Oh, kamu sudah bangun?”Suara berat itu membuat Tiara menoleh ke arah pintu yang baru saja dibuka. Sosok Arya terlihat di sana, membuat kamar yang temaram itu mendapat sinar dari ruang lain.“T-tuan,” lirih Tiara kini beranjak dari tempatnya, mendekat ke arah pintu tapi Arya lebih dulu mencekal tangan Tiara sebelum gadis itu benar-benar keluar dari kamar.“Kamu pikir aku ke sini untuk melepaskanmu?”Tiara menelan salivanya. “Ini sudah pagi dan aku harus pulang.”“Siapa yang menyuruhmu pulang? Memang di mana rumahmu?”“Tuan—”“Dengar, baby fox.” Arya menyahuti de

    Last Updated : 2023-08-30
  • Belenggu Cinta CEO Arogan   Aku Ingin Hidupnya Hancur

    ***Tiara akhirnya hanya bisa menerima. Iya, memang dirinya bisa apa? Memberontak? Melawan? Dia bukan orang yang bisa berlaku semaunya.Ada satu titik rasa penasaran yang membuat si gadis lara itu menerima. Tiara masih penasaran, apa Arya sebenarnya mengetahui siapa Tiara yang dulu? Apa mereka sudah saling kenal sebelumnya?“Nona Tiara,”Tiara yang tadi melamun, dengan memeluk lututnya di lantai sembari menyender di bibir ranjang, sedikit terperanjat kaget saat pintu terbuka. Ah, dia masih belum terbiasa. Ketakutannya karena hampir dibunuh oleh Arya masih belum hilang. Sedikit lega saat mendapati sekretaris pribadi Arya— Kinan yang teryata memasuki kamar bernuansa gelap tersebut, dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman.“Tuan Arya sudah berangkat ke kantor, dan mungkin akan pulang malam.”Tiara masih diam. Uh, dia tidak butuh informasi itu sebenarnya.“Saya akan memenuhi kebutuhan Nona Tiara sebelum menyusul tuan Arya,” ujar Kinan kali ini dengan senyuman.Tiara mengerjapkan

    Last Updated : 2023-09-03
  • Belenggu Cinta CEO Arogan   Siksaan Ibu Tiri

    "Kamu masih akan diam seperti patung, atau aku perlu menyeretmu sekarang?"Terdengar tegas pertanyaan itu ditujukan untuk Tiara, gadis yang tengah duduk di lantai gudang. Tiara mendongak, matanya menyorot takut saat mendengar pertanyaan tajam dari wanita modis di depan pintu."N-nyonya, biar saya yang membantu Nona Tiara untuk bersiap."Suara yang terdengar lembut di balik sosok wanita modis berhasil membuat langkah yang akan tercipta kini terurung. Wanita modis dengan sorot mata tajam terlihat tak senang."Baik, bantu dia. Kalau dalam waktu 30 menit dia belum menyusulku, akan kupastikan kalau luka di tubuhnya akan bertambah!" katanya dengan sinis lalu berbalik badan berjalan menjauh dari gudang kecil berantakan tersebut.Pemilik suara lembut tadi, seorang wanita paruh baya, langsung menghampiri Tiara yang terduduk di lantai."Nona Tiara," panggilnya miris melihat luka lebam yang menghuni ditubuh gadis itu.Tiara tak menjawab. Dirinya hanya diam memandang kearah pintu dengan kosong. I

    Last Updated : 2023-06-27
  • Belenggu Cinta CEO Arogan   I Got You, Baby

    Tak lama setelah mengikuti Bu Mira dan juga koleganya yang menunjukkan beberapa dokumen pembukaan cabang RD Corporation, Tiara kembali mengekor keduanya untuk masuk kembali ke ruang rapat. Nampak sudah hadir para kolega lain yang sudah dapat Tiara pastikan memegang peranan penting dalam perusahaan.Bu Mira nampak akrab dengan melempar senyum dan sapaan. Terlihat akrab meski senyuman yang tercipta mengandung ancaman yang akan siap merebut semua yang dimiliki bila salah strategi dalam bisnis.Itu adalah realita dalam bisnis. Tidak seluruhnya baik saat berada di atas. Karena dalam bisnis pasti ada yang akan merebut posisi dan mengoyak apa yang didapat secara diam-diam."Apa dia putrimu? Dia cantik sekali." Wanita yang duduk didekat Bu Mira berkata dengan memandang Tiara."Benar, dibanding menjadi asisten, dia justru terlihat seperti CEO muda," timpal rekannya yang lain.Bu Mira tersenyum sinis, melirik Tiara yang tengah menyiapkan beberapa dokumennya."Kalian terlalu memujinya." Bu Mira

    Last Updated : 2023-06-27
  • Belenggu Cinta CEO Arogan   Siksaan Lanjutan

    "Katakan padaku, bagaimana bisa kamu bermain dengan pemimpin brengsek itu?!" "Mama, aku tidak mengenalnya. Aku—"Tamparan keras kini mendarat di pipi Tiara. Kali ini mereka sudah berada di rumah. Tentu Bu Mira dengan bebas melakukan apa saja kepada anak angkatnya. "Kamu pikir aku akan berbelas kasih padamu setelah apa yang terjadi hari ini?!" Seru Bu Mira dengan kasar menjambak rambut Tiara.Gadis itu hanya diam, matanya yang sayu kini menggenang air mata yang tertahan siap tumpah. Tangannya gemetar menahan tangan ibu angkatnya yang kuat menarik rambutnya."Kamu membuatku malu di depan semua orang hari ini, Tiara. Kamu pikir aku akan memaafkan mu?!" ujar Bu Mira dengan tajam."Maaf, Ma, tapi sungguh, aku tidak mengenalnya, aku—""Lalu bagaimana dia bisa bicara kalau kamu yang sudah meninggalkan noda lipstik di kemejanya?""A-aku tidak sengaja,”"Jadi benar kau sudah bermain dengan lelaki itu?!""Maaf, Ma, tapi sungguh, aku tidak—akh!" Rambut Tiara ditarik kuat. Bu Mira menyeret gad

    Last Updated : 2023-06-27
  • Belenggu Cinta CEO Arogan   Tawaran Gila

    ***Hari berganti, sang surya sudah memulai rutinitasnya di pagi hari. Dering alarm sudah sejak 10 menit lalu berbunyi, mencoba melaksanakan tugasnya dengan baik membangunkan tuannya. Namun mata milik gadis lara itu masih terpejam rapat. Keringat membasahi dahinya beriring dengan nafasnya yang tak teratur. Tangannya gemetar meremas sprei tempat tidurnya."Arrggh!" Teriaknya kini berhasil membuka mata.Tiara duduk. Nafasnya terengah-engah, pandangannya kosong melihat sekelilingnya. Ia ingat dimana dirinya berada sekarang. Tiara mengusap wajahnya, mencoba menetralkan degup jantungnya. Ia raih jam yang berbunyi semakin keras, mematikannya."Apa itu tadi? Kenapa… kenapa semakin mengerikan?" lirih Tiara merapatkan bajunya.Tiara menyentuh wajahnya. Ia sibak selimut tebalnya, beranjak menuju depan cermin riasnya. Memeriksa wajahnya sendiri, memastikan sesuatu yang dilihatnya dalam mimpi."Itu.. itu tadi aku, bukan?” gumam Tiara mengusap pipi kanannya.Ia terduduk di bibir ranjang. Tenggorok

    Last Updated : 2023-06-27

Latest chapter

  • Belenggu Cinta CEO Arogan   Aku Ingin Hidupnya Hancur

    ***Tiara akhirnya hanya bisa menerima. Iya, memang dirinya bisa apa? Memberontak? Melawan? Dia bukan orang yang bisa berlaku semaunya.Ada satu titik rasa penasaran yang membuat si gadis lara itu menerima. Tiara masih penasaran, apa Arya sebenarnya mengetahui siapa Tiara yang dulu? Apa mereka sudah saling kenal sebelumnya?“Nona Tiara,”Tiara yang tadi melamun, dengan memeluk lututnya di lantai sembari menyender di bibir ranjang, sedikit terperanjat kaget saat pintu terbuka. Ah, dia masih belum terbiasa. Ketakutannya karena hampir dibunuh oleh Arya masih belum hilang. Sedikit lega saat mendapati sekretaris pribadi Arya— Kinan yang teryata memasuki kamar bernuansa gelap tersebut, dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman.“Tuan Arya sudah berangkat ke kantor, dan mungkin akan pulang malam.”Tiara masih diam. Uh, dia tidak butuh informasi itu sebenarnya.“Saya akan memenuhi kebutuhan Nona Tiara sebelum menyusul tuan Arya,” ujar Kinan kali ini dengan senyuman.Tiara mengerjapkan

  • Belenggu Cinta CEO Arogan   Yang Paling Bodoh

    ***Tiara mengerjap pelan, ekspresinya sedikit terkejut saat menyadari jika dirinya berada di tempat yang asing. Ah, dia hampir lupa jika masih berada di rumah Arya Karisma. Semalam dirinya hanya duduk menyender di bibir ranjang, tanpa ada niatan untuk tidur di kasur besar di kamar temaram itu. Menangisi nasib, berdoa semoga Arya kembali dan mengeluarkannya, ternyata sia-sia, dan akhirnya Tiara tertidur karena lelah menangis.“Oh, kamu sudah bangun?”Suara berat itu membuat Tiara menoleh ke arah pintu yang baru saja dibuka. Sosok Arya terlihat di sana, membuat kamar yang temaram itu mendapat sinar dari ruang lain.“T-tuan,” lirih Tiara kini beranjak dari tempatnya, mendekat ke arah pintu tapi Arya lebih dulu mencekal tangan Tiara sebelum gadis itu benar-benar keluar dari kamar.“Kamu pikir aku ke sini untuk melepaskanmu?”Tiara menelan salivanya. “Ini sudah pagi dan aku harus pulang.”“Siapa yang menyuruhmu pulang? Memang di mana rumahmu?”“Tuan—”“Dengar, baby fox.” Arya menyahuti de

  • Belenggu Cinta CEO Arogan   Aku Akan Membunuhnya

    Tiara tidak berani bicara sama sekali. Untuk banyak alasan, dirinya membenci kenapa dirinya berada di situasi yang tidak bisa melawan sama sekali. Entah itu pada ibu angkatnya, ataupun orang lain.Baby Fox, begitu Arya memanggilnya. Membuatnya hanya diam, bingung sekaligus takut. Ah, ini lebih menakutkan dibanding bentakan dari bu Mira, sungguh.“Aku menunggumu sampai besok, apa masih berani kamu bersembunyi lagi. Pura-pura amnesia, padahal kamu tahu siapa aku.”Dan ucapan Arya semakin membuat kepala Tiara pusing. Pura-pura amnesia, katanya.“Untuk apa aku melakukan itu?” lirih, Tiara menimpali dengan bibir bergetar.Arya tersenyum miring. Memilih diam kali ini, Tiara yang memandangnya dengan takut-takut dengan isakan tertahan, agaknya cukup membuat hatinya tercubit pelan. Gadis itu benar-benar tidak akan mengaku ternyata. “Jangan berlaga bodoh, dari awal aku sudah tahu siapa kamu.”“Aku tidak mengerti…” lirih Tiara menggeleng pelan, berbarengan dengan air matanya yang kembali hadir

  • Belenggu Cinta CEO Arogan   You're Mine

    Malam tiba, dan Tiara dibuat bingung oleh sikap ibu angkatnya. Pasalnya, bukan hal yang biasa jika Bu Mira mengajaknya untuk keluar rumah apalagi mengunjungi sebuah acara kantor tanpa menyuruhnya untuk berpenampilan rapi. Sangat jarang Bu Mira mengajaknya untuk keluar rumah jika bukan acara kantor, terlebih selarut ini. Tiara hanya mengenakan kemeja hitam tanpa riasan wajah yang berarti. Berbanding kontras dengan hari-hari sebelumnya dimana Bu Mira akan menuntut Tiara berpenampilan sesempurna mungkin."Mama, ini acara apa sebenarnya?" tanya Tiara hati-hati saat dirinya dan ibu angkatnya memasuki rumah black tone mewah. Bu Mira hanya meliriknya sekilas, lalu melanjutkan langkahnya dengan lenggang menuju ruangan yang ditunjukkan seorang pekerja di rumah itu."Ma," panggil Tiara lirih masih belum mengerti."Silahkan duduk, Nyonya Mira. Tuan Arya sebentar lagi datang." kata seorang pekerja tadi yang melangkah keluar dari ruangan besar itu setelah mendapat anggukan singkat dari Bu Mira.T

  • Belenggu Cinta CEO Arogan   Tawaran Gila

    ***Hari berganti, sang surya sudah memulai rutinitasnya di pagi hari. Dering alarm sudah sejak 10 menit lalu berbunyi, mencoba melaksanakan tugasnya dengan baik membangunkan tuannya. Namun mata milik gadis lara itu masih terpejam rapat. Keringat membasahi dahinya beriring dengan nafasnya yang tak teratur. Tangannya gemetar meremas sprei tempat tidurnya."Arrggh!" Teriaknya kini berhasil membuka mata.Tiara duduk. Nafasnya terengah-engah, pandangannya kosong melihat sekelilingnya. Ia ingat dimana dirinya berada sekarang. Tiara mengusap wajahnya, mencoba menetralkan degup jantungnya. Ia raih jam yang berbunyi semakin keras, mematikannya."Apa itu tadi? Kenapa… kenapa semakin mengerikan?" lirih Tiara merapatkan bajunya.Tiara menyentuh wajahnya. Ia sibak selimut tebalnya, beranjak menuju depan cermin riasnya. Memeriksa wajahnya sendiri, memastikan sesuatu yang dilihatnya dalam mimpi."Itu.. itu tadi aku, bukan?” gumam Tiara mengusap pipi kanannya.Ia terduduk di bibir ranjang. Tenggorok

  • Belenggu Cinta CEO Arogan   Siksaan Lanjutan

    "Katakan padaku, bagaimana bisa kamu bermain dengan pemimpin brengsek itu?!" "Mama, aku tidak mengenalnya. Aku—"Tamparan keras kini mendarat di pipi Tiara. Kali ini mereka sudah berada di rumah. Tentu Bu Mira dengan bebas melakukan apa saja kepada anak angkatnya. "Kamu pikir aku akan berbelas kasih padamu setelah apa yang terjadi hari ini?!" Seru Bu Mira dengan kasar menjambak rambut Tiara.Gadis itu hanya diam, matanya yang sayu kini menggenang air mata yang tertahan siap tumpah. Tangannya gemetar menahan tangan ibu angkatnya yang kuat menarik rambutnya."Kamu membuatku malu di depan semua orang hari ini, Tiara. Kamu pikir aku akan memaafkan mu?!" ujar Bu Mira dengan tajam."Maaf, Ma, tapi sungguh, aku tidak mengenalnya, aku—""Lalu bagaimana dia bisa bicara kalau kamu yang sudah meninggalkan noda lipstik di kemejanya?""A-aku tidak sengaja,”"Jadi benar kau sudah bermain dengan lelaki itu?!""Maaf, Ma, tapi sungguh, aku tidak—akh!" Rambut Tiara ditarik kuat. Bu Mira menyeret gad

  • Belenggu Cinta CEO Arogan   I Got You, Baby

    Tak lama setelah mengikuti Bu Mira dan juga koleganya yang menunjukkan beberapa dokumen pembukaan cabang RD Corporation, Tiara kembali mengekor keduanya untuk masuk kembali ke ruang rapat. Nampak sudah hadir para kolega lain yang sudah dapat Tiara pastikan memegang peranan penting dalam perusahaan.Bu Mira nampak akrab dengan melempar senyum dan sapaan. Terlihat akrab meski senyuman yang tercipta mengandung ancaman yang akan siap merebut semua yang dimiliki bila salah strategi dalam bisnis.Itu adalah realita dalam bisnis. Tidak seluruhnya baik saat berada di atas. Karena dalam bisnis pasti ada yang akan merebut posisi dan mengoyak apa yang didapat secara diam-diam."Apa dia putrimu? Dia cantik sekali." Wanita yang duduk didekat Bu Mira berkata dengan memandang Tiara."Benar, dibanding menjadi asisten, dia justru terlihat seperti CEO muda," timpal rekannya yang lain.Bu Mira tersenyum sinis, melirik Tiara yang tengah menyiapkan beberapa dokumennya."Kalian terlalu memujinya." Bu Mira

  • Belenggu Cinta CEO Arogan   Siksaan Ibu Tiri

    "Kamu masih akan diam seperti patung, atau aku perlu menyeretmu sekarang?"Terdengar tegas pertanyaan itu ditujukan untuk Tiara, gadis yang tengah duduk di lantai gudang. Tiara mendongak, matanya menyorot takut saat mendengar pertanyaan tajam dari wanita modis di depan pintu."N-nyonya, biar saya yang membantu Nona Tiara untuk bersiap."Suara yang terdengar lembut di balik sosok wanita modis berhasil membuat langkah yang akan tercipta kini terurung. Wanita modis dengan sorot mata tajam terlihat tak senang."Baik, bantu dia. Kalau dalam waktu 30 menit dia belum menyusulku, akan kupastikan kalau luka di tubuhnya akan bertambah!" katanya dengan sinis lalu berbalik badan berjalan menjauh dari gudang kecil berantakan tersebut.Pemilik suara lembut tadi, seorang wanita paruh baya, langsung menghampiri Tiara yang terduduk di lantai."Nona Tiara," panggilnya miris melihat luka lebam yang menghuni ditubuh gadis itu.Tiara tak menjawab. Dirinya hanya diam memandang kearah pintu dengan kosong. I

DMCA.com Protection Status